Uploaded by anggianibdg765

ASKEP LUKA BAKAR (KEPERAWATAN KRITIS)

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA An. K DENGAN GANGGUAN
SISTEM INTEGUMEN COMBUSTIO HARI KE 2 DI RUANG BURNS
UNIT RSUP SANGLAH DENPASAR
LAPORAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Kritis
Disusun Oleh :
Nancy Fauziati Fatihah (701170020)
Nenden Resty Anggraeni (701170021)
PRODI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis
Pada An. K dengan gangguan sistem integumen combustio di ruang burns unit
RSUP sanglah Denpasar” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Integumen.Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun
tugas ini menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas yang serupa dimasa
yang akan datang. Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini
bermanfaat, selebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Palu, Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
BAB I TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi ..............................................................................................
B. Etiologi ..............................................................................................
C. Patofisiologi ......................................................................................
D. Manifestasi klinis .............................................................................
E. Klasifikasi .........................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang.....................................................................
G. Penatalaksanaan ...............................................................................
H. Komplikasi ........................................................................................
I. Discharge planning............................................................................
J. Peran perawat ....................................................................................
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN .................................................
A. Pengkajian .........................................................................................
B. Diagnosa keperawatan ......................................................................
C. Intervensi keperawatan......................................................................
D. Implementasi keperawatan ................................................................
E. Evaluasi .............................................................................................
BAB III PENUTUP ...............................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
(Moenajat, 2001).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi (smeltzer,suzanna, 2002 dalam asuhan keperawan berdasarkan
diagnose medis & Nanda NIC_NOC)
Menurut Aziz Alimul Hidayat, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi
atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabkan oleh panas yang
tinggi, tetapi oleh senyawa kimia, llistrik, dan pemanjanan (exposure)
berlebihan terhadap sinar matahari.
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak
dengan suhu rendah, luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat
lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetika. (Kapita Selekta
kedokteran edisi 3 jilid 2).
B. ETIOLOGI
Terdapat empat jenis cedera luka bakar yaitu termal, kimia, listrik, dan radiasi.
a.
Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas,
dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
b.
Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,
2005).
c.
Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,
baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
d.
Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri.
Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001).
C. PATOSIOLOGI
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan tempera tur sampai
440C tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat
ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah
merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan
pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen
pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan
elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang
hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan
kondisi hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit,
timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan,
kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),
sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi
organ-organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ
multi sistem
D. MANIFESTASI KLINIS
Untuk mengetahui gambaran klinik tentang luka bakar (Combustio) maka
perlu mempelajari :
a.
Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “Role of nine“ yaitu
dengan tubuh dianggap 9 % yang terjadi antara:
1) Kepala dan leher : 9 %
2) Dada dan perut : 18 %
3) Punggung hingga pantat : 18 %
4) Anggota gerak atas masing-masing : 9 %
5) Anggota gerak bawah masing-masing : 18 %
6) Perineum : 9 %
b.
Derajat luka bakar
Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4, yaitu :
1) Grade I
a) Jaringan yang rusak hanya epidermis.
b) Klinis ada nyeri, warna kemerahan, kulit kering.
c) Tes jarum ada hiperalgesia.
d) Lama sembuh + 7 hari.
e) Hasil kulit menjadi normal.
2) Grade II
a) Grade II a

Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan kelenjar
keringat utuh,

Rasa nyeri warna merah pada lesi.

Adanya cairan pada bula.

Waktu sembuh + 7 - 14 hari.
b) Grade II

Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringan yang
utuh.

Eritema, kadang ada sikatrik.

Waktu sembuh + 14 – 21 hari.
c) Grade III
a)
Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.
b) Kulit kering, kaku, terlihat gosong.
c)
Terasa nyeri karena ujung saraf rusak.
d) Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
d) Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan kedalaman luka :
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam
waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih
tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
1) Derajat II Dangkal (Superficial)
a)
Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
c)
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan
luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24
jam.
d) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda
dan basah.
e)
Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
f)
Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
2) Derajat II dalam (Deep)
a)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
c)
Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang
tersisa.
d) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya
tanpak berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi
cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah yang
berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau
tidak ada sama sekali, daerah yang berwarna merah muda
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah) (Moenadjat,
2001)
e)
Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9
minggu (Brunicardi et al., 2005)
3)
Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih
dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang
terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada
epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi, oleh karena ujung–ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak
ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
5) Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi
seluruh dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai
bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada
epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri
dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama
karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat,
2001)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi :
a.
Hb, Ht, trombosit
b.
Protein total (albumin dan globulin)
c.
Ureum dan kreatinin
d.
Elektrolit
e.
Gula darah
f.
Analisa gas darah (jika perlu lakukan tiap 12 jam atau minimal tiap hari)
g.
Karboksihaemoglobin
h.
Tes fungsi hati / LFT Penatalaksanaan
G. PENATALAKSANAAN
a.
Keperawatan
1) Penanganan awal ditempat kejadian
Tindakan yang dilakukan terhadap luka bakar :
a) Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api,
jangan biarkan korban berlari, anjurkan korban untuk
berguling–guling atau bungkus tubuh korban dengan kain
basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup
berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.
b) Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban
c) Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan
korban dan oksigen bila diperlukan
d) Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih
yang bersuhu 200C selama 15–20 menit segera setelah
terjadinya luka bakar
e) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban
dengan air sebanyak–banyaknya untuk menghilangkan zat
kimia dari tubuhny
f)
Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar
serta cedera lain yang menyertai luka bakar
g) Segera bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut
2) Penanganan luka bakar di unit gawat darurat
Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam
pertama yaitu :
a) Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan
nafas), B : Breathing (pernafasan), C : Circulation (sirkulasi)
b) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
c) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran
pernafasan
d) Kaji adanya faktor–faktor lain yang memperberat luka bakar
seperti adanya fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti
diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dll)
e) Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III
biasanya dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter)
f)
Pasang kateter urin
g) Pasang NGT jika diperlukan
h) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
i)
Berikan suntikan ATS / toxoi
j)
Perawatan luka
3) Rehabilitasi
a)
Terapi psikiater
Mengingat pasien dengan luka bakar mengalami masalah psikis
maka perawat perlu bekerja sama dengan psikiatri untuk membantu
pasien mengatasi masalah psikisnya, namun bukan berarti
menggantikan peran perawat dalam memberikan support dan
empati, sehingga diharapkan pasien dapat dapat menerima keadaan
dirinya dan dapat kembali kemasyarakat tanpa perasaan terisolasi.
Hal lain yang perlu diingat bahwa sering kali pasien mengalami
luka bakar karena upaya bunuh diri atau mencelakakan dirinya
sendiri dengan latar belakang gangguan mental atau depresi yang
dialaminya sehingga perlu terapi lebih lanjut oleh psikiatris.
b) Terapi fisioterapis
Pasien luka bakar mengalami trauma bukan hanya secara fisik
namun secara psikis juga. Pasien juga mengalami nyeri yang hebat
sehingga pasien tidak berani untuk menggerakkan anggota
tubuhnya terutama ynag mengalami luka bakar. Hal ini akan
mengakibatkan berbagai komplikasi terhadap pasien diantaranya
yaitu terjadi kontraktur dan defisit fungsi tubuh.
Untuk mencegah terjadinya kontraktur, deformitas dan kemunduran
fungsi tubuh, perawat memerlukan kerjasama dengan anggota tim
kesehatan lain yaitu fisioterapis. Pasien luka bakar akan
mendapatkan latihan yang sesuai dengan kebutuhan fisiknya.
Dengan pemberian latihan sedini mungkin dan pengaturan posisi
yang sesuai dengan keadaan luka bakar, diharapkan terjadinya
kecacatan dapat dicegah atau diminimalkan.
c) Terapi nutrisi
Ahli gizi diharapkan dapat membantu pasien dalam pemenuhan
nutrisi yang tidak hanya memenuhi kecukupan jumlah kalori,
protein, lemak, dan lain-lain tapi terutama juga dalam hal
pemenuhan makanan dan cara penyajian yang menarik karena hal
ini akan sangat mempengaruhi nafsu makan pasien. Dengan
pemberian nutrisi yang kuat serta menu yang variatif, diharapkan
pasien dapat mengalami proses penyembuhan luka secara optimal.
Ahli gizi bertugas memberikan penyuluhan tentang gizi pada pasien
dan dengan dukungan perawat dan keluarga dalam memberikan
motivasi untuk meningkatkan intake nutrisinya maka diharapkan
kebutuhan nutrisi yang adekuat bagi pasien terpenuhi.
b.
Medis
Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar antara
lain terapi cairan dan terapi obat – obatan topical.
1) Pemberian cairan intravena
Tiga macam cairan diperlukan dalam kalkulasi kebutuhan pasien :
a.
Koloid termasuk plasma dan plasma expander seperti dextran
b.
Elektolit seperti NaCl, larutan ringer, larutan Hartman atau
larutan tirode
c.
Larutan non elektrolit seperti glukosa 5%
2) Terapi obat – obatan topical
Ada berbagai jenis obat topical yang dapat digunakan pada pasien
luka bakar antara lain :
a) Mafenamid Acetate (sulfamylon)
Indikasi : Luka dengan kuman pathogen gram positif dan
negatif, terapi pilihan untuk luka bakar listrik dan pada telinga.
Keterangan : Berikan 1–2 kali per hari dengan sarung tangan
steril, menimbulkan nyeri partial thickness burn selama 30
menit, jangan dibalut karena dapat merngurangi efektifitas dan
menyebabkan macerasi.
b) Silver Nitrat
Indikasi : Efektif sebagai spectrum luas pada luka pathogen
dan infeksi candida, digunakan pada pasien yang alergi sulfa
atau tosix epidermal nekrolisis.
Keterangan : Berikan 0,5% balutan basah 2 – 3 kali per hari,
yakinkan balutan tetap lembab dengan membasahi setiap 2
jam.
3) Silver Sulfadiazine
Indikasi : Spektrum luas untuk microbial pathogen ; gunakan
dengan hati – hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau
hati.
Keterangan : Berikan 1–2 kali per hari dengan sarung steril, biarkan
luka terbuka atau tertutup dengan kasa steril.
4) Povidone Iodine (Betadine)
Indikasi : Efektif terhadap kuman gram positif dan negatif, candida
albican dan jamur.
Keterangan : Tersedia dalam bentuk solution, sabun dan salep,
mudah digunakan dengan sarung tangan steril, mempunyai
kecenderungan untuk menjadi kerak dan menimbulkan nyeri, iritasi,
mengganggu
pergerakan
dan
dapat
menyebabkan
asidosis
metabolic.Dengan pemberian obat–obatan topical secara tepat dan
efektif, diharapkan dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan
mencegah sepsis yang seringkali masih menjadi penyebab kematian
pasien.
H. KOMPLIKASI
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut
yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat
mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan
cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk
mengembalikan kepercayaan diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
a. Infeksi dan sepsis
b. Oliguria dan anuria
c. Oedem paru
d. ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
e. Anemia
f.
Kontraktur
g. Kematian
I.
Discharge planning
a. Jangan menaruh es batu, margarine, atau air es langsung pada bagian
kulit yang mengalami luka bakar karena bisa mengakibatkan kerusakan
lebih lanjut
b. Mempertahankan status nutrisi yang normal
c. Oleskan krim anti biotik atau salep khusus luka bakar sesuai anjuran
dokter
d. Tutupi luka bakar dengan kasa steril
e. Cucilah tangan dengan sabun dan air sebelum mengganti kassa pembalut
f. Jangan memecahkan dan menggaruk lepuhan luka bakar agar luka tidak
terinfeksi
g. Bersihkan luka bakar dengan kasa steril secara berkala
h. Awasi luka bakar secara berkala terhadap tanda-tanda infeksi
i. Singkirkan pakaian atau kain yang melekat pada kulit yang mengalami
luka bakar dengan merendamnya didalam laruan salin
j. Jelaskan penggunaan obat dan cara penanganan luka bakar
J.
PERAN PERAWAT
Pengetahuan perawat terhadap penanganan luka bakar merupakan hal
yang angat diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatanyang tepat.
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk menangani
setiap diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien luka bakar. Perawat
membantu klien untuk mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan. Pada proses penyembuhan luka bakar, perawat bertanggung
jawab untuk melakukan perawatan secara intensif, mengkonpensasi
kekurangan volume cairan yang timbul, mengatasi nyeri, serta mengurangi
ansietas klien.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
A. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 23-07-2013
Tanggal Pengkajian : 23-07-2013
1. Identitas
a.
Identitas Pasien
Nama
: An. “K”
Umur
: 13 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Hindu
Suku/ Bangsa
: Bali/ Indonesia
Pendidikan
: SMP
b.
2.
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Gianyar
No RM
:-
Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Ny. “P”
Umur
: 33 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Hindu
Hubungan dengan Pasien
: Ibu
RIWAYAT KESEHATAN
a.
Keluhan Utama
Klien masuk rumah sakit karena luka bakar
b.
Keluhan Utama Saat Dikaji
Klien mengatakan nyeri pada luka bakar.
c.
Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien datang melalui IRD RSUP Sanglah Denpasar pada
tanggal 22 juli 2013 dengan keluhan nyeri pada daerah muka
dan lengan kanan setelah terkena ledakan botol pylox pada saat
membakar sampah di rumah pada tanggal 22 pukul 18.00
WITA. Pasca terkena luka bakar ibu pasien langsung
mengoleskan bioplacenton pada sekitar luka pasien. Pada saat
dikaji keadaan luka nampak baik, tidak ada tanda- tanda infeksi
(rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi laesa, dan eksudat). Keadaan
umum baik. Klien masih merasakan nyeri pada daerah luka,
kebutuhan masih dibantu perawat dan keluarga.
d.
Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi obat atau makanan
e.
Riwayat Pengobatan
Klien mengatakan hanya berobat ke Puskesmas karena klien
hanya menderita penyakit biasa batuk, pilek dan panas saja.
f.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan hanya batuk, pilek, dan panas biasa dan bisa
sembuh dengan berobat ke Puskesmas saja.
g.
Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan di keluarga tidak ada penyakit keturunan
dan penyakit kronis.
3.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Lemah
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
TTV
: TD : 110/ 80 mmHg
N :88x/menit
S : 36,7°C
RR :18x/menit
Head To Toe
a. Kepala dan Wajah
Inspeksi : Terdapat luka bakar 4%. Bentuk kepala bulat, kulit
wajah tampak ada bekas luka terbakar, kulit wajah
Nampak menghitam. rambut hitam, mata simetris,
sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak pucat,
penglihatan normal, hidung simetris, tidak ada polip,
tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, mulut simetris, tidak ada stomatitis.
Palpasi :
normocepali, tidak ada massa.
b. Leher
Inspeksi : Tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada lesi
c.
Thorax (Dada)
Inspeksi
: Pengembangan dada simetris, frekuensi
pernafasan 20x/menit, tidak ada lesi.
Palpasi
: tidak ada massa, tidak ada lesi
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, suara jantung normal S1S2
tunggal.
Perkusi
d.
: perkusi paru sonor, perkusi jantung redup.
Abdomen
Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada lesi,
tidak ada massa. Auskultasi : Timpani
Palpasi
: tidak massa, tidak ada distensi abdomen,
tidak ada pembesaran organ, tidak ada nyeri
tekan.
Perkusi
e.
: pekak
Eksternitas
Atas
: terdapat luka bakar 2% pada lengan kanan. Tidak
ada fraktur, pergerakan sendi agak kaku, turgor kulit
elastis.
Bawah : tidak terdapat fraktur, pergerkan sendi normal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
NO
1.
DATA
DS:
−
ETIOLOGI
PROBLEM
Terkana paparan Panas Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri pada
luka bakar dengan skala 2
(0-10), nyeri seperti terbakar
Perlukaan pada kulit
(panas, perih), nyeri
dirasakan terus menerus
DO:
−
Klien tampak meringis
−
Klien tampak lemah karena
kesakitan
−
TTV :
−
- TD: 110/ 80 mmHg
−
N:88x/menit
−
- S: 36,7°C
RR:18x/menit
Pelepasan Reseptor
nyeri Saraf perifer
Hipotalamus
Nyeri
2.
DS : -
Pertahanan primer
tidak adekuat
DO :
−
Terdapat luka bakar grade II
6%
−
Klien
kontak
dengan
lingkungan luar (keluarga dan
pengunjung)
kerusakan
perlindungan kulit
jaringan traumatik
Pertahanan sekunder
tidak adekuat
Resiko Infeksi
3.
DS :
-
Api
Kerusakan
Integritas
DO :
−
Kulit
Kulit
wajah
pasien
tampak terkelupas.
−
Kulit
wajah
tampak
kehitaman akibat luka bakar
Suhu Panas (ledakan
gas)
Kontak dengan
permukaan kulit
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, ditandai
dengan: Klien mengatakan nyeri pada luka bakar dengan skala 2
(0-10), nyeri seperti terbakar (panas, perih), nyeri terasa 2-3
menit, Klien tampak meringis, Klien tampak lemah karena
kesakitan.
b.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)
ditandai dengan terdapat luka bakar grade II 6%, klien kontak
dengan lingkungan luar ( keluarga dan pengunjung yang
menjenguk)
c.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma karena
luka bakar ditandai dengan kerusakan permukaan kulit wajah dan
lengan, kulit wajah dan lengan tampak menghitam akibat luka
bakar.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI/
DX
TANGGAL
Selasa
23-Juli-2013
TUJUAN DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
PARAF
KRITERIA HASIL
1
1. Tutup luka sesegera mungkin kecuali
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
gesekan
terbuka
menyebabkan
2. Pertahankan suhu lingkungan yang
beri
lampu
penghangat,
penutup tubuh hangat
3. Kaji nyeri dengan PQRST
dan
udara
nyeri
nyaman,
Kriteria Hasil:
berubah
perawatan luka bakar pemajanan udara
jam nyeri pasien diharapkan
dapat berkurang, dengan
1. Suhu
gerakan
hebatpada
pemajanan ujung saraf
2. Untuk mengurangi nyeri,
mencegah
tubuh
menggigil
 Klien mengatakan nyeri
3. Nyeri
berkurang
 Klien
tidak
 Skala
nyeri
dapat berubah dan paling
meringis
4. Ajarkan tekhnik management nyeri,
kesakitan
turun
sewaktu-waktu
distraksi, relaksasi, dan nafas dalam
berat pada saat pergantian
balutan dan debridement
4. Fokuskan
menjadi 1 (0-10)
5. Kaji TTV
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgetik
kembali
perhatian relaksasi dapat
menurunkan
ketergantungan
farmakologis
5. Nyeri
dapat
mempengaruhi fisiologis
tubuh
6. Pengobatan
yang
tepat dapat mengurangi
nyeri
2
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan klien bebas
dari infeksi/infeksi tidak
terjadi.
1. Pertahankan teknik aseptif
2. Batasi pengunjung bila perlu
tindakan keperawatan. Gunakan baju,
sarung tangan sebagai alat pelindung
4. Ganti letak IV perifer dan dressing
5. Tingkatkan intake nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda
infeksi dolor, kalor,
rubor, tumor, fungsio
laesa dan eksudat.
 pembentukan jaringan
epitelisasi baik
 Menunjukkan
pathogen
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah 2. Mengurangi klien kontak
sesuai dengan petunjuk umum
Kriteria evaluasi:
1. Mencegah transmisi kuman
6. Berikan terapi antibiotik
dengan lingkungan luar
3. Mencegah
infeksi
nosokomial
4. Mencegah
timbulnya
flebitis
5. Mempercepat
7. Monitor tanda dan gejala infeksi
penyembuhan
8. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
menambah imunitas
gejala infeksi
9. Kaji suhu badan pada pasien setiap 3
jam
luka
6. Farmakoterapi
dan
untuk
pencegahan infeksi
7. Mengidentifikasi terjadinya
infeksi
8. Health
education
untuk
kemampuan untuk
klien dan keluarganya
mencegah timbulnya
9. Mengidentifikasi
infeksi seperti mencuci
tanda- tanda infeksi
tangan.
 Jumlah leukosit dalam
batas normal
3
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman
luka, perhatikan jaringan nekrotik dan
dasar tentang kebutuhan
kondisi sekitar luka.
penanaman kulit dan
kemungkinan petunjuk
jam, diharapkan klien
tentang sirkulasi pada aera
Menunjukkan regenerasi
graft.
jaringan
2. Lakukan perawatan luka bakar yang
tepat dan tindakan kontrol infeksi.
tepat waktu pada area
luka bakar.
2. Menyiapkan jaringan
untuk penanaman dan
menurunkan resiko.
Kriteria Hasil:
Mencapai penyembuhan
1. Memberikan informasi
3. Pertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
3. Kain nilon/membran
silikon mengandung
kolagen porcine peptida
4. Tinggikan area graft bila
mungkin/tepat. Pertahankan posisi
yang diinginkan dan imobilisasi area
bila diindikasikan.
yang melekat pada
permukaan luka sampai
lepasnya atau mengelupas
secara spontan kulit
repitelisasi.
5. Pertahankan balutan diatas area graft
4. Menurunkan
baru dan/atau sisi donor sesuai
pembengkakan
indikasi.
/membatasi resiko
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci,
pemisahan graft. Gerakan
dan minyaki dengan krim, beberapa
jaringan dibawah graft
waktu dalam sehari, setelah balutan
dapat mengubah posisi
dilepas dan penyembuhan selesai.
yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
5. Area mungkin ditutupi
7. Lakukan program kolaborasi :
Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan
biologis.
oleh bahan dengan
permukaan tembus
pandang tak reaktif.
6. Kulit graft baru dan sisi
donor yang sembuh
memerlukan perawatan
khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.
7. Graft kulit diambil dari
kulit orang itu
sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara
pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu
siap ditanam.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/
DX
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
RESPON HASIL
PARAF
TANGGAL
Selasa
1
1. Mengkaji nyeri denga PQRST
1. Klien mengeluh nyeri pada luka, nyeri seperti
panas dan perih, skala nyeri 2 (0-10), nyeri
23-Juli-2013
dirasakan terus-menerus.
2. Klien nyaman dengan posisi semi fowler
2. Mengatur posisi senyaman mungkin
3. Mempertahankan
suhu
lingkungan
yang 3. Klien
nyaman, beri lampu penghangat, penutup tubuh
menggunakan
menghangatkan tubuhnya.
hangat
4. TD : 110/80 mmhg
4. Memonitor TTV
N: 80x/menit,
selimut
untuk
S: 36,5°C,
RR: 18x/menit
5. Klien berbincang-bincang dengan keluarganya
5. Mengajar kan tekhnik management nyeri,
distraksi dan relaksasi seperti menonton tv,
berbicara dengan keluarga, membaca buku dll.
6. Berkolaborasi
dengan
tim
medis
dalam 6. Terapi yang didapat :
pemberian analgetik
Tramadol : 50 mg
Ketorolac
2
1. Mepertahankan teknik aseptif, cuci tangan setiap 1. Petugas
kesehatan selalu
mencuci
tangan
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
sebelum dan sesudah kontak atau memberikan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
tindakan kepada klien.
pelindung
2. Membatasi pengunjung bila perlu
3. Meningkatkan intake nutrisi
Pengunjung dibatasi oleh waktu
dalam
menjenguk klien
3. Menganjurkan klien untuk benyak makan dan
4. Berkolaborasi dalam pemberikan terapi
antibiotik
minum.
4. Terapi yang didapat Cefotaxime 1 gram
5. Memonitor tanda dan gejala infeksi
5. Tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, kalor,
6. Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
7. Mengkaji suhu badan pada pasien setiap 3 jam
rubor, tumor dan fungsio laesa).
6. Klien
mengerti
dengan
penjelasan
yang
diberikan
7. Suhu klien : 36,5° c (dalam batas normal)
3.
1. Mengkaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
1. Warna kulit kehitaman dan terkelupas.
2. Klien tampak meringis kesakitan saat di
luka.
2. Melakukan perawatan luka bakar yang tepat dan
tindakan kontrol infeksi.
lakukan perawtan luka.
3. Luka tampak membaik
4. Luka tambak memerah dan membaik.
3. Mempertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
4. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan
minyaki dengan krim, beberapa waktu
dalam sehari, setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.
Rabu
24-Juli-2013
1.
1.
Mengkaji nyeri denga PQRST
1.
Klien mengeluh nyeri pada luka, nyeri seperti
2.
Mengatur posisi senyaman mungkin
panas dan perih, skala nyeri 2 (0-10), nyeri
3.
Mempertahankan suhu lingkungan yang
dirasakan pada saat berjalan saja.
nyaman, beri lampu penghangat,
2.
Klien dalam posisi semi fowler
penutup tubuh hangat
3.
Klien selalu selimut untuk menghangatkan
4.
Memonitor TTV
tubuhnya.
5.
Menganjurkan klien untuk menggunakan tehnik 4.
TD : 110/70 mmhg
distraksi dan relaksasi saat nyeri timbul
6.
Berkolaborasi
dengan tim medis
N: 80x/menit,
dalam melanjutkan pemberian
S: 36,5°C,
analgetik
RR: 18x/menit
2.
5.
Klien mengerti dengan instruksi yang diberikan
6.
Terapi yang didapat :
7.
Tramadol : 50 mg Ketorolac 1
1. Mepertahankan teknik aseptif, mencuci tangan 1. Petugas kesehatan selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dan melakukan
sebelum dan sesudah kontak atau memberikan
tindakan keperawatan. Sarung tangan sebagai
tindakan kepada klien.
alat pelindung
2. Pengunjung
2. Membatasi pengunjung
3. Meningkatkan intake nutrisi
dibatasi
oleh
waktu
dalam
menjenguk klien
3. Menganjurkan klien untuk banyak makan dan
4. Berkolaborasi dalam pemberikan terapi
minum dari makanan yang sudah disediakan
antibiotik
rumah sakit
5. Memonitor tanda dan gejala infeksi
4. Terapi yang didapat Cefotaxime 1 gram
6. Mengkaji suhu badan pada pasien setiap 3 jam
5. Tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, kalor,
rubor, tumor dan fungsio laesa).
6. Suhu klien : 36,5° c (dalam batas normal)
3.
1. Mengkaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, 1. Warna kulit kehitaman dan terkelupas.
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar 2.
Klien tampak meringis kesakitan saat di lakukan
luka.
perawtan luka.
2.
3.
Melakukan perawatan luka bakar yang tepat dan 3.
Luka tampak membaik
tindakan kontrol infeksi.
Luka tambak memerah dan membaik.
4.
Mempertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
4. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan
minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam
sehari,
setelah
balutan
dilepas
dan
penyembuhan selesai.
Kamis
4.
1. Mengkaji nyeri denga PQRST
1. Klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri
2. Mengatur posisi senyaman mungkin
25-Juli-2013
3. Mempertahankan
suhu
lingkungan
lagi.
yang 2. Klien dalam posisi semi fowler
nyaman, beri lampu penghangat, penutup tubuh 3. Klien selalu selimut untuk menghangatkan
hangat.
4. Memonitor TTV
tubuhnya.
4. TD : 128/70 mmHg
N: 80x/menit,
S: 36,5°C,
RR: 24x/menit
2.
1. Mepertahankan teknik aseptif, mencuci tangan 1.
Petugas kesehatan selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dan melakukan
sebelum dan sesudah kontak atau memberikan
tindakan keperawatan. Sarung tangan sebagai
tindakan kepada klien.
alat pelindung
2.
Pengunjung
dibatasi
oleh
waktu
dalam
2. Membatasi pengunjung
3. Meningkatkan intake nutrisi
menjenguk klien
3.
4. Berkolaborasi dalam pemberikan terapi
antibiotik
3.
Menganjurkan klien untuk banyak makan dan
minum dari makanan yang sudah disediakan
4.
Terapi yang didapat Cefotaxime 1 gram
5. Memonitor tanda dan gejala infeksi
5.
Tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, kalor,
4. Mengkaji suhu badan pada pasien setiap 3 jam
6.
rubor, tumor, fungsio laesa dan eksudat).
7.
Suhu klien : 36,5° c (dalam batas normal)
1. Mengkaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, 1. Warna kulit kehitaman dan terkelupas.
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar 2. Klien tampak meringis kesakitan saat di lakukan
luka.
perawtan luka.
2. Melakukan perawatan luka bakar yang tepat dan 3.
tindakan kontrol infeksi.
3. Mempertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
4. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan
minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam
sehari, setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.
E. EVALUASI
4.
Luka tampak membaik
Luka tampak memerah dan membaik.
HARI/
DX
EVALUASI
1
S: Klien Mengatakan masih nyeri pada luka bakar, nyeri seperti panas, dan perih, nyeri terus-menerus,
TANGGAL
Selasa
nyeri pada angka 2 (0-10)
23-Juli-2013
O: Wajah klien tampak meringis
Skala 2 (0-10)
A: tujuan teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan :
- Kaji Nyeri dengan PQRST
- Monitor TTV
- Atur posisi senyaman mungkin
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2
S: O: - tidak ada tanda-tanda infeksi
- Suhu tubuh dalam batas normal : 36,5 °c
A : Infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan:
PARAF
- Indentifikasi adanya tanda-tanda infeksi
- Monitor TTV
- Rawat luka
- Batasi pengunjung
3
S: O : - Kulit wajah dan lengan pasien tampak terkelupas
- Warna kulit tampak kemerahan
A: Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi. P:
Intervensi dilanjutkan:
- Mengkaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
luka.
- Melakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
Rabu
24-Juli-2013
1
S: Klien Mengatakan masih nyeri pada luka bakar, nyeri seperti panas, dan perih, nyeri dirasakan saat
berjalan, nyeri pada angka 2 (0-10)
O: Wajah klien tampak meringis saat berjalan
Skala 2 (0-10)
A: tujuan teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan :
- Kaji Nyeri dengan PQRST
- Monitor TTV
- Atur posisi senyaman mungkin
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2
S: O: - tidak ada tanda-tanda infeksi
- Suhu tubuh dalam batas normal : 36,5 °c
A : Infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan:
- Indentifikasi adanya tanda-tanda infeksi
- Monitor TTV
- Rawat luka
- Batasi pengunjung
3
S: O : - Kulit wajah pasien tampak terkelupas
- Warna kulit tampak kemerahan
- Luka tampak cukup membaik
A: Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian.
P: Intervensi dilanjutkan:
- Mengkaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
luka.
- Melakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
Kamis
1
S: klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi
O: Wajah klien tampak rileks
25-Juli-2013
Skala nyeri 0 (0-10)
A: Nyeri hilang
P: Intervensi dihentikan
2
S: O: - tidak ada tanda-tanda infeksi
- Suhu tubuh dalam batas normal : 36,5 °c
A : Infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan:
- Indentifikasi adanya tanda-tanda infeksi
- Monitor TTV
- Rawat luka
- Batasi pengunjung
3
S: O : - Kulit wajah pasien yang terkelupas sudah tampak membaik
- Luka tampak membaik
A: Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan:
- Mengkaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
luka.
- Melakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol infeksi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),
akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn) (Moenajat, 2001).
Menurut Aziz Alimul Hidayat, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi
atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabkan oleh panas yang
tinggi, tetapi oleh senyawa kimia, llistrik, dan pemanjanan (exposure)
berlebihan terhadap sinar matahari.
B. SARAN
Dalam menangani korban luka bakar harus memegang prinsip steril dan
sesua medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi
kesembuhan luka bakar. Setiap individu diharapkan selalu waspada dan
berhatiberhati dalam kegiatan-aktivitas terutama pada hal hal yang dapat
memicu luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Amin, Hardhi, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis
dan NANDA NIC-NOC.
B. Web site
annas, z. a. laporan kasus luka bakar. From scribd.com:
https://id.scribd.com/doc/164523373/Laporan-Kasus-Luka-Bakar (diakses
7, oktober 2020).
triananda, e. Laporan Pendahuluan Luka Bakar. From academia.edu: di
https://www.academia.edu/36151405/GAWAT_DARURAT_LUKA_BA
KAR (diakses 2020, oktober 7).
uzul, s. M. peran perawat dalam perawatan luka bakar. From scribd.com:
https://id.scribd.com/doc/291799136/BAB-I-Peran-Perawat-Luka-Bakar
(diakses 2020, oktober 11).
Download