REFERAT CEDERA OTAK Indah Kurniati (K1A1 14 080) PEMBIMBING : dr. Happy Handaruwati, M.Kes., Sp. S. BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2020 PENDAHULUAN Cedera otak traumatis (TBI) dapat didefinisikan sebagai gangguan pada fungsi otak, yang disebabkan oleh kekuatan fisik eksternal. Insiden tahunan TBI diperkirakan mencapai 50 juta kasus di seluruh dunia. TBI melibatkan gangguan ke otak dari kekuatan mekanik eksternal (misalnya, pukulan ke kepala dalam serangan, jatuh, atau kecelakaan mobil). Trauma merupakan penyebab terbanyak kematian pada usia di bawah 45 tahun dan lebih dari 50% merupakan trauma kapitis. Trauma kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan fsik dan mental yang kompleks, defisit kognitif, psikis, intelektual, dan lainlain, yang dapat bersifat sementara ataupun menetap. DEFINISI Cedera otak traumatis (TBI), sering juga disebut sebagai “silent epidemic”, didefinisikan sebagai neurotrauma yang disebabkan oleh kekuatan mekanik yang terjadi pada kepala. EPIDEMIOLOGI Trauma adalah penyebab utama kematian pada individu berusia 1-45, dengan cedera otak traumatis (TBI) yang bertanggung jawab untuk sebagian besar dari ini, lebih dari 50.000 kematian per tahun di Amerika Serikat. Pada tahun 2005 di RSCM : 434 ringan, 315 sedanng dan 28 berat. Di Rumah Sakit Siloam pada tahun 2005 : 347 kasus trauma kepala. Di Rumah Sakit Atma Jaya pada tahun 2007, jumlah pasien trauma kepala mencapai 125 orang. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Dari data pasien cedera otak yang datang ke RSUD Dr. Soetomo sejak Januari 2002 hingga Desember 2006, didapatkan tahun 2002 sebanyak 2005 kasus, tahun 2003 sebanyak 1910 kasus, tahun 2004 sebanyak 1621, tahun 2005 sebanyak 1670 kasus dan tahun 2006 sebanyak 1588 kasus. ANATOMI Spatium Meningeales : 1. Spatium epidural 2. Spatium subdural 3. Spatium subarachnoidea ANATOMI Tiga bagian besar dari encephalon adalah brain stem, cerebellum dan cerebrum • Encephalon dalam pertumbuhannya membentuk prosencephalon, mesencephalon dan rhombencephalon. • rhombencephalon myelencephalon dan metencephalon. • Prosencephalon telecephalon dan diencephalon. KLASIFIKASI Klasifikasi secara klinis dikelompokkan berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS) : Ringan (GCS 14-15) Sedang (9-13) Berat (3-8) TBI skor Berdasarkan morfologinya, cedera kepala dapat dibagi menjadi: Hematoma Epidural Hematoma Subdural Hematoma intraserebral Perdarahan subaraknoid Contutio serebri Commotion serebri Diffuse Axonal Injury (DAI) Gambar 3. Hematoma epidural Gambar 4. Hematoma subdural Gambar. Perdarahan intraserebral Gambar 5. Perdarahan subaraknoid3 PATOGENESIS Cidera otak traumatis dapat disebabkan oleh mekanisme tumpul dan penetrasi. Jatuh (35%) dan tabrakan kendaraan bermotor (17%) adalah penyebab yang paling umum Cedera Primer Kerusakan jarigan & Gangguan autoregulasi CBF Akumulasi asam laktat, ↑ permeabilitas membran sel edema Met anaerob ≠ kebutuhan otak ↓ATP Kegagalan pompa ion yang bergantung pada ATP Cedera Sekunder Depolarisasi membran berlanjut, eksitoksisitas, Aktivasi saluran Ca++ dan Na+ Inflamasi, kaskade apoptosis kematian sel DIAGNOSIS Penilaian : jalan napas, perlindungan tulang belakang leher, pernapasan, sirkulasi, kontrol perdarahan yang diikuti oleh GCS a. b. c. d. e. f. g. h. i. • ANAMNESIS Identitas pasien Keluhan utama Mekanisma trauma Waktu dan perjalanan trauma Pernah pingsan atau sadar setelah trauma Amnesia retrograde atau antegrade Keluhan:Nyeri kepala seberapa berat, penurunan kesadaran, kejang, vertigo Riwayat mabuk, alkohol, narkotika, pasca operasi kepala Penyakit penyerta • PEMERIKSAAN FISIS UMUM (Breath, Blood, Brain, Bowel, Bladder, Bone) • PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Kesadaran, Saraf kranial (II,III, VII perifer), Motoris, Sensoris, Autonom DIAGNOSIS Glasgow Coma Scale (GCS) Komponen Respon membuka mata Respon Verbal Respon Motorik Respon Membuka mata spontan Membuka mata oleh perintah Membuka mata oleh rangsang nyeri( tekan pada saraf supraorbita atau kuku jari) Tidak ada reaksi Mengikut perintah Melokalisasi nyeri Menghindari nyeri Fleksi abnormal (decortisasi) Ektensi abnormal (deserebrasi) Tidak ada respon Orientasi baik dan mampu berkomunikasi Disorientasi tapi mampu berkomunikasi Menyebutkan kata-kata yang tidak sesuai Mengerang( tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang) Tidak ada respon Skor 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN PENUNJANG : 1. Foto Polos Kepala 2. CT-Scan kepala 3. MRI Indikasi CT-scan: 1) Mata hanya membuka bila ada rangsang sakit (nilai GCS <12). 2) Terdapat penurunan kesadaran (nilai GCS <14) dan tidak membaik dalam 1 jam setelah diobservasi ataupun 2 jam setelah trauma. 3) Terdapat fraktur atau depresi pada dasar tengkorak atau trauma penetrasi. 4) Terdapat penurunan kesadaran atau tanda defisit neurologi baru. 5) Kesadaran penuh (GCS 15), tanpa fraktur, tetapi nyeri kepala berat dan persisten, terdapat setidaknya 2 kali muntah pada selang waktu yang berbeda. 6) Ada riwayat gangguan pembekuan darah (seperti menggunakan obat antikoagulan) dan penurunan kesadaran, amnesia, dan tampak gejala defsit neurologi. PENATALAKSANAAN Manajemen Umum a. Suplementasi oksigen SpO2 <90% b. Pembebasan jalan napas c. Semua pasien dengan cedera kepala dianggap memiliki cedera tulang belakang leher hingga terbukti sebaliknya, sehingga harus menggunakan neck collar. d. Kristaloid isotonik TERAPI CAIRAN OSMOTERAPI ANTIKONVULSAN Manajemen Spesifik a. Survei Primer: Airway, Breathing, Circulating dengan control perdarahan, Disability (evaluasi neurologis) b. Survei sekunder (head to toe) ANTIBIOTIK NUTRSI & REHABILITASI PENATALAKSANAAN Indikasi Operasi 1. EDH : - perdarahan > 40 cc, midline shift pada daerah temporal, frontal, parietal dengan fungsi batang otak masih baik -perdarahan > 30 cc, pada daerah fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik - EDH progresif 2. SDH : Perdarahan luas > 40 cc, midline shift > 5 mm, GCS > 6, fungsi batang otak masih baik 3. ICH: Penurunan kesadaran progresif, perburukan defisit neurologis, hipertensi dan bradikardi serta gangguan napas (cushing reflex) 4. Fraktur Kranii terbuka (pencegahan infeksi intra-kranial) 5. Edema serebri berat yang ditandai dengan tanda peningkatan TIK PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI PROGNOSIS Tergantung berat-ringannya cedera kepala yang terjadi. Mortalitas evakuasi hematoma epidural adalah 10%, Perdarahan epidural, subdural dan intraserebral mempunyai hasil yang lebih buruk jika disertai perdarahan subaracnoid KOMPLIKASI 1. 2. 3. 4. 5. Kardiovaskular (perubahan EKG) Respirasi (gagal napas) Hematologi ( disfungsi koagulasi) Psikiatri (depresi, PTSD, gangguan kecemasan umum, OCD) Endokrin