Cedera Kepala Pembimbing : dr. Alfred Sutrisno, Sp.BS Disusun oleh : Melisa Canggra 406202073 Hoki Alexandro 406202074 Cindy Rachmadewi A 406202075 Rasikha Tsamara Fariq 406202076 Tamara Muliani 406202077 Kepaniteraan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 3 – 15 Mei 2021 Laporan Kasus IDENTITAS PASIEN •Nama : Tn. A •Usia : 52 Tahun •Tanggal Lahir : 5 Januari 1969 •Jenis Kelamin : Laki-laki •Alamat : Grogol Petamburan •Pekerjaan •Agama : Wiraswasta : Islam •Tanggal Masuk RS : 10 Mei 2021 ANAMNESIS Keluhan Utama • Penurunan kesadaran Keluhan Tambahan • Tidak diketahui Riwayat Penyakit Sekarang • Seorang pasien diantar ke UGD dalam keadaan tidak sadar. Diketahui dari allo anamnesis bahwa pasien mengalami kecelakaan motor dan saksi mengatakan bahwa kepalanya terbentur dengan pembatas jalan. Pasien saat itu menggunakan helm, dan tidak ditemukan adanya pendarahan pada daerah kepala. 10.00 ANAMNESIS Riwayat Penyakit Dahulu • Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain, seperti hipertensi, DM atuapun dyslipidemia Riwayat Penyakit Keluarga • Keluarga tidak memiliki riwayat keluhan yang sama Riwayat Pengobatan • Pasien sedang tidak mengkonsumi obat-obatan tertentu 10.05 ANAMNESIS Riwayat Alergi • Pasien tidak memiliki riwayat alergi Riwayat Kebiasaan • Pasien makan teratur 3 kali sehari Riwayat Lingkungan dan Sosial • Pasien tinggal bersama keluarganya. Pasien memiliki toko harian dengan 1 pegawai 10.10 10.15 PEMERIKSAAN FISIK •Kesadaran : GCS 8 (E2M4V2) •TTV : •Tekanan darah : 110/70 mmHg •Nadi : 98x/menit reguler isi cukup •Suhu : 36.50 C •Pernafasan : 28x/menit (Takipneu) •Antropometri : •BB : 73 kg •TB : 170 cm •Status Gizi : IMT: 25,25 (Obesitas I) PEMERIKSAAN SISTEM •Kepala : normalsefali, rambut hitam beruban, distribusi merata, tidak ada alopesia, benjolan (-) •Mata : sklera ikterik -/-, reflek cahaya tidak langsung +/+, , konjungtiva anemis -/-, Racoon eyes (-) •Telinga : bentuk normal, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik aurikel (-), liang telinga D/S lapang, serumen (-), sekret (-), Battle’s sign (-) 10.17 • Hidung : deviasi septum -/-, pendarahan -/-, rhinorea -/- • Mulut : perioral sianosis (-), bibir kering, lidah kotor tepi hiperemis (-), tremor (-), caries dentis (+), tonsil T1T1 tidak hiperemis, mukosa dinding faring tidak hiperemis • Leher : bentuk simetris, KGB tidak teraba membesar, JVP 5-2 cm H2O • • • Ekstremitas : • Atas : Ikterik -/-, Edema /-, Sianosis -/• Bawah : Ikterik -/-, Edema -/-, Sianosis -/Kulit : turgor baik KGB : tidak teraba adanya pembesaran PEMERIKSAAN SISTEM 10.30 Jantung : •I : ictus cordis tidak tampak •P : ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial dari linea midclavicularis sinistra •P : Batas jantung atas; ICS III garis sternalis sinistra, Batas Jantung Kanan; ICS IV, 1 cm lateral linea sternalis dextra, Batas Janting Kiri; ICS VI, 1 cm lateral linea midclavicular sinistra •A : BJ 1 BJ 2 reguler, murmur (-), gallop (-) Paru : •I : Gerakan napas simetris •P : Vocal fremitus simetris, krepitasi (-) •P : Sonor di kedua lapang paru •A : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : •I : datar •A : BU (+) normal •P : Timpani diseluruh lapang abdomen •P : Hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-) STATUS NEUROLOGIS • Rangsang Meningeal Brudzinski I & II (-) Kernick sign (-) Nervus cranialis : normal simetris, tidak tampak kelainan Kekuatan otot : eutrofi dan normotonus Refleks Fisiologi • Biceps : +/+ normal • Triceps : +/+ normal • Patella : +/+ normal Refleks Patologis • Babinski : -/• Chaddock : -/• • • • • • 10.45 PEMERIKSAAN PENUNJANG • 10.45 Pemeriksaan Laboratorium • • • • • Hb : 14 g/dl Hematokrit : 42% Leukosit : 5000/ mm3 GDS : 180 g/dL Profil lipid • • • • • Kolesterol total TG LDL-C APTT PT : 200 mg/dl : 100 mg/dl : 130 mg/dl : 30 detik : 11.5 Resume Telah diperiksa pasien laki-laki 52 tahun diantar ke UGD dengan penurunan kesadaran. Dari Alloanamnesis didapati: Pasien mengalami kecelakaan motor dan saksi mengatakan bahwa kepalanya terbentur dengan pembatas jalan. Pasien saat itu menggunakan helm, dan tidak ditemukan adanya pendarahan pada daerah kepala. Dari pemeriksaan fisik didapati: • Kesadaran: GCS 8 (E2M4V2) • TTV : Takipneu • Status gizi: obesitas I • Pupil anisokor (5mm dan 3mm) Pemeriksaan Penunjang • CT-SCAN Diagnosis • • Diagnosis kerja : subarachnoid hemorrhage (SAH) Diagnosis banding : stroke hemorrhagic Tinjauan Pustaka Definisi Trauma Kepala • Trauma kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik dan psikososial dengan perubahan kesadaran. • Cedera kepala bisa tertutup atau terbuka : • Tertutup adalah cedera yang tidak merusak tengkorak. • Terbuka (menembus) adalah cedera yang merusak kulit kepala dan tengkorak dan dapat mengenai otak. • Etiologi • Jatuh • Kecelakaan kendaraan bermotor • Kekerasan Konsensus nasional penanganan Trauma kapitis. PERDOSSI 2006 U.S. National Library of Medicine. Head Injuries. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Epidemiologi Cedera kepala merupakan salah satu jenis trauma yang paling sering di jumpai di IGD. Sekitar 90% mortalitas pra-rumah sakit yang berkaitan ddengan trauma disebabkan trauma kepala. Prevalensi cedera kepala di Indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%. Cedera kepala lebih sering terjadi pada pasien dengan usia produktif. Ferry L, Patria W.Y., Edwin W, dan Nadira P.S. 2020. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5. Depok: Media Aesculapius Glasgow Coma Scale Clinical severity score : severe head injury (3-8), moderate head injury (9-12), mild head injury (13-15) Classification of Traumatic Brain Injury Richard G. Ellenbogen, Laligan N. Sekhar, Neil Kitchen. Principal of Neurological Surgery 4th Edition. 2018. Elsevier: Philadelphia. Initial Evaluation in TBI Richard G. Ellenbogen, Laligan N. Sekhar, Neil Kitchen. Principal of Neurological Surgery 4th Edition. 2018. Elsevier: Philadelphia. Skull Fractures • Types • • • • • Linear Stellate (multiple & radiating from a point) Comminuted (multiple, creating fragments of bone) Depressed (due to focal injury, inner Closed (covered by intact skin) / open ( associated with disrupted overlying skin) Richard G. Ellenbogen, Laligan N. Sekhar, Neil Kitchen. Principal of Neurological Surgery 4th Edition. 2018. Elsevier: Philadelphia. Linear Skull Fractures • Linear, • nondepressed skull fractures jarang membutuhkan intervensi operatif Biasanya dari trauma tumpul Richard G. Ellenbogen, Laligan N. Sekhar, Neil Kitchen. Principal of Neurological Surgery 4th Depressed Skull Fractures • • • Depressed skull fracture dapat dihubungkan dengan adanya cedera dural –> membutuhkan perbaikan secara operatif. Open skull fractures perlu early surgical repair dan pemberian antibiotic. Biasanya terjadi pada regio frontoparietal karena tulangnya tipis Richard G. Ellenbogen, Laligan N. Sekhar, Neil Kitchen. Principal of Neurological Surgery 4th Edition. 2018. Skull Base Fractures • • Biasanya berhubungan dengan robeknya dura dan terdapat pada dasar tengkorak Manifestasi klinis : Otorrhea Battle’s Sign Anosmia Rhinorrhea Ekimosis periorbital (raccoon eyes) • Facial Nerve Palsies, cranial nerves injury • • • • • Richard G. Ellenbogen, Laligan N. Sekhar, Neil Kitchen. Principal of Neurological Surgery 4th Edition. 2018. Elsevier: Philadelphia. Skull Base Fracture • Identifikasi fraktur basis cranium penting dapat terjadi kebocoran CSF yang persisten • • Sebagian besar dapat sembuh sendiri Memerlukan drainase CSF dengan drainase lumbar atau perbaikan secara operasi (jika refrakter) Scalp Injury • • Akibat trauma tumpul atau penetrasi ke kepala pada bagian yang banyak vaskularisasi Tatalaksana • • Direct pressure untuk kontrol pendarahan (dan untuk memudahkan inspeksi) Simple laceration irigasi & tutup luka • • • • Laserasi pendek & single-layer jahitan perkutan Laserasi panjang & bercabang debridement & penanganan secara operasi Penyambungkan kembali galea dengan hati-hati memberikan hemostasis yang lebih baik Blunt trauma dapat menyebabkan crush injury dengan nekrosis jaringan • Debridement & flap untuk menutup defek F. Charles Brunicardi, et.al. Schwartz’s Principle of Surgery 10th Edition. 2015. McGraw-Hill Education Subarachnoid Hemorrhage • Definisi : Suatu keadaan kegawatdaruratan yang ditandai oleh nyeri kepala yang sangat hebat, “worst headache ever” (VAS 9-10) yang muncul akut/tiba-tiba akibat perdarahan di ruang subarahnoid • Etiologi : • Ruptur aneurisma • Perdarahan perimesensefalik nonaneurisma PPK Neurologi 2016 Tanda dan Gejala (Anamnesis) Gejala prodomal yaitu : − Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat berupa : sakit kepala, muntah-muntah, sampai kesadaran menurun. − Gejala rangsang meningeal : sakit kepala, kaku leher, silau, sampai kesadaran menurun Gejala khusus untuk perdarahan subarahnoid dapat berupa : − Manifestasi peningkatan tekanan intrakranial karena edema serebri, hidrosefalus dan terjadinya perdarahan berulang − Defisit neurologis fokal − Manifestasi stroke iskemik karena vasospasme bergantung kepada komplikasinya PPK Neurologi 2016 Pemeriksaan Fisik SAH Tanda Rangsang Meningeal / Kaku Kuduk • Nyeri kepala • Kelumpuhan saraf kranial • Kelemahan motorik • Defisit sensorik • Gangguan otonom • Gangguan neurobehavior PPK Neurologi 2016 Kriteria Diagnosis Nyeri kepala yang sangat hebat, muncul akut/tiba-tiba, disertai kaku kuduk, dengan atau tanpa defisit neurologis lain, dan pada CT Scan otak didapatkan gambaran hiperdens di ruang subarachnoid Diagnosis Banding: • Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT Brain) • Meningitis PPK Neurologi 2016 Pemeriksaan Penunjang • • CT scan CT angiografi Fisher scale/grade Tatalaksana a. Tatalaksana Umum : • Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan • Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid) • Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan) • Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan) b. Tatalaksana Spesifik • Manajemen factor resiko (hipertensi) • Pencegahan perdarahan ulang (Vit. K, antifibrinolitik) • Pencegahan vasospasme (Nimodipin) PPK Neurologi 2016 Tatalaksana c. Tindakan Intervensi/Operatif • Clipping Aneurisma • Coiling aneurisma • VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi PPK Neurologi 2016 Intracerebral Hemorrhage • Pendarahan di otak parenkim, yang dibedakan dari perdarahan pada epidural, ruang subdural, atau subarachnoid yang mengelilingi otak. • 2 jenis perdarahan • Macro bleeding : symptomatis, macroscopic, biasanya karena kronik hipertensi dan trauma • Micro bleeding : berdasarkan hasil pencitraan, 1-10 mm in diameter, biasanya asymptomatis Clinical Neurology, Tenth Edition McGraw Hill Education Intracerebral Hemorrhage • Etiologi utama : Hipertensi • Etiologi lain : • Trauma • Hemorrhagic transformation of cerebral infarcts • Anticoagulation & thrombolytic therapy • Coagulopathy • Cerebral amyloid angiopathy • Vascular malformations • Amphetamine or cocaine abuse • Hemorrhage into tumors • Acute hemorrhagic leukoencephalitis Clinical Neurology, Tenth Edition McGraw Hill Education Patofisiologi • Hipertensi -> kerusakan pembuluh darah kecil di otak -> dapat menimbulkan aneurisma • Turbulensi aliran darah menyebabkan terbentuk nekrosis fibrinoid (nekrosis sel/jaringan dengan akumulasi matriks fibrin) dan herniasi dinding arteriol dan rupture tunika -> terbentuk mikroaneurisma = Charcoat Bouchard • Hipertensi kronis mengakibatkan hialinisasi pembuluh darah -> P.D berkurang elastisitasnya Buku ajar neurologi FK UI • Sehingga saat ada kenaikkan tekanan darah secara mendadak -> P.D tidak menyesuaikan -> P.D pecah -> darah keluar membentuk hematom • Vol. hematom bertambah -> efek desak ruang, menekan parenkim otak, peningkatan TIK (memburuk dlm 24-48 jam) • Hematom besar mengakibatkan pergeseran garis tengah & herniasi -> iskemia & perdarahan sekunder • Kompensasi perfusi otak -> Tekanan Arteri meningkat -> hipertensi pasca stroke Buku ajar neurologi FK UI Gejala & Tanda • • • • • • • Nyeri kepala Penurunan kesadaran Muntah Kejang Kaku kuduk Gejala lain spt aritmia dan edema paru Gejala bervariasi tergantung lokasi perdarahan Clinical Neurology, Tenth Edition McGraw Hill Education Clinical Neurology, Tenth Edition McGraw Hill Education Pemeriksaan Penunjang • CT Scan => gold standard • Besarnya volume perdarahan ditentukan dgn metode ABC Buku ajar neurologi FK UI Clinical Neurology, Tenth Edition McGraw Hill Education Tatalaksana Umum • Stabilisasi jalan nafas & pernafasan • Stabilisasi hemodinamik : berikan cairan kritaloid IV, optimalisasi tek darah • Peningkatan TIK • Target terapi TIK < 20 mmHg dan CPP > 70 mmHg • Meninggikan posisi kepala 300 • Hindari penekana vena jugularis • Hindari hipertermia • Intubasi u/ jaga normoventilasi • Pencegahan dan penangan komplikasi • Pengendalian kejang : diazepam bolus lambat IV 5-20 mg • Pengendalian suhu tubuh • Tatalaksana cairan Buku ajar neurologi FK UI Tatalaksana Khusus • Manajamen factor resiko • Mempertahankan Cerebral Perfusion Pressure (CPP) • Usahakan TD sistolik < 160 mmHg dan CPP dijaga >60-70 mmHg • Penatalaksanaan Bedah • Indikasi bedah • Hematom serebelar > 3 cm disertai penekanan batang otak dan atau hidrosefalus • Perdarahan dengan kelainan struktur seperti aneurisma atau malformasi arteriovenal • Perdarahan lobaris dgn ukuran sedang-besar yg letak dekat dgn korteks • Pembedahan untuk mengevakuasi hematoma pada pasien muda dengan perdarahan lobar > 50 cm Buku ajar neurologi FK UI Komplikasi • Intrakranial : herniasi, TIK meningkat, kejang, hidrosefalus • Ekstrakranial : decubitus, sepsis, kontraktur Buku ajar neurologi FK UI Hematom Epidural dan Subdural Buku Ajar Neurologi FK UI Epidural Hematoma • • • Ruangan antara dura dan tulang tengkorak Fraktur pada os temporal → menyebabkan arteri meningea robek Pendarahan arterial biasanya dibawah tekanan yang tinggi sehingga darah terus terakumulasi, pasien akan mengalami sakit kepala hingga penurunan kesadaran dalam waktu yang singkat (beberapa jam setelah trauma) Epidural Hematoma • • Trauma tersebut juga bisa menyebabkan fraktur pada skull base. Sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda fraktur pada skull base seperti pendarahan dibelakang membran timpani atatu ekimosis pada kulit belakang telinga (Battle’s sign) atau disekitar mata (Racoon eyes) Dilatasi dari pupil ipsilateral sering ditemui Epidural Hematoma • • • Hematoma : hiperdens, lens - shaped mass, dan biconvex Gejala : lucid interval, sakit kepala berat, mengantuk, pusing, mual dan muntah ataupun asimtomatik pada EDH yang masih kecil (jarang) Prognosis EDH bagus jika cepat dideteksi dan dilakukan evakuasi darah kecuali pada kasus dengan fraktur yang meluas dan laserasi sinus venosus dural (karena epidural hematoma kemungkinan bilateral) Epidural Hematoma • Tindakan pembedahan • • • • Burr holes → bedside, pada kondisi emergensi Craniotomi Identifikasi & ligasi pembuluh darah Epidural hemorrhage kecil → monitor dengan serial CT-scan, dapat tampak membesar 1-2 minggu, lalu diserap Menurut National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE), CT scan perlu dilakukan jika: • • • • • • • • GCS < 13 pasca cedera GCS 13-14 2 jam pasca cedera Curiga fraktur terbuka/impresi Memiliki tanda-tanda fraktur basis kranii Kejang pasca cedera Defisit neurologis sentral Muntah lebih dari 1x Mengalami amnesia tentang kejadian 30 menit sebelum cedera kepala Buku ajar neurologi FK UI Subdural Hemorrhage (SDH) • • • Terjadi akumulasi darah antara duramater dan otak Disebabkan oleh adanya robekan bridging veins yang menghubungkan permukaan otak dengan sinus dural. Acute • • Dapat terjadi unilateral/ bilateral Jika gumpalan darah akut yang besar • • • Pergeseran struktur midline serta kompresi yang ditandai pada satu ventrikel lateral Jika gumpalan bilateral → mungkin tidak ada pergeseran dan ventrikel tampak terkompresi secara simetris. Disertai gangguan kesadaran, hemiparesis ringan Subdural Hemorrhage (SDH) • Chronic • • • Etiologi traumatik kurang jelas Trauma kepala kurang jelas pada orangtua, dan pasien yang mengkonsumsi antikoagulan Periode yang diikuti sakit kepala, pusing, lambat berpikir, apatis dan mengantuk, gaya berjalan tidak stabil, dan kadang-kadang kejang Manifestasi Klinis SDH • • • • • • Sakit kepala Gangguan kesadaran Hemiparesis kontralateral (terkadang ipsilateral) Dilatasi pupil ipsilateral Kejang Perburukan kondisi → pasien stupor atau koma Pemeriksaan Penunjang • CT scan → pemeriksaan paling baik • CT : gumpalan darah tampak hiperdens & menjadi isodens setelah 1 minggu/ lebih, hiperdens tampak seperti bulan sabit/ konkaf Tatalaksana • Acute hematoma • • • Burr holes → evakuasi gumpalan darah sebelum terjadi koma Hematom besar → Kraniotomi (setelah beberapa jam berlalu dan darah telah membeku, dilakukan untuk mengontrol perdarahan dan pengangkatan bekuan darah) Gumpalan yang tipis → di observasi dan di monitor beberapa minggu & dilakukan pembedahan jika ada tanda peningkatan TIK (sakit kepala, muntah dan bradikardia) Tatalaksana • Chronic Hematoma • Kraniotomi • • • • Dapat menurunkan kemungkinan reakumulasi cairan, tetapi tidak selalu berhasil Penyebab kegagalan operasi : pembengkakan post operasi dari hemisfer yang terkompresi / gangguan pengembangan hemisfer setelah pengambilan gumpalan darah yang besar. Pada pasien tua → sulit sembuh setelah penghilangan hematom kronik Hematom kronik asimptomatik yang kecil → dibiarkan dan dilakukan monitor secara klinis dan CT (pertama-tama pada beebrapa minggu, selanjutnya pada interval yang lebih panjang). Tatalaksana • • Hentikan penggunaan antikoagulan (pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan) Pemberian glukokortikoid sudah jarang dilakukan Indikasi Pembedahan berdasarkan Brain Trauma Foundation Tipe Lesi Indikasi Bedah EDH akut ● EDH berukuran >30cm3 harus dievakuasi terlepas dari GCS ● EDH <30 cm3 dan ketebalan <15mm dan <5 mm midline shift pada GCS >8 tanpa defisit fokal dapat ditatalaksana tanpa operasi dengan CT scan serial dan monitoring ketat ● GCS <9 dan pupil anisokor harus dievakuasi segera SDH akut ● Ketebalan >10mm atau MLS >5mm harus dievakuasi terlepas dari GCS ● GCS <9 harus dilakukan pemantauan TIK ● GCS <9 dengan ketebalan <10mm dan MLS <5MM harus dievakuasi jika terdapat penurunan GCS >=2 poin/pupil asimetris atau dilatasi/TIK >20mmHg Ferry L, Patria W.Y., Edwin W, dan Nadira P.S. 2020. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5. Depok: Media Aesculapius Tipe Lesi Indikasi Bedah Fraktur impresi cranium ● Fraktur impresi kranial terbuka yang melebihi ketebalan kranium harus dioperasi untuk mencegah infeksi ● Fraktur impresi kranial terbuka yang tidak disertai tanda penetrasi dura, hematom intrakranial signifikan, depresi >1 cm, keterlibatan sinus frontal, deformitas kosmetik berat, infeksi luka, pneumosefalus, atau kontaminasi luka dapat ditatalaksana secara konservatif Ferry L, Patria W.Y., Edwin W, dan Nadira P.S. 2020. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5. Depok: Media Aesculapius Terima Kasih Daftar Pustaka Konsensus nasional penanganan Trauma kapitis. PERDOSSI 2006 U.S. National Library of Medicine. Head Injuries. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Allan H. Ropper, Martin A. Samuels, et.al. Adams and Victor’s Principle of Neurology 11th Edition. 2019. Mc-Graw Hill : New York. Frank W. Drislane, Michael Benatar, Bernard Chang, et.al. Blueprints Neurology 3rd Edition. 2009. Wolters Kluwer : Philadelphia. Jerome B. Posner, Fred Plum, et al. Diagnosis of Stupor and Coma 4th ed. 2007. Oxford university Ferry L, Patria W.Y., Edwin W, dan Nadira P.S. 2020. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5. Depok: Media Aesculapius Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016. PPK Neurologis Tiara A dan Winnugroho W. 2017. Buku Ajar Neurologi FK UI