WAWAN HEDIYANTO, M.KEP Trauma Kepala Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan otak (Smeltzer, 2010). Menurut Brain Injury Assosiation of America (2009), cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Etiologi Rosjidi(2007), penyebab cedera kepala antara lain: 1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil. 2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan. 3. Cedera akibat kekerasan. 4. Benda tumpul, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak. 5. Kerusakan menyebar karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat sifatnya. 6. Benda tajam, kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam. Macam-macam Cedera Kepala Menurut, Brunner dan Suddarth, (2010) cedera kepala ada 2 macam yaitu: a. Cedera kepala terbuka Cedera kepala dengan pecahnya tengkorak atau luka penetrasi, kerusakan otak jika tulang tengkorak menusuk jaringan otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam/ tembakan b. Cedera kepala tertutup Benturan kranial tumpul pada jaringan otak. Cedera kepala tertutup meliputi: komosio/gegar otak, Kontusio/memar, dan laserasi. Klasifikasi Cedera Kepala Trauma kepala nilai Glasgow Coma Scale ( GCS ): a. Ringan 1.) GCS= 13 – 15 2.) Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit. 3.) Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral,hematoma. b. Sedang 1.) GCS= 9 – 12 2.) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurangdari 24 jam. 3.) Dapat mengalami fraktur tengkorak. c. Berat 1.) GCS= 3 – 8 2.) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. 3.) Meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial. Gejala Klinis Trauma kepala ringan : Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan. Mual atau dan muntah. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun. Perubahan keperibadian diri. Letargik. Gejala Klinis Trauma kepala berat ; Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat. Perubahan ukuran pupil (anisokoria). Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan) Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstrimitas. Perdarahan Intrakranial Perdarahan intrakranial terdiri dari : 1. Perdarahan Epidural. 2. Perdarahan Subdural. 3. Perdarahan Subaraknoid. 4. Perdarahan Intraventrikular. 5. Perdarahan Intraserebral. Perdarahan Epidural Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater. Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral. Perdarahan Subdural Perdarahan subdural adalah perdarahan antara dura mater dan araknoid, yang biasanya meliputi perdarahan vena. Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah. Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil. Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak Perdarahan Subaraknoid Perdarahan antara rongga otak dan lapisan otak yaitu yang dikenal sebagai ruang subaraknoid (Ausiello, 2007). Perdarahan Intraventrikular Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral. Perdarahan Intraserebral Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Di mana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan hentaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon (Hallevi, Albright, Aronowski, Barreto, 2008). Diagnosa Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah: Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid) Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga) Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung) Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung) Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga) Diagnosa 1. 2. 3. 4. 5. Scan CT (tanpa/denga kontras) : Mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak. MRI. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pengeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis. Sinar X : Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang. Manifestasi Tekanan Intra kranial meningkat : Tekanan darah sistematik meningkat Denyut nadi menurun .bradikardi Frekuensi respirasi berkurang Tekanan intrakranial dinilai berbahaya jika peningkatan hingga 15 mmHg, dan herniasi dapat terjadi pada tekanan diatas 25 mmHg. Penatalaksanaan Periksa dan atasi gangguan : Jalan napas (Airway) : Obsruksi : triple manuever. Pernapasan (Breathing) : bantu napas jika apnoe jika perlu pasang ventilator Sirkulasi (Circulation) : Monitoring ketat tensi, nadi Berikan oksigen sesuai kebutuhan. Posisi tidur: Bagian kepala ditinggikan 20-30 derajat dengan kepala dan dada pada satu bidang. Pemberian manitol dan diuretik untuk mengurangi edema otak. Pasien cedera kranio serebral ringan (CKR) tidak perlu dirawat jika: orientasi (waktu dan tempat) baik tidak ada gejala fokal neurologik tidak ada muntah atau sakit kepala tidak ada fraktur tulang kepala tempat tinggal dalam kota ada yang bisa mengawasi dengan baik di rumah, dan bila dicurigai ada perubahan kesadaran, dibawa kembali ke RS Fokus Pengkajian Tingkat kesadaran : CM, apatis, koma. Pemeriksaan GCS Patensi jalan napas : obstruksi Tanda vital : tensi, nadi, respirasi Tanda peningkatan tekanan intrakranial. Pemeriksaan pupil : sokor, anisokor, reaksi pupil Adanya keluar cairan dari telinga, hematoma di orbita Pemeriksaan syaraf cranial : syaraf 1 sampai 12 Pemeriksaan GCS Diagnosa Keperawatan Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial Gangguan pola nafas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler, kerusakan medula oblongata neuromaskuler Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pengeluaran urine dan elektrolit meningkat Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan melemahnya otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran, peningkatan tekanan intra kranial. Intervensi Bebaskan jalan napas : tripel manuever, pasang mayo, atau intubasi Jika ada sumbatan jalan napas bsihkan. Lakukan suction jika ada sekret jalan napas. Berikan oksigen sesuai indikasi. Pantau SpO2 Tinggikan posisi kepala 15-30 derajat Pantau status neurologis secara teratur, catat adanya nyeri kepala, pusing. Pantau TTV, TD, suhu, nadi, input dan output, lalu catat hasilnya. Kolaborasi pemberian obat : manitol, diuresik dll Persiapan operasi jika diperlukan.