Uploaded by User106001

20.-DWI-FITRIANI-ARIEZA-PUTRI-SOEKRY

advertisement
Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia
The Indonesian Association of Forensic Medicine
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017
Proceeding Annual Scientific Meeting 2017
KEKERASAN TAJAM PADA ABDOMEN YANG MENGAKIBATKAN
KEMATIAN
Dwi Fitrianti Arieza Putri1, Soekry Erfan Kusuma1
Abstrak
Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah perihal (yang bersifat, berciri) keras;
atau perbuatan seseorang atau kelompok orang yg
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain;
atau paksaan. Dalam traumatologi forensik kekerasan
akibat mekanik dibagi menjadi dua yaitu kekerasan
tajam dan kekerasan tumpul. Dari total semua kasus
yang dilakukan otopsi jenazah di Instalasi Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD dr.Soetomo selama
tahun 2016 (Januari – Desember 2016), sebanyak 5%
adalah kasus dengan kekerasan tajam.Seorang lakilaki, berusia 63 tahun. Pada pemeriksaan luar selaput
lendir kelopak mata atas dan bawah tampak pucat,
ditemukan luka terbuka dengan tepi rata pada kepala
belakang satu buah, pada dada kanan satu buah,
pada perut tiga buah, pada lengan kanan satu buah,
pada lipat siku kiri satu buah dan pada telapak tangan
kiri satu buah. Terdapat patah tulang iga ke enam,
patah tulang jari-jari dan usus yang terburai keluar.
Pada pemeriksaan dalam ditemukan pelebaran
pembuluh darah pada selaput otak, patah tulang iga
keenam dan ketujuh kanan. Ditemukan bintik
perdarahan pada otak, serta ginjal kanan dan kiri,
ditemukan perdarahan pada jaringan penggantung
usus, usus halus terpotong pada dua tempat, serta
saluran pengeluaran ginjal kanan terputus. Pada
pemeriksaan
histopatologi
forensik
ditemukan
pelebaran pembuluh darah dan kongesti pada organ
paru dan ginjal.
Dari temuan pada kasus di atas dapat disimpulkan
sebab kematian akibat kekerasan tajam pada perut
sehingga menembus usus, penggantung usus dan
saluran
pengeluaran
ginjal
kanan
sehingga
menimbulkan perdarahan dan mati lemas (asfiksia)
akibat kekurangan oksigen.
Kata Kunci: Traumatologi, Kekerasan tajam,
Perdarahan, Asfiksia.
Afiliasi Penulis : 1. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
MedikolegalFakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Korespondensi:
Dwi
Fitrianti
Arieza
Putri,
email:
[email protected] Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal,
RSUD Dr. Soetomo, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6 – 8 Surabaya
6028, Telp. (031) 5501545 – 49.
107 | I S B N 978-602-50127-0-9
PENDAHULUAN
Kematian akibat kekerasan tajam tidak
umum terjadi dibandingkan dengan kematian
akibat kekerasan tumpul, luka tembak,
asfiksia, dan intoksikasi obat. Cara kematian
yang sering terjadi terkait dengan kekerasan
tajam adalah pembunuhan, diikuti dengan
bunuh diri. Sedangkan kejadian kecelakaan
yang tidak disengaja bisa terjadi namun relatif
jarang. Sebuah laporan oleh Center for
Disease Control di Amerika Serikat
mengevaluasi kematian dengan kekerasan
yang terjadi di 16 negara bagian selama tahun
2006. Kekerasan tajam menyumbang 1,7%
dari semua kasus bunuh diri, dibandingkan
dengan 3 kasus bunuh diri teratas: senjata api
(51,3%), gantung / tercekik / mati lemas
(hanging/strangulation/suffocation) (22,1%),
dan keracunan (18,4%). Kekerasan tajam
menyumbang 12,1% dari semua pembunuhan
dibandingkan dengan 65,8% untuk senjata api
dan 4,6% untuk kekerasan tumpul.1
Berdasarkan
data
di
Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD
dr. Soetomo selama tahun 2016 (Januari –
Desember 2016) didapatkan bahwa dari total
semua kasus yang dilakukan otopsi jenazah,
sebanyak 5% adalah kasus dengan kekerasan
tajam.2
Penentuan cara kematian pada
umumnya,
dan
pembedaan
antara
pembunuhan dan bunuh diri pada khususnya,
merupakan masalah utama dalam bidang
forensik. Sebuah penelitian yang dilakukan
pada populasi besar diperlukan untuk
menentukan secara statistik terkait parameter
Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017
yang dapat membantu untuk membedakan
antara pembunuhan dan bunuh diri akibat
kekerasan tajam. 3
Dalam ilmu kedokteran forensik, luka
adalah hasil dari kekerasan fisik, yang
merusak kontinuitas jaringan tubuh. Trauma
dijelaskan sebagai luka pada tubuh yang
disebabkan oleh kekerasan fisik, mekanik
atau kimiawi, yang dapat menyebabkan luka
atau kemungkinan komplikasi. Secara medis,
kekerasan mengacu kepada perilaku yang
mengakibatkan cedera atau cedera itu
sendiri. Kekerasan ini bisa berakibat secara
psikologis maupun secara fisik. Mekanisme
cedera mengacu pada berbagai kekuatan
yang umumnya terkait dengan trauma
(misalnya proyektil, kekerasan tajam,
kekerasan tumpul, trauma termal serta
trauma multipel). Identifikasi luka mengenai
mekanisme cedera tergantung pada pola
luka dan juga kontribusi baik faktor intrinsik
dan ekstrinsik dari mekanisme perlukaan.
Sebagai contoh, pada permukaan yang
memiliki kemiripan yang jelas akan
menghasilkan pola luka yang berbeda jika
dipukul dengan kecepatan yang berbeda,
dan biasanya proyektil dengan kecepatan
tinggi dapat diperlambat oleh kecepatan
yang sedang. Cedera yang diakibatkan oleh
trauma mekanik pada umumnya dibagi
menjadi dua kategori yaitu kekerasa tumpul
dan kekerasan tajam. Terkadang, tidak
adanya luka eksternal pada kulit atau alat
kelamin tidak mengecualikan adanya
kemungkinan cedera serius pada organ
internal/bagian tubuh.4
Kekerasan mekanik diklasifikasikan
menjadi kekerasan tajam, kekerasan tumpul,
dan senjata api. Luka akibat kekerasan tajam
meliputi luka iris, luka tusuk, serta luka
bacok, pada kekerasan tumpul meliputi luka
lecet, luka memar, serta luka robek,
sedangkan senjata api mengakibatkan luka
108 | I S B N 978-602-50127-0-9
Dwi Fitrianti Arieza Putri, Kekerasan Tajam.....
tembak masuk
keluar.5
dan/atau
luka
tembak
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki berumur 63 tahun
terlibat pertengkaran dengan rekannya dan
berakhir dengan kematian. Korban sempat
dibawa ke rumah sakit terdekat tetapi
dinyatakan meninggal, kemudian jenazah
dikirim ke Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD Dr. Soetomo Surabaya
untuk dilakukan otopsi. Menurut saksi mata
(anak korban) yang melihat kejadian
tersebut, korban dibacok berkali-kali oleh
rekannya, sempat ada perlawanan dari
korban tetapi karena penyerangan bertubitubi akhirnya korban terjatuh.
Pada pemeriksaan luar ditemukan
pucat pada selaput lendir kelopak mata
kanan dan kiri. Luka terbuka dengan tepi
rata pada kepala samping kanan dengan
panjang 3,5 cm; pada dada kanan bawah 4
cm; pada perut kanan 12,5 cm; pada tengah
perut 15,5 cm; pada perut kiri 20 cm; pada
lengan atas kanan 7 cm; pada ujung jari
kelingking kanan 1 x 0,5 cm; pada ujung jari
manis kanan 1 x 0,5 cm; pada ujung ibu jari
tangan kanan 0,5 x 0,5 cm; di bawah lipatan
siku 8 cm; dan pada punggung tangan yang
menembus telapak tangan kiri dengan
panjang 4 cm. Ditemukan patah tulang iga
ke enam kanan, patah tulang jari telunjuk,
jari tengah, jari manis, dan jari kelingking
tangan kiri, serta usus dan jaringan
penggantung usus terburai. Luka lecet pada
punggung atas kiri, punggung bawah kiri,
tengah punggung, dan lipatan siku tangan
kiri.
Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017
Dwi Fitrianti Arieza Putri, Kekerasan Tajam.....
dasar, saluran pengeluaran ginjal kanan
terputus,
serta
ditemukan
pelebaran
pembuluh darah otak dan dasar kepala, organ
paru, hepar dan limpa pucat, serta kongesti
pada ginjal kanan dan kiri. Dari hasil
pemeriksaan
histopatologi
ditemukan
jaringan paru dengan pembuluh darah
melebar kongesti dan jaringan ginjal dengan
pembuluh darah melebar kongesti dan sedikit
daerah perdarahan.
SIMPULAN
Pada pemeriksaan dalam ditemukan
patah tulang iga keenam kanan dan iga enam
dan ketujuh kiri, usus halus terpotong pada
dua tempat, jaringan penggantung usus
terpotong pada bagian tengah perut hingga ke
109 | I S B N 978-602-50127-0-9
Dampak fatal yang paling umum
terjadi pada trauma abdomen adalah
perdarahan dari organ-organ dalam. Organ
limpa dan mesenterium cenderung akan
mengalami perdarahan paling banyak dan
cepat, akan tetapi pada beberapa kasus
dapat
terjadi
perdarahan
yang
Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017
membutuhkan waktu beberapa jam.
Mesenterium
mengandung
banyak
pembuluh darah yang tidak ditutupi oleh
jaringan parenkim seperti di hati atau limpa,
sehingga pendarahan biasanya lebih besar
dari robekan yang terjadi, walaupun
kematian tidak seketika dapat terjadi. Karena
semua pendarahan di perut, kecuali adanya
robekan pada aorta, akan membutuhkan
waktu yang terakumulasi, tergantung dari
aktivitas korban setelah terjadinya trauma.6
Tanda klinis perdarahan tergantung
pada volume darah yang hilang, tingkat di
mana ia terjadi, dan lokasinya. Kehilangan
cepat hingga 20% volume darah mungkin
berdampak kecil pada orang dewasa sehat,
akan tetapi kehilangan darah yang lebih
besar dapat menyebabkan syok hemoragik
(hipovolemik).Perdarahan yang berlangsung
kronis dan berulang (seperti pada ulkus
peptikum atau perdarahan menstruasi) akan
menyebabkan hilangnya zat besi dan dapat
menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Sebaliknya, ketika sel darah merah
keadaan kehilangan darah yang banyak.
Bergantung
pada beratnya keadaan
hipoksia, sel mungkindapat beradaptasi,
mengalami cedera, atau mati. Misalnya, jika
arteri menyempit, jaringan yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut pada awalnya
dapat mengecil (atrofi), sedangkan pada
keadaan hipoksia berat atau mendadak
dapat menyebabkan cedera dan kematian
sel.8
Dwi Fitrianti Arieza Putri, Kekerasan Tajam.....
dipertahankan (seperti perdarahan pada
rongga atau jaringan tubuh), besi dipulihkan
dan didaur ulang untuk digunakan dalam
sintesis hemoglobin.7
Penyebab dari cedera sel sangat
beragam, mulai dari akibat adanya kekerasan
fisik (trauma) hingga kelainan/abnormalitas
selular, seperti mutasi yang menyebabkan
kekurangan enzim penting yang mengganggu
fungsi
metabolik
normal.
Beberapa
mekanisme yang dapat menjelaskan
kerusakan sel antara lain akibat adanya
kekurangan oksigen. Hipoksia adalah
kekurangan oksigen,yang menyebabkan
cedera sel dengan mengurangi respirasi
oksidatif aerobik. Hipoksia ini sangat penting
yang menjadi penyebab umum dari cedera
dan kematian sel. Penyebab hipoksia
termasuk penurunan aliran darah (iskemia),
oksigenasi yang tidak adekuatdari darah
karena kegagalan kardiorespirasi, dan
penurunan kapasitas pembawa oksigen
dalam darah, seperti padaanemia atau
keracunan karbon monoksida atau pada
paling banyak dan cepat. Pada keadaan
kehilangan banyak darah akan menyebabkan
terjadinya
hipoksia
yang
dapat
mengakibatkan cedera dan kematian sel.
SIMPULAN
Berdasarkan ilustrasi kasus di atas
dapat disimpulkan bahwa pada trauma
abdomen dapat menyebabkan kematian
karena perdarahan dari organ-organ dalam,
dimana organ limpa dan mesenterium
cenderung akan mengalami perdarahan
110 | I S B N 978-602-50127-0-9
Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017
Dwi Fitrianti Arieza Putri, Kekerasan Tajam.....
DAFTAR PUSTAKA
1. Prahlow, Joseph A. 2016. Forensic Autopsy
of Sharp Force Injuries. Tersedia
http://emedicine.medscape.com/public/vp
track_iframe.html. Diakses tanggal 2 Mei
2017.
2. Daftar
Register
Jenazah
Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2015 –
2016
3. Brunel,
Christophe;
Fermanian,
Christophe; Durigon, Michel; dan Lorin,
Geoffroy de la Grandmaison. 2010.
Homicidal and suicidal sharp force
fatalities: Autopsy parameters in relation
to the manner of death. Forensic Science
International 198 (2010) 150–154.
4. Sharma, Mukesh; Khajja, B.S.; Jha,
Shainendra; Mathur, G.K.; dan Mathur,
V.N. 2011. Forensic Interpretation Of
111 | I S B N 978-602-50127-0-9
Injuries / Wounds Found On The Human
Body. J Punjab Acad Forensic Med Toxicol
2011;11(2).
5. Idries, Abdul Munim dan Tjiptomartono,
Agung Legowo. 2013. Penerapan Ilmu
Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan Edisi Revisi. Jakarta: CV. Sagung
Seto.
6. aukko, Pekka dan Knight, Bernard. 2016.
Knight’s Forensic Pathology Fourth Edition
Chapter 6. CRC Press Taylor&Francis
Group, LLC.
7. Kumar, Vinay; Abbas, Abul K.; dan Aster,
Jon C. 2015. Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease Ninth Edition
Chapter 4. Philadelphia: Elsevier Inc.
8. Kumar, Vinay; Abbas, Abul K.; dan Aster,
Jon C. 2015. Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease Ninth Edition
Chapter 2. Philadelphia: Elsevier Inc.
Pekanbaru, 15-16 Juli 2017
Download