BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 KOMUNIKASI Sebagai makhluk sosial

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 KOMUNIKASI
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya.
Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam
dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu
kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Secara etimologis atau menurut asal katanya komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico,
communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah
pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang
merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002:41).
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah
orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam
komunikasi itu adalah manusia . karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah
komunikasi manusia atau dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication.
Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi
sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Secara
paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau perilaku, baik langsung
secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004:4). Menurut Harold D.
Universitas Sumatera Utara
Lasswel,
bahwa cara terbaik untuk menjelaskan kegiatan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect?.
Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :
-
Komunikator (communicator, source, sender)
-
Pesan (message)
-
Media (channel, media)
-
Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)
-
Efek (effect, impact, influence)
Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu
(Effendy 2004: 10).
Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan informasi (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut:
a. Perubahan sikap (attitude change)
b. Perubahan pendapat (opinion change)
c. Perubahan perilaku (behavior change)
d. Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2004: 8)
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi
Dari pengetian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi
antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain
dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya
sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau
elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi (Cangara, 1998:
23-27).
Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi juga bisa
dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi, atau lembaga. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source atau sender.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.
Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau
information.
3. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang
Universitas Sumatera Utara
menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi
antarpribadi pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga
saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi
antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber
dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan
mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media
cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker,
buletin, poster, spanduk dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain : radio, film,
televisi, video recording, audio cassette dan sebagainya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima
bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.
Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran
dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai
macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada
pengetahuan, sikap dan tinglah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh bisa juga
Universitas Sumatera Utara
diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang
sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada
pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari
unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah
konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal seperti itu
yang menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.
2.2 KOMUNIKASI MASSA
Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright yang
mengatakan bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan
saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah
banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek
tertentu (Komala dan Elvinaro, 2004 : 3).
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Komala dan Elvinaro,
2004:3). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan
media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti
rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak
menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang
termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media
Universitas Sumatera Utara
elektronik, adanya media cetak yakni surat kabar dan majalah serta ada juga media film, yakni
film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.
Ada juga definisi tentang komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain, yaitu Gerbner yang menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi
dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Komala dan Elvinaro, 2004 : 4). Dari
definisi Gerbner ini tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa
pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan kepada khalayak luas secara terus menerus
dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanan. Proses memproduksi
pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan
suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat
industri.
Definisi komunikasi massa dari Meletzke berikut ini memperlihatkan sifat dan ciri
komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media
massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang. Dalam definisi Meletzke,
komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan
secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik
yang tersebar (Komala dan Elvinaro, 2004:4). Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan
sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat.
Menurut Freidson, definisi komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya
dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari
berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi.
Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua
orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Komala dan Elvinaro, 2004:4).
Bagi Freidson, khalayak yang banyak dan tersebar itu dinyatakan dengan
istilah sejumlah populasi, dan populasi tersebut merupakan representasi dari berbagai lapisan
masyarakat. Artinya pesan tidak hanya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu saja,
melainkan
diberikan
untuk
semua
orang.
Dalam hal ini Freidson dapat menunjukkan ciri komunikasi massa yang lain yaitu adanya unsur
keserampakan penerimaan pesan oleh komunikan, pesan dapat mencapai pada saat yang sama
kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat, karena dalam proses
komunikasi massa ada sifat keserampakan dalam penerimaan pesan.
Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh para ahli
komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisidefinisi itu satu sama lain saling melengkapi.
Hal ini telah memberikan gambaran yang
jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian
komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari
bentuk komunikasi.
2.2.1 Proses Komunikasi Massa
Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang
menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya dan adapula dari sifat pesannya.
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang
sifatnya massa melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti : radio, televisi, surat kabar dan
film. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya, maka komunikasi massa
Universitas Sumatera Utara
memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi
usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa adalah sumber dan penerima dihubungkan oleh
saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau instuisi
yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, tekhnisi dan sebagainya.
Karena itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit.
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda)
dan sangat terbatas, tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat,
khususnya media massa elektronik seperti radio, televisi, internet dan sebagainya maka umpan
balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat.
Selain itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat,
serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bila
didokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya produksi komunikasi massa cukup mahal dan
memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.
Pengertian Komunikasi massa, pada satu sisi adalah proses dimana organisasi media
memproduksikan dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain diartikan
sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen
dan anionim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat.
Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan
peristiwa yang berlangsung secara berkelanjutan, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan
berakhir. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen penunjang. Demikian
pula dengan komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya
Universitas Sumatera Utara
komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen. Pengertian komponen disini adalah
bagian-bagian terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan, yakni
komunikator, pesan, dan komunikan.
Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat
berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen
lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka
tidak akan berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen
utama yakni
adanya komunikator - pesan - komunikan mutlak harus ada pada proses
komunikasi, baik itu di dalam komunikasi antar personal (interpersonal), kelompok maupun
komunikasi massa.
2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Disamping memiliki ciri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi
masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto dkk
dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” (2004 : 16-17) adalah sebagai berikut :
a. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk (1) pengawasan peringatan;
(2) pengawasan instrumental.
Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang
ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi , kondisi efek yang memprihatinkan,
tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman.
Sebuah stasiun televisi mengelola program untuk menayangkan sebuah peringatan. Sebuah surat
kabar secara berkala memuat bahaya polusi udara dan pengangguran. Kendati banyak informasi
Universitas Sumatera Utara
yang menjadi peringatan dan ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak
pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.
Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran
informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.
Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di
bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah
contoh-contoh pengawasan instrumental.
b. Interpretation (Penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya
memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.
Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau
ditayangkan.
Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas
wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi
kelompok.
c. Lingkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk
lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi
mengacu kapada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa
yang mewakili gambaran masayarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa
memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan
untuk menirunya.
Televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak
muda, terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16 tahun, yang banyak menghabiskan
banyak waktunya menonton televisi dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa
pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan
salurannya terutama untuk sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, maraknya
tayangan kekerasan di stasiun televisi dapat membetnuk sosialisasi bagi anak muda yang
menontonnya, yang membuat anak muda berpikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam
memecahkan persoalan hidup. Demikian pula pada penyebaran tentang keistimewaan dari
sebuah sulap melalui tayangan The Master.
e. Entertainment (Hiburan)
Penyiaran drama, tarian, kesenian, sastra, musik, olah raga, permainan, melalui isyaratisyarat, lambang-lambang, suara dan gambar, bertujuan untuk menciptakan kesenangan yang
bersifat hiburan. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak
dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.
Fungsi menghibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat berita-berita ringan atau melihat tayangantayang hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
2.2.3 Efek Media Massa
Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses
sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui
secara tepat dan rinci mengenai kekauatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek
atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi massa dilaksanakan melalui berbagai media
massa.
Menurut Steven M. Chaffe ( Ardianto dkk, 2004: 49) efek media massa dapat dilihat dari
beberapa pendekatan. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan
atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan ynag terjadi pada
diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau
dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral.
A. Pendekatan pertama yaitu efek media massa yang berkaitan dengan pesan atau media
itu sendiri
1. Efek Ekonomi
Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai
usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Keberadaan televisi baik televisi
pemerintah maupun televisi swasta dapat memberi lapangan pekerjaan kepada sarjana ilmu
komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, juru rias dan profesi lainnya.
2. Efek Sosial
Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat
dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya kehadiran televisi dapat meningatkan
status dari pemiliknya.
3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor
masyarakat kota akan lebih dahulu melihat siaran berita di televisi.
4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Universitas Sumatera Utara
Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan
tujuan menghilangkan perassan tidak nyaman, misalnya untuk menhilangkan perasaan kesepian,
marah, kesal, kecewa dan sebagainya.
5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perassan tidak nyaman pada
diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan
mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang
atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu
bersama media massa tersebut.
B. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan ynag terjadi pada diri
khalayak
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif
bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.
Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum
pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang
sudah diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan
tokoh lainnya.

Efek Proposional Kognitif
Universitas Sumatera Utara
Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang
dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa
Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek proposional kognitif.
2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa
bukan sekadar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan
dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari
media massa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan dari
media massa adalah sebagai berikut :

Suasana Emosional
Respon individu terhadap sebuah film atau sinetron televisi akan dipengaruhi oleh situasi
emosioanl individu..

Skema kognitif
Skema kognitif merupakan naskah yang ada di dalam pikiran individu yang menjelaskan
alur peristiwa.

Suasana Terpaan
Suasana terpaan adalah perasaan individu setelah menerima terpaan informasi dari media
massa.

Predisposisi Individual
Predisposisi Individual mengacu kepada karakteristik individu. Individu yang melankolis
cenderung menghadapi tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang
Universitas Sumatera Utara
periang dan mempunyai sifat terbuka cenderung akan lebih senang bila melihat adegan-adegan
lucu daripada orang yang melankolis.

Faktor Identifikasi
Menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam
media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca, pendengar akan menempatkan dirinya di
posisi tokoh.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan
atau kegiatan.
2.3 TELEVISI
2.3.1 Sejarah Televisi
Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari
ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin
(Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar,
untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap
praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal
ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.
Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu
ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat, tetapi Perang Dunia II telah
menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan
dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat
beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah
pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia
Universitas Sumatera Utara
pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi
komersial di Amerika.
Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh
Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, negara-negara
Eropa lain pun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu
ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.
Menurut Skormis (Kuswandi, 1996 : 8) dalam bukunya “Television and Society : An
Incuest and Agenda “, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah,
buku, dan sebagainya). Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan
gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan,
atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan
mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.
2.3.2 Perkembangan Televisi di Indonesia
Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber informasi
bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi internet. Seperti
surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat tinggalnya. Televisi adalah
sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang
mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau
dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena
penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal
disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi (http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi).
Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya
tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi informasi dan pendidikan,
Universitas Sumatera Utara
hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia (Effendi,
2004 : 55).
Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar
atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa
yang perlu diketahui publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas
juga terbatas (McQuail, 1996: 16).
Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca
tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk
mendapatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia
untuk aktualisasi diri
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962,
bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di
Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai
panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu
jam sehari dengan segala kesederhanaannya.
TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya
sudah dapat
menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari
stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial.
Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia,
(TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto, 2004 : 127).
Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah
mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya.
Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara
Universitas Sumatera Utara
secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia ,
seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiunstasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global
TV, Metro TV, dan TV One.
2.3.3 Daya Tarik Televisi
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat
disebabkan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga
memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar
hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi
radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan
nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya yang cukup variatif dan
menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2002 : 177).
2.3.4 Program Televisi
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap
aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada
umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan
menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau
peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).
Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik
khusus dan program acara, yaitu :
1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.
2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.
Universitas Sumatera Utara
3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah
dibuat semenarik mungkin.
Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :
1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan
oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.
2. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih
mendalam.
3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan
langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri.
4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak,
berkebun, dan acara kuis.
5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya.
6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.
7. Acara bagi anak-anak, seperti : film kartun.
8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.
9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.
10. Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.
2.3.5 Acara Televisi
Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh
stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program nonberita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi.
Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program
televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan,
drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis
besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang
baru saja terjadi dan "soft news" yang mengangkat berita bersifat ringan. Dalam hal ini, program
yang dibahas adalah tentang program hiburan yang mengusung tentang acara keahlian yang
bernama The Master yang tayang di stasiun RCTI.
Acara ini dianggap sukses karena telah mampu menyedot perhatian khalayak, terbukti
dari munculnya banyak komunitas dan fans dari acara The Master. Kesuksesan sebuah program
TV saat ini diukur oleh tingkat konsumsi program tersebut oleh pemirsa atau biasa disebut
rating. Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat bernama "people
meter" pada beberapa responden.
2.3.6 Dampak Acara Televisi
Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi,
hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya
proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan
diinterpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan
juga beraneka ragam.
Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara
televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat
menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang
penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang
ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa :
Universitas Sumatera Utara
1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami
acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.
2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.
3. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan
acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari ( Kuswandi, 1996:99).
2.4 Teori AIDDA
Dalam model AIDDA hal utama yang harus dilakukan adalah membangkitkan dan
menumbuhkan perhatian komunikan. Dalam hal ini berhasil atau tidaknya perhatian dipengaruhi
oleh daya tarik komunikator (source attractiveness).
Komunikasi yang diawali dengan membangkitkan perhatian (attention) akan merupakan
awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya
disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi
dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya
hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh komunikator. Hanya ada
hasrat saja pada diri komunikan belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan
datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action). Berikut
akan ditampilkan skema AIDDA.
Hal yang perlu diperhatikan dalam membangkitkan perhatian adalah dihindarkannya
kemunculan himbauan (appeal) yang negatif. Himbauan negatif tidak menumbuhkan kegilisahan
(anxiety arrousing), melainkan menumbuhkan kegelisahan (anxiety arrousing). William J. Mc
Guire seorang ahli komunikasi menegaskan dalam karnyanya “Persuation” bahwa anxiety
arrousing comunication menimbulkan efek ganda. Pada satu pihak menimbulkan rasa takut akan
bahaya sehingga mempertinggi motivasi untuk melakukan tindakan pencegahan (preventive).
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pada pihak lain rasa takut itu menimbulkan sikap kesiapan bertarung (fight to fight)
yang dalam yang dalam kasus komunikasi dapat berbentuk sikap permusuhan pada komunikator
atau tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap pesan yang disampaikan komunikator.
Berdasarkan formula AIDDA maka komunikasi persuasif didahului dengan upaya
membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini adalah penayangan acara The Master di
RCTI. Acara ini harus mampu menimbulkan atensi atau menarik perhatian orang lain, khususnya
para penonton televisi. (komunikan) Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, maka hal
ini akan disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest).
Minat, yaitu suatu keinginan yang kuat ataupun kecenderungan hati yang sangat tinggi
terhadap sesuatu, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian, yang dalam hal ini
adalah minat mempelajari sulap setelah komunikan menyaksikan acara The Master. Dari bentuk
perhatian yang seperti ini akhirnya menjadi sebuah titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire).
Hasrat, yaitu suatu keinginan yang amat sangat untuk bergabung dalam komunitas
pecinta sulap atau club sulap. Dengan adanya hasrat, pemirsa akan dapat menentukan kemana
harus dilanjutkan keinginan kuat tersebut (hasrat) dengan datangnya sebuah keputusan
(decision).
Keputusan, yaitu segala putusan yang telah ditetapkan, sesudah dipertimbangkan ataupun
dipikirkan, dan merupakan sikap terakhir ataupun langkah yang harus dijalankan. Dalam hal ini
merupakan sikap pengunjung Magic Counter terhadap keberadaan Acara The Master dan
bagaimana pengunjung ini dapat mengambil keputusan bahwa ia akan berlanjut mempelajari
atau hanya sekedar tertarik.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan, yaitu perbuatan atau sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi/memenuhi
sesuatu hasrat dan keinginan dalam diri. Dalam hal ini adalah mempelajari sulap dan akan
berlajut pada mencintai sulap itu sendiri.
Gambar 2.
Appeal -
Skema AIDDA
Anexity Arrousing → Rasa Takut
Preventif (penolakan)
Tidak Ada
Perhatian
Attractiveness
Komunikator
A-I-D-D-A
Appeal +
(Sumber : Effendy, Ilmu
Komunikasi Teori dan
Praktek, 2005)
Untuk lebih memudahkan dalam memahami konsep AIDDA dalam penelitian ini, maka
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1 (Teori AIDDA)
A
Attention (Perhatian)
Kehadiran Acara The Master
ditelevisi
mampu menarik perhatian para penonton
(pengunjung Magic Counter) di Sun Plaza
Medan. Hal ini dapat disebabkan karena
ketertarikan terhadap sesuatu yang dianggap
baru atau sebagai inovasi.
I
Interest (Minat)
Ketertarikan mulai timbul pada diri
pengunjung Magic Counter terhadap Acara
The Master. Dalam hal ini disebabkan materi
acara yang diberikan oleh Acara The Master.
D
Desire (Hasrat)
Hasrat/Kemauan pengunjung Magic Counter
untuk mempelajari sulap lebih dalam lagi.
D
Decision (Keputusan)
Setelah timbulnya hasrat pada diri pengnjung
Magic Counter di Sun Plaza Medan, maka
akan mengahantarkannya (pengunjung Magic
Counter) kepada suatu keputusan, yakni
Universitas Sumatera Utara
A
keputusan untuk mempelajari sulap seperti
yang ditunjukkan pada Acara The Master
Action (Tindakan)
Setelah keputusan diambil maka sebuah
tindakan akan lakukan untuk dapat memenuhi
hasrat dan keinginan yang diliki oleh penonton
dalam hal ini adalah pengunjung Magic
Counter di Sun Plaza.
2.5 Teori Sikap
2.5.1 Pengertian Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain,
obyek atau isue. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang
disertai
kecenderungan
untuk
bertindak
sesuai
sikap
objek
tadi
(http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf).
Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu
pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan
aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap
sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek
yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan
dalam bentuk tendensi perilaku.
Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
itu menerima ide tersebut.
Ketiga komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak secara bersama- sama
membentuk sikap. Sikap secara konsisten mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, sikap
seharusnya konsisten mempengaruhi perilaku.Jika antara sikap tidak konsisten dengan perilaku,
maka terdapat sistem eksternal yang ikut mempengaruhi konsistensi antara sikap dan perilaku.
Sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap sosial (Gerungan,
2000).
kegiatan
Sikap
yang
sama
sosial
dan
dinyatakan
berulang-ulang
terhadap
oleh
obyek
cara-cara
sosial,
dan
biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang atau masyarakat. Sedang sikap individu, adalah
Universitas Sumatera Utara
sikap yang dimiliki dan dinyatakan oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat
membentuk sikap sosial, manakala ada seregaman sikap terhadap suatu obyek. Dalam konteks
pemahasan ini, sikap yang dimaksud adalah sikap individual, mengingat pendidikan yang
dibahas dalam kajian ini menyangkut proses pendidikan secara individual, mengingat keinginan,
kebutuhan, kemampuan, motivasi, sasaran didik sangat beragam.
Sejalan dengan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa:
1) sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan
dalam keterkaitannya dengan obyek tertentu.
2) sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat
ditumbuhkan dan
dikembangkan melalui proses belajar.
3) sikap selalu berhubungan dengan obyek, sehingga tidak berdiri sendiri.
4) sikap dapat berhubungan dengan satu obyek, tetapi dapat pula berhubungan dengan
sederet obyek sejenis.
5) sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi (Gerungan,
2000).
Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan
individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan
sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau
negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan
sebagainya
Gagne
keadaan
(1974)
internal
mengatakan
(internal
state)
bahwa
yang
sikap
merupakan
mempengaruhi
pilihan
suatu
tidakan
individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa. Masih banyak lagi definisi sikap yang
Universitas Sumatera Utara
lain, sebenarnya agak berlainan, akan tetapi keragaman pengertian tersebut disebabkan oleh
sudut pandang dari penulis yang berbeda. Namun demikian, jika dicermati hampir semua batasan
sikap memiliki kesamaan padang, bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal atau keadaan
yang masih ada dalam dari manusia. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh
dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan yang mereka dapatkan, sebagaimana pendapat
Piaget’s tentang proses perkembangan kognitif manusia (Wadworth, 1971).
Keyakinan diri inilah yang mempengaruhi respon pribadi terhadap obyek dan lingkungan
sosialnya. Jika kita yakin bahwa mencuri adalah perbuatan tercela, maka ada kecenderungan
dalam diri kita untuk menghindar dari perbuatan mencuri atau menghidar terhadap lingkungan
pencuri. Jika seseorang meyakini bahwa dermawan itu baik, maka mereka merespon positif
terhadap para dermawan, dan bahkan mungkin ia akan menjadi dermawan. Sekilas, di atas
terlihat bahwa antara sikap dan perilaku ada kesamaan. Oleh karena itu, psikolog sosial, seperti
Morgan dan King, Howard dan Kendler, serta Krech dkk., mengatakan bahwa antara sikap dan
perilaku adalah konsisten. Apakah selalu bahwa sikap konsisten dengan perilaku. Seharusnya,
sikap adalah konsisten dengan perilaku, akan tetapi karena banyaknya faktor yang
mempengaruhi perilaku, maka dapat juga sikap tidak konsisten dengan perilaku. Dalam keadaan
yang demikian terjadi adanya desonansi nilai.
Para psikolog, di antaranya Morgan dan King, Howard dan Kendler, Krech, Crutchfield
dan Ballachey, mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
hereditas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku adalah beragam, di antaranya
pendidikan, nilai dan budaya masyarakat, politik, dan sebagainya. Sedang faktor hereditas
merupakan faktor bawaan seseorang yang berupa karunia pencipta alam semesta yang telah ada
dalam diri manusia sejak lahir, yang banyak ditentukan oleh faktor genetik. Kedua faktor secara
Universitas Sumatera Utara
bersama-sama mempengaruhi perilaku manusia. Jika kita ingin menumbuhkan sikap, kita harus
memadukan faktor bawaan berupa bakat dan faktor lingkungan pendidikan dan belajar.
Pandangan ini sejalan dengan hukum konvergensi perkembangan yang menyeimbangkan antara
faktor bawaan dengan faktor lingkungan, tanpa mengorbankan satu faktor pun.
Universitas Sumatera Utara
Download