DISUSUN OLEH : EMILIANA TUKU (17 09 003) NURHAFIFAH (17 09 006) Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan karena antihistamin adalah obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi penyakit alergi seperti rhinitis, urtikaria, pruritus, dan lain-lain. Walaupun selama ini antihistamin dianggap sebagai obat yang cukup aman, namun efek samping sedasi (rasa mengantuk) menyebabkan penurunan daya tangkap, terutama pada mengganggu antihistamin aktivitas generasi sehari-hari. Oleh pertama, sebab sangat itu, untuk penanganan penyakit alergi digunakan antihistamin yang aman dan efektif. Terdapat beberapa jenis antihistamin, dan dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin. Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblokir reseptor histamin (penghambatan saingan). Histamin adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr. Paul Ehrilch (1878) dan merupakan produk normal dan pertukaran zat histidin. Asam amino ini masuk kedalam tubuh terutama lewat daging dan dijaringan (juga di usus halus) di ubah secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi). Menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3 Histamin berinteraksi dengan H1 menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis, dan urtikaria. Histamin berinteraksi dengan H2 menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan tukak lambung Reseptor H3 yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak dan jaringan perifer mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi, dan peradangan. Antagonis reseptor Histamin H1 (Antihistaminika Klasik) Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma) Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medulla, sel endotelial Mekanisme Kerja : Menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai endogen berlebihan. penglepasan histamin Farmakokinetik Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit dan minimal 1-2 jam. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis tunggal kira-kira 4-6 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru. Tempat utama biotranformasi AH1 adalah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya. Farmakodinamik : Yang memblock reseptor H1, dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus, dan rahim, terhadap ujung saraf (vasodilatasi, naiknya permeabilitas). Obat anti histamin H1 biasanya berkompetisi (bersifat kompetitif) dengan histamin untuk mengikat reseptor, untuk meringankan reaksi alergi seperti rhinitis dan urtikaria. Generasi 1 : cukup baik terabsorbsi setelah pemakaian oral. Level kadar tertinggi dalam darah biasanya 1-2 jam dengan durasi 4-6 jam. Efek sedatif masih tinggi. Contoh: CTM, bromfeniramina, prometazin, dimenhidrinat Generasi 2: cukup baik terabsorbsi setelah pemakaian oral. Level kadar tertinggi dalam darah biasanya 1-3 jam, dengan durasi bervariasi dari 4-24 jam. Contoh: fexofenadine, loratadin, astemizol, cetirizin Generasi 3: merupakan pengembangan dari generasi 2. Pencarian generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih minimal. Contoh: desloratadin dan levocetirizine Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba. Beberapa jarigan seperti otot polos, pembuluh darah mempunyai kedua reseptor yaitu H1 dan H2. Sejak tahun 1978 di Amerika Serikat telah diteliti peran potensial H2 simetidin untuk penyakit kulit. Pada tahun 1983, ranitidin ditemukan pula sebagai antihistamin H2. Baik simetidin dan ranitidin diberikan dalam bentuk oral untuk mengobati penyakit kulit. Reseptor histamin H2 ditemukan di sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Simetidin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan merangsang Sehingga reseptor sekresi pemberian H2 cairan akan lambung. simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat. Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi terjadi pada menit ke 60-90. Masa paruh eliminasi sekitar 2 jam. Bioavaibilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. Pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidin juga memanjang meskipun tidak sebesar pada gagal ginjal. Kadar puncak plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah penggunaan 150 mg ranitidin secara oral, dan yang terikat protein plasma hanya 15%. Penggunaan klinis Indikasi: Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Antihistamin H2 sama efektif dengan pengobatan intensif dengan antacid untuk penyembuhan awal tukak lambung dan duodenum. Antihistamin H2 juga bermanfaat untuk hipersekresi asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellision. Efek samping Insiden efek samping kedua obat ini rendah dengan dan umumnya penghambatan berhubungan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan dengan reseptor. Efek samping ini antara lain: Nyeri kepala, pusing, Malaise, Myalgia, Mual, Diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus. Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulant dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer’s dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit. Memiliki sedang khasiat diteliti imunomodulator, khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contoh obatnya adalah tioperamida. Beberapa obat lainnya juga memiliki Contohnya adalah khasiat antihistamin. obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik Pelepasan histamin sendiri ada 2 macam: 1. Antigen-mediated histamine release Histamin dilepaskan karena terdapat interaksi antara antibodi dengan antigen. Hal ini mengakitbatkan dari mass cell dan basophil. degranulasi Selain dilepaskan karena adanya respon imunologis, histamin juga dapat dilepaskan karena obat, racun, atau senyawa2 lain yg dapat mengganggu bahkan merusak dinding sel dan memancing pelepasan histamin. Atau bisa juga diakibatkan suhu atau rangsangan mekanis lain TERIMA KASIH