Uploaded by User55375

Kompetensi Peda-WPS Office

advertisement
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
.
B. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
C. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
D. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
3 ruang lingkup kerja guru itu mencangkup aspek-aspek :
a.
Kemampuan profesional mencangkup :
1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan konsepkonsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya
2) Penguasaan dan penghayatan atas wawasan dan landasan kependidikan dan keguruan.
3) Penguasaan proses-proses pendidikan, keguruan, dan pembelajaran.
b. Kemampuan social mencangkup kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
c.
Kemampuan personal (pribadi) mencakup :
1) Penampilan sikap yang positif terhdap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsure-unsurnya.
2) Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya di anut oleh seorang guru.
4.
Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat
sentralisasi, desentralisasi, dan sentral-desentral.
1.
Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan
evalusasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum
mikro disusun oleh tim atau komisi khusus, yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro
dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu
tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja. Kurikulum untuk
satu tahun, satu semester, atau satu catur wulan disebut juga program tahunan, semesteran, catur
wulanan, sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu atau hari, disebut satuan pelajaran. Program
tahunan, semesteran, catur wulanan, ataupun satuan pelajaran memiliki komponen yang sama yaitu
tujuan, bahan pelajaran, metode dan media pembelajaran, dan evaluasi, hanya keluasan dan
kedalamannya berbeda-beda.
Tugas gurulah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun bahan peljaran
yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan media
mengajar yang bervariasi, serta menyusun program dan alat evaluasi yang tepat. Suatu kurikulum yang
tersusun sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun
kurikulum sudah tersusun dengan berstruktur, tetapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan
penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.
Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada siswanya tentang apa yang dicapai pada
pelajarannya. Ia juga hendaknya melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan motivasi belajar,
menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif, memberikan pengarahan dan bimbingan. Guru
memberikan tugas-tugas individual atau kelompok yang akan memperkaya dan memperdalam
penguasaan siswa. Dalam kondisi ideal guru juga berperan sebagai pembimbing, berusaha memahami
secara seksama potensi dan kelemahan siswwa, serta membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa.
2.
Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah ataupun kelompok sekolah
tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau
lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan atas karakteristik,
kebutuhan perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Dengan demikiran kurikulum
terutama isinya sangat beragam tiap sekolah atau wilayah mempunya kurikulum sendiri, tetapi
kurikulum ini cukup realistis.
Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai beberapa kelebihan di samping juga kekurangan. Kelebihannya
diantara lain :
a.
Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat
b. Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan professional, finansial
maupun manajerial
c.
Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanannya.
d. Ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru) untuk mengembangkan diri, mencari dan
menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum.
Sementara itu, kelemahannya adalah :
a.
Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan keseragaman, demi persatuan dan
kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat
b. Tidak adanya standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk diperbandingkan keadaan dan
kemajuan syartu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah lainnya
c.
Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah atau wilayah lain
d.
Sukar untuk mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional
e.
Belum semua sekolah atau daerah yang mempunyai kesiapan untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri
3.
Peran guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentral-desentral
Pengembangan kurikulum ini bertujuan untuk mengatasi kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk
campuran antara keduanya bisa digunakan, yaitu bentuk sentral-desentral. Beberapa waktu yang
lampau di perguruan tinggi di Indonesia memakai model pengembangan kurikulum yang bersifat
desentralisasi. Tiap universitas, institut, atau akademi memiliki otonomi untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri, satu berbeda dengan yang lainnya. Dewasa ini kadar
desentralisasinya mulai berkurang, dengan adanya usaha-usaha ke arah penyeragaman. Untuk beberapa
perguruan tinggi sejenis dikembangkan kerangka kurikulum dan kelompok-kelompok mata kuliah
program inti yang seragam.
Dalam kurikulum yang dikelola secara desentralisasi dan juga yang sentral-desentral, peranan guru
dalam pengembangan kurikulum ini jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara
sentralisasi. Guru-guru juga turut berpartisipasi, bukan hanya menjabarkan kurikulum induk ke dalam
program tahunan, program semester, catur wulan maupun ke dalam satuan pelajaran, tetapi juga di
dalam menyusun kurikulum secara keseluruhan untuk sekolahnya. Guru-guru juga ikut andil dalam
merumuskan setiap komponen dan unsur dari kurikulum itu sendiri sehingga mereka mempunyai
perasaan turut memiliki kurikulun dan terdorong untuk mengembangkan kemampuan dan
pengetahuannya dalam pengembangan kurikulum[7].
5. Relevansi
Dalam hal ini dapat dibedakan relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan proses belajar harus
relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan relevansi ke dalam berarti
bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara
tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian yang menunjukkan keterpaduan kurikulum.
·
Fleksibilitas
Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini
dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Hal ini berarti
bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang
anak.
·
Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara berkesinambungan,
maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu
tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara
jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
·
Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah.
Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik
keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.
·
Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari kebijakan-kebijakan
pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan antara aspek utama kurikulum yaitu
tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
12.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahliaan, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu tertentu serta membutuhkan pendidikan profesi (UU NO 14 2005 Tentang guru danDosen)
Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahliaan dan kewenangan yang
berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.
Download