BAB I KONSEP DASAR MEDIS A. Pengertian Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan, regenerasi sel-sel hati, sehjngga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (Sudoyo Aru, ddk 2011). Sedangkan menurut (Sylvia A. Price 2010) mendefinisikan Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsiktektur hati yang normal oleh lembar- lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. Pendapat senada dikemukakan oleh Noer, dkk (2011) bahwa Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukkan jaringan ikat disertai nodul. Pembentukkan jaringan ikat saja seperti pada payah jantung, obstruksi saluran empedu, juga pembentukkan nodul saja seperti pada sindroma felty dan transformasi nodular parsial bukanlah suatu Sirosis hati. B. Etiologi Banyak faktor yang menyebabkan Sirosis hepatis, menurut Lewis, dkk (2015: 1203) dalam bukunya yang berjudul medical surgical nursing dan Price, dkk (2010: 446) dalam buku patofisiologi mengemukakan beberapa faktor pendukung terjadinya penyakit ini, diantaranya: 1. Alkohol/ Sirosis leannec. Alkohol merupakan 50 % penyebab dari Sirosis hati. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak 1 secara gradual didalam sel-sel hati. Akumulasi lemak mencerminkan adanya gangguan metabolik termasuk pembentukkan trigliserida secara berlebihan, pemakaiannya berkurang dalam pembentukkan lipoprotein, dan penurunan oksidasi asam lemak. Individu yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan tidak makan secara layak dan gagal mengkonsumsi protein dalam jumlah cukup untuk menghasilkan faktor-faktor lipoprotein yang digunakan untuk transport lemak dan menekan aktivitas dari dehidrogenase alkohol yaitu enzim utama dalam metabolisme alkohol, sedangkan alkohol sendiri dapat menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati. 2. Sirosis postnekrotik Merupakan akibat akhir dari penyakit hepatitis virus B dan C yang kronis (25 %). Presentase kecil kasus dikarenakan oleh bahan kimia industri, racun, obat-obatan seperti fosfat, kloroform, dan karbon tetraklorida atau jamur beracun. 3. Sirosis biliaris Kerusakan sel hati yang dimulai dari sekitar duktus biliaris akan menimbulkan pola Sirosis biliaris. Penyebab Sirosis biliaris yang paling umum adalah obstruksi biliaris posthepatik. Statis empedu menyebabkan penumpukkan empedu didalam massa hati dengan kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa ditepi lobulus, hati membesar, keras, bergranula halus dan berwarna kehijauan. Ikterus selalu menjadi bagian awal dan primer, timbul pruritus, malabsorbsi dan steatorrea. 4. Cardsiac cirrhsosis Gagal jantung kanan yang berat, cor pulmonale, perikarditis konstriktif dan insufissiensi trikuspidalis dapat menyebabkan Sirosis hepatik dalam jangka waktu yang panjang. Akhirnya terjadi Sirosis hati. Penyebab Sirosis hati lain yang dikemukakan oleh Hadi, S (1995: 612) dalam buku gastroenterologi adalah: 1. Malnutrisi Kekurangan nutrisi terutama protein hewani dapat menyebabkan Sirosis hepatis. Protein hewani yang memegang peranan penting ialah kholin dan methionin, demikian pula kekurangan vitamin B komplek, tocoferol, cystine dan alfa 1-antitripsin dapat terjadi Sirosis hati. 2. Penyakit metabolik Termasuk didalamnya yaitu penyakit wilson dan hemokromatosis. Penyakit wilson ditandai dengan degenerasi basal ganglia otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan (kayser fleisher ring). Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dari seruloplasmin. Hemokromatosis merupakan kelainan peningkatan absorbsi dari Fe, yang dapat menimbulkan Sirosis hati. 3. Penyebab yang tidak diketahui. Sirosis kriptogenik Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda hepatitis, alkoholisme. Sedangkan dalam makanannya cukup mengandung protein. C. Klasifikasi 1. Morfologi: a. Mikronoduler – Adanya septa tipis. b. Makronoduler – Sirosis pasca necrotic. c. Campuran sirosis mikro dan makro noduler. 2. Fungsional: a. Kegagalan hati (Keluhan lemah, BB Menurun Dll). b. Hipertensi portal terjadi : - Meningkatnya resistensi portal akibat fibrosis. - Meningkatnya aliran portal akibat distorsi hati. D. Manifestasi klinik Disebakan oleh satu/ lebuh macam kegagalan : a. Kegagalan parenchim hati b. Hipertensi portal c. Enchelopalophaty d. Ascites Keluhan subyektif : a. Tiad ada nafsu makan, mual, perut terasa tidak enak, cepat lelah. b. Keluhan awal : Kembung c. Tahap lanjut : Icterus dan urine gelap. Keluhan Obyektif : a. Hati – Kadang terasa keras/ tumpul b. Limpa – Pembesaran pada limpa c. Perut – Sirkulasi kolateral pada dinding perut dan ascites. d. Manifestasi ekstra abdominal : - Spider nervi pada bagian atas - Eritema palmaris - Ginekomasti dan atropi testis - Haemoroid - Mimisan E. Pemeriksaan Laboratorium 1. Protrombin time memanjang 2. Kadar albumin rendah 3. Peningkatan gamma globulin G. 4. Urobillin feces meningkat (n = 90 – 280 mg/hari). 5. Urobillin urine meninglkat (n = 0,1 – 1,0 erlich u/dl). 6. Kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. 7. (Direk n = 0,1 – 0,3 mg/dl. Indirek n = 0,2 – 0,8 mg/dl). F. Pemeriksaan penunjang lain G. - Radiologi - Esofagoskopi - Ultrasonografi Prognosis : a. Adanya ikterik menetap. b. Ascites refrakter memerlukan diuretic dosis besar. c. Kadara labumin rendah. /< 2,5 g % (n = 3.2 – 4,5 g %). d. Orgam hati mengecil. e. Perdarahan – Varises esophagus. f. Kesadaran menurun g. Komplikasi neurologis. h. Kadar protrombin rendah. i. Kadar Na+ darah < 120 meq/l. H. Komplikasi 1. Haematemesis – melena 2. Koma hepatic. I. Penatalaksanaan 1. Sirosis hati : a. Istirahat samapai ada perbaikan ikterus, ascites. b. Diet rendah protein (DH III). c. Pemberian antibiotika. d. Memperbaiki keadaan gizi. e. Pemberian Roborantia 2. Ascites dan Edema a. Bed rest , dirt rendah garm 500 mg/hari, cairan dibatasi 1 lt/hari, ukur kadar Elektrolit serum, timbang BB. b. Kolaborasi Spirolakton 100 mg/ hari, KCL 50 mg/hari. c. Dalam pemberian diuretic harus hati-hati untuk keadaan hipokalemi. BAB II KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses perawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tidakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap. 1. Aktivitas/ istirahat. Gejala : Kelemahan, kelelahan. Tanda : Letargi, penurunan massa otot/ tonus. 2. Sirkulasi Gejala : Riwayat gagal jantung kongestif kronis, perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker. Tanda : Disritmia, bunyi jantung ekstra (S3, S4), distensi vena abdomen. 3. Eliminasi Gejala : Flatus. Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/ tidak adanya bising usus, faeces warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat. 4. Makanan/ cairan Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/ tidak dapat mencerna, mual, muntah. Tanda : Penurunan berat badan atau peningkatan (cairan), penggunaan jaringan, edema umum, kulit kering, turgor buruk, ikterik, angioma spider, napas berbau/ fetor hsepatikus, perdarahan gusi. 5. Neurosensoris Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental. Tanda : Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/ tidak jelas, asterik (encephalophati hepatic). 6. Nyeri dan kenyamanan Gejala : Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer. Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri sendiri. 7. Pernapasan Gejala : Dispnea. Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas (asites), hipoksia. 8. Keamanan Gejala : Pruritus. Tanda : Demam (lebih umum pada Sirosis alkoholik), ekimosis, ikterik, petekie, anggioma spider/ teleangiektasis, eritema palmar. 9. Seksualitas Gejala : Gangguan menstruasi, impoten. Tanda : Atropi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis). 10. Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : Riwayat penggunaan alkhohol, riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada toksin, trauma hati, perdarahan GI atas, episode perdarahan varices esofageal, penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Pemeriksaan diagnostik. 1. Bilirubun serum : Meningkat karena ketidakmampuan gangguan hati untuk seluler, meng- konjugasi, atau obstruksi bilier. 2. SGOT, SGPT, dan LDH : Meningkat karena kerusakan seluler dan mengeluarkan enzim. 3. Albumin serum : Menurun karena penekanan sintesis. 4. Globulin (IgA dan Ig G) : Peningkatan sintesis 5. Darah lengkap : Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan, leukemia mungkin ada sebagai akibat hipersplenisme. 6. Fibrinogen : Menurun. 7. Blood Ureum Nitrogen : Meningkat menunjukkan kerusakan darah/ protein. 8. Amonia serum : Meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah amoniak menjadi urea. 9. Glukosa serum : Hipoklikemi diduga mengganggu glikogenesis. 10. Urobilinogen fekal Urobilinogen urine : Menurunkan ekskresi : ada/ tidak ada bertindak sebagai petunjuk untuk membedakan penyakit hati, penyakit hemolitik, dan obstruksi bilier 11. HbSAg : Dapat positf (tipe B) B. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi) b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorksia, mual-muntah. c. Devisit volume cairan tubuh, berhubungan dengan malnitrisi, kelebihan sodium/ intake cairan. d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungna dengan ascites, menurunya ekspansi paru. e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi atau status metabolic. f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan C. Intervensi Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Nyeri akut NOC : Pain Level, berhubungan dengan NIC : Monitor vital sign pain control, Kaji skala nyeri Jelaskan pada pasien agens comfort level cidera biologis kriteria hasil : Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri: skala 2 NRS tentang sebab-sebab timbulnya nyeri Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam Kolaborasi dokter dengan untuk pemberian analgetik Mampu mengenali nyeri(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital rentang normal dalam Tidak mengalami gangguan tidur Ketidakseimbangan NOC nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 kebutuhan jam diharapkan: berhubungan - Adanya peningkatan berat badan sesuai NIC a. Kaji pola makan klien b. Kaji tanda-tanda dehidrasi c. Anjurkan klien untuk makan tapi sering dengan anorksia, mual-muntah. Devisit volume cairan tubuh, dengan berhubungan malnitrisi, kelebihan intake cairan. sodium/ dengan tujuan - Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan - Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi; tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan - Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil: Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal d. Pantau masukan makanan tiap hari. e. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi klien f. Timbang berat badan klien NIC Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein ) Kolaborasi pemberian cairan IV Berikan cairan oral Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8 jam Intake oral intravena adekuat dan Ketidak efektifan pola NOC: nafas dengan menurunya paru. berhubungn Respiratory status : Ventilation ascites, Respiratory status Airway patency ekspansi : Vital sign Status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Jam pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan) Kerusakan integritas NOC kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 dengan perubahan jam kerusakan integritas pasien teratasi sirkulasi atau status kulit dengan kriteria hasil: metabolic. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan NIC: Monitor vital sign Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Monitor respirasi dan status O2 Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas. Ajarkan bagaimana batuk efektif NIC Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan pada tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka Ansietas berhubungan NOC Setelah dengan perubahan tindakan status kesehatan selama 3 diharapkan berkurang kering Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin Cegah kontaminasi feses dan urin Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka NIC dilakukan 1. Monitor TTV keperawatan X 24 jam 2. Kaji tingkat rasa cemas kecemasan klien dan klien mengerti tentang 3. Bina hubungan saling penyakitnya dengan percaya antara kriteria hasil : perawat dan pasien klien nampak rileks 4. Beri kesempatan klien tidak bertanyakepada klien untuk tanya lagi tentang mengungkapkan penyakitnya perasaannya klien tidak merasa 5. Beri informasi yang cemas dan takut akurat tentang klien mampu penyakitnya. bekerjasama dengan perawat untuk proses penyembuhannya. DAFTAR PUSTAKA Amin Huda Nuratif dan Hardhi Kusuma, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi 3. Yogyakarta Judith M. Wilkinson, 2016. Diagnosa Keperawatan: diagnosa NANDA-I, intervensi NIC, Hasil NOC Edisi 10, Jakarta EGC Noer, dkk 2011. Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I Edisi ketiga: Balai penerbit Fkui. Jakarta Sudoyo Aru, ddk 2011. Buku saku diagnosa keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta Sylvia A. Prince, (2010). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, Edisi 4, Buku 1. EGC. Jakarta