pertambahan berat badan ibu hamil dan kejadian berat bayi lahir

advertisement
PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DAN KEJADIAN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013-2015
SKRIPSI
Oleh :
Lailatul Maghfiroh
1111101000014
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2015
Lailatul Maghfiroh
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi, Juli 2015
Nama : Lailatul Maghfiroh, NIM : 1111101000014
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015
ABSTRAK
Latar Belakang: Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu
indikator kesehatan ibu dan anak serta dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
Angka Kematian Bayi (AKB). Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan
kasus AKB akibat BBLR dari 22,86% tahun 2011 menjadi 37,5% tahun 2013.
Pelayanan kesehatan primer yang mengalami peningkatan kasus BBLR di wilayah
kerja Tangerang Selatan adalah wilayah kerja Puskesmas Pamulang, yakni dari
0,6% pada tahun 2012 menjadi 0,7% pada tahun 2013. Faktor penyebab kejadian
BBLR salah satunya adalah pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan.
Tujuan: Diketahuinya hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan
kejadian BBLR.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case control. Populasi
penelitian adalah ibu yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dan telah
melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas
Pamulang pada tahun 2013-2015. Sampel penelitian pada kelompok kontrol
diambil secara acak dengan menggunakan teknik simple random sampling, jumlah
sampel diperoleh sebanyak 37 ibu sebagai kelompok kasus dan 79 ibu sebagai
kelompok kontrol. Medical record dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
kuesioner merupakan instrumen penelitian. Chi Square dan analisis regresi
logistik merupakan metode yang digunakan untuk analisis hubungan pertambahan
berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR.
Hasil: Variabel karakteristik ibu yang memiliki nilai hubungan signifikan dengan
kejadian BBLR adalah variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan
(p<0,05). Hasil analisis regresi logistik dengan mengendalikan variabel penyakit
penyerta selama masa kehamilan menunjukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil (Adjusted OR:4,07; 95% CI=
1,60 – 10,34) dengan kejadian BBLR.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu
hamil dengan kejadian BBLR. Variabel karakteristik ibu yang dapat
mempengaruhi kejadian BBLR adalah variabel penyakit penyerta selama masa
kehamilan. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar tetap memberikan konseling
secara intensif kepada ibu hamil khususnya terkait konsumsi zat gizi dan energi
sesuai dengan kebutuhan gizi selama masa kehamilan
Kata Kunci : Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil, BBLR
Daftar Bacaan : 95 (1997-2015)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
EPIDEMIOLOGY
Undergraduate Thesis,
July 2015
Name : Lailatul Maghfiroh, NIM : 1111101000014
Pregnancy Weight Gain and Low Birth Weight (LBW) in The Work Region
of Pamulang Health Center, South Tangerang 2013-2015
ABSTRACT
Background: Low Birth Weight (LBW) is an indicator of mothers and children
health, and can lead to the increasing infant mortality rate (IMR). The IMR in
Tangerang City has increased as a result of LBW, from 22.86% in 2011 to 37.5%
in 2013. The primary health services that have the increasing LBW cases is
Pamulang Health Center, from 0.6% (19 infants) in in 2012 to 0.7% (27 infants)
in 2013. One of the cause of LBW is pregnancy weight gain.
Objective: to find out the association of pregnancy weight gain with LBW
Methods: This research used case-control study design. The population is mother
who live at the work region of Pamulang health center and have done childbirth in
health care facilities Pamulang health center in 2013-2015. The research sample in
the control group is drawn by using simple random sampling technique, with the
number of sample is 37 mothers as case group and 79 mothers as a control. The
research instruments are medical records and questionnaires of KIA (Mothers and
Children Health) book. Chi-square and logistic regression analysis are the
methods used to analyze the relationship of pregnancy weight gain with LBW.
Results: The variable characteristics of mothers who are significantly related to
LBW is morbidities during pregnancy variable (p <0.05). The result of logistic
regression analysis by controling the morbidities during pregnancy variable
showed that there is a significant association between pregnancy weight gain
(adjusted OR: 4.07; 95% CI = 1.60 to 10.34) with LBW.
Conclusion: There is a significant association between pregnancy weight gain
with LBW. Variabel characteristic of mother that may lead to the incidence of low
birth weight is the morbidities during pregnancy variable. Health workers are
expected to keep providing intensive counseling for pregnant women, especially
about energy consumption according to the pregnancy balance nutrition.
Keywords: Pregnancy Weight Gain, Low Birth Weight
Reference: 95 (1997-2015)
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
kekuatan lahir batin, kemudahan dan karunia, sehingga akhirnya skripsi
yang sederhana ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan saya.
Sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Baginda rasul-Mu,
Muhammad SAW. Saya persembahkan tulisan sederhana ini untuk :
 Ibu dan Ayah Tercinta 
Atas setiap tetes keringat, kerja keras, kasih sayang, dukungan lahir
maupun batin serta do’a yang tiada henti di setiap sholat, sujudnya
setiap malam kepada saya. Tulisan sederhana ini merupakan salah satu
tanda bakti dan rasa terima kasih saya yang tak terhingga kepada Ibu
dan Ayah Tercinta. Semoga tulisan sederhana ini bisa membuat Ibu dan
Ayah bangga dan sebagai langkah awal kesuksesan saya untuk
membanggakan Ibu dan Ayah 
“Have More Than You Show, Speak Less Than You Know (William
Shakespeare)”
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum wr.wb
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkah dan rahmat-Nya, laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul
“Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dan Kejadian Berat bayi Lahir
Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang
Selatan Tahun 2013-2015”. Laporan skripsi ini penulis susun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, Abdul Khohar dan Siti Fatimah yang telah memberikan
dukungan penuh dan motivasi serta do‟a yang tiada henti.
2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakulats dan
Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti M.Kes, Ph.D selaku Kepala Prodi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen pembimbing
II yang telah sabar memberikan arahan serta bimbingannya.
4. Ibu Hoirun Nisa M.Kes., Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah
sabar dalam memberikan arahan serta bimbingannya.
5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian di salah satu Puskesmas wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
6. Kepala Puskesmas Pamulang yang telah memberikan izin penelitian dan
pengambilan data di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
7. Teman-teman bidan STIKES Widya Darma Husada (WDH) yang telah
membantu dalam pengumpulan data di lapangan.
viii
8. Kemal dan Anjar, Feela yang telah membantu dalam proses analisis hasil
penelitian ini.
9. Teman-teman Epidemiologi tercinta, Alfica, Rini, Laila, Sukma, Faizatul,
Siti, Dina, Denok, Safira, Desi, Falah Naila, Lia, Lina, Nur Fitri yang
selalu memberikan semangat, motivasi dan meluangkan waktunya untuk
berdiskusi.
10. Teman-teman Alumni Pondok Pesantren Darul „Ulum Jombang di Jakarta
yang selalu memberikan semangat dan do‟a.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar penulis dapat menyusun laporan skripsi yang lebih baik lagi.
Semoga dengan disusunnya laporan skripsi ini akan memberikan manfaat bagi
banyak pihak, khususnya penulis serta pembaca.
Wassalamu‟alaikum wr.wb
Jakarta, Juli 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan.......................................................................................i
Abstrak.......................................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................4
C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................5
D. Tujuan Penelitian ..........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................6
F.
Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9
A. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ................................................................9
B. Kategori Berat Bayi Lahir (BBL) .................................................................9
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR .................................10
1. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil ..................................................... 11
2. Jarak Kehamilan...................................................................................... 15
3. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe (Zat Besi) ............................................. 16
4. Status Anemia Ibu ................................................................................... 17
5. Penyakit Penyerta Selama Kehamilan .................................................... 18
x
6. Kunjungan Antenatal Care (ANC) .......................................................... 19
7. Jumlah Paritas ......................................................................................... 19
8. Sosio-Demografi ..................................................................................... 20
9. KerangkaTeori ........................................................................................ 22
BAB III KERANGKA KONSEP,
DEFINISI OPERASIONAL DAN UJI
HIPOTESIS..............................................................................................25
A. Kerangka Konsep ........................................................................................25
B. Definisi Operasional....................................................................................27
C. Uji Hipotesis ...............................................................................................32
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................33
A. Desain Penelitian .........................................................................................33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................33
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................34
D. Metode Pengumpulan data ..........................................................................38
E. Instrumen Pengumpulan Data .....................................................................39
F.
Manajemen Data .........................................................................................39
G. Analisis Data ...............................................................................................40
BAB V ......................................................................................................43
A. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan Kontrol
di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 .......................43
B. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 ....................................................44
C. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR
di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015 .......................47
BAB VI...... ............................................................................................................50
A. Keterbatasan Penelitian ...............................................................................50
B. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan Kontrol 52
xi
C. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamulang .................................................................................65
D. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR.86
BAB VII .................................................................................................................95
A. Simpulan .....................................................................................................95
B. Saran ............................................................................................................98
Daftar Pustaka ......................................................................................................100
LAMPIRAN .........................................................................................................110
1.
Kuesioner ..................................................................................................110
2.
Hasil SPSS ................................................................................................113
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Standar Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan ............................. 11
Tabel 2 Standar Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Tiap Trimester............................ 12
Tabel 3 Kategori Kadar Hemoglobin dan Status Anemia pada Ibu Hamil ...................... 17
Tabel 4. Definisi Operasional ........................................................................................... 27
Tabel 5 Daftar Kode Penelitian Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan kejadian
BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun
2013-2015 .......................................................................................................... 40
Tabel 6 Distribusi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil selama Masa Kehamilan dan Per
Trimester pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015 ...................................... 43
Tabel 7. Distribusi Karakteritik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015.................... 45
Tabel 8. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Masa Kehamilan dan Per
Trimester dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013-2015 ................................................................ 47
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ............................................................ 14
Bagan 2 Kerangka Teori ................................................................................................... 24
Bagan 3. Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 26
Bagan 4 Alur Pemilihan Sampel pada Kelompok Kasus dan Kontrol............................. 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator
kesehatan ibu dan anak. Secara global, World Health Organization (WHO)
tahun 2011 menunjukan bahwa prevalensi BBLR sebesar 15,5% dan 95,6%
dari prevalensi BBLR secara global terjadi pada negara berkembang. Salah
satu negara yang masih dinyatakan sebagai negara berkembang adalah negara
Indonesia. WHO tahun 2012 menunjukan bahwa prevalensi BBLR di
Indonesia mengalami peningkatan dari 9% pada tahun 2002 menjadi 11,1%
pada tahun 2011. (WHO, 2011; WHO, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan
bahwa proporsi kasus BBLR di Indonesia sebesar 10,2%. Provinsi Banten
memiliki proporsi kasus BBLR yang hampir sama dengan proporsi BBLR
secara nasional yakni sebesar 10% (Kemenkes, 2013). Laporan profil
Kesehatan Provinsi Banten tahun 2013 menunjukan bahwa penyebab
kematian neonatal tertinggi diakibatkan karena kasus BBLR yakni sebesar
34,16%. Kota di wilayah Provinsi Banten yang mengalami peningkatan angka
kematian bayi akibat BBLR adalah Kota Tangerang Selatan. Profil kesehatan
Kota Tangerang Selatan menunjukan bahwa angka kematian bayi akibat
1
2
BBLR mengalami peningakatan yakni 22,86% tahun 2011 menjadi 37,5%
tahun 2013 (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2013; Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan, 2013).
Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu
akumulasi data yang dilaporkan dari fasilitas pelayanan kesehatan primer
pada setiap bulannya yakni Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang
masih mempunyai kasus BBLR dan mengalami peningkatan kasus BBLR
selama dua tahun berturut-turut di wilayah kerjanya adalah Puskesmas
Pamulang. Proporsi kasus BBLR di Puskesmas Pamulang mengalami
peningkatan dari 0,6% pada tahun 2012 menjadi 0,7% pada tahun 2013.
Tingginya proporsi kasus BBLR tersebut, maka dapat berdampak
terhadap kondisi kesehatan bayi pada masa yang akan datang. Dampak
kesehatan tersebut diantaranya adalah terjadi keterlambatan pertumbuhan
pada bayi, gangguan perkembangan kognitif, mudah terserang komplikasi
penyakit (gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskular, gastro intestinal,
ginjal) bahkan terjadinya peningkatan angka kesakitan dan kematian pada
bayi (WHO, 2004).
Masih tingginya kasus BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang
tidak lepas dari masalah kesehatan yang dialami oleh ibu pada masa
kehamilan. Masalah kesehatan ibu hamil yang dapat mempengaruhi kejadian
BBLR salah satunya adalah pertambahan berat badan ibu selama masa
kehamilan (Han., dkk, 2011). Penelitian Singh (2010) di Nepal, menunjukan
bahwa proporsi pertambahan berat badan yang rendah dan melahirkan BBLR
3
sebesar 16% dan riwayat pertambahan berat badan pada ibu hamil
berhubungan dengan kejadian BBLR baik pada kelompok kasus dan kontrol.
Penelitian lain terkait pertambahan berat badan ibu hamil dengan
BBLR telah dilakukan oleh Hinai, dkk (2013) di Omani, bahwa ibu yang
memiliki pertambahan berat badan rendah selama hamil berisiko melahirkan
bayi dengan status BBLR sebesar 2,27 kali dibandingkan dengan
pertambahan berat badan normal selama hamil. Sato (2012) di São Paulo
menunjukan bahwa hampir sebagian besar (43,4%) ibu hamil memiliki
pertambahan berat badan rendah selama masa kehamilan, dimana telah
ditemukan hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan
BBLR.
Selain
pertambahan
berat
badan
selama
masa
kehamilan,
pertambahan berat badan per trimester juga berpengaruh terhadap berat bayi
saat lahir. Hasil penelitian Darmayanti, dkk (2010) di Banjarmasin
menunjukan bahwa proporsi pertambahan berat badan ibu hamil <250 gram
/minggu selama trimester II dan III pada kelompok kasus sebesar 54,1% dan
kelompok kontrol sebesar 14,3%. Jika dilihat dari nilai Odds Rasio (OR),
menunjukan bahwa kenaikan berat badan pada ibu hamil <250 gram/minggu
selama trimester II dan III mempunyai risiko melahirkan bayi dengan status
BBLR sebesar 7,1. Hasil yang berbeda dilaporkan di Karachi dengan desain
studi kohort, dimana pertambahan berat badan ibu hamil tidak berhubungan
dengan BBLR (Merchant., dkk, 2000).
Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan kejadian BBLR adalah
karakteristik ibu. Karakteristik ibu diantaranya adalah usia ibu saat
persalinan, pendidikan, jarak kehamilan, jumlah paritas, kepatuhan konsumsi
4
tablet Fe, penyakit penyerta selama kehamilan, status anemia dan jumlah
kunjungan Antenatal Care (ANC) (Aea., dkk, 2014; Ahmed., dkk, 2012;
Aminian., dkk, 2014; Darmayanti., dkk, 2010; Hidayah., dkk, 2012;
Negi.,dkk, 2006; Singh., dkk, 2010).
Berdasarakan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pertambahan
berat badan ibu per trimester dan selama kehamilan dapat berpengaruh
terhadap kejadian BBLR. Namun sampai saat ini, belum adanya penelitian
terkait pertambahan berat badan ibu hamil dan kejadian BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan
agar dapat diketahui hubungan pertambahan berat badan pada ibu hamil
dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota
Tangerang Selatan tahun 2013-2015.
B. Rumusan Masalah
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah
kesehatan bayi dan dapat mempengaruhi jumlah Angka Kematian Bayi
(AKB). Proporsi BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang mengalami
peningkatan dari 0,6% pada tahun 2012 menjadi 0,7% pada tahun 2013.
Pertambahan berat badan ibu hamil merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi BBLR. Namun, sampai saat ini belum adanya penelitian
terkait pertambahan berat badan ibu hamil dan kejadian BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang. Sehingga, perlu dilakukan penelitian secara
5
khusus terkait pertambahan berat badan ibu hamil dan kejadian BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Pamulang kota Tangerang Selatan tahun 2013-2015.
C. Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimanakah distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada
kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun
2013-2015 ?
2 Bagaimanakah distribusi karakteristik ibu (jarak kehamilan, kepatuhan
konsumsi tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa
kehamilan, jumlah kunjungan Antenatal Care, jumlah paritas, usia ibu saat
persalinan dan pendidikan ibu) pada kelompok kasus dan kontrol di
wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 ?
3 Bagaimanakah hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan
kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan
kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang
Selatan tahun 2013-2015.
6
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
a.
Diketahuinya distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada
kelompok kasus dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang
tahun 2013-2015
b.
Diketahuinya distribusi karakteristik ibu (jarak kehamilan, kepatuhan
konsumsi tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa
kehamilan, jumlah kunjungan Antenatal Care, jumlah paritas, usia
ibu saat persalinan dan pendidikan ibu) pada kelompok kasus dan
kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015
c.
Diketahuinya hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan
kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 20132015.
E. Manfaat Penelitian
1. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi
pemegang kebijakan program kesehatan ibu dan anak terkait pengaruh
pertambahan berat badan pada ibu hamil dengan kejadian BBLR, sehingga
adanya upaya atau intervensi secara berkesinambungan untuk memberikan
program edukasi berupa materi kesehatan secara detail. Adanya program
edukasi kesehatan tersebut, diharapkan dapat menurunkan terjadinya kasus
7
pertambahan berat badan yang rendah pada ibu hamil serta dapat
meningkatkan derajat kesehatan masayarakat.
2. Petugas Kesehatan Puskesmas Pamulang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada petugas
pelayanan kesehatan, dalam hal ini adalah bidan atau dokter kandungan.
Sehingga mereka dapat memberikan edukasi dan konseling secara
personal terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR,
khususnya pertambahan berat badan selama masa kehamilan.
3. Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan
pengetahuan terkait kesehatan kehamilan, sehingga ibu hamil dapat lebih
waspada dan lebih teratur dalam menjaga status gizi selama masa
kehamilan.
4. Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi dalam penelitian terkait BBLR, sehingga
diharapkan dapat mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat khususnya
terkait BBLR.
8
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pertambahan berat
badan ibu hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015. Desain penelitian yang
digunakan adalah desain studi case-control. Semua kasus telah dijadikan
sebagai sampel penelitian, sedangkan sampel pada kelompok kontrol
diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Analisis
yang akan digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini telah
dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan berat pertama janin
atau bayi baru lahir yang diperoleh setelah proses persalinan dengan berat
kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). Terdapat dua kriteria
BBLR, diantaranya adalah terjadi karena pertumbuhan janin yang
terhambat dan bayi lahir dengan prematur. BBLR memiliki risiko terhadap
kesehatan yang buruk, kecacatan bahkan kematian (OECD, 2010;
UNICEF, 2004).
B. Kategori Berat Bayi Lahir (BBL)
Terdapat beberapa tipe BBL sesuai dengan berat lahir pertama kali,
diantaranya adalah (CDC, 2009; Joyce., dkk, 2012; Kemenkes, 2014) :
1. Bayi lahir dengan berat lahir tinggi atau High Birth Weight (HBW)
(≥4000 gram), biasanya terjadi pada usia kehamilan normal atau postterm dan kelahiran bayi prematur. HBW dapat meningkatkan risiko
cedera kelahiran seperti distosia bahu (ketidakmampuan melahirkan
bahu dengan mekanisme kelahiran secara biasa), selain itu, angka
kematian bayi lebih tinggi terjadi pada bayi yang lahir dengan berat
≥4000 gram dibandingkan dengan bayi lahir dengan berat 3000 gram.
9
10
2. Bayi lahir dengan berat lahir sedang yakni sebesar 2500-3999 gram.
3. Bayi lahir dengan berat lahir cukup rendah yakni sebesar ≥1500-2400
gram, maka bayi tersebut membutuhkan pelayanan kesehatan khusus
seperti pelayanan pengobatan atau pemeriksaan secara rutin.
4. Bayi lahir dengan berat lahir sangat rendah atau Very Low Birth
Weight (VLBW) yakni <1500 gram, dapat meningkatkan risiko
kejadian kronis seperti masalah saluran pernafasan, pertumbuhan
postnatal yang buruk, gangguan otak dan penyakit infeksi. Kondisi ini
membutuhkan pendidikan dan pelayanan khusus bagi petugas
pelayanan kesehatan kepada pengasuh korban maupun korban dari
bayi lahir dengan berat lahir sangat rendah.
5. Bayi lahir dengan berat lahir dibawah sangat rendah atau Extremely
Low Birth Weight (ELBW) (<1000 gram), maka berakibat terjadinya
Intelligence Quotient (IQ) bayi dibawah rata-rata.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR
Menurut Institute of Medicine (IOM) menyebutkan bahwa, faktor
risiko yang mempengaruhi terjadinya BBLR terdapat tiga faktor. Tiga faktor
tersebut diantaranya adalah faktor kesehatan ibu, faktor sosio-demografi dan
faktor perilaku. Faktor kesehatan ibu terdiri dari IMT sebelum hamil, jumlah
paritas, kehamilan ganda, penyakit penyerta selama masa kehamilan
(penyakit infeksi, hipotensi, hipertensi dalam kehamilan, diabetes melitus
gestasional), jarak kehamilan yang terlalu pendek, anemia, kurang energi
kronis dan pertambahan berat badan yang rendah selama kehamilan. Faktor
11
sosiodemografi terdiri dari usia kehamilan, status pendidikan dan status
ekonomi (IOM, 2009). Berikut penjelasan terkait faktor yang mempengaruhi
kejadian BBLR :
1. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
Pertambahan berat badan pada ibu hamil merupakan salah satu
fenomena biologis yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin.
Di Indonesia, standar pertambahan berat badan ibu hamil yang normal
adalah sekitar 9-12 kg (Kemenkes, 2010). Namun, terdapat kelemahan
terkait standar pertambahan berat badan ibu hamil di Indonesia yakni
belum adanya standar pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan
kategori IMT sebelum hamil dan pertambahan berat badan per trimester.
Beberapa penelitian di Negara Asia lainnya (Jepang, Taiwan dan Sri
Lanka) telah menggunakan standar berat badan pada ibu hamil yang telah
ditetapkan oleh Institute of Medicine (IOM) (Watanabe., dkk, 2009; Tsai
Ms., dkk, 2011). Hasil penelitian Abeysena (2011) di Kota Gampaha Sri
Lanka menunjukan bahwa hampir sebagian besar (45,5%) ibu yang
memiliki IMT overweight sebelum hamil memiliki pertambahan berat
badan normal selama masa kehamilan. Berikut standar pertambahan berat
badan pada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai dengan IMT Sebelum
hamil:
Tabel 1
Standar Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan
IMT sebelum hamil
Kurang (<18,5 kg/m2)
Normal (18,5-24,9 kg/m2)
Overweight (25-29,9 kg/m2)
Total pertambahan berat badan (Kg)
12.5-18
11.5-16
7-11.5
12
IMT sebelum hamil
Obesitas (≥30kg/m2)
Total pertambahan berat badan (Kg)
5-9
Sumber :(WHO, 2004; Institute of Medicine and National Research
Council, 2009)
Sedangkan standar pertambahan berat badan tiap trimester (trimester
1 adalah usia kehamilan 0-12 minggu, trimester 2 adalah usia kehamilan
13-27 minggu dan trimester 3 adalah usia kehamilan 28-40 minggu) sesuai
dengan kategori IMT sebelum hamil adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Standar Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Tiap Trimester
IMT sebelum
hamil
Total pertambahan
berat badan pada
trimester I
1-3 kg
Pertambahan berat badan
pada trimester ke II dan
III per minggu
0,44 – 0,58 kg
Kurang (<18,5
kg/m2)
Normal (18,5-24,9
1-3 kg
0,35 – 0,5
kg/m2)
kg
Overweight (251-3 kg
0,23 – 0,33 kg
29,9 kg/m2)
Obesitas (≥30kg/m2)
0,2-2 kg
0,17 – 0,27 kg
Sumber :(WHO, 2004; Institute of Medicine and National Research Council,
2009)
Perlu diketahui bahwa pertambahan berat badan pada ibu hamil tidak
hanya dipengaruhi oleh perubahan fisiologis ibu tetapi dipengaruhi juga
oleh karakteristik ibu lain dan fakor biologis (metabolisme plasenta).
Fungsi plasenta adalah sebagai organ endokrin dan zat perantara antara ibu
dan janin. Perubahan homeostasis (kondisi keseimbangan internal yang
ideal, di mana semua sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dalam cara
yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan tubuh ibu) dapat merubah
struktur dan fungsi plasenta yang dapat berdampak terhadap kondisi
pertumbuhan janin. Fungsi plasenta lainnya adalah dapat berpengaruh
13
terhadap sistem metabolisme ibu karena adanya perubahan hormon insulin
dan sistem peradangan, sehingga berakibat pada pertambahan berat badan
pada ibu hamil (Kathlen., dkk, 2009).
Secara umum, beberapa penelitian menunjukan ada hubungan yang
signifikan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan BBLR.
Penelitian yang dirangkum dengan menggunakan desain studi casecontrol, penelitian Aea (2013) di Algeria menunjukan bahwa pertambahan
berat badan yang rendah selama kehamilan berhubungan dengan kejadian
BBLR. Selain itu, telah disebutkan bahwa pertambahan berat badan
mencapai 10 kg selama kehamilan dapat memberikan efek proteksi
terhadap BBLR. Penelitian Mumbari (2009) menunjukan terdapat
hubungan antara pertambahan berat badan selama hamil dengan BBLR.
Berbeda dengan penelitian Merchant (2000) di Karachi bahwa tidak ada
hubungan antara pertambahan berat badan dengan BBLR..
Pernyataan tersebut didukung dengan alasan secara biologis, bahwa
berat badan yang kurang selama kehamilan terjadi karena kurangnya
nutrisi atau asupan makanan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan
janin (Han, 2011). Pertambahan berat badan pada seorang wanita
dipengaruhi oleh status gizi atau IMT seorang wanita termasuk periode
sebelum hamil, untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus
berikut :
IMT
Berat Badan (Kg)
= ------------------------------------------------------Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
14
Status gizi pada seorang ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti yang dilihat pada bagan di bawah ini :
Bagan 1
Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Ketersediaan makanan
Status ekonomi
Struktur keluarga
Status gizi ibu
Asupan Makanan
Kesehatan ibu :
Kesehatan anak :
Kondisi kehamilan
BBLR, kesakitan dan
kematian
Sumber : Robbert, 1985
Kondisi ekonomi, ketersediaan makanan dapat mempengaruhi
asupan makanan yang dikonsumi sehari-hari. Asupan makanan tersebut
dapat berpengaruh terhadap status gizi ibu. Jika asupan makanan dalam
kehidupan sehari-hari terpenuhi dengan baik, maka status gizi ibu dapat
dikatakan baik atau ideal. Begitu juga sebaliknya, jika asupan makanan
dalam kehidupan sehari-hari kurang, maka status gizi ibu dapat dikatakan
undernutrion atau kurang gizi sehingga berakibat terhadap kondisi
kesehatan baik pada ibu maupun pada bayi yang akan dikandung
(Robbert., dkk, 1985).
Kekurangan nutrisi atau malnutrisi pada wanita dalam masa
reproduksi dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu baik sebelum
15
hamil, selama kehamilan dan setelah masa kehamilan. Pada masa sebelum
kehamilan berakibat rendahnya berat badan, berkurangnya cadangan
lemak. Pada masa kehamilan dapat mengakibatkan berkurangnya durasi
kehamilan, rendahnya pertambahan berat badan selama hamil sehingga
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin serta pada masa setelah
kehamilan dapat mengakibatkan berkurangnya cairan Air Susu Ibu (ASI)
dan buruknya status gizi pada seorang wanita Oleh karena itu, setiap
wanita harus memiliki status gizi yang memadai sehingga ketika sedang
hamil maka wanita tersebut dapat memiliki berat badan yang ideal. Jika
pertambahan berat badan pada ibu hamil rendah maka dapat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan janin (Sato., dkk, 2012).
2. Jarak Kehamilan
Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana (BKKBN) menganjurkan
bahwa jarak kehamilan ideal adalah 2 tahun atau lebih (BKKBN, 2012),
jarak kehamilan yang terlalu dekat (<1tahun) mengakibatkan nutrisi pada
ibu yang kurang adekuat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan janin.
Gangguan pertumbuhan janin dapat mengakibatkan berat bayi lahir rendah
(Bener.,dkk, 2012)
Hasil Penelitian Darmayanti (2010) menunjukan tidak ada hubungan
antar jarak kehamilan dengan BBLR. Berbeda dengan penelitian Negi
(2006) menunjukan jarak kehamilan kurang dari 12 bulan meningkatkan
risiko melahirkan BBLR sebesar 2,58 kali dibandingkan dengan ibu yang
memiliki jarak kehamilan ≥ 24 bulan.
16
3. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe (Zat Besi)
Departemen Kesehatan telah melaksanakan progam penanggulangan
anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan membagikan tablet besi atau
tablet tambah darah kepada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap satu hari
berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan (Depkes RI, 2010).
Zat besi merupakan mikromineral yang berperan penting dalam
pembentukan hemoglobin (Hb). Kekurangan zat besi dapat dikenal sebagai
kekurangan gizi, baik pada negara maju maupun negara berkembang.
Diperkirakan <50% wanita tidak memiliki cadangan zat besi yang cukup
untuk kehamilan. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil rata-rata adalah 4,4
mg per hari (Muthayya.,dkk, 2009).
Kekurangan zat besi dapat mempengaruhi bayi lahir rendah dan
prematur. Hasil penelitian
Muthayya (2009) menunjukan bahwa
kekurangan zat besi selama masa kehamilan dapat menyebabkan
penurunan fungsi kekebalan tubuh pada ibu, sehingga meningkatkan
kerentanan infeksi saluran reproduksi yang dapat mempengaruhi gangguan
kondisi kesehatan plasenta Setiap gangguan yang terjadi pada plasenta
akan memberikan dampak yang serius terhadap pertumbuhan janin.
Hasil penelitian Khanal (2011) menujukan ibu yang tidak
mengkonsumsi tablet Fe selama masa kehamilan dapat meningkatkan
risiko melahirkan bayi BBLR sebesar 1,83 dibandingkan dengan ibu yang
mengkonsumsi zat besi. Penelitian Hidayah (2012) menunjukan bahwa ibu
yang patuh mengkonsumsi tablet Fe berhubungan dengan kejadian anamia,
17
yang mana anemia pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab
terjadinya BBLR (Singh., dkk, 2010).
4. Status Anemia Ibu
Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah
dalam tubuh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
Kebutuhan fisiologis tubuh seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin,
usia kehamilan. Secara umum, status anemia dikaitkan dengan kurangnya
konsumsi zat besi. Akan tetapi, kekurangan asam folat, vitamin A, vitamin
B12 dan infeksi parasit juga dapat mempengaruhi jumlah sel darah merah
sehingga berpengaruh terhadap kadar hemoglobin dalam tubuh (WHO,
2011). Berikut klasifikasi kadar hemoglobin pada ibu hamil (Manuaba,
2000) :
Tabel 3
Kategori Kadar Hemoglobin dan Status Anemia pada Ibu Hamil
Kadar hemoglobin
>11 g/dl
9-10,9 g/dl
7-8 g/dl
<7 g/dl
Sumber : (Manuaba, 2000)
Kategori Anemia
Tidak anemia
Anemia Ringan
Anemia Sedang
Anemia Berat
Anak usia 6-24 bulan, ibu hamil, ibu pasca melahirkan merupakan
kelompok yang sering terkena anemia. Anemia pada ibu hamil
didefinisikan jika kadar Hemoglobin (Hb) <11g/dl atau hematokrit <33%
(WHO, 2006). Tanda-tanda anemia akibat kekurangan zat besi pada ibu
hamil tidak spesifik, kecuali pada anemia tingkat parah. Fatigue
merupakan gejala yang paling umum, disertai dengan gejala pucat, sakit
18
kepala, jantung berdebar, sesak serta adanya gangguan perubahan suhu
tubuh yang dapat menyebabkan ibu hamil merasa lebih dingin dari
biasanya. Gejala kekurangan zat besi dapat terjadi tanpa anemia, hal ini
dapat dilihat dari kurangnya konsentrasi, rambut rontok dan lain
sebagainya (Pavord., dkk, 2011).
Beberapa penelitian yang telah dirangkum dengan menggunakan
desain studi case-control, Singh (2010) di Nepal menunjukan bahwa kadar
hemoglobin pada ibu hamil berhubungan secara signifikan dengan BBLR.
Berbeda dengan hasil penelitian Sunare (2009), bahwa status anemia
selama hamil tidak memberikan risiko melahirkan BBLR.
5. Penyakit Penyerta Selama Kehamilan
Penyakit
yang dialami ibu selama masa kehamilan dapat
berpengaruh terhadap gangguan pertumbuhan intraurine atau Intraurine
Growth Retardation (IUGR). IUGR merupakan salah satu penyebab
kurangnya asupan energi dan protein pada ibu selama masa kehamilan
sehingga mengakibatkan terjadinya kasus BBLR (Grible, 2003; Gross,
1997). Pada umumnya penyakit yang dialami oleh ibu selama masa
kehamilan dan berisiko terhadap kondisi kesehatan janin diantaranya
adalah hipotensi, hipertensi atau pre eklampsia, diabetes melitus
gestasional, perdarahan, riwayat penyakit infkesi (rubella, HIV/AIDS)
(IOM, 1985). Hasil penelitian Aea (2013) dengan menggunakan desain
case control menunjukan bahwa ada hubungan antara penyakit diabetes
yang dialami ibu selama masa hamil dengan kejadian BBLR.
19
6.
Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Anjuran kunjungan antenatal pada ibu hamil adalah minimal empat
kali yang terbagi pada tiap trimester (Kemenkes, 2010) :
a.
Satu kali pada trimester ke-I (kehamilan hingga 12 minggu)
b.
Satu kali trimester ke-2 (usia kehamilan >12 - 24 minggu)
c.
Dua kali pada trimester ke-3 (usia kehamilan >24 sampai
dengan minggu ke 36
Hasil penelitian Fonseca (2014) dan Negi (2006) menunjukan
bahwa jumlah kunjungan antenatal berhubungan dengan BBLR. Hal ini
dikarenakan ibu yang melakukan kunjungan antenatal secara rutin dapat
memperoleh informasi kesehatan baik kesehatan ibu maupun janin dari
petugas kesehatan secara detail. Kunjungan NAC salah satunya
dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah. Hasil penelitian Low., dkk
(2005) menunjukan bahwa pendidikan yang rendah berisiko terhadap
kepatuhan kunjungan ANC selama hamil sebesar 1,82.
7. Jumlah Paritas
Secara nasional, pemerintah Indonesia memberikan aturan kepada
pasangan suami istri bahwa 2 anak pada masing-masing pasangan suami
istri sudah cukup (BKKBN, 2012). Hal ini merupakan salah satu upaya
untuk pemerataan jumlah penduduk Indoensia. Jumlah paritas yang terlalu
banyak dapat memberikan dampak kesehatan baik pada ibu dan bayi.
Secara biologis, jumlah paritas berpengaruh terhadap BBLR dikarenakan
terdapat kemungkinan adanya insiden plasenta previa (plasenta terletak di
20
bagian bawah rahim sehingga menutup sebagian atau seluruh jalan lahir)
dan komplikasi pendarahan pada ibu yang memiliki jumlah kelahiran yang
lebih banyak, sehingga berpengaruh terhadap berat bayi yang akan
dilahirkan (Mukhtar., djkk, 2005).
Beberapa penelitian yang dirangkum dengan desain studi kohort,
Aminian (2014) menunjukan ada hubungan antara jumlah paritas dengan
BBLR. Negi (2006) menunjukan bahwa paritas pertama meninggkatkan
risiko lahir BBLR sebesar 3,2 dibandingkan paritas kedua dan selanjutnya.
Pada desain studi yang sama penelitian Darmayanti (2010) menunjukan
jumlah paritas tidak meningkatkan risiko melahirkan BBLR.
8. Sosio-Demografi
Secara umum, faktor sosio demografi terdiri dari usia dan
pendidikan. Dalam hal ini usia ibu saat melahirkan mempunyai pengaruh
terhadap kondisi janin yang akan dilahirkan yakni BBLR. Ibu yang
mengalami persalinan pada rentang usia risiko tinggi (<20 tahun atau >35
tahun) dapat disebabkan karena faktor pendidikan dan status ekonomi
yang rendah, sehingga berpengaruh terhadap kondisi janin yang dilahirkan
(IOM, 1985).
Beberapa penelitian menunjukan hasil yang kontradiktif terkait usia
ibu saat melahirkan dengan kejadian BBLR. Penelitian Ahmed (2012) di
Pakistan menunjukan ada hubungan antara usia ibu saat melahirkan
dengan BBLR. Penelitian Esimai (2014) di Nigeria bahwa ada hubungan
antara usia ibu dengan pertambahan berat badan selama hamil namun tidak
21
ada hubungan antara usia ibu dengan BBLR. Selain itu Reichman (2006)
di kota Amerika menunjukan bahwa ibu yang melahirkan di usia >35
tahun dan <20 tahun berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
sebesar 2,1 kali. Berbeda dengan penelitian Harlod (2007) dengan desain
studi cross sectional dan penelitian Wado (2013) dengan desain studi
cohort bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu pada saat melahirkan
dengan kejadian BBLR.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui alasan usia ibu pada
saat persalinan dengan BBLR dari proses biologis. Usia ibu saat
melahirkan yang paling berisiko pada umunya terjadi pada usia remaja
(<20 tahun) dan usia lanjut usia (>35 tahun). Pada ibu yang tergolong usia
remaja, maka dapat diketahui proses biologis yang berpengaruh terhadap
berat bayi yang akan dilahirkan. Proses biologis tersebut adalah (Roth,
1998; Gross, 1997) :
a. Berkurangnya aliran darah pada mulut rahim dan uterus akibat
ketidakmatangan organ rahim sehingga mempengaruhi aliran nutrisi
dari rahim ibu ke janin
b. Adanya persaingan kebutuhan gizi antara ibu dengan janin, oleh
karena itu direkomendasikan agar tetap menjaga asupan makanan
dan kalori dalam kehidupan sehari-hari
Sedangkan pada ibu hamil dengan usia lansia (>35 tahun), proses
biologis yang berpengaruh terhadap berat lahir bayi adalah (Roth, 1998;
Ullah, 2003) :
22
a. Tingginya prevalensi masalah kesehatan kronis yang berkaitan
dengan usia seperti hipertensi, diabetes melitus, komplikasi
kesehatan pada masa hamil yang berpengaruh terhadap berat lahir
bayi
b. Menurunnya potensi kesuburan
c. Berubahnya pola gaya hidup yang kurang sehat sehingga
menimbulkan beberapa penyakit pada ibu dan dapat mempengaruhi
kondisi janin
Faktor sosiodemografi lain adalah pendidikan. Penelitian Ahmed
(2012)
di
Pakistan
menunjukan
bahwa
pendidikan
ibu
dapat
mempengaruhi kondisi berat bayi yang akan dilahirkan. Hal tersebut
dikarenakan pendidikan mempunyai peran yang penting terhadap
kesehatan dan meningkatkan kesadaran diri untuk periksa ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Berbeda dengan penelitian Aminian (2014) di Iran
menyebutkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian
BBLR.
9.
KerangkaTeori
Faktor penyebab BBLR sangat beragam, berdasarkan beberapa
literatur disebutkan bahwa pertambahan berat badan badan ibu hamil,
karakteristik ibu (jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, status
anemia, penyakit penyerta selama masa kehamilan, kunjungan Antenatal
Care, jumlah paritas, usia ibu saat persalinan dan pendidikan ibu)
23
merupakan faktor penyebab terjadinya BBLR. Sehingga didapatkan
kerangka teori sebagai berikut :
24
Bagan 2 Kerangka Teori
Faktor Sosiodemografi
Faktor Perilaku
Pendidikan
ibu
Kepatuhan
konsumsi
tablet Fe
Faktor Kesehatan Ibu
Asupan
makanan
(kurang)
Status gizi ibu
(malnutrisi)
Cadangan
simpanan
lemak dan
otot
berkurang
IMT sebelum hamil
Usia ibu saat persalinan
Usia Tua
(>35
tahun)
Adanya
riwayat
penyakit
kronis
Jumlah
kunjungan
ANC
Status
anemia
Usia Muda
(<20
tahun)
Ketidakseimbang
an kebutuhan gizi
antara ibu dan
anak
Penurunan fungsi
kekebalan tubuh
pada ibu
Jumlah
paritas
>3
Berat Bayi
Lahir Rendah
Gangguan
pertumbuhan
plasenta
Plasenta
Previa
Riwayat
penyakit selama
masa kehamilan
Gangguan
pertumbuhan
janin
Rentan teinfeksi
pada saluran
reproduksi
Faktor Kesehatan Ibu
Jarak
kehamilan
(<1 tahun)
Pertambahan berat
badan ibu hamil yang
rendah
24
nutrisi ibu
tidak adekuat
Sumber:
(Bener, 2012), (Grible, 2003),
(IOM, 1985),
(Manuaba,
2000), (Muthayya, 2009),
(Merril, 2010),
(Mukhtar,
2005), (Roth, 1998), (Sato,
2012)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN UJI HIPOTESIS
A.
Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya,
terdapat beberapa variabel yang dijadikan sebagai konsep penelitian,
diantaranya adalah:
1.
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
Secara biologis, variabel ini berpengaruh langsung terhadap
status berat bayi saat lahir. Selain itu, variabel ini dapat ditelusuri
secara langsung melalui rekam medis yang telah dimiliki oleh
kelompok kasus dan kontrol, yakni buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) yang mana sebagian besar ibu hamil di Indonesia dianjurkan
untuk memiliki buku kesehatan mulai masa kehamilan sampai anak
berusia 5 tahun.
2.
Variabel karakteristik ibu (jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi
tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa kehamilan,
jumlah kunjungan Antenatal Care, jumlah paritas, usia ibu saat
persalinan dan pendidikan ibu)
Variabel tersebut dapat ditelusuri langsung melalui buku KIA dan
ditanyakan langsung kepada kelompok kasus dan kontrol.
25
26
Selain itu, terdapat variabel yang tidak dijadikan sebagai konsep
penelitian, yakni :
a.
Variabel asupan makanan
Variabel tersebut mempunyai risiko bias informasi yang sangat
tinggi. Hal ini dikarenakan dibutuhkan ingatan yang sangat kuat
pada partisipan kelompok kasus dan kontrol terhadap makanan
yang telah dikonsumsi sehari-hari selama masa kehamilan di masa
lampau. Selain itu, tidak adanya catatan terkait asupan makanan
yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan pada buku KIA.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperoleh kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
Bagan 3. Kerangka Konsep Penelitian
Pertambahan Berat Badan
Ibu Hamil
Karakteristik Ibu :
Jarak Kehamilan
Kepatuhan konsumsi Tablet Fe
(Zat Besi)
Status Anemia Ibu
Penyakit penyerta selama masa
kehamilan
Kunjungan ANC
Jumlah Paritas
Usia ibu saat persalinan
Pendidikan Ibu
BBLR
B. Definisi Operasional
Tabel 4. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
1
BBLR
Bayi yang lahir pada tahun
2013-2015 di wilayah kerja
Puskesmas Pamulang
dengan berat lahir <2500
gram
Telaah dokumen
Rekam medis persalinan
(baik persalinan di
Puskesmas Pamulang
maupun laporan dari BPS
wilayah kerja Puskesmas
Pamulang) tahun 2013-2015
0. Normal (jika berat bayi
lahir (≥2500 gram)
1. BBLR (jika berat bayi
lahir <2500 gram)
2
Pertambahan berat
badan ibu hamil
selama masa
kehamilan
Naiknya berat badan
partisipan selama bulan
pertama hamil sampai
menjelang persalinan
berdasarkan IMT sebelum
hamil
Telaah dokumen
Form catatan kesehatan ibu
hamil dalam Buku
Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) yang dimiliki oleh
partisipan
0. Normal
(IMT kurang=12,5-18
kg, IMT normal=11,5-16
kg, IMT overweight=711,5 kg, IMT obesitas=
5-9 kg)
1. Kurang
(IMT kurang= <12,5 kg,
IMT normal= <11,5 kg,
IMT overweight= <7 kg,
27
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ukur
IMT obesitas= <5kg)
2. Lebih
(IMT kurang= >18 kg,
IMT normal= >16 kg,
IMT overweight= >11,5
kg, IMT obesitas= >9
kg)
(WHO, 2004; IOM dan
NRC, 2009)
3
Pertambahan berat
badan ibu hamil
per trimester
Naiknya berat badan
partisipan per trimester ( I,
II dan III) berdasarkan IMT
sebelum hamil
Telaah dokumen
Form cacatan kesehatan ibu
hamil dalam Buku
Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) yang dimiliki oleh
partisipan
4
Jarak kehamilan
Rentang waktu antara
kehamilan sebelumnya
dengan kehamilan terakhir
Wawancara
terstruktur
Kuesioner
5
Kepatuhan
konsumsi tablet Fe
Ketaatan ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi
Telaah dokumen
dan wawancara
Form cacatan kesehatan ibu
hamil dalam Buku Kesehatan
28
0. Normal
1. Kurang
2. Lebih
Ordinal
(WHO, 2004; IOM dan
NRC, 2009)
0. ≥2 tahun
1. <2 tahun
0. Patuh, jika
mengkonsumsi tablet
Ordinal
Ordinal
No
Variabel
Definisi
sesuai (Minimal 90 tablet
Fe) dengan jumlah yang
seharusnya diminum
berdasarkan pengakuan
partisipan dan didukung
dengan catatan rekam medis
dalam buku KIA partisipan
Cara Ukur
terstruktur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Ibu dan Anak (KIA) yang
dimiliki oleh partisipan dan
kuesioner
Fe 80% yang
seharusnya minimal
dikonsumsi
1. Tidak Patuh jika
mengkonsumsi tablet
Fe< 80% yang
seharusnya minimal
dikonsumsi
Skala
Ukur
(Iswanto, 2012)
6
Status Anemia
pada Ibu hamil
Kadar Hemoglobin
partisipan selama masa
kehamilan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium
Hb (Hemoglobin)
Telaah dokumen
Form cacatan kesehatan ibu
hamil dalam Buku Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) yang
dimiliki oleh partisipan
0. Tidak anemia (Hb ≥11
gr/dl)
1. Anemia (Hb <11 gr/dl)
Ordinal
7
Penyakit penyerta
selama masa
kehamilan
Gangguan kesehatan yang
diderita partisipan selama
masa kehamilan dan dapat
berisiko terhadap kondisi
kesehatan partisipan
maupun janin. Penyakit
tersebut berdasarkan atas
diagnosa petugas kesehatan
Telaah dokumen
Form cacatan kesehatan ibu
hamil dalam Buku Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) yang
dimiliki oleh partisipan
0. Tidak ada
1. Ada
Ordinal
29
No
8
Variabel
Kunjungan ANC
Selama masa
kehamilan
Definisi
Cara Ukur
Jumlah pemeriksaan
kesehatan yang dijalani
partisipan selama masa
kehamilan ke fasilitas
pelayanan kesehatan
berdasarkan catatan dalam
buku KIA
Telaah dokumen
Alat Ukur
Form cacatan kesehatan ibu
hamil dalam Buku Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) yang
dimiliki oleh partisipan
9
Jumlah Paritas
Jumlah persalinan yang
pernah dialami oleh
partisipan
Wawancara
terstruktur
Kuesioner
10
Usia Ibu Saat
persalinan
Umur partisipan pada saat
persalinan di tahun 20132015
Wawancara
terstruktur
Kuesioner
30
Hasil Ukur
0. ≥ nilai rata-rata hasil
penelitian
Skala
Ukur
Ordinal
1. < nilai rata-rata hasil
penelitian
0. Primipara: jumlah
persalinan=1
1. Multipara jumlah
persalinan=2-3
2. Grandemultipara :
jumlah persalinan > 3
(Negi, 2006)
0. Usia tidak risiko tinggi
(20-35 tahun)
1. Usia risiko tinggi <20
tahun dan >35 tahun)
(IOM, 2009)
Ordinal
Ordinal
No
11
Variabel
Pendidikan Ibu
Definisi
Cara Ukur
Tingkat studi terakhir yang Wawancara
ditempuh oleh partisipan terstruktur
sampai tahun 2015
31
Alat Ukur
Kuesioner
Hasil Ukur
0. Lebih dari 9 tahun
1. Sekolah wajib 9 tahun
2. Kurang dari 9 tahun
Skala
Ukur
Ordinal
32
C. Uji Hipotesis
Hasil penelitian yang akan diharapkan oleh peneliti adalah :
Ada hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
tahun 2013-2015
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Epidemiologi analitik dengan
desain studi case-control. Desain studi case control dalam penelitian ini
bertujuan untuk melihat distribusi antara variabel pertambahan berat badan
ibu hamil dan karakteristik ibu pada kelompok kasus dan kontrol, serta
melihat hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan
kejadian BBLR.
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang pada bulan Maret – Mei 2015. Wilayah kerja Puskesmas
Pamulang terdiri dari empat kelurahan, yakni Kelurahan Pamulang Barat,
Pamulang Timur, Pondok Cabe Ilir (PCI) dan Pondok Cabe Udik (PCU).
Fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang yang
melayani proses persalinan dan rutin melaporkan data persalinan di
Puskesmas Pamulang adalah Bidan Praktik Swasta (BPS) dan Klinik
Kesehatan, dimana terdapat 27 BPS dan 1 klinik kesehatan. Lokasi
penelitian dipilih dikarenakan proporsi kasus BBLR di Puskesmas
Pamulang mengalami peningkatan dari 0,6% pada tahun 2012 menjadi 0,7%
pada tahun 2013.
33
34
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian (population study) adalah ibu yang tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Pamulang dan telah melakukan persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun
2013-2015. Populasi penelitian terdiri dari kelompok kasus dan kontrol.
Kelompok kasus merupakan ibu yang melahirkan bayi dengan status BBLR
(<2500 gram) pada tahun 2013-2015. Sedangkan kontrol merupakan ibu
yang melahirkan bayi normal (≥2500 gram) pada tahun 2013-2015.
Selain itu, penentuan populasi penelitian yang dapat diteliti (eligible
population) adalah ibu yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
pada masing-masing kelompok kasus maupun kontrol. Adapun kriteria
inklusi dan eksklusi pada kelompok kasus dapat dilihat pada Bagan 4.
Bagan 4
Alur Pemilihan Sampel pada Kelompok Kasus dan Kontrol
Catatan Rekam Medis Persalinan di Puskesmas Pamulang dan BPS
Wilayah Kerja Puskasmas Pamulang Tahun 2013-2015 (n=903)
Semua bayi yang lahir dengan
berat <2500 gram (Kasus)
Eksklusi (n=49)
Tinggal di luar wilayah kerja
Puskesmas Pamulang (n=7)
Bayi yang lahir dengan berat
≥2500gram (kontrol) (n=854)
Tingga di luar wilayah
kerja Puskesmas
Pamulang (n=63)
Lahir mati (n=0)
Lahir mati (n=0)
Prematur (n=3)
Prematur (n=3)
Lahir kembar (n=2)
Lahir kembar ( n=2)
Semua kasus (n=37)
Kontrol dipilih secara simple random sampling (n=74)
35
1.
Kriteria Inklusi Kasus
a. Ibu yang tercatat di rekam medis persalinan Puskesmas Pamulang
(baik rekam medis persalinan di Puskesmas Pamulang maupun
laporan dari Bidan Praktik Swasta (BPS) yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Pamulang) dengan catatan melahirkan BBLR (<2500
gram) tahun 2013-2015 (n= 49).
b. Ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
Wilayah kerja Puskesmas Pamulang terdiri dari empat kelurahan
yakni Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe
Udik dan Pondok Cabe Ilir (n= 42).
2.
Kriteria Eksklusi Kasus
a. Ibu yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas
Pamulang (n=7)
b. Ibu yang melakukan persalinan di Puskesmas Pamulang atau BPS
di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dengan catatan lahir mati
(n= 0).
c. Ibu yang melahirkan bayi prematur (<37 minggu) (n=3).
d. Ibu yang melahirkan bayi dengan catatan lahir kembar (n=2).
e. Ibu yang tidak memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
(n=0).
36
Sedangan kriteria inklusi dan eksklusi pada kelompok kontrol adalah
sebagai berikut :
3.
Kriteria Inklusi Kontrol
a. Ibu yang tercatat di rekam medis persalinan Puskesmas Pamulang
(baik rekam medis persalinan di ruang bersalin Puskesmas
Pamulang maupun laporan dari BPS (Bidan Praktik Swasta) yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Pamulang) dengan catatan
melahirkan normal (≥2500 gram) tahun 2013-2015 (n= 854).
b. Ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
Wilayah kerja Puskesmas Pamulang terdiri dari empat kelurahan
yakni Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok Cabe
Udik dan Pondok Cabe Ilir (n=791).
4.
Kriteria Eksklusi
a. Ibu yang bertempat tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas
Pamulang (n=63).
b. Ibu yang melakukan persalinan di Puskesmas Pamulang atau BPS
di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dengan catatan lahir mati
(n= 0).
c. Ibu yang melahirkan bayi prematur (<37 minggu) (n= 3).
d. Ibu yang melahirkan bayi dengan catatan lahir kembar (n=2).
e. Ibu yang tidak memiliki buku KIA (n=0).
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan, maka
sampel yang akan dibutuhkan pada penelitian ini adalah (Ariawan, 1998) :
37
z
n
1 / 2
(1  1 / k ) p (1  p )  z1 
dimana :
p1 (1  p1 )  ( p 2 (1  p 2 )) k

2
( p1  p 2 ) 2
dan P = (P1 + kP2)/(1+k)
peneliti akan menggunakan :
a. Perbandingan jumlah kasus dan kontrol sebesar 1:2
b. Tingkat kemaknaan ( z1 / 2 ) = 5% (1,96)
c. Kekuatan uji ( z1  )= 80% (0,84)
diketahui:
1,96
n
P2 = 54,1% (Darmayanti, 2010)
Z1-α/2 = 1.96
OR = 7,1 (Darmayanti, 2010)
Z1-β/2 = 0.84
(1  1 / 2) x0,5 x(1  0,5)  0,84 0,8 x(1  0,8)  (0,541x(1  0,541)) / 2

2
(0,8  0,541) 2
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan pada kelompok kasus
adalah 37 kasus dan kelompok kontrol sebesar 37 x 2 =74 kontrol. Peneliti
memperkirakan adanya partisipan yang tidak mau berpartisipasi dalam
penelitian (non respon) sebesar 5% pada masing-masing kelompok kasus
dan kontrol, 37 x 5%= 1,8 ≈2 dan 74 x 5%= 3,7≈4. Sehingga jumlah
sampel yang dibutuhkan pada :
a. Kelompok kasus menjadi 37+2= 39 kasus
b. Kelompok kontrol menjadi 74+4= 78 kontrol.
 36,6  37
38
Semua kasus telah dijadikan sebagai sampel penelitian. Sedangkan
sampel pada kelompok kontrol diperoleh dengan menggunakan teknik
simple random sampling, kemudian melakukan pengundian terhadap
kelompok kontrol melalui nama ibu yang di dapatkan dari frame sampling
persalinan tahun 2013-2015 (baik dari laporan persalinan Puskesmas
Pamulang maupun BPS).
D.
Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua yakni telaah dokumen dan wawancara terstruktur dengan
menggunakan kuesioner. Telaah dokumen berasal dari rekam medis
persalinan Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 dan buku KIA yang
dimiliki partisipan. Dokumen dari rekam medis persalinan Puskesmas
Pamulang diperoleh informasi terkait variabel kasus BBLR maupun non
BBLR. Pada dokumen tersebut, peneliti telah mengambil data yang terdiri
dari identitas ibu hamil (nama istri dan suami) serta alamat lengkap ibu.
Dokumen yang berasal dari form catatan kesehatan ibu hamil dalam
buku KIA diperoleh informasi terkait variabel pertambahan berat badan ibu
selama masa kehamilan dan per trimester, penyakit penyerta selama
kehamilan dan status anemia, kepatuhan konsumsi tablet Fe dan jumlah
kunjungan ANC.
Metode wawancara terstruktur diperoleh informasi terkait variabel
jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, jumlah paritas, usia ibu saat
melahirkan dan pendidikan ibu. Pada variabel kepatuhan konsumsi tablet
39
Fe, peneliti juga melakukan probing dengan partisipan penelitian.
Pelaksanaan probing tersebut bertujuan untuk menggali informasi secara
detail terkait jumlah tablet Fe yang telah dikonsumsi oleh partisipan kasus
maupun kontrol selama masa kehamilan.
E.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki
partisipan. Kuesioner terdiri dari pertanyaan terkait pertambahan berat
badan selama hamil, usia ibu saat persalinan, pendidikan ibu, jumlah paritas,
jarak kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe, penyakit penyerta selama
masa kehamilan, status anemia dan jumlah kunjungan ANC.
F.
Manajemen Data
Manajemen data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut
1. Peneliti melakukan pemeriksaan data (data editing), yakni
melakukan pemeriksaan dan klarifikasi terhadap partisipan yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan inklusi pada kelompok kasus
dan kontrol saat penelitian berlangsung. Pemeriksaan tersebut
bertujuan agar partisipan yang masuk dalam penelitian dapat
dipastikan telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang
telah ditetapkan peneliti, sehingga kemungkinan bias seleksi dan
bias informasi sangat kecil.
2. Peneliti melakukan pengkodean (coding), yakni menetapkan kode
pada masing-masing variabel untuk memudahkan dalam proses
40
entri data. Berikut beberapa kode dalam penelitian :
Tabel 5
Daftar Kode Penelitian Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
dengan kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013-2015
Kode
IR1-IR13
A1-A3
B1-B2
C1-C2
D1-D2
E
3. Peneliti
melakukan
Keterangan
Sosiodemografi
variabel terkait pertambahan
berat badan selama hamil
variabel status anemia
variabel kepatuhan konsumsi
tablet Fe
variabel
penyakit
penyerta
selama masa kehamilan
variabel jumlah kunjungan ANC
pemasukkan
data
(entry
data),
yakni
melakukan entri data pada kuesioner yang telah di coding ke dalam
komputer untuk dianalisis secara statistik. Proses pemasukkan data
dilakukan dengan bantuan software analisis data.
4. Peneliti melakukan pembersihan data (data cleaning), yakni
peneliti memeriksa kembali kelengkapan data yang sudah di entry
kedalam computer. Jika data pertambahan berat badan ibu hamil
dan karakteritik ibu belum terisi lengkap, maka data tersebut tidak
dilanjutkan untuk dianalisis.
G.
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dan bivariat.
41
a. Analisis Univariat
Analisis univariat telah dilakukan terhadap semua variabel
penelitian. Tujuan dari analisis univariat adalah untuk melihat distribusi
semua variabel penelitian pada kelompok kasus maupun kontrol. Pada
variabel kunjungan ANC, peneliti melakukan analisis rata-rata dan
standar deviasi terlebih dahulu. Kemudian dari hasil rata-rata tersebut,
dikategorikan menjadi dua kategori (<nilai rata-rata hasil penelitian dan
≥ nilai rata-rata hasil penelitian). Hasil analisis univariat telah disajikan
dalam bentuk tabel distribusi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat hubungan pertambahan berat badan
ibu hamil dengan variabel berat bayi lahir dilakukan dengan
menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Pada analisis uji
regresi logistik, telah dikontrol dengan variabel penyakit penyerta
selama masa kehamilan (p<0,05). Sedangkan variabel lain tidak
dikontrol dengan variabel pertambahan berat badan ibu hamil,
dikarenakan menunjukan hasil p>0,05. Selain itu, pada kategori
pertambahan berat badan ibu hamil yang lebih tidak di analisis lebih
lanjut. Analisis bivariat yang dilakukan hanya pertambahan berat
badan ibu hamil yang normal dan kurang. Hasil analisis bivariat
berupa nilai Odds Ratio (OR). Jika dalam penelitian ini dihasilkan nilai
OR dengan rentang Confident interval (CI) yang tidak mencakup nilai
1,0 maka bisa dinyatakan signifikan pada α 5%. Namun jika rentang
42
nilai CI mencakup 1,0 maka hasil penelitian dinyatakan tidak
signifikan secara statistik pada nilai α 5%.
BAB V
HASIL
A. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan
Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015
Distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada kelompok kasus
maupun kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6
Distribusi Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil selama Masa Kehamilan dan
Per Trimester pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015
Kategori
Kasus (<2500 gr)
n (%)
Kontrol (≥2500 gr)
n (%)
Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Masa Kehamilan
1. Normal
2. Lebih
3. Kurang
Jumlah
9 (24,3)
0 (0,0)
28 (75,7)
37(100,0)
39 (49,4)
7
(8,9)
33 (41,8)
79 (100,0)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester I
1. Normal
2. Lebih
3. Kurang
Jumlah
15 (40,5)
0 (0,0)
22 (59,5)
37 (100,0)
39 (49,4)
1 (1,3)
39 (49,4)
79 (100,0)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester II
1. Normal
2. Lebih
3. Kurang
Jumlah
13 (35,1)
0 (0,0)
24 (64,9)
37(100,0)
43
37 (46,8)
13 (16,5)
29 (36,7)
79 (100,0)
44
Kategori
Kasus (<2500 gr)
n (%)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III
1. Normal
2. Lebih
3. Kurang
Jumlah
Kontrol (≥2500 gr)
n (%)
16 (43,2)
0 (0,0)
21 (56,8)
37(100,0)
45 (57,0)
13 (16,5)
21 (26,5)
79 (100,0)
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa, mayoritas (75,7%) kelompok
kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan.
Sedangkan sebagian besar kelompok kontrol memiliki pertambahan berat
badan normal (49,4) dan kurang (41,8%) selama masa kehamilan.
Pertambahan berat badan ibu hamil trimester I, sebagian besar (59,5%)
kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang, sedangkan
sebagian besar kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan yang
normal (49,4%) dan kurang (49,4%). Pertambahan berat badan ibu hamil
trimester II, sebagian besar (64,9%) kelompok kasus memiliki
pertambahan berat badan kurang, sedangkan sebagian besar (46,8%)
kelompok
kontrol
memiliki
pertambahan
berat
badan
normal.
Pertambahan berat badan ibu hamil trimester III, sebagian besar (56,8%)
kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang, sedangkan
sebagian besar (57%) kelompok kontrol memiliki pertambahan berat
badan normal.
B. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015
Karakteristik ibu dalam penelitian ini terdiri dari jarak kehamilan,
kepatuhan konsumsi tablet Fe, status anemia, penyakit penyerta selama masa
kehamilan, kunjungan ANC, jumlah paritas, usia ibu saat melahirkan serta
45
pendidikan ibu. Distribusi karakteristik ibu pada kelompok kasus maupun
kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 disajikan
pada Tabel 7.
Tabel 7.
Distribusi Karakteritik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah
Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015
Kategori
Kasus (<2500 gram)
n (%)
Kontrol (≥2500 gr)
n (%)
P value
Jarak kehamilan
≥2 tahun
<2 tahun
Jumlah
22 (91,7)
2 (8,3)
24 (100,0)
52 (92,9)
4 (7,1)
56 (100,0)
0,854
Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Patuh
Tidak Patuh
Jumlah
16 (43,2)
21 (56,8)
37 (100,0)
42 (53,2)
37 (46,8)
79 (100,0)
0,319
Status Anemia
Tidak Anemia (≥11g/dl)
Anemia (<11g/dl)
Jumlah
22 (59,5)
15 (40,5)
37 (100,0)
56 (70,9)
23 (29,1)
79 (100,0)
0,226
3 (20,0)
2 (13,3)
10 (66,7)
3 (13,0)
18 (78,3)
2 (8,7)
Penyakit Penyerta Selama Masa Kehamilan
Ada
Tidak Ada
Jumlah
10 (27,0)
27 (73,0)
37 (100,0)
7 (8,9)
72 (91,1)
79 (100,0)
0,013
Kunjungan ANC Selama Masa Kehamilan
≥ Nilai rata-rata hasil penelitian*
< Nilai rata-rata hasil penelitian
Jumlah
25 (67,6)
12 (32,4)
37(100,0)
65 (82,3)
14 (17,7)
79 (100,0)
0,083
Jumlah Paritas
Primipara (1 anak)
Multipara (2-3 anak)
Grandemultipara (>3 anak)
Jumlah
13 (35,1)
22 (59,5)
2 (5,4)
37 (100,0)
25 (31,6)
51 (64,6)
3 (3,8)
79 (100,0)
0,861
30 (81,1)
7 (18,9)
67 (84,8)
12 (15,2)
0,617
37 (100,0)
79 (100,0)
Anemia Trimester I
Anemia Trimester II
Anemia Trimeste III
Usia Ibu Saat Melahirkan
Usia tidak risiko tinggi
Usia risiko tinggi (<20 tahun dan
>35 tahun)
Jumlah
46
Kategori
Kasus (<2500 gram)
n (%)
Kontrol (≥2500 gr)
n (%)
Pendidikan Ibu
> 9 tahun
Wajib 9 tahun
<9 tahun
27 (73,0)
7 (18,9)
3 (8,1)
57 (72,2)
15 (19,0)
7 (8,9)
Jumlah
37 (100,0)
79 (100,0)
P value
0,901
Keterangan:
(*)
: Rata-rata kunjungan ANC kelompok kasus =8,86 ±1,73 dan
kontrol =9,86 ±2,18
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa mayoritas kedua kelompok
memiliki jarak kehamilan ≥2 tahun yakni 91,7% pada kelompok kasus dan
92,9% pada kelompok kontrol. Jumlah kelompok kasus dan kontrol pada
variebel ini berbeda dengan jumlah sampel keseluruhan, hal ini dikarenakan
adanya sampel kasus maupun kontrol yang baru memiliki anak pertama
sehingga jarak kehamilan pada kelompok tersebut tidak berlaku. Variabel
kepatuhan konsumsi tablet Fe selama masa kehamilan, sebagian besar
(56,8%) kelompok kasus tidak patuh konsumsi tablet Fe, sedangkan sebagian
besar (53,2%) kelompok kontrol patuh konsumsi tablet Fe. Variabel status
anemia, terdapat kelompok kasus yang mengalami anemia yakni sebesar
40,5% dan kelompok kontrol sebesar 29,1%. Kelompok kasus cenderung
mengalami anemia pada trimester III, sedangkan kelompok kontrol cederung
mengalami anemia pada trimester II.
Variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan, terdapat kelompok
kasus (27%) dan kontrol (8,9%) yang memiliki penyakit penyerta selama
masa kehamilan. Variabel kunjungan ANC kehamilan, mayoritas ibu hamil
melakukan kunjungan ANC ≥ rata-rata hasil penelitian, baik kelompok kasus
(67,6%) dan kontrol (82,3%). Rata-rata kunjungan ANC kelompok kasus
47
adalah 8,86 dengan standar deviasi ±1,73, sedangkan rata-rata kunjungan
ANC kelompok kontrol adalah 9,86 dengan standar deviasi ±2,18. Variabel
jumlah paritas, terdapat 5,4% kelompok kasus dan 3,8% kelompok kontrol
yang memiliki jumlah paritas >3 anak (grandemultipara). Variabel usia ibu
saat melahirkan, terdapat 18,9% kelompok kasus dan 19,2% kelompok
kontrol yang memiliki status usia risiko tinggi pada saat melahirkan yakni
<20 tahun dan >35 tahun. Variabel pendidikan ibu, mayoritas kelompok
kasus (73%) dan kontrol (72,2%) telah menjalani pendidikan lebih dari 9
tahun.
C. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian
BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2013-2015
Hubungan pertambahan berat badan ibu hamil dengan kejadian BBLR
di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2013-2015 disajikan pada Tabel
8.
Tabel 8.
Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Masa Kehamilan dan Per Trimester
dengan Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang
Selatan Tahun 2013-2015
Kategori
Kasus (<2500 gr)
Kontrol (≥2500 gr)
n (%)
n (%)
Crude OR
(95% CI)
Adjusted OR
(95%CI)*
Pertambahan Berat Badan Ibu selama masa kehamilan
1. Normal
2. Kurang
Jumlah a
9 (24,3)
28 (75,7)
37(100,0)
39 (49,4)
33 (41,8)
72 (91,2)
1,00 (Reference)
3,68 (1,52-8,87)
4,07 (1,60 –10,34)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester I
1. Normal
15 (40,5)
39 (49,4)
1,00 (Reference)
2. Kurang
Jumlah b
22 (59,5)
37 (100,0)
39 (49,4)
78 (98,8)
1,46 (0,66-3,23)
1,59 (0,69– 3,62)
48
Kategori
Kasus (<2500 gr)
Kontrol (≥2500 gr)
n (%)
n (%)
Crude OR
(95% CI)
Adjusted OR
(95%CI)*
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester II
1. Normal
13 (35,1)
37 (46,8)
1,00 (Reference)
2. Kurang
Jumlah c
24 (64,9)
37 (100,0)
29 (36,7)
66 (83,5)
2,35 (1,02-5,41)
2,30 (0,97-5,45)
1,00 (Reference)
2,95 (1,27-6,82)
2,67 (1,13-6,32)
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III
1. Normal
2. Kurang
Jumlah d
16 (43,2)
21 (56,8)
37 (100,0)
45 (57,0)
21 (26,5)
66 (83,5)
(*)Adjusted OR= Penyakit penyerta selama masa kehamilan
a)
7 kontrol dengan pertambahan berat badan lebih selama masa kehamilan
dikeluarkan dari analisis.
b)
1 kontrol dengan pertambahan berat badan lebih selama trimester I
dikeluarkan dari analisis.
c)
13 kontrol dengan pertambahan berat badan lebih selama trimester II
dikeluarkan dari analisis.
d)
13 kontrol dengan pertambahan berat badan lebih selama trimester III
dikeluarkan dari analisis.
Berdasarkan Tabel 8, hasil uji bivariat menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama masa
kehamilan dengan kejadian BBLR (Crude OR=3,68; 95%CI=1,52-8,87).
Setelah dikontrol dengan variabel penyakit penyerta selama masa kehamilan,
hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ibu hamil yang memiliki
pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan dan disertai dengan
adanya penyakit penyerta selama masa kehamilan berisiko lebih tinggi (yakni
sebesar 4,07 kali) melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang memiliki
pertambahan berat badan normal selama masa kehamilan dan tidak disertai
dengan penyakit penyerta selama masa kehamilan. Secara statistik,
49
didapatkan hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu
hamil selama masa kehamilan dengan kejadian BBLR (95% CI= 1,60 –
10,34).
Hasil uji bivariat pada variabel pertambahan berat badan per trimester,
menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan
berat badan selama trimester I dengan kejadian BBLR. Serta terdapat
hubungan yang signifikan antara pertambambahan berat badan selama
trimester II dan III dengan kejadian BBLR. Setalah dikontrol dengan variabel
penyakit penyerta selama masa kehamilan, hasil uji bivariat menunjukan
bahwa tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan selama trimester I
(Adjusted OR=1,59; 95% CI=0,69– 3,62) dan trimester II (Adjusted
OR=2,30; 95% CI=0,97-5,45) dengan kejadian BBLR. Sedangkan pada
variabel pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III, diperoleh
hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat
badan ibu hamil selama trimester III dengan kejadian BBLR (Adjusted
OR=2,67; 95% CI=1,13-6,32).
50
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Hasil penelitian ini menampilkan distribusi pertambahan berat badan ibu
hamil dan karakteristik ibu pada kelompok kasus maupun kontrol tahun 20132015, yang mana pada tahun 2015 data diambil sampai bulan Februari.
Namun, dalam proses pelaksanaan penelitian terdapat beberapa kelemahan
yang menjadi keterbatasan penelitian dan berpengaruh terhadap hasil
penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut adalah:
1. Terdapat alat timbangan berat bayi (baby scale) yang berbeda di masingmasing Bidan Praktik Swasta (BPS) wilayah kerja Puskesmas Pamulang,
diantaranya adalah timbangan manual dan digital. Sehingga terdapat
kemungkinan adanya kesalahan pada saat pelaksanaan timbang bayi,
karena kesalahaan saat kalibrasi.
2. Adanya beberapa data persalinan bulan Februari 2015 yang belum
dilaporkan oleh Bidan Praktik Swasta ke Puskesmas Pamulang, sehingga
kemungkinan masih adanya kasus yang tidak dijadikan sampel penelitian.
3. Lingkup
wilayah
penelitian
yang
kecil
sehingga
hanya
dapat
digeneralisasikan terhadap empat kelurahan di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang.
51
4. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi case
control, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya bias informasi
terutama pada varianbel kepatuhan konsumsi tablet Fe. Hal ini
dikarenakan tidak semua ibu hamil mengingat jumlah tablet Fe yang telah
dikonsumsi selama masa kehamilan, serta tidak semua ibu hamil telah
mengkonsumsi tablet Fe secara tuntas sesuai dengan anjuran bidan.
Namun peneliti tetap melakukan probing untuk meminimalisir terjadinya
bias informasi tersebut.
5. Distribusi pertambahan berat badan yang lebih tidak seimbang( baik
pertambahan berat badan selama masa kehamilan maupun per trimester),
dimana kelompok kasus sebesar (0,0%), sehingga pertambahan berat
badan ibu hamil yang lebih selama kehamilan tidak dilanjutkan pada
analisis bivariat.
6. Masih terbatasnya jurnal atau artikel ilmiah terkait standar pertambahan
berat badan ibu hamil (sesuai IMT sebelum hamil) di Indonesia, sehingga
peneliti berpedoman kepada standar pertambahan berat badan ibu hamil
yang telah ditetapkan oleh Institute of Medicine (IOM) tahun 2009, yang
mana standar tersebut telah digunakan oleh beberapa penelitian terdahulu
dan telah dilakukan di negara Asia lainnya (Taiwan, Thailand, Pakistan).
7. Pada variabel status anemia memiliki bias informasi yang tinggi, hal ini
dikarenakan terdapat beberapa kelompok kasus yang melakukan
pemeriksaan hemoglobin tidak sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
Sehingga hasil diagnosa anemia per trimester kurang akurat.
52
B. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil pada Kelompok Kasus dan
Kontrol
1. Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan pada Kelompok
Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang, diperoleh
bahwa mayoritas (75,7%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat
badan kurang selama masa kehamilan. Sedangkan sebagian besar
kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal (49,4%) dan
kurang (41,8%) selama masa kehamilan. Penilaian pertambahan berat
badan ibu hamil dapat dilihat berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil
(IMT ibu sebelum hamil). IOM tahun 2009 merekomendasikan standar
pertambahan berat badan ibu hamil berdasakan status IMT sebelum hamil
diantaranya adalah IMT kurang=12,5-18 kg, IMT normal=11,5-16 kg,
IMT overweight=7-11,5 kg dan IMT obesitas= 5-9 kg. Hasil penelitian
yang sama dengan penelitian ini dilaporkan oleh Susilojati (2013), bahwa
sebagian besar (58,8%) ibu yang memiliki pertambahan berat badan
normal sesuai dengan IMT sebelum hamil memiliki bayi dengan kondisi
berat lahir normal dan ibu yang memiliki pertambahan berat badan kurang
sesuai dengan IMT sebelum hamil memiliki bayi dengan kondisi berat
lahir rendah (12,9%). Aea (2014) di Algeria juga menunjukan bahwa
mayoritas (71%) pertambahan berat badan ibu hamil yang kurang dari
standar Intstitute of Medicine (IOM) melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
53
Pertambahan berat badan selama masa kehamilan terjadi karena
adanya pertumbuhan janin, plasenta dan perubahan metabolik tubuh dari
ibu. Namun perlu diketahui bahwa pertambahan berat badan ibu hamil
sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu, baik status gizi ibu sebelum hamil
maupun selama masa kehamilan. Status gizi ibu yang baik sebelum hamil
dapat menggambarkan ketersediaan cadangan zat gizi dalam tubuh ibu
yang siap untuk mendukung pertumbuhan janin selama masa kehamilan.
Selain itu, status gizi ibu hamil juga dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi
dan energi sesuai dengan kebutuhan ibu selama masa kehamilan.
(Puspitasari, dkk, 2011).
Berdasarkan temuan pada saat penelitian berlangsung di wilayah
kerja Puskesmas Pamulang, terdapat informasi tambahan bahwa
kelompok kasus maupun kontrol yang memiliki pertambahan berat badan
kurang dikarenakan faktor kurangnya konsumsi zat gizi dan energi yang
cukup dan tidak teratur selama masa kehamilan. Peraturan Menteri
Kesehatan No 41 tahun 2014 menyatakan bahwa selama hamil, ibu
dianjurkan untuk mendapatkan asupan zat gizi dan energi yang cukup
sesuai dengan kebutuhan selama masa kehamilan. Hal ini dikarenakan
kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan merupakan hal
terpenting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Semua kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan telah
mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi tidak hamil,
dimana pada umumnya kekurangan energi protein dan mineral seperti zat
besi dan kalsium sering dialami oleh ibu hamil. Sehingga, jumlah total
54
energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah ±74.537 Kkal,
dibulatkan menjadi 80.000 kalori. Kebutuhan energi per hari selama masa
kehamilan dapat dirinci dengan membagi angka 270 (perkiraan lamanya
kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 297 kalori/hari (Louis,
2004; Marie, 2002).
Ajaran islam juga menjelaskan bahwa manusia seharusnya
menjaga makanan asupan gizi mulai dari masa kehamilan, kelahiran
sampai dewasa. Ayat al-Qur‟an surat QS-Abasa ayat 24-32, bahwa
“manusia hendaknya memperhatikan makanannya, Kami lah yang telah
meluncurkan air melimpah dari langit yang kemudian diluncurkan ke
bumi. Kemudian disana Kami tumbuhkan biji-bijian, sayur-sayuran dan
buah-buahan, semuanya itu untuk kesenangan makhluk hidup yang ada di
bumi”. Berdasarkan ayat tersebut, menunjukan bahwa menjaga asupan
gizi sangat dianjurkan bagi seluruh makhluk hidup, baik mulai dari
kondisi didalam rahim sampai hidup di bumi.
Hasil yang berbeda dengan penelitian ini ditemukan oleh Munim
(2012) di Pakistan bahwa hanya terdapat 8,7% kelompok kasus yang
memiliki pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan (sesuai
dengan standar IOM) dan telah memiliki bayi dengan kondisi BBLR.
Puspitasari (2011), bahwa sebagian besar (56%) ibu hamil memiliki
pertambahan berat badan selama kehamilan sebesar 7- 12 kg dan
kenaikan berat badan yang paling sedikit adalah kurang dari 7 kg (10%).
Pada hasil penelitian tersebut, tidak dijelaskan secara detail terkait cara
penilaian pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan. Penilaian
55
pertambahan berat badan seharusnya disesuaikan dengan IMT ibu
sebelelum hamil. Sehingga bisa ditentukan seberapa besar pertambahan
berat badan yang harus dicapai oleh seorang ibu hamil. Sampai saat ini,
standar yang pertambahan berat badan yang digunakan oleh beberapa
hasil penelitian adalah standar Institute of Medicine (IOM) (IOM, 2009).
Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pertambahan berat badan selama masa kehamilan merupakan indikator
penting untuk menentukan kondisi kesehatan ibu maupun janin. Salah
satu faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama masa
kehamilan adalah asupan makanan gizi dan energi selama masa
kehamilan. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil agar selalu
memantau status gizi sebelum dan selama masa kehamilan. Hal ini
bertujuan untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya gangguan
kesehatan janin salah satunya BBLR. Kegiatan pemantauan status gizi ibu
hamil dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara
rutin. Selain itu, bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan
edukasi yang lebih intensif kepada seluruh Wanita Usia Subur (WUS)
khususnya bagi ibu hamil dan tetap memberikan tambahan energi dan zat
gizi sesuai dengan kebutuhan kondisi ibu hamil.
2. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil per Trimester pada Kelompok
Kasus maupun Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
a. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester I
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang,
diperoleh bahwa sebagian besar (59,5%) kelompok kasus memiliki
56
pertambahan berat badan kurang selama trimester I. Sedangkan pada
kelompok kontrol, sebagian besar ibu hamil memiliki pertambahan
berat badan yang normal (49,4%) dan kurang (49,4%). Hasil
penelitian yaang berbeda ditemukan oleh Brown (2002) dengan desain
studi kohort di Amerika, bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu
hamil selama trimester I sebesar 2,3±2,1.
Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya
dapat dikarenakan adanya perbedaan pada cara pengukuran penelitian,
dimana penelitian Brown (2002) hasil ukur penelitian dalam bentuk
rata-rata dan standar deviasi serta tidak ada kategori hasil ukur
penelitian pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan Indeks
Masa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil. Sedangkan dalam penelitian
ini, penilaian pertambahan berat badan ibu hamil disesuaikan dengan
standar pertambahan berat badan menurut IOM tahun 2009 dengan
melihat status IMT sebelum hamil. Standar Institute of Medicine
(IOM) tahun 2009, pertambahan berat badan ibu hamil selama
trimester I adalah 1-3 kg pada ibu yang memiliki status IMT kurang,
normal dan overweight. Sedangkan ibu hamil yang memiliki status
IMT obesitas, pertambahan berat badan yang dianjurkan adalah 0,2-2
kg.
Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar
kelompok kasus dan kontrol memiliki pertambahan berat badan yang
kurang selama trimester I. Berdasarkan temuan di wilayah kerja
57
Puskesmas Pamulang, beberapa ibu hamil baik kasus maupun kontrol
menyatakan hal yang sama bahwa alasan kurangnya pertambahan
berat badan ibu hamil pada trimester I dikarenakan faktor alami yakni
terjadinya morning sickness (mual dan muntah) pada minggu awal
usia kehamilan. Akibat dari masa morning sickness tersebut adalah ibu
hamil mengalami gangguan nafsu makan dan pertambahan berat
badan. Cheung (2000) menyatakan bahwa kejadian mual dan muntah
disebabkan karena adanya perubahan hormon (produksi hormon
estereogen dan progesteron meningkat), pencernaan terlambat dan
pertumbuhan uterus, yang mana kejadian tersebut dapat berpengaruh
terhadap mood ibu hamil terutama selera dalam konsumsi makan.
Kejadian morning sickness tersebut bukan merupakan salah satu
alasan bagi ibu hamil untuk tidak mengalami pertambahan berat
selama trimester I. Pemantauan pertambahan berat badan per minggu
selama masa kehamilan seharusnya tetap dilakukan. Hal ini
dikarenakan, pertambahan berat badan selama trimester I merupakan
gambaran perkiraan status gizi ibu hamil untuk mendukung
kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh ibu maupun janin selama
sembilan bulan (Puspitasari.,dkk, 2011). Soetjiningsih (1995) dan
Preedy (2011) menyatakan bahwa pertambahan berat badan ibu hamil
selama kehamilan terbagi menjadi dua yang terdiri terdiri dari cairan
dan jaringan tubuh bayi (janin, plasenta, cairan amnion) serta ibu
(uterus, payudara, cairan darah, cairan ekstraselular dan lemak ibu).
Selama trimester 1, belum ada pertambahan berat badan pada bayi
58
namun sudah terdapat pertambahan berat badan dalam jaringan tubuh
ibu. Estimasi pertambahan berat badan ibu selama trimester I adalah
adanya pertambahan berat uterus sebesar 0,3 kg, cairan payudara
sebesar 0,1 kg, cairan darah sebesar 0,3 kg dan lemak ibu sebesar 0,31
kg.
Cheung (2000) menyatakan bahwa ibu hamil yang tidak
mengalami pertambahan berat badan selama trimester 1 merupakan
hal yang normal. Hal ini dikarenakan janin dalam rahim ibu masih
sangat
kecil.
Meskipun
kondisi
janin
masih
kecil,
proses
perkembangan janin tetap berlangsung. Tujuh hari setelah telur
dibuahi didalam rahim ibu, telur tersebut akan berubah menjadi
embrio. Perkembangan saraf janin terjadi sekitar usia kehamilan
minggu ke-4. Pada usia kehamilan sekitar minggu ke-9 sampai
minggu ke- 13 kondisi janin sudah mulai seperti manusia, yang mana
telinga mata dan wajah sudah mulai terbentuk.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
hampir sebagian besar ibu hamil baik kasus maupun kontrol tidak
mengalami pertambahan berat badan selama trimester I, salah satu
faktornya adalah adanya masa morning sickness. Oleh karena itu,
diharapkan bagi ibu hamil wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar
tetap menjaga status gizi mulai awal usia kehamilan melalui konsumsi
zat gizi sesuai dengan kebutuhan selama masa kehamilan, kunjungan
ANC secara teratur. Bagi petugas kesehatan juga diharapkan dapat
59
meningkatkan pemberian konseling kesehatan secara detail pada ibu
yang sedang menginjak usia kehamilan muda. Konseling juga dapat
dilakukan pada keluarga maupun suami, supaya keluarga maupun
suami tetap memberikan dukungan emosional pada ibu hamil yang
sedang mengalami morning sickness.
b. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester II
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang,
diperoleh bahwa sebagian besar (64,9%) kelompok kasus memiliki
pertambahan berat badan kurang selama trimester II. Sedangkan
kelompok kontrol sebagian besar (46,8%) memiliki pertambahan berat
badan normal selama trimester II. Hasil penelitian yang berbeda
dengan penelitian sebelumnya diperoleh Brown (2002) di Amerika
dengan desain studi kohort, bahwa rata-rata pertambahan berat badan
selama trimester II sebesar 7,0±2,0. Penelitian Nyaruhucha (2006) di
Tanzania diperoleh bahwa rata-rata pertambahan berat badan ibu
hamil pada trimester II adalah 2,45±0,68 kg pada ibu dengan kategori
IMT normal. Rata-rata pertambahan berat badan tersebut tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh IOM, bahwa standar
pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester II dengan kategori
IMT normal sebelum hamil adalah 4,9-7 kg.
Pada usia kehamilan memasuki trimester II, secara normal ibu
hamil mulai mengalami perubahan bentuk tubuh salah satunya
dikarenakan pertambahan berat badan ibu mulai bertambah dengan
60
cepat. Bahkan pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat
16,5% kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan
lebih selama trimester II. Terdapat sekitar 60% pertambahan berat
badan merupakan bagian dari ibu. Estimasi pertambahan berat badan
pada trimester II pada jaringan tubuh bayi adalah terdapat
pertambahan berat janin sebesar 1 kg, plasenta sebesar 0,3 kg, cairan
amnion sebesar 0,4 kg. Sedangan pada jaringan tubuh ibu terdapat
pertambahan berat badan uterus sebesar 0,8 kg, cairan payudara
sebesar 0,3 kg, cairan darah sebesar 1,3 kg dan lemak ibu sebesar 2,5
kg (Soetjiningsih, 1995; Preedy, 2011). Cheung (2000) menyatakan
bahwa salah satu penyebab pertambahan berat badan ibu hamil pada
trimester II yang cukup drastis adalah adanya pembengkakan pada
tubuh ibu (kaki dan pergelangan kaki). Salah satu penyebab terjadinya
pembekakan selama trimester II dikarenakan adanya peningkatan
volume darah, yang mana terjadinya peningkatan volume darah dapat
bermanfaat terhadap pemberian asupan nutrisi pada janin.
Pada hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa masih adanya
kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan kurang
selama trimester II. Berdasarkan temuan di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang, kelompok kontrol menyatakan hal yang sama bahwa masih
dialaminya mual dan muntah di trimester II, yang mana efek dari mual
dan muntah tersebut dapat berpengaruh terhadap pertambahan berat
badan ibu hamil. Mual dan muntah pada masa kehamilan umumnya
terjadi pada minggu ke-8 sampai minggu ke-10 dan berakhir pada
61
minggu ke-12 sampai minggu ke-14. Hanya 1-10% ibu hamil yang
mengalami mual dan muntah melewati usia kehamilan minggu ke-20
(trimester II) (Cheung, 2000).
Berdasarkan temuan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang
terhadap kelompok kontrol, bahwa ibu yang mengalami mual dan
muntah secara terus menerus sampai usia kehamilan trimester II telah
memiliki bayi dengan status berat bayi lahir normal. Akan tetapi,
secara teori mual dan muntah secara terus menerus dapat berpengaruh
terhadap kondisi pertambahan berat badan ibu selama trimester II serta
berakibat terhadap kesehatan janin. Mual dan muntah secara
berkelanjutan diakibatkan karena tingginya produksi hormon Human
Chorionic Gonadtropin (HCG) atau sering disebut dengan hipermesis
gravidarum. Peningkatan hormon HCG akan mendorong ovarium
untuk memproduksi esterogen dalam jumlah yang cukup banyak dan
mengakibatkan terjadinya mual dan muntah yang lebih berat.
Hipermesis gravidarum yang berat ditandai dengan muntah secara
terus menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan
sehingga menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi berkepanjangan pada ibu
hamil dapat menghambat tumbuh kembang janin (Gunawan., dkk,
2011).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kelompok kontrol telah memiliki pertambahan berat badan yang ideal
selama trimester II. Namun, masih terdapat kelompok kasus dan
62
kontrol yang mengalami pertambahan berat badan kurang di trimester
II. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil wilayah kerja
Puskesmas Pamulang yang memiliki pertambahan berat badan kurang
agar meningkatkan status gizi dan lebih rutin memantau pertambahan
berat badan. Bagi petugas kesehatan, diharapkan dapat memberikan
penyuluhan khususnya bagi ibu hamil yang masih memiliki
pertambahan berat badan kurang selama trimester II. Penyuluhan
tersebut dapat berupa informasi terkait tanda-tanda masalah kesehatan
yang dialami selama masa kehamilan, sehingga ibu hamil dapat
mengetahui secara detail terkait gangguan masalah kesehatan selama
hamil dan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas pelayanan
kesehatan jika ditemukan tanda-tanda masalah kesehatan.
c. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester III
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh
bahwa sebagian besar (56,8%) kelompok kasus memiliki pertambahan
berat badan kurang selama trimester III. Sedangkan sebagian besar
(57%) kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal.
Hasil penelitian lain dilaporkan oleh Brown (2002) di Amerika
dengan desain studi kohort, bahwa rata-rata pertambahan berat badan
selama trimester III sebesar 6,3±2,4 kg. Sedangkan Nyaruhucha
(2006) di Tanzania menunjukan bahwa rata-rata pertambahan berat
badan ibu hamil pada trimester III sebesar 2,14±0,43 kg.
63
Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya
dikarenakan terdapat perbedaan dalam cara pengukuran penelitian,
dimana dalam penelitian Brown (2002) hasil ukur penelitian dalam
bentuk rata-rata dan standar deviasi serta tidak ada kategori hasil ukur
penelitian pertambahan berat badan ibu hamil sesuai dengan Indeks
Masa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil. Sedangkan dalam penelitian
ini, penilaian pertambahan berat badan ibu hamil disesuaikan dengan
standar pertambahan berat badan menurut IOM tahun 2009 dengan
melihat status IMT sebelum hamil.
Perbedaan rata-rata pertambahan berat badan pada penelitian
Nyaruhucha (2006) dan Brown (2002), dikarenakan faktor jumlah
sampel dan kriteria sampel penelitian. Pada penelitian Nyaruhucha
(2006), jumlah terlalu kecil yakni sebesar 270 sampel (kasus dan
kontrol) tanpa adanya pemilihan kritera usia ibu hamil. Sedangkan
penelitian Brown (2002), jumlah sampel sebesar 389 (kasus dan
kontrol), serta terdapat pemilihan kriteria sampel yakni sampel
penelitian hanya ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Usia sampel
penelitian tersebut bukan merupakan usia risiko tinggi ibu hamil,
dimana ibu yang memiliki usia risiko tinggi dapat berpengaruh
terhadap pertambahan berat badan ibu hamil (Ullah, 2003).
Pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester III
merupakan indikator penting dalam menentukan kondisi kesehatan ibu
dan bayi yang akan dilahirkan (Kemenkes, 2010). Pada trimester III,
64
pertambahan berat badan ibu hamil meningkat lebih drastis. Bahkan,
hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang ditemukan
bahwa terdapat kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat
badan lebih selama masa kehamilan. Pertambahan berat badan yang
meningkat drastis dikarenakan perkembangan janin semakin pesat,
dimana 60% dari pertambahan berat badan merupakan bagian dari
janin (Cheung, 2000). Estimasi pertambahan berat badan ibu hamil
selama trimester III pada jaringan tubuh bayi adalah adanya
pertambahan berat janin sebesar 3,4 kg, plasenta sebesar 0,6 kg dan
cairan amnion sebesar 1 kg). Sedangan pada jaringan tubuh ibu,
terdapat pertambahan berat uterus sebesar 1 kg, payudara sebesar 0,5
kg, cairan darah sebesar 1,5 kg, cairan ekstraselular sebesa5 1,5 kg
dan lemak ibu sebesar 3,48 kg (Soetjiningsih (1995) dan (Preedy,
2003).
Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kelompok kasus memiliki pertambahan berat badan kurang selama
trimester III. Sedangkan kelompok kontrol memiliki pertambahan
berat badan secara drastis selama trimester III, bahkan terdapat
kelompok kontrol yang memiliki pertambahan berat badan lebih
selama trimester II. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar tetap melakukan pemantauan
pertambahan
berat
badan
sampai
trimester
terakhir
melalui
pemeriksaan kehamilan secara teratur dan konsumsi zat gizi dan
energi yang cukup khususnya pada ibu yang memiliki pertambahan
65
berat badan kurang. Selain itu, diharapkan bagi ibu hamil agar tetap
menjaga pertambahan berat badan yang ideal dan tidak berlebihan.
Hal
ini
dikarenakan
pertambahan
berat
badan
lebih
dapat
meningkatkan risiko terjadinya distosia bahu pada ibu hamil
(ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekaisme kelahiran biasa)
serta dapat meyebabkan tingginya angka kematian ibu (CDC, 2009).
Bagi petugas kesehatan juga diharapkan agar selalu memberikan
konseling kesehatan sampai menjelang proses persalinan. Salah satu
materi konseling kesehatan adalah terkait menjaga konsumsi makanan
dengan pola gizi seimbang untuk produksi Air Susu Ibu (ASI).
Konseling tersebut bertujuan agar ibu dapat memberikan asupan gizi
pada bayi melalui ASI, sehingga status gizi bayi dapat terjaga dengan
baik sampai usia dewasa.
C. Karakteristik Ibu pada Kelompok Kasus dan Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamulang
1. Jarak Kehamilan
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh
bahwa mayoritas jarak kehamilan adalah ≥2 tahun, baik pada kelompok
kasus (91,7%) dan kontrol (92,9%). Berbeda dengan hasil penelitian Negi
(2006) dengan desain studi kohort, bahwa sebagian besar (58%) jarak
kehamilan pada kelompok kasus adalah <12 bulan. Hasil penelitian lain
dilaporkan oleh Bener (2012), bahwa kejadian BBLR terjadi pada ibu yang
66
memiliki jarak kehamilan <12 bulan sebesar 40,3%, sedangkan bayi lahir
normal terjadi pada ibu yang memiliki jarak kehamilan minimal ≥24 bulan
yakni sebesar 44,7%. Kasim (2011) menunjukan bahwa sebagian besar
(59,5%) ibu yang memiliki jarak kehamilan <2tahun melahirkan bayi
dengan catatan BBLR, serta mayoritas (64,3%) ibu yang memiliki jarak
kehamilan 2-4 tahun melahirkan bayi dengan catatan berat lahir normal.
Jarak kehamilan yang normal adalah ≥2 tahun (BKKBN, 2013).
Hasil penelitian Lilungulu (2014) di Tanzania diperoleh bahwa kejadian
BBLR banyak terjadi pada ibu yang memiliki jarak kehamilan terlalu
dekat (<2 tahun) dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki jarak
kehamilan normal (≥2 tahun). Hal ini dikarenakan, ibu hamil yang
memiliki jarak kehamilan ≥2 tahun memiliki kondisi biologis yang normal
serta dapat dinyatakan tidak adanya gangguan metabolisme akibat proses
persalinan sebelumnya. Namun, terdapat kemungkinan bahwa masih
ditemukannya ibu yang memiliki jarak kehamilan normal dan memiliki
bayi dengan berat lahir rendah. Hal ini dapat dikarenakan adanya faktor
lain seperti status gizi ibu, asupan makanan yang kurang, usia saat
melahirkan serta adanya riwayat penyakit penyerta selama kehamilan
(Eisjen., dkk, 2008).
Berbeda dengan ibu yang memiliki jarak kehamilan yang terlalu
dekat (<2tahun). Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat berpengaruh
terhadap kondisi bayi pada saat lahir salah satunya adalah BBLR. Hal ini
dikarenakan ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan <2 tahun memiliki
67
kondisi tubuh yang lemah, dimana nutrisi ibu kurang adekuat dan adanya
persaingan nutrisi untuk pertumbuhan janin yang ada didalam kandungan
dengan nutrisi ibu untuk memproduksi Air Susu Ibu (ASI) (Bener, dkk,
2012). Selain itu, pada ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan <2 tahun,
dapat mengakibatkan terjadinya ganggun kesehatan ibu yakni kurangnya
sumber asam folat pada ibu, yang mana asam folat merupakan salah satu
zat penting yang dibutuhkan oleh ibu hamil untuk proses tumbuh kembang
janin. Apabila terdapat gangguan perkembangan janin, maka dapat
berpengaruh terhadap gangguan kesehatan bayi salah satunya BBLR
(Horton, 2012).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa jarak
kehamilan <2 tahun dapat berpengaruh kondisi kesehatan bayi yakni
BBLR. Oleh karena itu, setiap Pasangan Usia Subur (PUS) diharapkan
dapat mengatur jarak kehamilan, salah satunya melalui program Keluarga
Berencana (KB). Undang-Undang nomor 52 tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan
bahwa KB merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengatur kelahiran
anak, jarak kehamilan dan usia ideal melahirkan melalui promosi
perlindungan dan bantuan kesehatan sesuai dengan hak reproduksi demi
terwujudnya keluarga yang berkualitas (Kemenkes, 2013). Selain itu,
diharapkan program KB di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dapat
berjalan secara maksimal melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
berupa kegiatan kaderisasi desa. Melalui kaderisasi desa, diharapkan ibu
68
hamil di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dapat memahami pentingnya
KB dan manfaat KB demi terciptanya keluarga yang berkualitas.
2. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh
bahwa sebagian besar (56,8%) kelompok kasus tidak patuh konsumsi
tablet Fe, sedangkan sebagian besar (53,2%) kelompok kontrol patuh
konsumsi tablet Fe. Penilaian variabel kepatuhan konsumsi tablet Fe pada
penelitian ini dinilai dari jumlah minimal tablet Fe yang seharusnya
dikonsumsi oleh ibu hamil sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan
oleh Kementerian Kesehatan yakni minimal konsumsi 90 tablet Fe selama
masa kehamilan (Kemenkes, 2010). Konsumsi tablet Fe dikatakan patuh
jika ibu hamil telah mengkonsumsi 80% tablet Fe yang seharusnya
minimal dikonsumsi. Tidak patuh jika ibu hamil telah mengkonsumsi
<80% tablet Fe yang seharusnya minimal dikonsumsi (Iswanto, 2012).
Hasil penelitian Hidayah (2012) di Kabupaten Banyumas, dengan desain
cross sectional diperoleh bahwa sebagian besar (50,9%) ibu hamil patuh
mengkonsmi tablet Fe. Berbeda dengan hasil penelitian Ramakrishnan
(2004) bahwa mayoritas (85%) ibu hamil yang patuh konsumsi tablet Fe
selama masa kehamilan telah melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Kepatuhan konsumsi tablet Fe adalah ketaatan ibu hamil dalam
melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet Fe.
Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe di ukur dari ketepatan jumlah tablet
yang
dikonsumsi
selama
masa
kehamilan
dan
ketepatan
cara
69
mengkonsumsi tablet zat besi (Hidayah, 2012). Pada hasil penelitian ini,
variabel kepatuhan konsumsi tablet Fe mempunyai kemungkinan
terjadinya bias. Hal ini dikarenakan penilaian didasarkan pada catatan
rekam medis dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terkait jumlah
tablet Fe. Kelemahan dari catatan rekam medis tersebut adalah tidak
semua tablet Fe yang diberikan oleh petugas kesehatan telah dikonsumsi
sampai tuntas oleh ibu hamil, melainkan terdapat beberapa sisa tablet Fe
yang tidak dikonsumsi. Namun, peneliti tetap melakukan brainstorming
untuk mendapatkan informasi yang tepat terkait jumlah jumlah tablet Fe
yang telah dikonsumsi oleh kelompok kasus maupun kontrol selama masa
kehamilan.
Sebagian besar kelompok kasus dan sebagian kecil kelompok
kontrol di wilayah kerja Puskesmas Pamulang menyatakan hal yang sama
bahwa ketidakpatuhan dalam konsumsi tablet Fe dikarenakan terjadinya
mual dan muntah ketika mengkonsumsi tablet Fe. Selain itu, alasan lain
adalah adanya kelompok kasus dan kontrol yang mendapatkan zat besi
dari sumber makanan lain (seperti: susu, sayur-sayuran) sehingga
konsumsi tablet Fe tidak dilakukan lagi oleh kelompok kasus dan kontrol.
Secara teori, zat penambah darah pada ibu hamil dapat diperoleh melalui
konsumsi sayur-sayuran, kacang-kacangan (Kemenkes, 2010). Terdapat
banyak strategi agar tetap memenuhi kebutuhan zat besi selama masa
kehamilan. Salah satu contoh yang berhasil di terapkan di beberapa negara
seperti Karibia, Amerika Selatan dan Inggris adalah dilakukan
pencampuran zat besi dengan tepung terigu, dimana tepung terigu
70
merupakan sumber bahan utama makanan pokok yakni roti atau cake.
Selain itu, beberapa makanan juga diperkaya dengan zat besi misalnya
kecap ikan, garam dan gula. Di Amerika Selatan, susu cair maupun susu
bubuk dan produk susu (yogurt) telah diperkaya atau di fortifikasi dengan
zat besi. Bahkan makanan pendamping bayi juga telah diperkaya dengan
zat besi, sehingga terbukti bahwa sumber makanan yang telah diperkaya
dengan zat besi dapat mencegah kekurangan zat besi pada ibu hamil dan
bayi di Inggris, Amerika Latin (Rebecca, 2003).
Kebutuhan sumber energi selama masa kehamilan mengalami
peningkatan, salah satunya adalah zat besi. Pedoman Kementerian
Kesehatan (2010) menyatakan bahwa kebutuhan zat besi pada ibu hamil
meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi
karena selama hamil, volume darah meningkat sampai 50%, sehingga
diperlukan banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu,
pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan
banyak zat besi. Pada masa tidak hamil, kebutuhan zat besi dapat dipenuhi
dari menu makanan sehat dan seimbang. Berbeda dalam keadaan hamil,
suplementasi zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga
dibutuhkan suplemen berupa tablet besi.
Suplementasi zat besi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
janin. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kekurangan zat besi
selama masa kehamilan dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi
kekebalan tubuh pada ibu, sehingga meningkatkan kerentanan infeksi
71
saluran reproduksi yang dapat mempengaruhi kondisi keesehatan janin.
Selain itu, akibat kekurangan zat besi juga dapat mempengaruhi terjadinya
peningkatan hormon stres (dapat mengakibatkan perubahan metabolisme
tubuh, gula darah menjadi naik) sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan pertumbuhan plasenta. Setiap gangguan yang terjadi pada
plasenta dapat memberikan dampak yang serius terhadap pertumbuhan
janin salah satunya adalah BBLR (Cogswell, 2015; Muthayya., dkk, 2009)
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa konsumsi
tablet Fe secara teratur merupakan salah satu tindakan yang dapat
mencegah terjadinya BBLR. Oleh karena itu, diharapkan bagi setiap ibu
hamil untuk tetap menjaga kecukupan zat besi selama masa kehamilan
dengan cara mengkonsumsi zat besi (baik dari tablet Fe maupun makanan
yang mengandung zat besi) secara teratur. Selain itu, diharapkan bagi
setiap petugas kesehatan yang melayani pemeriksaan kehamilan agar tetap
mengingatkan pada ibu hamil untuk menjaga kecukupan zat besi selama
masa kehamilan.
3. Status Anemia
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh
bahwa terdapat ibu hamil yang mengalami anemia selama masa
kehamilan, baik kelompok kasus (40,5%) dan kelompok kontrol (29,1%).
Penilaian status anemia pada penelitian ini menggunakan standar yang
telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yang mana ibu hamil
dinyatakan anemia jika kadar hemoglobin <11g/dl dan tidak anemia jika
72
kadar hemoglobin ≥11g/dl. Selain itu, dapat diketahui bahwa kelompok
kasus cenderung mengalami anemia pada trimester III sedangkan
kelompok kontrol cenderung mengalami anemia pada trimester II. Namun,
penilaian status anemia tiap trimester memiliki kelemahan dan bias
informasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian
berlangsung, hampir keseluruhan kelompok kasus maupun kelompok
kontrol menyatakan hal yang sama bahwa waktu pemeriksaan hemoglobin
terkadang tidak dilakukan sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
Alasan waktu pemeriksaan hemoglobin yang tidak sesuai tersebut karena
proses antrian di ruang laboratoorium Puskesmas Pamulang yang panjang,
sehingga membuat ibu hamil enggan memeriksa hemoglobin disaat yang
tepat dan dapat mempengaruhi diagnosa kejadian anemia baik pada
kelompok kasus mapun kontrol.
Pada umumnya, penyebab anemia pada ibu hamil adalah akibat
kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi selama masa kehamilan dapat
memberikan gangguan kesehatan pada janin salah satunya adalah
terjadinya BBLR. Hal ini dikarenakan kekurangan zat besi dapat
meningkatkan kerentanan ibu hamil terhadap penyakit infeksi genital dan
hipoksia (kadar oksigen yang rendah dan adanya peningkatan kadar
karbondioksida dalam janin), yang mana terjadinya penyakit tersebut dapat
mengganggu aliran nutrisi ibu ke janin serta dapat berakibat pada
terjadinya BBLR (Muthayya., dkk, 2009). Didukung dengan hasil
penelitian Darmayanti (2010) bahwa kejadian BBLR ditemukan pada ibu
yang mengalami penyakit sifilis (20-25%), herpes genital (30-35%). Hasil
73
pecobaan di Nepal menunjukan bahwa pemberian zat besi (60 mg) dan
asam folat (0,4 mg) setiap hari mulai usia kehamilan minggu ke-11 dapat
meningkatkan berat lahir bayi.
Kejadian anemia yang berisiko terhadap kondisi kesehatan janin
adalah anemia yang terjadi selama trimester III. Hal ini dikarenakan
selama trimester III, terjadi peningkatan kebutuhan zat besi untuk proses
tumbuh kembang janin. Pada ibu hamil yang mengalami anemia akibat
kekurangan zat besi, dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia dan
bekurangnya aliran darah ke uterus yang akan menyebabkan aliran oksigen
dan nutrisi ke janin terganggu sehingga dapat menimbulkan asfiksia
sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan janin lahir
dengan berat badan lahir rendah dan premature (Sunare, 2009).
Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya diperoleh Tazkiah
(2013), bahwa sebagian besar (60%) kelompok kasus mengalami anemia
selama masa kehamilan sedangkan sebagian besar (64,6%) kelompok
kontrol tidak mengalami anemia selama masa kehamilan. Kejadian anemia
pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko BBLR. Penelitian di Afika
Timur menunjukan bahwa ibu yang mengalami anemia dengan kadar
Hemoglobin 7,4 g/dl meningkatakan insiden kejadian BBLR sebesar 42%
dan angka kematian sebesar 147,1 per 1000 kelahiran hidup. Pada ibu
hamil yang mengalami anemia dengan kadar Hemoglobin 8,8 g/dl
meningkatkan insiden kejadian BBLR sebesar 12,7% dan angka kematian
sebesar 51 per 1000 kelahiran hidup. Hal yang sama juga diperoleh dari
74
hasil penelitian di Malaisya bahwa ibu hamil yang memiliki kadar
Hemoglobin 6,5 g/dl atau kurang meningkatkan insiden kejadian BBLR
sebesar 20% (Simkiss., dkk, 2015).
Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
umumnya anemia pada bu hamil terjadi akibat kekurangan zat besi dan
kejadian anemia pada ibu hamil dapat berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR. Oleh karena itu, salah satu strategi yang efektif untuk mengatasi
anemia pada ibu hamil adalah pemberian suplementasi zat besi yang
berupa tablet Fe. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar tetap
memberikan suplementasi tablet Fe sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
ibu selama masa kehamilan.
4. Penyakit Penyerta Selama Masa Kehamilan
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh
bahwa masih adanya penyakit penyerta selama kehamilan yang dialami
kelompok kasus (27%) dan kontrol (8,9%). Penyakit penyerta selama
kehamilan yang ditemukan di masyarakat diantaranya adalah diabetes
melitus gestasional, hipertensi dalam kehamilan atau pre-eklampsia dan
pendarahan. Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya diperoleh
Wati (2013) dengan desain studi case control di Pontianak, bahwa
sebagian kecil ibu memiliki riwayat pre-eklampsia berat selama masa
kehamilan, baik pada kelompok kasus (29,5%) dan kontrol (8,6%).
Berbeda dengan hasil Asih (2006), bahwa sebagian besar (59,1%) ibu
yang mengalami pre-eklampsia selama kehamilan telah melahirkan bayi
75
dengan kondisi berat lahir rendah dan mayoritas (97,1%) ibu yang tidak
mengalami pre-eklampsia selama masa kehamilan melahirkan bayi dengan
kondisi berat lahir normal.
Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai adanya kelainan
sekresi dan kinerja insulin selama masa kehamilan, yang mana kinerja
insulin dapat bermanfaat terhadap pengaturan tingkat glukosa dalam
memberikan asupan energi yang dibutuhkan oleh tubuh (Kemenkes,
2010). Hasil penelitian dari 135.000 sampel di United States menyatakan
sebanyak 4% ibu hamil mengalami diabetes melitus dalam kehamilan,
akan tetapi penyakit tersebut akan hilang di akhir masa kehamilan
(Maurice, dkk, 2005). Pada usia kehamilan minggu ke ±20 (trimester II),
tubuh ibu hamil telah memproduksi beberapa hormon yang cukup tinggi
diantaranya adalah hormon esterogen, progesteron dan Human Placental
Lactogen (HPL) dimana hormon tersebut memiliki efek resistensi terhadap
insulin. Salah satu fungsi dari peningkatan hormon tersebut adalah
meningkatkan nutrisi dan gula untuk pertumbuhan janin. Akan tetapi, pada
ibu yang mengalami diabetes melitus selama masa kehamilan, maka ibu
hamil tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup.
Sehingga, pengaturan tingkat glukosa dalam tubuh tidak teratur
(Seghiari.,dkk, 2002).
Penyakit penyerta kehamilan lainnya adalah hipertensi. Hipertensi
dalam kehamilan atau pre-eklampsia didefinisikan jika kadar tekanan
darah >140 mmHg/>90 mmHg tanpa proteurenia pada usia kehamilan
76
minggu ke-20. Hal ini dikarenakan pada usia kehamilan minggu ke-20,
sudah adanya perubahan perkembangan bayi dan kondisi fisik ibu.
Tekanan darah ibu hamil yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan pertumbuhan (Intraurine Growth Retardation) yang akan
berdampak terhadap berat badan lahir. Hal ini terjadi karena adanya
kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta yang akan mengakibatkan
keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin. Keterbatasan
persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin berakibat terhadap proses
tumbuh kembang janin. Pada ibu yang memiliki tekanan darah normal
selama masa kehamilan, maka tidak ditemukan kelainan atau gangguan
kesehatan sehingga aliran nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan janin
tetap adekuat (Andammori., dkk, 2013; Asih,dkk, 2006; Rachman, 2011).
Berdasarkan temuan di masyarakat, penyakit penyerta selama
kehamilan terjadi pada kelompok kasus maupun kontrol yang memiliki s
IMT overweight. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Inaqwe
(2007) bahwa ibu hamil yang memiliki status IMT overweight maupun
obesitas pada umumnya memiliki komplikasi selama masa kehamilan
diantaranya adalah pre-eklampsia, hipertensi dalam kehamilan, diabetes
melitus dalam kehamilan. Selain itu, janin pada ibu yang overweight
maupun obesitas berisiko meninggal. Watanabe (2009) di Jepang
menunjukan bahwa terdapat 58,7% ibu hamil dengan status IMT
overweight dan 67% ibu hamil dengan status IMT obesitas telah memiliki
pertambahan berat badan yang lebih (diatas standar IOM) selama masa
77
kehamilan. Serta ibu yang memiliki pertambahan berat badan lebih selama
masa kehamilan berisiko mengalami hipertensi selama masa kehamilan.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit
penyerta selama masa kehamilan dapat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan ibu dan terjadinya BBLR. Oleh karena itu, konseling secara
intensif terkait kesehatan selama masa kehamilan kepada petugas
kesehatan, pemeriksaan tekanan darah dan terapi insulin dan glukosa
sangat dianjurkan kepada semua ibu hamil, khususnya bagi ibu hamil yang
memiliki IMT oobesitas. Hal ini bertujuan agar kondisi kesehatan ibu
hamil dapat terpantau dan terdeteksi secara dini. Sehingga apabila
ditemukan penyakit penyerta selama masa kehamilan maka ibu hamil
dengan komplikasi tersebut segera mendapatkan penanganan dan tindak
lanjut dengan cepat dan tepat.
5. Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Hasil
penelitian
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Pamulang
menunjukan bahwa mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan ANC ≥
rata-rata hasil penelitian, baik kelompok kasus (67,6%) dan kontrol
(82,3%). Rata-rata kunjungan ANC kelompok kasus adalah 8,86 dengan
standar deviasi ±1,73, sedangkan rata-rata kunjungan ANC kelompok
kontrol adalah 9,86 dengan standar deviasi ±2,18. Hasil yang sama juga
diperoleh Tazkiah (2013) di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan
desain studi case control, bahwa sebagian besar (52,3%) kelompok kasus
dan mayoritas (86,2%) kelompok kontrol melakukan kunjungan ANC ≥4
78
kali selama masa kehamilan. Ernawati, dkk (2011) dengan menggunakan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 juga menunjukan
bahwa mayoritas (74%) ibu melakukan kunjungan ANC >4 kali selama
masa kehamilan. Berbeda dengan hasil penelitian Negi (2006) bahwa
terdapat 11,1% pada kelompok kasus yang melakukan kunjungan ANC
>5 kali selama masa kehamilan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan di lapangan diketahui
bahwa ibu hamil baik kelompok kasus maupun kontrol di wilayah kerja
Puskesmas Pamulang telah melakukan kunjungan ANC sesuai dengan
anjuran kunjungan antenatal yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan yakni minimal 4 kali kunjungan selama masa kehamilan
(Kemenkes, 2010). Hal ini menunjukan bahwa adanya kesadaran ibu
terhadap kesehatan kehamilan serta akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Pamulang sudah memadai.
Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan secara rutin
yang terdiri dari penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah,
pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), pemberian imunisasi tetanus
toxoid lengkap, pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama
kehamilan serta konseling kesehatan. Kunjungan ANC selama kehamilan
dapat memberikan manfat yang sangat besar terhadap kondisi kesehatan
ibu hamil dan janin. Dilakukannya kunjungan ANC selama masa
kehamilan secara teratur, maka ibu hamil telah memperoleh tindakan
medis secara langsung yakni skrining kesehatan ibu, saran pola makan
dan aktivitas fisik yang sesuai dan dukungan psikologis. Perkembangan
79
janin dan komplikasi kehamilan dapat terdeteksi secara dini, sehingga
tatalaksana dan penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Selain itu, Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC secara teratur
dapat meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kondisi kesehatan
kehamilan dengan cara mengatur aktivitas fisik dan memperhatikan
kebutuhan energi dan zat gizi selama masa kehamilan, sehingga
kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan pada janin yakni BBLR
sangat kecil (Ernawati.,dkk, 2011; Kemenkes, 2010; Shah, 2002).
Manuaba (2000) menyatakan bahwa manfaat lain dilakukannya
kunjungan ANC secara rutin adalah selain dapat mengetahui risiko
kehamilan, ibu hamil dapat menyiapkan proses menuju persalinan
dengan baik (well born baby) sampai dengan masa laktasi dan nifas.
Hasil penelitian Low (2005) dengan desain kohort di New Zealand
menyatakan bahwa ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC dengan
tepat waktu khususnya pada saat kunjungan ANC pertama pada trimester
I, dapat bermanfaat yakni terpantaunya perkembangan janin dan
kesehatan ibu. Selain itu, pada hasil penelitian tersebut juga dinyatakan
bahwa Ibu yang melakukan kunjungan ANC terlambat pada trimester
pertama dapat memberikan dampak buruk terhadap janin, diantaranya
adalah BBLR dan bayi lahir prematur.
Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kunjungan ANC secara teratur merupakan salah satu tindakan untuk
mencegah terjadinya BBLR dan meminimalisir terjadinya komplikasi
selama masa kehamilan. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu hamil di
80
wilayah kerja Puskesmas Pamulang agar tetap melakukan kunjungan
ANC secara rutin dan tepat waktu selama kehamilan di fasilitas
pelayanan terdekat. Selain itu, diharapkan bagi petugas kesehatan baik di
Puskesmas maupun rumah sakit juga selalu memberikan edukasi bagi ibu
hamil agar melakukan pemeriksaan selama kehamilan ke fasilitas
pelayanan kesehatan dan menekankan untuk kembali melakukan
pemeriksaan kehamilan dengan tepat waktu. Selain itu, petugas
kesehatan juga dapat melakukan tindakan home visit kepada ibu hamil
yang sulit melakukan kunjungan ANC ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara langsung.
6. Jumlah Paritas
Hasil
penelitian
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Pamulang
menunjukan bahwa terdapat 5,4% kelompok kasus dan 3,8% kelompok
kontrol yang memiliki jumlah paritas >3 anak (grandemultipara). Hasil
yang sama juga diperoleh Negi (2006) dengan desain kohort di Institut
Kesehatan Himalayan, bahwa sebagian kecil (10,6%) ibu yang memiliki
jumlah paritas >3 telah melahirkan bayi dengan status BBLR. Berbeda
dengan hasil penelitian Tazkiah, dkk (2013) di Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan, bahwa sebagian besar (57%) kelompok kasus
memiliki jumlah paritas >4 anak, sedangkan sebagian besar (61,5%)
kelompok kontrol memiliki jumlah paritas antara 2-3 anak. Hasil
penellitian Djali (2010) di RSUD Pasar Rebo dengan desain cross
sectional menunjukan bahwa sebagian besar ibu mengalami primipara
81
(jumlah persalinan=1) dan grandemultipara (jumlah persalinan>3) yakni
sebesar 60%.
BKKBN (2013) menyatakan bahwa jumlah anak yang ideal dalam
satu keluarga adalah sebanyak 2-3 anak. Adanya aturan terkait jumlah
paritas dalam satu keluarga adalah untuk meminimalisir terjadinya
peledakan jumlah penduduk, masalah kesehatan ibu maupun bayi serta
angka kematian ibu dan bayi. Secara biologis, jumlah paritas yang terlalu
banyak (>3 anak) berpengaruh terhadap BBLR dikarenakan adanya
insiden plasenta previa (plasenta terletak di bagian bawah rahim sehingga
menutup sebagian atau seluruh jalan lahir). Kejadian tersebut dapat
berpengaruh terhadap tertutupnya aliran darah pada janin sehingga
mengakibatkan aliran nutrisi pada janin tidak adekuat dan terjadinya bayi
lahir dengan kondisi BBLR (Mukhtar,2005). Manuaba (2000) menyatakan
bahwa ibu yang mengalami paritas terlalu banyak (>3), telah mengalami
terjadinya penurunan fungsi organ reproduksi ibu. Sehingga cenderung
berdampak terhadap kondisi kesehatan ibu maupun janin yakni BBLR
bahkan terjadinya kematian ibu maupun bayi.
Selain itu, hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang
juga diperoleh bahwa terdapat kelompok kasus (35,1%) dan kontrol
(31,6%) yang termasuk dalam kategori primipara. Berbeda dengan hasil
penelitian Ernawati (2013) bahwa hanya terdapat 5,1% kelompok kasus
dan mayoritas (94,9%) kelompok kontrol dengan kategori primipara.
Secara teori, ibu dengan primipara (melahirkan bayi pertama kali) berisiko
82
mengalami komplikasi seperti distosia (kesulitan dalam mengalami
persalinan), terutama pada ibu hamil pada rentang usia risiko tinggi (<20
dan >35 tahun). Hal ini dikarenakan belum adanya pengalaman
melahirkan dari seorang ibu, sehingga berpengaruh terhadap proses
persalinan.
Persalinan prematur lebih sering terjadi pada ibu yang
mengalami persalinan pertama kali, dimana prematur merupakan salah
satu ciri bayi yang lahir dengan status BBLR (Aminian, 2014).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah
paritas yang terlalu banyak (>3 anak) dan paritas pertama kali (primipara)
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan bayi salah satunya adalah
BBLR. Oleh karena itu, diharapkan pada setiap pasangan usia subur agar
dapat mengatur jumlah paritas atau kelahiran dalam keluarga melalui
program KB. Selain itu, bagi petugas kesehatan juga diharapkan dapat
memberikan informasi terkait KB secara detail. Pemberian informasi
terkait KB juga dapat dilakukan pada Wanita Usia Subur (WUS) yang
belum menikah, sehingga ketika seorang wanita usia subur sudah
berkeluarga maka dapat mempersiapkan dan mengatur jumlah anak
dengan baik.
7. Usia Ibu Saat Melahirkan
Hasil
penelitian
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Pamulang
menunjukan bahwa terdapat 18,9% kelompok kasus dan 19,2% kelompok
kontrol yang memiliki status usia risiko tinggi pada saat melahirkan yakni
<20 tahun dan >35 tahun. Hasil yang sama juga diperoleh Rahman (2011)
83
di Kualah Muda, Keddah bahwa mayoritas usia ibu saat melahirkan adalah
pada usia 20-34 tahun baik pada kelompok kasus (79,5%) dan kontrol
(80,8%). Berbeda dengan hasil penelitian Tazkiah, dkk (2013) di
Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, bahwa sebagian besar (54%) usia
ibu saat melahirkan pada kelompok kasus adalah usia risiko tinggi (<20
tahun dan >35 tahun) dan mayoritas (70,8%) usia ibu saaat melahirkan
pada kelompok kontrol adalah usia tidak risiko tinggi (20-35 tahun). Hal
yang sama juga diperoleh oleh Nyaruhuca (2006) dengan desain studi case
control bahwa mayoritas (94,2%) usia ibu melahirkan pada kelompok
kontrol adalah antara usia 20-35 tahun. Hasil penelitian Djali (2010) di
RSUD pasar Rebo dengan desain studi cross sectional menunjukan bahwa
mayoritas usia ibu saat melahirkan adalah antara usia 20-35 yakni sebesar
83,3%.
Usia ideal pada ibu saat proses persalinan adalah antara 20-35
tahun, jika usia ibu saat proses persalinan <20 tahun atau >35 tahun maka
dikatakan sebagai usia risiko tinggi pada saat proses persalinan. Secara
biologis, usia risiko tinggi pada saat proses persalinan dapat berdampak
terhadap kondisi kesehatan ibu mapun janin salah satunya BBLR. Hal ini
dikarenakan pada ibu yang masih tergolong remaja, aliran darah ke uterus
belum berkembang akibat ketidakmatangan organ rahim sehingga
berakibat terhadap kurangnya nutrisi pada janin. Selain itu, terdapat
persaingan nutrisi antara perkembangan fisik seorang remaja dengan
perkembangan janin. Hal ini dikarenakan, kebutuhan zat gizi seperti kalori
dan energi pada masa remaja sangat dibutuhkan untuk proses
84
pertumbuhan, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi pada
janin (Shah, 2002; Ullah, 2003).
Sedangkan risiko ibu yang melahirkan di usia >35 terhadap
terjadinya BBLR dikarenakan faktor adanya prevalensi masalah kesehatan
kronis yang berkaitan dengan usia seperti hipertensi, diabetes melitus,
komplikasi kesehatan pada masa hamil yang berpengaruh terhadap berat
lahir bayi, menurunnya potensi kesuburan pada tubuh ibu dan adanya
perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat sehingga menimbulkan
beberapa penyakit pada ibu dan dapat mempengaruhi kondisi janin yakni
BBLR (Ullah, 2003).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa ibu yang
memiliki usia risiko tinggi pada saat persalinan dapat berpengaruh dengan
kejadian BBLR. Oleh karena itu, diperlukan adanya intervensi secara
intensif terhadap ibu hamil yang mengalami persalinan pada usia risiko
tinggi diantaranya adalah identifikasi masalah kesehatan selama kehamilan
sedini mungkin, penyuluhan baik secara personal maupun kelompok
terkait usia risiko tinggi serta dampak kesehatan yang akan dialami oleh
ibu maupun janin. Selain itu, intervensi juga dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan di sekolah dengan tujuan memberikan edukasi
kepada remaja putri terkait masalah kesehatan pada ibu hamil. Harapan
dilakukan penyuluhan tersebut adalah agar remaja dapat menghindari
perilaku berisiko yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan pada
usia risiko tinggi.
85
8. Pendidikan Ibu
Hasil
penelitian
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Pamulang
menunjukan bahwa mayoritas ibu memiliki status pendidikan terakhir
lebih dari 9 tahun baik pada kasus (73%) maupun kontrol (72,2%). Hasil
yang sama juga diperoleh dari Rahman (2011) di Kuala Muda, Keddah
bahwa mayoritas ibu hamil memiliki status pendidikan terakhir >9 tahun,
baik pada kelompok kasus (82,6%) dan kontrol (87,8%) Berbeda dengan
hasil penelitian Djali (2010) di RSUD Pasar Rebo dengan desain studi
cross sectional menunjukan bahwa frekuensi ibu dengan pendidikan >9
tahun dan <9 tahun sama yakni sebesar 50%. Tazkiyah,dkk (2013) di
Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, bahwa sebagian besar tingkat
pendidikan ibu adalah tamat SD, baik pada kelompok kasus (55,3%) dan
kontrol (44,6%).
Penelitian Ahmed (2012) di Pakistan menunjukan bahwa
pendidikan ibu dapat mempengaruhi kondisi berat bayi yang akan
dilahirkan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempunyai peran yang
penting terhadap sikap dan perilaku kesehatan salah satunya kesadaran diri
untuk periksa kehamilan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan
demikian, diharapkan bagi ibu yang memiliki tingkat pendidikan terakhir
>9 tahun agar tetap melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan
teratur. Selain itu, diharapkan bagi ibu hamil (baik yang memiliki status
pendidikan >9 tahun maupun <9tahun) agar tetap aktif dan kreatif terhadap
kegiatan pemberdayaan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pamulang,
seperti kegiatan penyuluhan kesehatan yang diadakan setiap satu bulan
86
sekali di masing-masing kelurahan wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
Hal ini bertujuan agar semua Pasangan Usia Subur (PUS) dan Wanita Usia
Subur (WUS) dapat menambah wawasan baru terkait masalah kesehatan,
khususnya kesehatan dalam kehamilan. Sehingga PUS dan WUS dapat
lebih waspada dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan
kehamilan.
D. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil dengan Kejadian
BBLR
1. Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Masa Kehamilan dengan
Kejadian BBLR
Hasil uji regresi logistik dengan mengendalikan variabel penyakit
penyerta selama kehamilan, menunjukan bahwa ibu hamil yang memiliki
pertambahan berat badan kurang selama masa kehamilan dan disertai
dengan adanya penyakit penyerta selama masa kehamilan berisiko lebih
tinggi yakni 4,07 kali melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang
memiliki pertambahan berat badan normal selama masa kehamilan dan
tidak punya penyakit penyerta selama masa kehamilan (95% CI= 1,60 –
10,34). Pada penelitian ini, standar yang digunakan untuk menilai
pertambahan berat badan ibu selama masa kehamilan adalah standar IOM.
Hasil yang sama juga diperoleh Wisnawathan (2008), bahwa hasil
meta analisis dari 12 penelitian diperoleh hubungan yang sangat kuat pada
ibu hamil yang memiliki pertambahan berat badan kurang (sesuai dengan
status IMT normal dan kurang sebelum hamil) berdasarkan standar IOM
87
dengan kejadian BBLR. Word Health Organiation (WHO) dalam hasil
studi pengukuran antropometri ibu dengan sampel 111.000 wanita dari
berbagai kalangan dunia, menyatakan bahwa ibu yang memiliki IMT
kurang dan memiliki pertambahan berat badan kurang selama hamil
berisiko melahirkan bayi BBLR sebesar 2,25 kali dibandingkan dengan
ibu yang memiliki pertambahan berat badan normal sesuai dengan IMT
sebelum hamil (95% CI 2,3- 2,7) (Muthayya., dkk, 2009). Hasil Tsai, dkk
(2012) di Taiwan menunjukan bahwa ibu hamil dengan status IMT kurang
sebelum hamil dan memiliki pertambahan berat badan <10 kg selama
masa
kehamilan
berisiko
melahirkan
BBLR
sebesar
6,33
kali
dibandingkan dengan ibu dengan status IMT kurang sebelum hamil dan
memiliki pertambahan berat badan normal selama masa kehamilan (95%
CI=1,29-31,1).
Berbeda dengan hasil penelitian Esimai (2014) di Nigeria dengan
desain studi kohort, bahwa hasil uji regresi logistik menunjukan tidak ada
hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan selama masa
kehamilan dengan BBLR (p=0,16). Watanabe (2009) di Jepang
menunjukan bahwa ibu hamil yang memiliki status IMT overweight
sebelum hamil dan memiliki pertambahan berat badan lebih selama masa
kehamilan berisiko mengalami hipertensi dalam kehamilan (OR:1,27; 95%
CI=1,08-1,49) dan berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir ≥4000 kg
(OR: 1,21; 95% CI=1,10-1,34).
88
Pertambahan berat badan ibu hamil merupakan indikator penting
selama masa kehamilan serta dapat berpengaruh terhadap kondisi berat
lahir bayi. Pada ibu hamil yang memiliki pertambahan berat badan kurang
selama masa kehamilan dapat dikarenakan faktor lain yakni asupan gizi
yang kurang selama masa kehamilan (Munim, dkk, 2012; Nucci, dkk,
2001). Maurice (2005) menyatakan bahwa pada masa kehamilan, terjadi
peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi makro lainnya (karbohidrat,
lemak, protein). Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga,
apabila ibu hamil mengalami kekurangan asupan energi dan zat gizi maka
dapat mengakibatkan janin tumbuh tidak sempurna (Maurice., dkk, 2005).
Pertambahan berat badan yang kurang selama masa kehamilan
dapat mencerminkan kurangnya asupan zat gizi pada ibu, yang mana
asupan tersebut sangat dibutuhkan untuk proses perkembangan janin
(Shah, 2002). Muthayya (2009) menyatakan bahwa asupan gizi makro
(karbohidrat, protein dan lemak) dan energi selama masa kehamilan dapat
meningkatkan pertambahan berat badan selama hamil dan menurunkan
terjadinya BBLR (p<0,001). Hasil meta analisis tersebut juga menyatakan
bahwa suplementasi gizi makro dapat menurunkan prevalensi terjadinya
BBLR dari 17% menjadi 11,11%.
Selain faktor pertambahan berat badan selama kehamilan, variabel
penyakit penyerta selama kehamilan juga berpengaruh terhadap kejadian
89
BBLR di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Penyakit penyerta selama
masa kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang terdiri dari
hipertensi, diabetes melitus dalam kehamilan dan pendarahan. Hasil yang
sama juga ditemukan oleh Tsai (2012), bahwa terdapat salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi pertambahan berat badan ibu hamil terhadap
kejadian BBLR adalah faktor komplikasi kesehatan selama masa
kehamilan. Secara biologis, ibu yang memiliki penyakit selama masa
kehamilan akan mengalami gangguan metabolisme tubuh sehingga dapat
berpengaruh terhadap gangguan pertambahan berat badan selama masa
kehamilan. Selain itu, adanya penyakit penyerta yang dialami ibu selama
masa kehamilan, dapat mempengaruhi aliran sirkulasi darah ibu ke janin.
Sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke plasenta dan
suplai nutrisi ke janin serta berakibat pada terganggunya pertumbuhan
janin didalam kandungan (Marintrama,dkk, 2013; Nucci, dkk, 2002).
Berbeda dengan hasil penelitian Minarti (2011) terkait penyakit
penyerta selama kehamilan, pertambahan berat badan selama masa
kehamilan dengan kondisi bayi saat lahir. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa pre-eklampsia terjadi pada ibu hamil yang memiliki
pertambahan berat badan normal (75%) dan lebih (32,8%) dan diperoleh
hasil hubungan yang signfikan antara pertambahan berat badan ibu hamil
dengan kejadian pre-eklampsia. Pada penelitian tersebut juga dijelaskan
bahwa pertambahan berat badan pada ibu yang lebih selama masa
kehamilan berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan kehamilan baik
bagi ibu maupun bayi. Risiko pada ibu antara lain adalah pre-
90
eklampsia, diabetes gestasional. Sedangkan risiko pada janin antara lain
adalah bayi mengalami obesitas, bayi lahir prematur atau bayi lahir kurang
dari 37 minggu dan bayi lahir mati.
Ajaran agama Islam pada Surat An-Nisa ayat 9 menjelaskan bahwa
“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka
meninggalkan
anak-anaknya
dalam
keadaan
lemah
dan
mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka”. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”.
Berat Bayi Lahir Rendah, bayi prematur bahkan bayi lahir mati merupakan
salah satu kondisi bayi dengan status lemah. Oleh karena itu, diharapkan
bagi ibu hamil agar tetap menjaga kondisi kesehatan selama masa
kehamilan dan menjaga pertambahan berat badan secara ideal. Hal ini
bertujuan agar ibu terhindar dari komplikasi kehamilan, yang mana
komplikasi atau penyakit penyerta selama masa kehamilan dapat
memberikan dampak yang buruk bagi kondisi kesehatan janin yakni
BBLR bahkan kematian janin.
2. Hubungan Pertambahan Berat Badan Per Trimester dengan Kejadian
BBLR
Hasil uji regresi logistik dengan mengendalikan variabel penyakit
penyerta selama kehamilan, menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester I (Adjusted
OR=1,59; 95% CI=0,69-3,62) dan trimester II (Adjusted OR=2,30; 95%
CI=0,97-5,45) dengan kejadian BBLR. Namun, terdapat hubungan yang
91
signifikan antara pertambahan berat badan selama trimester III dengan
kejadian BBLR (Adjusted OR=2,67; 95% CI=0,97-5,45). Hasil penelitian
tersebut
menunjukan
bahwa
kelompok
kontrol
yang
memiliki
pertambahan berat badan yang kurang selama trimester I dan II tidak
memberikan efek yang cukup signifikan terhadap kejadian BBLR.
Pertambahan berat badan yang kurang selama trimester I dan trimester II
dapat diperbaiki dengan cara memiliki pertambahan berat badan yang
normal selama trimester III. Dimana, pada hasil penelitian ini ditemukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan
selama trimester III dengan kejadian BBLR. Pertambahan berat badan
yang normal selama trimester III dapat diperoleh melalui pemenuhan
kebutuhan zat gizi dan energi yang cukup (Nyaruhucha, 2006).
Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya, diperoleh
Farizqina (2014) bahwa tidak ada hubungan antara pertambahan berat
badan trimester I dengan kejadian BBLR. Berbeda dengan hasil yang
ditemukan oleh Brown (2002) bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pertambahan berat badan trimester I dengan kondisi berat bayi saat
lahir (p<0,05). Secara teori, terdapat faktor yang mempengaruhi tidak
bertambahnya berat badan ibu selama trimester I, yakni faktor mual dan
muntah (morning sickness) di usia awal kehamilan dimana kejadian
tersebut dapat berpengaruh terhadap nafsu makan ibu. Kejadian morning
sickness tersebut merupakan hal yang wajar dialami ibu di usia awal
kehamilan, hal ini dikarenakan terjadinya perubahan hormon ibu selama
masa kehamilan (Cheung, 2000). Oleh karena itu, walaupun tidak
92
ditemukan hubungan yang signifikan antara pertambahan berat badan
selama trimester I dengan kejadian BBLR. Diharapkan bagi petugas
kesehatan agar tetap mengontrol pertambahan berat badan ibu mulai dari
usia awal kehamilan, melalui pemberian konseling kesehatan serta asupan
zat gizi dan energi ibu.
Berbeda dengan teori yang dinyatakan oleh Watanabe (2009),
bahwa adanya pertambahan berat badan ibu hamil mulai usia awal
kehamilan sangat bermanfaat untuk memperkirakan pertumubuhan janin.
Brown, dkk (2002) juga menyatakan bahwa pertambahan berat badan ibu
hamil trimester I memiliki dampak yang kuat terhadap kondisi berat lahir
bayi, dibandingkan dengan pertambahan berat badan ibu selama trimester
II maupun trimester III. Pertambahan berat janin juga dipengaruhi oleh
pertambahan berat badan ibu di awal kehamilan, hal ini dikarenakan masa
awal kehamilan merupakan perkiraan awal kondisi status gizi ibu untuk
mendukung perkembangan janin selama 9 bulan kedepan.
Hasil yang sama juga diperoleh Nyaruhuca (2006) dengan desain
studi kohort di Tanzania, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pertambahan berat badan ibu pada trimester II dengan kejadian BBLR (p
value 0,122). Pada penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa rata-rata
pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester II rendah (4,5 kg)
pada semua kategori IMT sebelum hamil. Berbeda dengan hasil penelitian
Watanabe (2009), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pertambahan berat badan selama trimester II dengan berat lahir bayi pada
93
wanita usia subur di Jepang. Darmayanti (2010) menunjukan bahwa ibu
hamil yang memiliki pertambahan berat <250 gram/minggu atau <0,25 kg
per minggu pada trimester II berisiko melahirkan BBLR sebesar 7,1 kali
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pertambahan berat badan >0,25
kg per minggu selama trimester II (95% CI= 4,0 – 12,5).
Hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya juga diperoleh Aea
(2014) di Algeria, bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pertambahan berat badan ibu hamil menurut standar IOM dengan berat
lahir bayi (p <0,05). Hasil yang sama juga diperoleh Nyaruhuca (2006)
dengan desain studi kohort di Tanzania menunjukan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pertambahan berat badan ibu pada trimester III
dengan kejadian BBLR (p value 0,034). Berbeda dengan hasil penelitian
Brown (2002) dengan desain studi kohort di USA bahwa tidak ada
hubungan antara pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III
dengan berat lahir bayi (p=0,40). Brown (2002) juga menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara pertambahan berat badan dengan berat lahir
bayi.
Secara teori, Marie (2002) menyatakan bahwa pertambahan berat
badan ibu hamil selama trimester III merupakan masa penentuan kondisi
kesehatan janin didalam rahim ibu. Ibu yang memiliki perkembangan
pertambahan berat badan secara normal sampai akhir trimester, dapat
dinyatakan perkembangan janin telah stabil. Berbeda bagi ibu hamil yang
memiliki pertambahan berat badan kurang sampai akhir trimester,
terdapat kemungkinan adanya gangguan kesehatan dan dapat berpengaruh
94
terhadap berat janin. Namun, terdapat faktor lain yang mempengaruhi
pertambahan berat badan selama trimester III, Drehmer, dkk (2013) di
Brazil menyatakan bahwa jumlah paritas, pendidikan terakhir dan status
gizi ibu sebelum hamil mempunyai hubungan secara signifikan dengan
pertambahan berat badan ibu hamil selama trimester III dengan masingmasing nilai p value<0,001. Dengan demikian, meskipun pertambahan
berat badan selama trimester I dan trimester II tidak berhubungan secara
langsung dengan kejadian BBLR, diharapkan bagi ibu hamil agar dapat
memperbaiki status gizi ibu selama masa kehamilan khususnya pada
trimester terakhir. Hal ini dikarenakan trimester terkahir merupakan masa
dimana bayi tumbuh dengan cepat (60% pertambahan berat badan ibu
merupakan bagian dari janin) dan sangat membutuhkan asupan nutrisi dan
zat besi dari ibu (Cheung, 2000). Sehingga pertambahan berat badan ibu
selama trimester terakhir merupakan salah satu faktor penting dan
berpengaruh secara langsung terhadap kondisi berat bayi.
Bagi pertugas kesehatan juga diharapkan agar dapat meningkatkan
frekuensi pemberian edukasi dan konseling mulai dari awal trimester
sampai akhir trimester secara rutin setiap kali ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan. Hal ini bertujuan agar ibu hamil tetap sadar akan kebutuhan
zat gizi dan energi yang dibutuhkan selama masa kehamilan. Sehingga
dengan terpantaunya pertambahan berat badan ibu per timester, maka
dapat diketahuinya kondisi kesehatan janin dan dapat mengurangi
terjadinya kasus BBLR.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pamulang diperoleh
hasil :
1. Distribusi pertambahan berat badan ibu hamil pada kelompok kasus dan
kontrol adalah :
a) Mayoritas (75,7%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat
badan kurang selama masa kehamilan, sedangkan sebagian besar
kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal (49,4)
dan kurang (41,8%) selama masa kehamilan.
b) Sebagian besar (59,5%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat
badan kurang selama trimester I, sedangkan sebagian besar kelompok
kontrol memiliki pertambahan berat badan yang normal (49,4%) dan
kurang (49,4%).
c) Sebagian besar (64,9%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat
badan kurang selama trimester II, sedangkan sebagian besar (46,8%)
kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal.
95
96
d) Sebagian besar (56,8%) kelompok kasus memiliki pertambahan berat
badan kurang selama trimester III, sedangkan sebagian besar (57%)
kelompok kontrol memiliki pertambahan berat badan normal.
2. Distribusi karakteristik ibu pada kelompok kasus dan kontrol adalah :
a) Mayoritas kedua kelompok memiliki jarak kehamilan ≥2 tahun yakni
91,7% pada kelompok kasus dan 92,9% pada kelompok kontrol.
b) Sebagian besar (56,8%) kelompok kasus tidak patuh konsumsi tablet
Fe, sedangkan sebagian besar (53,2%) kelompok kontrol patuh
konsumsi tablet Fe.
c) Terdapat 40,5% kelompok kasus dan 29,1% kelompok kontrol yang
mengalami anemia.
d) Terdapat kelompok kasus (27%) dan kontrol (8,9%) yang memiliki
penyakit penyerta selama masa kehamilan.
e) Mayoritas ibu hamil melakukan kunjungan ANC ≥ rata-rata hasil
penelitian, baik kelompok kasus (67,6%) dan kontrol (82,3%). Ratarata kunjungan ANC kelompok kasus adalah 8,86 dengan standar
deviasi ±1,73, sedangkan rata-rata kunjungan ANC kelompok kontrol
adalah 9,86 dengan standar deviasi ±2,18.
f)
Terdapat 5,4% kelompok kasus dan 3,8% kelompok kontrol yang
memiliki jumlah paritas >3 anak (grandemultipara).
97
g) Terdapat 18,9% kelompok kasus dan 19,2% kelompok kontrol yang
memiliki status usia risiko tinggi pada saat melahirkan yakni <20
tahun dan >35 tahun.
h) Mayoritas kelompok kasus (73%) dan kontrol (72,2%) telah menjalani
pendidikan lebih dari 9 tahun.
3. Hasi; uji bivariat dengan mengendalikan variabel penyakit penyerta
selama masa kehamilan diperoleh :
a. Terdapat hubungan yang signifikan antara pertamabahan berat
badan ibu hamil dengan kejadian BBLR (Adjusted OR=4,07; 95%
CI= 1,60-10,34).
b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat
badan selama trimester I dengan kejadian BBLR (Adjusted
OR=1,59; 95% CI=0,69– 3,62)
c. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pertambahan berat
badan selama trimester II dengan kejadian BBLR (Adjusted
OR=2,30; 95% CI=0,97-5,45)
d. Terdapat hubungan yang signifikan antara pertambahan berat
badan selama trimester III dengan kejadian BBLR (Adjusted
OR=2,67; 95% CI=1,13-6,32).
98
B. Saran
a) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
1) Memberikan informasi terkait BBLR (definisi dan faktor yang
mempengaruhi BBLR), serta gambaran angka kecukupan gizi dan
energi yang dibutuhkan ibu selama masa kehamilan melalui
pemberian leaflet atau poster di setiap fasilitas pelayanan kesehatan
wilayah kerja Puskesmas Pamulang (Puskesmas maupun Bidan
Praktik Swasta).
b) Petugas Kesehatan Puskesmas Pamulang
1) Meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan baik secara personal
maupun kelompok terkait dampak BBLR, faktor risiko yang dapat
mempengaruhi terjadinya BBLR. Pemberian penyuluhan seharusnya
tidak hanya dilakukan pada ibu hamil, melainkan pada Wanita Usia
Subur, Pasangan Usia Subur dan keluarga ibu hamil. Kegiatan
penyuluhan
pada
semua
sasaran
tersebut,
diharapkan
dapat
meminimalisir frekuensi kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas
Pamulang.
2) Pembentukan kaderisasi desa sebagai tangan kanan petugas kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dalam memberikan informasi
terkait BBLR.
99
c) Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
Ibu hamil dapat menjaga status gizi mulai dari awal trimester
sampai akhir trimester melalui konsumsi zat gizi dan energi yang teratur
sesuai dengan kebutuhan kondisi ibu hamil. Bagi ibu hamil yang tidak
mengalami pertambahan berat badan secara normal pada trimester I,
trimester II maupun trimester III, diharapkan segera melakukan konseling
dengan petugas kesehatan supaya mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Selain itu, bagi ibu hamil yang tidak mengalami pertambahan berat badan
pada minggu awal kehamilan atau trimester I, diharapkan agar dapat
memperbaiki status gizi pada trimester selanjutnya. Hal ini bertujuan
supaya ibu tetap mengalami pertambahan berat badan secara normal
selama masa kehamilan dan dapat mengurangi terjadinya kasus BBLR.
d) Peneliti Selanjutnya
Adanya penelitian lanjut dengan desain studi kohort, sehingga
dapat dipantau kenaikan berat badan ibu hamil per trimester dan selama
masa kehamilan. Serta dapat diketahui secara jelas faktor lain yang dpaat
mempengaruhi terjadinya pertambahan atau tidak bertambahnya berat
badan ibu selama masa kehamilan.
100
Daftar Pustaka
Abeysena dan Jayawardana. 2011. Body Mass Index and Gestational
Weight Gain in Two Selected Medical Officer of Health areas in The
Gampaha District. Journal of the College of Community Physicians
of Sri Lanka 2011, Vol. 16, No.1
Aea, Ghani., dkk. 2013. Epidemiology of Low Birth Weight in the Town
of Sidi Bel Abbes (West of Algeria): A Case-Control Study. Jurnal
Nutrition and Food Sciences 2013, Vol. 4, Issue 3
Ahmed, Zafar., dkk. 2012. Antenatal Care and The Occurance of Low
Birth Weight Delivery Among Woman in Remote Mountainous
Region of Chitral, Pakistan. Pak J Med Science 2012, Vol. 28, No. 5
Al-Qur‟an Karim
Aminian, Omid., dkk. 2014. Association Between Maternal Work Activity
on Birth Weight and Gestational Age. Asian Pacific Journal of
Reproduction 2014, Vol. 3: 200-203
Andammori, Feby., dkk. 2014. Hubungan Tekanan Darah Ibu Hamil
Aterm dengan Berat Badan Lahir di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2(2)
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian
Kesehatan. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM UI: Depok
Asih, Yuni., dkk. 2006. Hubungan Antara Preeklampsia pada
Primigravida dengan BBLR di RSUD Cilacap Januari-Desember
2005. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing), Vol. 1, No.2
Baadan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013.
Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia.
Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
101
Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana (BKKBN). 2012. Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga dan Lansia Rentan: Jakarta
Bener, Abdul Bari., dkk. 2012. The Impact of The Interpregnancy
Interval on Birth Weight and Other Pregnancy Outcomes. Rev. Bras.
Saúde Maternal Infant 2012, 12 (3): 233-241
Bernald, CL., dkk. 2012. Maternal Nutrition and Fetal Growth: The Role
of Iron Status and Intake During Pregnancy. Nutrition and Dietary
Supplements 2012:4
Blackburn, Susn Tucker. 2013. Maternal, Fetal and Neonatal : a Clinical
Perspective. Elsevier Saunders : US America : 406
Brown, Judith E., dkk. 2002. Variation in Newborn Size According to
Pregnancy Weight Change by Trimester. Amercian Clinical
Nutrition Journal, Vol. 9, No. 76:205
CDC. 2009. Pediatric and Pregnancy Nutrition Surveilans System:
PedNSS Health Indicators. Diakses pada tanggal 15 Januari 2014
dari
http://www.cdc.gov/pednss/what_is/pednss_health_indicators.htm
Cheung, Theresa-Francis. 2000. Pregnancy Weight Management. AdamMedia: Canada
Darmayanti, dkk. 2010. The Effect Of Weight Gain Rate Per Week in The
Second and Third Trimester Of Pregnancy on The Risk of LBW.
Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat 2010, Vol. 26, No. 1, h: 40-46
Departemen Kesehatan. 2011. Status Gizi Pada Orang Dewasa. Diakses
pada tanggal 02 Februari 2015 dari http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2011/10/ped-praktis-stat-gizi-dewasa.html
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2013. Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan
102
Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2013. Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Banten
Djali, Nur Asniati dan Tris Eryando. 2010. Factors Related to Low Birth
Weight Babies in Pasar Rebo Public General Hospital. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 2
Drehmer, Michelle., dkk. 2013. Association of Second and Third
Trimester Weight Gain in Pregnancy with Maternal and Fetal
Outcomes. PLOS One, Vol. 8 Issue 1
Eisjen, Manon Van., 2008. Association Between Short Interpregnancy
Intervals and Therm Birth Weight: The Role of Folate Depletion.
American Journal Clinical Nutrition. 88:147–53
Ernawati, Fitrah., dkk. 2013. Hubungan Antenatal Care dengan Berat
Badan Lahir di Indonesia. Jurnal Gizi Indonesia, Vol.1, No.34
Esimai, Olepeju Adenfuke dan Ebenezer Ojofeitimi. 2014. Pattern and
Determinants of Gestational Weight Gain an Important Predictor of
Infant Birth Weight in a Developing Country. Global Journal of
Health Science 2014, Vol. 6, No. 4
Grible, James N dan Samuel H. 2003. The Epidemiological Transition.
National Academy Press : Wassington DC
Gross, Ruth T., dkk. 1997. Helping Low Birth Weight, Premature Babies.
Stanford University Press: California
Gunawan., dkk. 2011. Diagnosis dan Tatalaksana
Gravidarum. J Indon Med Assoc, Vol. 61, No. 11
Hipermesis
Han, Zhen., dkk. 2011. Maternal Underweight and The Risk of Preterm
Birth and Low Birth Weight: a Systematic Review and MetaAnalyses. International Journal of Epidemiology 2011;40:65–101
Harlord dan Adamson. 2007. Low Birth Weight in Relation to Maternal
Age and Multiple Pregnancies at Muhimbili National Hospital.
DMSJ 2007, Vol. 14 No. 2
103
Haryani, Febriana Dwi., dkk. 2013. Hubungan Karakteristik, Tingkat
Konsumsi Energi, Tingkat Konsumsi Protein dan Frekuensi Periksa
Kehamilan dengan Pertambahan Berat Badan ibu Ibu Hamil
Trimester II. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, Volume 1 Nomor
2
Hidayah, Wiwit dan Tri Anasari. 2012. Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia di Desa Pageraji
Kecamatan CilongokKabupaten Banyumas.
Jurnal Ilmiah
Kebidanan, Vol. 3 No. 2
Hinai, Mustafa Al., dkk. 2013. Effect of Pre-PregnancyBody Mass Index
andGestational Weight Gain on Low Birth Weight in Omani Infants
(Case Control Study). Sultan Qaboos University Med Journal, May
2013, Vol. 13, Iss. 3, pp. 386-391
Horton, Richard. 2012. The Lancet : Global Health Series. London : The
Lancet,
Family
Planning.
https://books.google.com.pe/books?id=1p9JRbFkxsUC&pg=RA1PT54&dq=interpregnancy+interval+with+low+birth+weight&hl=en
&sa=X&ei=BUJtVfeQJpDluQTA1IGwBQ&ved=0CCYQ6AEwAg#
v=onepage&q=interpregnancy%20interval%20with%20low%20birt
h%20weight&f=false
Inaqwe dan Nweze Nakwe. 2007. Community Nutrition: Planning Health
Promotion and Diseases Prevention. Lillnois State University
Nweze
IOM dan National Research Council (NRC). 2009. Implementing
Guidelines on Weight Gain Pregnancy
Iswanto., dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia
Defisiensi Besi dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi di
Puskesmas Karangdowo, Klaten. Jurnal Kesehatan 2012, Vol. 5, No.
2: 110 - 118
Joyce, Cate. 2012. Preterm Birth and Low Birth Weight. The Urban
Child Institute in Memphis And Shelby Country
104
Kasim, Felix., 2011. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan
Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit
Immanuel Tahun 2008. JKM, Vol.10, No.2: 51-157
Kathlen, dkk. 2009. Committe to Reexamine IOM Pregnancy: Weight
Guidelines. The National Academy Press :Washington DC
Kementerian Kesehatan. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Bina Kesehatan Ibu : Jakarta
__________________. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS) Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan
Ibu
__________________. 2013. Determinan “4 Terlalu” Masalah
Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Penggunaan Alat
KB di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Vol
2, Semester 2, 2013
__________________. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
___________________. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013
Khanal, Vishnu., dkk. 2011. Role of Antenatal Care and Iron
Supplementation During Pregnancy in Preventing Low Birth Weight
in Nepal: Comparison of National Surveys 2006 and 2011. Archives
of Public Health 2014, 72:4
Lilungulu, Athanase, dkk. 2014. Spectrum of Maternal and Perinatal
Outcomes Among Parturient Women with Preceding Short InterPregnancy Interval at Bugando Medical Centre, Tanzania. Maternal
Health, Neonatology and Perinatology Vol 1
Louis, MO. 2004. Maternity and Women’s Health Care. China: National
Council of State Boards of Nursing
Low, Pamela., dkk. 2005. Factors Affecting Antenatal Care Attendance
by Mothers of Pacific Infants Living in New Zealand. The New
Zealand Medical Journal 2005, Vol. 118, No.1216
105
Mahmodi, Zohree., dkk. 2013. Working Conditions, Socioeconomic
Factors and Low Birth Weight: Path Analysis. Iranian Red Crescent
Medical Journal. 2013 September; 15(9): 836-42
Manuaba, Ida Bagus. 2000. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
Maurice, dkk. 2005. Modern Nutrition in Health and Disease (Tenth
Edition). Lippincot Williams and Wilkins
Merchant, Shezant., dkk. 1997. Effect of Prepregnancy Body Mass Index
and Gestational Weight Gain on Birth Weight. JPMA 1999, 49:23
Merril, Ray M. 2010. Reproductive Epidemiology :Principle and
Methode. Jone and Bartlett Publisher, LLC
Minarti, dkk. 2011. Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
dengan Kejadian Pre Eklampsia pada Ibu Hamil di RSUD Prof. dr.
Margono Purwokerto Tahun 2011. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4
No. 1
Mukhtar., dkk. 2005. High Parity and Fetal Morbidity Outcomes.
American College of Obstetricians and Gynecologists 2015,
Vol.105, No. 5, Part 1
Munim, Shama dan Humaera Mahen. 2012. Association of Gestational
Weight Ghain Pre-Pregnancy Body Mass Index with Adverse
Pregnancy Outcomes. Journal of the College of Physicians and
Surgeons Pakistan 2012, Vol. 22 (11): 694-698
Mumbari, Sachin S., dkk. 2009. Maternal Risk Factors Associated with
Term Low Birth Weight Neonates: A Matched-Pair Case Control
Study. Indian Pediatric 2012, Volume 49, January 16
Muthayya, Sumitra. 2009. Maternal Nutrition and Low Birth Weight:
What is Really Important. Indian J Med Res 130, November 2009,
pp 600-608
Negi, K.S.kk. 2006. Epidemiological Factors Affecting Low Birth
Weight. JK Science January-March 2006, Vol. 8 No. 1
106
Nucci, dkk. 2001. Assesment of Weight Ghain During Pregnancy in
General Prenatal Care Services in Brazil. Cad. Saude Publica, 17
(6)
Nyaruhucha., dkk. 2006. Maternal Weight Gain in Second and Third
Trimester and Their Relationship with Birth Weights in
MorogoroMunicipality, Tanzania. Tanzania Health Research
Bulletin, Vol. 8, No. 1
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
2010. Health a Glance: Europe 2010. OECD Publishing
Pavord., dkk. 2011. UK guidelines on The Management of Iron
Deficiency in Pregnancy. Date of BCSH approval: July 2011
Preedy, Victor R. 2011. Handbook of Growth and Growth Monitoring in
Health and Disease (Volume 1). King‟s College: London
Puspitasari, Cinde., dkk. 2011. Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan
Selama Kehamilan dengan Berat Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawalo Kabupaten Bayumas Tahun 2009-2010. Jurnal
Ilmiah Kebidanan, Vol. 2 No.1 Edisi Juni 2011
Rahman. Latifah A, dkk, 2011. Association Between Pregnancy Induced
Hypertension and Low Birth Weight: A Population Based Case
Control Study. Asia-Pasific Journal of Public Health, Vol. 20, No. 2
Ramakrishnan, Usha. 2004. Nutrition and Low Birth Weight : from
Research to Practice. American Journal Clinic Nutrition. 79:17–21
Rebecca, Stoltzfus dan Michele L. Dreyfuss. 2003. Guidlines for the Use
of Iron Supplementes to Prevent and Treat Iron Deficiency Anemia.
International Anemia Consulative Group (INACG) : USA
Reichman, Nancy E., dkk. 2006. Paternal Age as a Risk Factor for Low
Birthweight. American Journal of Public Health, May 2006, Vol 96,
No. 5
107
Richard Strauss dan William H. 2015. Low Maternal Weught Gain in
Second and Third Trimester Increases The Risk for Intraurine
Growth Retardation. Community and International Nutrition
Robberts., dkk. 1985. Nutrition in Pregnancy and Lactation. Mosby
Collage Publishing : US America
Roth, Jeffrey., dkk. 1998. The Risk of Teen Mothers having Low Birth
Weight Babies:Implication of Recent Medical Research for School
Health Personel. Journal of School Health: September 1998, Vol 68
No 7
Sari, Maulia dan Trini Sudiarti. 2013. Model Prediksi Berat Lahir
Berdasarkan Berat Badan Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol. 7, No. 8
Sato Ana Paula dan Elizabeth Fujimori. 2012. Nutrional Status and
Weight Gain in Pregnant Women. May.-June;2012 (3):462-8
Seghieri, Giuseppe., dkk. 2002. Relationship Between Gestasional
Diabetes Melitus and Low Maternal Birth Weight. Epidemiology
Health Research, Vol. 25, No. 10
Shah, Prakeshkumar. 2002. Literature Review of Low Birth Weight,
Including Small for Gestasional Age and Preterm Birth
Simkiss, dkk. 2015. Nutrion in Pregnancy and Growth of The Fetus. .
Journal of Tropical of Pediatric. Diakses pada tanggal 01 Juni 2015
dari
http://www.oxfordjournals.org/our_journals/tropej/online/mcn.html
Singh., dkk. 2010. Incidence and Risk Factors of Low Birth
WeightBabies Born in Dulikhel Hospitel. Journal of Institute of
Medicine, 2010; 32:3
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
https://books.google.com.pe/books?id=JBtl87roMJIC&pg=PA95&d
q=pertumbuhan+janin+pada+ibu+hamil&hl=en&sa=X&ei=KB5tVY
i2GMPYmAXNiYC4BA&ved=0CCwQ6AEwAg#v=onepage&q=pe
rtumbuhan%20janin%20pada%20ibu%20hamil&f=false
108
Sokoya., dkk. 2014. Women’s Perception of Husbands’ Support During
Pregnancy, Labour and Delivery. IOSR Journal of Nursing and
Health Science (IOSR-JNHS) 2014, Volume 3, Issue 3, PP 45-50
Sunare dan Teera Siwadune. 2009. Correlation of Maternal Anemia
During Pregnancy and Low Birth Weight Infant at Chonburi
Hospital. The Journal of Obstetrics and Gynaecology January 2009,
Vol. 17, pp. 17-2261
Susuilojati, Dewi R. dan Sri Handayani. 2013. Hubungan Pertambahan
Berat Badan Ibu Saat Hamil Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan, Vol. 2, No.
02
Tazkiyah, Misna., dkk. 2013. Determinan Epidemiologi Kejadian BBLR
pada Daerah Endemis Malaria di Kabupaten Banjar Provinsi
Kalimantan Selatan. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2
Tsai, I-Hsen, dkk. 2012. Association of The Pre-Pregnancy Body Mass
Index Gestasional Weight Gain with Pregnancy Outcomes in
Taiwanse Women. Asia Pac J Clin Nutr 2012;21 (1):82-87
Ullah., dkk. 2003. Biological Risk Factos of Low Birth Weight in Rural
Rajashi. TAJ December 2003; Vol. 16 No. 2
United Nations Children‟s Fund (UNICEF). 2004. Low Birth Weight:
Country, Regional and Global Estimates. UNICEF: New York
Wado, Yohanas Dibaba., dkk. 2013. Effects of Maternal Pregnancy
Intention, Depressive Symptoms and Social Support on Risk of Low
Birth Weight: A Prospective Study from Southwestern Ethiopia. Plos
One Journal Vol.9 No 5
Watanabe, Hiroko, Kiyoko Kabayema, Takashi Sugiyama. 2009. A
Review of in Adequate and Extencive Weight Gain in Pregnancy.
Current Women‟s Health Reviews, 2009, 5, 186-192
109
Wati, Lisa Kusuma. 2013. Hubungan Antara Pre-eklampsia/Eklampsia
dengan Kejadian BBLR. Di RSUD Dokter Soedarso Pontianak
Tahun 2012
WHO. 2004. Low BirthWeight, Country Regional and Global Estimates.
UNICEF: New York
____. 2006. Iron and Folate Supplementation: Integrated Management
of Pregnancy And Childbirth (IMPAC)
Wisnawathan, dkk. 2008. Outcome of Maternal Weight Ghain. AHRQ
Publication No.08. E-009.
_____. 2011. Guidelines on Optimal feeding of Low Birthweight Infants
in Low-and Middle-Income Countries. Diakses pada tanggal 02
Februari
2015
dari
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/infant_fe
eding_low_bw/en/
_____. 2012. Health at a Glance: Asia/Pacific 2012. Diakses pada
tanggal 02 Februari 2015 dari http://www.oecd-ilibrary.org/socialissues-migration-health/health-at-a-glance-asia-pacific-2012/lowbirthweight_9789264183902-17-en
Winter, Ingeborg Ims. 2013. Maternal Anthopometry as a Predictor of
Birth Weight. Faculty of Medicine: University of Oslo
110
LAMPIRAN
1.
Kuesioner
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR
RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA
TANGERANG SELATAN TAHUN 2013-2015
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya, Lailatul Maghfiroh mahasiswa semester 8 Peminatan Epidemiologi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam melakukan penelitian terkait “Pertambahan Berat Badan Ibu
Hamil dan Kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) di Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015” memohon kesediaan Ibu menjadi
partisipan dalam penelitian ini. Adapun pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat sangat
pribadi dan sensitif sehingga mungkin dapat mengganggu kenyamanan dan privasi Anda.
Semua informasi yang Ibu berikan terjamin kerahasiannya. Kejujuran Ibu dalam menjawab
setiap pertanyaan sangat diharapkan demi kevalidan dan kebenaran data.
Setelah Ibu membaca maksud dan tahapan penelitian di atas, maka saya mohon
untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini sebagai persetujuan.
Demikian lembar persetujuan ini saya buat. Atas perhatian dan kerjasama Ibu, saya
ucapkan terimakasih.
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah
disediakan dibawah ini dengan sadar tanpa paksaan.
__________,
2015
(.........................................)
BACALAH PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
111
IR. IDENTITAS PARTISIPAN
Identitas partisipan diperlukan untuk menghindari pemberian kuesioner pada orang yang sama dan
untuk mengkonfirmasi ketika ada pertanyaan yang belum dijawab atau ada jawaban partisipan yang
kurang jelas.
IR1 Wilayah Puskesmas
IR2 Nama Ibu
IR3 Nama Anak
IR3 No Telp/HP (Mohon diisi)
IR4 Usia Ibu (saat persalinan di tahun 2013________tahun
2015)
IR5 Jumlah anggota dalam keluarga
_____ jiwa
IR6 Alamat sekarang (sesuai tempat tinggal)
BERIKAN TANDA SILANG (X) PADA PILIHAN JAWABAN ANDA.
IR7
Pendidikan terakhir ibu
IR8
Pendidikan terakhir suami
IR9
Pekerjaan ibu
IR10 Perkerjaan Ayah (suami)
0.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
0.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Akademi (Diploma)
Tamat Perguruan Tinggi S1/S2/S3
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Akademi (Diploma)
Tamat Perguruan Tinggi S1/S2/S3
0. Tidak bekerja
1. Buruh
2. Wiraswasta/
Pedagang/
pelayan Jasa
3. PNS
4. Pegawai BUMN/SWASTA
5. Lainnya
.........................(sebutkan)
0. Tidak bekerja
1. Buruh
2. Wiraswasta/
Pedagang/
pelayan Jasa
3. PNS
4. Pegawai BUMN/SWASTA
5. Tidak berlaku (meninggal, dll.)
Lainnya
Diisi
Petugas
[
]
[
]
[
]
[
]
112
.......................................(sebutkan)
IR11 Jumlah paritas (jumlah kelahiran yang Anda
alami)
IR12 Berat bayi lahir anak (pada tahun 2013-2015)
IR13 Berapa jarak kehamilan Anda antara
kehamilan anak terakhir dengan kehamilan
pada tahun 2013-2015
_____ Anak
[
]
____gram
[
]
[
]
____kg
_____ cm
[
[
]
]
Trimester I (0-12 mg)______kg
Trimester II (13-27 mg) ______kg
Trimester III (28-40 mg)______kg
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
_____tahun
A. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
A1
A2
A3
Berat badan sebelum hamil
Tinggi badan
Kategori IMT (Indeks Massa Tubuh)
Pertambahan berat badan selama hamil
B. Status Anemia
B1
Riwayat anemia selama masa kehamilan
tahun 2013-2015
B2
Berapa Hb terakhir Ibu selama masa
kehamilan pada saat dilakukan pemeriksaan
oleh petugas pelayanan kesehatan
0. Ada
1. Tidak
____Hb
C. Kepatuhan konsumsi Tablet Fe
C1
C2
Selama kehamilan di tahun 2013-2015,
apakah Ibu mengkonsumsi pil zat besi / tablet
penambah darah
Selama kehamilan di tahun 2013-2015,
berapa jumlah tablet Fe yang ibu konsumsi
0. Iya
1. Tidak
______ Tablet
D. Penyakit Penyerta Selama Masa Kehamilan
D1
Penyakit penyerta yang dialami Ibu selama
masa kehamilan di tahun 2013-2015
berdasarkan diagnosa petugas kesehatan
D2
Jenis penyakit yang Ibu alami
E. Kunjungan Antenatal Care (ANC)
E1
Selama hamil, berapa kali Ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan ke pelayanan
kesehatan
0. Ada
1. Tidak ada (Lanjut ke D)
................
Trimester 1________Kali
Trimester 2________Kali
Trimester 3________Kali
113
2. Hasil SPSS
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Tambah_BB_Semua *
Berat_BAYILAHIR
Tambah_BB_Trimester1 *
Berat_BAYILAHIR
Tambah_BB_Trimester2 *
Berat_BAYILAHIR
Tambah_BB_Trimester3 *
Berat_BAYILAHIR
Missing
Percent
N
Percent
Percent
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
Df
a
14.506
18.234
116
3
3
.002
.000
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,32.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Tambah_BB_Trimester3
(normal / kurang)
N
116
Tambah_BB_Trimester3 * Berat_BAYILAHIR
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Total
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
114
Tambah_BB_Trimester2 * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Tambah_BB_Trimester2
Normal
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Kurang
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Lebih
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
BBLR
Total
37
13
50
46.8%
35.1%
43.1%
29
24
53
36.7%
64.9%
45.7%
13
0
13
16.5%
.0%
11.2%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
a
11.261
14.945
116
2
2
.004
.001
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4,15.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Tambah_BB_Trimester2
(normal / kurang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Tambah_BB_Trimester1 * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Tambah_BB_Trimester1
Normal
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Kurang
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Lebih
Count
% within Berat_BAYILAHIR
BBLR
Total
39
15
54
49.4%
40.5%
46.6%
39
22
61
49.4%
59.5%
52.6%
1
0
1
1.3%
.0%
.9%
115
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
1.378
1.678
116
2
2
.502
.432
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,32.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Tambah_BB_Trimester1
(normal / kurang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Tambah_BB_Semua * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Tambah_BB_Semua
Normal
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Kurang
Count
% within Berat_BAYILAHIR
lebih
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
a
12.605
14.771
116
2
2
.002
.001
BBLR
Total
39
9
48
49.4%
24.3%
41.4%
33
28
61
41.8%
75.7%
52.6%
7
0
7
8.9%
.0%
6.0%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
116
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
Df
a
Pearson Chi-Square
12.605
2
.002
Likelihood Ratio
14.771
2
.001
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,23.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for
Tambah_BB_Semua
(Normal / Kurang)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Usia_Ibu_Melahirkan *
Berat_BAYILAHIR
Pend_Ibu *
Berat_BAYILAHIR
Pend_Suami *
Berat_BAYILAHIR
Pker_Ibu *
Berat_BAYILAHIR
Pker_Suami *
Berat_BAYILAHIR
Jmlh_Paritas *
Berat_BAYILAHIR
Jarak_kehamilan *
Berat_BAYILAHIR
Stat_Anemia *
Berat_BAYILAHIR
Patuh_Fe *
Berat_BAYILAHIR
Riwayat_Penyakit *
Berat_BAYILAHIR
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
80
69.0%
36
31.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
116
100.0%
0
.0%
116
100.0%
117
Riwayat_Penyakit * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Riwayat_Penyakit
tdk ada
Count
% within Berat_BAYILAHIR
ada
27
99
91.1%
73.0%
85.3%
7
10
17
8.9%
27.0%
14.7%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
% within Berat_BAYILAHIR
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
72
Count
Total
bblr
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
b
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
a
6.649
5.276
6.199
1
1
1
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.010
.022
.013
.021
6.591
116
1
.013
.010
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,42.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
Riwayat_Penyakit (tdk ada /
ada)
For cohort Berat_BAYILAHIR
= normal
For cohort Berat_BAYILAHIR
= bblr
N of Valid Cases
Lower
Upper
3.810
1.317
11.021
1.766
.988
3.157
.464
.278
.773
116
Patuh_Fe * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Patuh_Fe
patuh
Count
% within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
42
16
58
53.2%
43.2%
50.0%
118
tdk patuh
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
37
21
58
46.8%
56.8%
50.0%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
b
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
.992
.635
.994
a
1
1
1
.319
.426
.319
.984
116
1
.321
Exact Sig. (1sided)
.426
.213
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Patuh_Fe
(patuh / tdk patuh)
For cohort Berat_BAYILAHIR
= normal
For cohort Berat_BAYILAHIR
= bblr
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.490
.679
3.271
1.135
.883
1.458
.762
.444
1.306
116
Stat_Anemia * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Stat_Anemia
tdk anemia
Count
% within Berat_BAYILAHIR
anemia
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
56
22
78
70.9%
59.5%
67.2%
23
15
38
29.1%
40.5%
32.8%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
119
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
b
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
1.494
1.020
1.469
a
1
1
1
.222
.313
.226
1.481
116
1
.224
Exact Sig. (1sided)
.289
.156
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,12.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Stat_Anemia
(tdk anemia / anemia)
For cohort Berat_BAYILAHIR
= normal
For cohort Berat_BAYILAHIR
= bblr
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.660
.734
3.755
1.186
.886
1.588
.715
.421
1.213
116
Jarak_kehamilan * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Jarak_kehamilan
>= 2 tahun
Count
% within Berat_BAYILAHIR
< 2 tahun
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
52
22
74
92.9%
91.7%
92.5%
4
2
6
7.1%
8.3%
7.5%
56
24
80
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
b
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
Asymp. Sig. (2sided)
df
.034
.000
.034
a
1
1
1
.853
1.000
.854
.034
1
.854
Exact Sig. (2sided)
1.000
Exact Sig. (1sided)
.587
120
N of Valid Cases
b
80
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,80.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
Jarak_kehamilan (>= 2 tahun
/ < 2 tahun)
For cohort Berat_BAYILAHIR
= normal
For cohort Berat_BAYILAHIR
= bblr
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.182
.201
6.932
1.054
.587
1.892
.892
.273
2.916
80
Jmlh_Paritas * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Jmlh_Paritas
primipara
Count
13
38
31.6%
35.1%
32.8%
51
22
73
64.6%
59.5%
62.9%
3
2
5
3.8%
5.4%
4.3%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within Berat_BAYILAHIR
>3
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
.349
.343
.031
116
Total
25
% within Berat_BAYILAHIR
multipara
bblr
2
2
1
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,59.
.840
.842
.861
121
Pend_Ibu * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Pend_Ibu
>9 tahun
Count
27
84
72.2%
73.0%
72.4%
15
7
22
19.0%
18.9%
19.0%
7
3
10
8.9%
8.1%
8.6%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within Berat_BAYILAHIR
<9 tahun
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
57
% within Berat_BAYILAHIR
wajib 9 tahun
bblr
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
df
.019
.019
.015
116
2
2
1
.991
.990
.901
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,19.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Pend_Ibu (>9
tahun / wajib 9 tahun)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Usia_Ibu_Melahirkan * Berat_BAYILAHIR
Crosstab
Berat_BAYILAHIR
normal
Usia_Ibu_Melahirkan
usia tdk risti
Count
% within Berat_BAYILAHIR
usia risti
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
67
30
97
84.8%
81.1%
83.6%
12
7
19
15.2%
18.9%
16.4%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
122
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
Pearson Chi-Square
b
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
.256
.056
.251
1
1
1
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.613
.813
.617
.601
.254
116
1
.399
.615
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
Usia_Ibu_Melahirkan (usia
tdk risti / usia risti)
For cohort Berat_BAYILAHIR
= normal
For cohort Berat_BAYILAHIR
= bblr
N of Valid Cases
Lower
Upper
1.303
.467
3.637
1.094
.757
1.581
.839
.434
1.624
116
ANC_Kategorik * Berat_BAYILAHIR Crosstabulation
Berat_BAYILAHIR
normal
ANC_Kategorik
kurang = <10 kontrol, <9
kasus
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Baik >=10 kontrol, >=9 kasus Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
14
12
26
17.7%
32.4%
22.4%
65
25
90
82.3%
67.6%
77.6%
79
37
116
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
b
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
a
3.136
2.347
3.011
1
1
1
.077
.126
.083
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
123
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
.096
3.109
116
1
.065
.078
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
ANC_Kategorik (kurang =
<10 kontrol, <9 kasus / Baik
>=10 kontrol, >=9 kasus)
For cohort Berat_BAYILAHIR
= normal
For cohort Berat_BAYILAHIR
= bblr
N of Valid Cases
Lower
Upper
.449
.183
1.102
.746
.511
1.088
1.662
.976
2.829
116
Crosstabs
Tambah_BB_Semua * Berat_BAYILAHIR Crosstabulation
Berat_BAYILAHIR
normal
Tambah_BB_Semua
normal
Count
% within Berat_BAYILAHIR
kurang
Count
% within Berat_BAYILAHIR
Total
Count
% within Berat_BAYILAHIR
bblr
Total
39
9
48
54.2%
24.3%
44.0%
33
28
61
45.8%
75.7%
56.0%
72
37
109
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
b
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2sided)
Df
8.832
7.663
9.185
a
1
1
1
.003
.006
.002
8.751
109
1
.003
Exact Sig. (2sided)
.004
Exact Sig. (1sided)
.002
124
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,29.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for
Tambah_BB_Semua (normal
/ kurang)
For cohort Berat_BAYILAHIR
= normal
For cohort Berat_BAYILAHIR
= bblr
N of Valid Cases
Lower
Upper
3.677
1.521
8.887
1.502
1.149
1.964
.408
.213
.782
109
Logistic Regression
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1
Df
Sig.
Step
16.262
2
.000
Block
16.262
2
.000
Model
16.262
2
.000
Model Summary
Step
1
-2 Log likelihood
123.404
Cox & Snell R
Square
a
Nagelkerke R
Square
.139
.192
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a
Predicted
Berat_BAYILAHIR
Observed
Step 1
Berat_BAYILAHIR
Overall Percentage
a. The cut value is ,500
normal
Percentage
Correct
bblr
Normal
69
3
95.8
Bblr
31
6
16.2
68.8
125
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B
Ste Tambah_BB_Semua
p
a
1 Riwayat_Penyakit
Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
1.405
.475
8.749
1
.003
4.076
1.606
10.341
1.563
.606
6.641
1
.010
4.772
1.454
15.665
-1.786
.414
18.574
1
.000
.168
a. Variable(s) entered on step 1: Tambah_BB_Semua, Riwayat_Penyakit.
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B
S Tambah_BB_Trimester1
t
Riwayat_Penyakit
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
.464
.420
1.223
1
.269
1.591
.699
3.621
1.373
.549
6.257
1
.012
3.947
1.346
11.576
-1.230
.337
13.314
1
.000
.292
e
p
Constant
1
a
a. Variable(s) entered on step 1: Tambah_BB_Trimester1, Riwayat_Penyakit.
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B
S Tambah_BB_Trimester2
t
Riwayat_Penyakit
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1
Upper
.835
.439
3.619
1
.057
2.305
.975
5.450
1.485
.606
6.001
1
.014
4.416
1.346
14.489
-1.267
.347
13.295
1
.000
.282
e
p
Lower
Constant
a
a. Variable(s) entered on step 1: Tambah_BB_Trimester2, Riwayat_Penyakit.
126
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B
S Tambah_BB_Trimester3
t
Riwayat_Penyakit
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
1
Upper
.985
.438
5.058
1
.025
2.678
1.135
6.320
1.446
.611
5.606
1
.018
4.245
1.283
14.046
-1.238
.314
15.520
1
.000
.290
e
p
Lower
Constant
a
a. Variable(s) entered on step 1: Tambah_BB_Trimester3, Riwayat_Penyakit.
Download