Faktor-faktor Penyebab STUNTING pada Anak Usia Dini Yayasan Rumah Komunitas Krea f 2018 i Faktor-faktor Penyebab Stunting pada Anak Usia Dini Penulis : ISBN : Editor : Desain & Tata letak : Penerbit : Budi Setiawan 9786025193125 Ella Yulaelawati Rulnaidi Yayasan Rumah Komunitas Kreatif Jl. Rawa Indah I Rt 002 Rw 010 No. 7 Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondok Gede, Bekasi Selatan, Kota Bekasi 28 hlm +foto+ilustrasi; 20 x 20 cm Cetakan pertama, April 2018 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta utuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. ii Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Daftar Isi Kata Sambutan ............................................ Kata Pengantar ............................................ Pendahuluan ............................................... Penger an Stun ng .................................... Penyebab Stun ng ...................................... Pengaruh Buruk Stun ng ............................ Kerangka Intervensi Stun ng di Indonesia .. Masalah dan Tantangan .............................. Kesimpulan .................................................. 1 2 3 3 6 11 14 21 27 Kata Sambutan Buku-buku acuan pelaksanaan peningkatan layanan pembinaan profesional pada ngkat Pusat Kegiatan Gugus PAUD (PKG) disusun untuk digunakan pada kegiatan pela han dan pendampingan gugus PAUD. Buku-buku ini disusun secara sederhana, menarik, dan aplika f disertai contoh-contoh agar dapat dipahami, dilaksanakan, dan dijadikan rujukan oleh tutor pemandu dan guru pemandu serta pemangku kepen ngan lainnya. Penyusunan buku ini mengacu pada Kurikulum 2013 PAUD, Standar PAUD, dan peraturan lain yang terkait. Buku-buku acuan terdiri atas: (1) Mekanisme Pelayanan/Bantuan Profesional Guru PAUD; (2) Andragogi, Panduan Pendidikan Orang Dewasa; (3) Posi ve Paren ng; (4) Faktor-faktor Penyebab Stun ng pada Anak Usia Dini. Kami ucapkan selamat kepada penyusun, penelaah, penyun ng dan semua pihak yang telah bekerja keras menyelesaikan buku-buku acuan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senan asa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA kepada kita semua dan dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan pendidikan anak usia dini. Jakarta, Februari 2018 Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini R. Ella Yulaelawa R., M.A., Ph.D NIP 195804091984022001 1 Kata Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini sudah selayaknya menjadi fokus dalam pembangunan manusia secara utuh mulai dari ja diri, karakter, dan tentu saja kapasitas mental, moral dan nalar seseorang. Sejak usia dini anak perlu didampingi kebutuhannya melalui pengasuhan dan perawatan yang memadai. Pengasuhan yang baik adalah mutlak diperlukan di satuan pendidikan anak usia dini (PAUD). Dengan demikian satuan PAUD dak terjebak dalam pengalihan keilmuan kogni f tetapi menyediakan pola asuh yang kondusif dalam membesarkan anak-anak dengan kasih sayang. Tentu saja hal ini memerlukan guru PAUD yang berkualitas yaitu seorang guru yang mampu “bekerja” dengan anak-anak bukan guru yang menumpahkan pengetahuan. Untuk itu guru memerlukan bantuan profesional agar setelah dila h mampu melaksanakannya di lembaga PAUD. Ia dak akan kembali ke cara mengajarnya semula. Oleh karena itu saya menyambut baik penerbitan buku: (1) Mekanisme Pelayanan/Bantuan Profesional Guru PAUD; (2) Andragogi; (3) Paren ng; dan (4) Faktor-faktor Penyebab Utama Stun ng pada Anak Usia Dini. Semoga buku-buku ini bermanfaat bagi guru PAUD dan para pembinanya dan tentu saja bermanfaat bagi anak-anak usia dini karena memperoleh pengasuhan dan simulasi pendidikan yang berar . Bekasi, Februari 2018 Ketua Yayasan Rumah Komunitas Krea f Ir. Anita Permanasari., SE., MM. 2 PENDAHULUAN Guru PAUD perlu mencerma perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini termasuk kecukupan berat badan maupun nggi badannya sesuai dengan umurnya. Guru perlu menyadari bahwa anak yang nggi badan lebih rendah dari seharusnya, mengindikasikan adanya permasalahan gizi. Permasalahan gizi dapat berdampak terhadap kesehatan serta tumbuh kembang anak selanjutnya. Kerdil (stun ng) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bawah lima Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perha an khusus karena menjadi penentu ngkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produk vitas seseorang di masa depan. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stun ng yang cukup nggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Situasi ini jika dak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia bbaik a yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan ke e dan ke mpangan. PENGERTIAN STUNTING PE P St ng adalah kondisi seorang anak yang lebih Stun ppendek e dibanding anak tumbuh normal yang seumur. se e Hal ini merupakan salah satu bentuk ggangguan a pertumbuhan masa bayi dan anak. Juga Ju u merupakan pertanda telah terjadi gangguan kekurangan ke e gizi kronik (waktu lama) yang berpengaruh bbe buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan ppe anak. S Stun St ng adalah kondisi gagal tumbuh pada aanak n balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dda dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu ppendek e untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi 3 1 DARI 3 ANAK ADALAH STUNTING Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stun ng (Riset Kesehatan Dasar/ Riskesdas 2013). Indonesia adalah negara dengan prevalensi stun ng kelima terbesar di dunia . Balita atau Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stun ng akan memiliki ngkat kecerdasan dak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya ngkat produk vitas. Pada gilirannya stun ng akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ke mpangan. sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stun ng baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau nggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Mul centre Growth Reference Study) 2006. Batas minimal nggi Badan (TB) dalam cen meter (cm) untuk dak stun ng dan batas minimal berat badan (BB) dalam kilogram (kg) untuk dak gizi kurang (underweight) bagi anak umur 12 – 60 bulan. Definisi stun ng menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita stunted apabila nilai z-scorenya kurang dari-2SD (standar deviasi) dan severely stunted apabila kurang dari – 3SD . • Kondisi stun ng disebabkan oleh asupan gizi anak yang dak tercukupi. Biasanya sudah terjadi sejak masih dalam kandungan, ke ka Ibu hamil kurang mendapat asupan gizi yang berkualitas. Stun ng terutama disebabkan kekurangan gizi dan gangguan kesehatan jangka panjang sebelum lahir, dan/atau setelah lahir. Pengaruh faktor gene k dalam kejadian stun ng hanya berperan sekitar 20-30%. Anak perlu makanan dan gizi yang tepat untuk mencapai potensi seutuhnya. 4 • Kondisi stun ng bisa juga terjadi ke ka asupan gizi saat kurang baik saat anak masih di bawah dua tahun. Oleh karena itu asupan gizi yang baik sejak masa dalam kandungan ditambah dua tahun pertama atau 1000 hari pertama anak sangat pen ng. • Bila pemberian air susu ibu (ASI) dak lancar dan makanan pendamping ASI (MPASI) kurang berkualitas dapat menyebabkan stun ng. Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Bayi Lahir Stunting Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013 5 PENYEBAB STUNTING Stun ng disebabkan oleh faktor mul dimensi dan dak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stun ng oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Beberapa faktor yang menjadi penyebab stun ng dapat digambarkan sebagai berikut (Kemenkes & Bank Dunia 2017): 1. Praktek pengasuhan yang kurang baik. 2. Masih terbatasnya BAYI BERAT layanan kesehatan BADAN RENDAH termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. 3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi. 4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. 6 Siklus Kejadian Stunting ANAK STUNTING SIKLUS KEJADIAN STUNTING IBU GIZI SALAH ANAK PEREMPUAN GIZI SALAH Dampak Buruk Kejadian Stunting pada Generasi Masa Depan Stunting cermin gangguan tumbuh kembang yang kronik Produktifitas rendah, menurunkan 22% pendapatan Rp Anak stunting rentan obes dan sakit-sakitan Meningkatkan beban keluarga, masyarakat, dan bangsa Anak stunting mengalami gangguan kognitif & belajar 7 Penyebab Terjadinya Stunting di Negara Sedang Berkembang dan Negara Asia Selatan dan Tenggara Sumber : Danaei G 2016 Perbandingan Persentase Anak Balita Stunting Tahun 2007-2013 • Saat ini terdapat 8.9 juta anak balita stun ng di Indonesia Terdapat Keterkaitan antara Persentase Anak Balita Stunting dengan Pendapatan Negara Perkapita • Negara dengan pendapatan perkapita yang lebih rendah cenderung memiliki persentase anak balita stun ng yang nggi. 8 Persentase Anak Balita Stunting per Provinsi Tahun 2007-2013 Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013 Rata-rata Tinggi Badan Anak Indonesia Umur 5-18 tahun dibanding Rujukan (WHO 2007) : 2007-2013 9 Peta Persentase Anak Balita Stunting di Dunia < 10% 10 – 19% Indonesia = 37,2% Myanmar = 35% Vietnam = 23% Thailand = 16% 20 – 29% 30 – 39% >40% dak ada data • Tahun 2013 terdapat 162 juta anak balita stun ng di dunia (2013) • Indonesia negara kelima terbesar bermasalah stun ng 10 PENGARUH BURUK STUNTING • Stun ng menunjukkan telah terjadi gangguan jumlah, kualitas dan kerusakan sel, jaringan dan organ tubuh (gangguan tumbuh kembang). • Sebagian gangguan jumlah, kualitas dan kerusakan sel, jaringan atau organ yang dak bisa atau sulit diperbaiki. • Berisiko kegemukan dan penimbunan lemak tengah tubuh di kala dewasa. BEBERAPA JENIS GIZI SALAH Stunting (anak terlalu pendek dari usianya) GLOBAL NUTRITION REPORT 2015 Wasting (anak terlalu kurus dari tingginya) Obes (anak terlalu gemuk berat badannya) #NutritionReport 11 Persentase Obesitas pada Remaja dan Dewasa Indonesia % Obes Anak Remaja Laki-laki % Obes Orang Dewasa Perempuan 12 13 14 15 16 37,4 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 17 26,2 38,9 23,3 35,9 29,7 36,5 26,0 36,7 32,8 34,1 40,2 2007 37,7 34,9 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 32,9 23,8 19,7 13,9 Perempuan 18 2013 Laki-laki Riskesdas 2007&2013 Obesitas Meningkatkan Risiko Kematian Laki-laki Rasio Kematian 2,5 Penyakit jantung Penyakit pencernaan Penyakit paru-paru 2,0 Penyakit ginjal Kencing manis. 1,5 1,0 0 Resiko moderat Resiko sangat rendah 20 Resiko rendah 25 Resiko moderat 30 Indeks Massa Tubuh (kg/m2) 12 Perempuan Resiko tinggi 35 Resiko sangat tinggi 40 Gangguan kemampuan belajar, mudah infeksi dan sakit, serta pendek usia Terdapat kecenderungan Kematian akibat penyakit menular (PM)menurun dan Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) meningkat Cedera 7% 1990 Cedera 13% 2015 Sumber: Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles • Beban ekonomi meningkat 13 5 PENYAKIT dengan beban biaya rawat inap TERTINGGI adalah PENYAKIT TIDAK MENULUAR • Tanpa intervensi yang berar , beban pengeluaran kesehatan di Indonesia diproyesikan dapat terus meningkat. KERANGKA INTERVENSI STUNTING DI INDONESIA Pada 2010, gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutri on (SUN) diluncurkan dengan prinsip dasar bahwa semua penduduk berhak untuk memperoleh akses ke makanan yang cukup dan bergizi. Pada 2012, Pemerintah Indonesia bergabung dalam gerakan tersebut melalui perancangan dua kerangka besar Intervensi Stun ng. Kerangka Intervensi Stun ng tersebut kemudian diterjemahkan menjadi berbagai macam program yang dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait. Kerangka Intervensi Stun ng yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensi f. Kerangka pertama adalah Intervensi 14 Gizi Spesifik. Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stun ng. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu rela f pendek. Kegiatan yang idealnya dilakukan untuk melaksanakan Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita. Kerangka Intervensi Stun ng yang direncanakan oleh Pemerintah yang kedua adalah Intervensi Gizi Sensi f. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stun ng. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan dak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait Intervensi Gizi Sensi f dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. Ada 12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stun ng melalui Intervensi Gizi Spesifik sebagai berikut: 1. Menyediakan dan memas kan akses terhadap air bersih. 2. Menyediakan dan memas kan akses terhadap sanitasi. 3. Melakukan for fikasi bahan pangan. 4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB). 5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal). 7. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua. 8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal. 9. Memberikan pendidikan gizi masyarakat. 10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja. 11. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin. 12. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi. 15 Upaya Pencegahan melalui Pendekatan Pangan dan Gizi Risiko Penyakit Kronil (DM, PJK, dll) Investasi telat merugikan Sasaran Utama: Pra-hamil, hamil dan balita Investasi lebih dini lebih baik Investasi paling tepat Umur Lentur(plastis) Sulit merespon, tak bisa diperbaiki 16 Upaya Perbaikan Gizi menurut UU 36 tahun 2009 Melalui: 1. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; 2. perbaikan perilaku sadar gizi, ak fitas fisik, dan kesehatan; 3. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan Iptek; dan 4. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Meningkatnya Mutu Gizi perorangan dan masyarakat RPJMN I 2005-2009 RPJMN II 2010-2014 RPJMN III 2015-2019 RPJMN IV 2020-2024 Universal Converage Upaya Kreatif f moti a Upay , Pro entif Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan Prev Pendukung/Penunjang Membumikan Gizi Seimbang dan Gaya Hidup Sehat secara Berkelanjutan 17 Skor Kecerdasan Kontrol energi susu daging Lama pendidikan 18 Minum susu meningkatkan pertumbuhan linear (Tinggi badan) anak, dan mendukung dugaan (hypotheses) bahwa peningkatan konsumsi susu pada abad 19 dan 20 turut berperan dalam peningkatan nggi badan penduduk. Source: de Beer H et al. Econ Hum Biol. 2012 Dairy products and physical stature: a systematic review and meta analysis of controlled trials Pencapaian Tinggi Badan (Inci) Anak Remaja biasa Minum Susu, 2.3 cm lebih tinggi dibanding yang Tidak biasa Minum Susu Sajian per hari Konsumsi susu & pertumbuhan tinggi badan anak perempuan: penelitian kohort prospektif Usia (tahun) 19 20 Masalah dan Tantangan • Saat hamil, 43% ibu makan <3x/hari dan 35% Bumil mengonsumsi kurang dari jumlah yang biasa dimakan. • Banyak Bumil yang menghindari pangan hewani karena khawa r dak bersih/amis dan sulit melahirkan. • 61% anak hanya makan pangan pokok dan sayur; 40% anak makan <3x/hari dan dak biasa sarapan Studi oleh IMAWH dan NHUI (2014) pada 2100 Bu baduta dan 1050 Bumil di 6 provinsi (Sumsel, Kalbar, Kalteng, Jabar, Jatim, NTB, Gorontalo & Sulut, Sulbar dan Maluku) Sesuai Siklus Hidup dengan Pendekatan Keluarga, Sekolah & Komunitas 4 Sendok Makan Batasi Gula, Garam dan Minyak 1 Sendok Teh Gula 5 Sendok Makan Garam Minyak + Minum Air Pu h 8 Gelas 2-4 Porsi Pen ng Memenuhi Pangan Hewani, Buah, dan Sayur (PBS) dalam Piring Makanku 3-4 Porsi 2-3 Porsi 3-4 Porsi Lauk Pauk Buah Cuci tangan sebelum makan Makanan Pokok Air pu h Memantau Berat Badan Mencuci Tangan Sayuran Menyapu Bermain Sepakbola Batasi gula, garam dan minyak Bersepeda Berjalan Senam PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN 21 Pengertian Gizi Seimbang 22 Perbandingan Empat Sehat Lima Sempurna dengan Gizi Seimbang 4 Sendok Makan Batasi Gula, Garam dan Minyak 1 Sendok Teh Gula 5 Sendok Makan Garam Minyak + Minum Air Pu h 8 Gelas 2-4 Porsi 3-4 Porsi 2-3 Porsi 3-4 Porsi Memantau Berat Badan Mencuci Tangan Menyapu Bermain Sepakbola Bersepeda Berjalan Lauk Pauk Buah Cuci tan ngan sebelum makan Makanan Pokok Senam Air pu h Sayuran Batasi gula, garam dan min nyak PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN 23 Bagaimana Mencegahnya:Pendekatan Non Gizi Kehamilan Tidak Direncanakan dan Ibu Depresi setelah Melahirkan Meningkatkan Kejadian Stunting Untuk mencegah meningkatnya resiko stun ng, perlu dihindari: 1. Berulang kejadian diare 2. Sanitasi lingkungan yang buruk 3. Kehamilan dak direncanakan 4. Ibu depresi setelah melahirkan Faktor Sukses Penurunan Stun ng (Danaei G 2016) 1. Pendidikandan konseling gizi 2. Promosi dan pemantauan pertumbuhan balita 3. Imunisasi 4. Air dan sanitasi 5. Jaring pengaman sosial 6. Komitmen poli k. 7. Kerjasama mul sektor, Par sipasi masyarakat, Pelayanan berbasis masyarakat. 8. Tingginya cakupan dan kepatuhan. 24 Pantau Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB) Anak Laki-laki dan Anak Perempuan Persentase Rumahtangga Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) per provinsi Tahun 2013 25 Pernyataan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional tanggal 28 Februari 2017 di Hotel Bidakara Jakarta “Saya sampaikan kepada Menkes. Nggak! Saya ndak bisa menerima hal-hal ini (gizi buruk) ada di negara kita.“ “Jangan sampai ada lagi yang namanya gizi buruk, Ndak! Memalukan kalau masih ada. Ini yang harus diselesaikan.” “Saat ini kita (Indonesia) berada sebagai negara dengan pendapatan menengah. Seharusnya ini (kasus gizi buruk) adalah masa lalu kita. Kenapa masih ada, karena kita dak fokus” 26 KESIMPULAN • Pencegahan stun ng dapat dilakukan melalui pendekatan gizi dan non gizi. • Pen ngnya perbaikan gizi dan kesehatan remaja, calon pengan n, Bumil dan Bunifas, serta anak balita termasuk bagi anak PAUD • Perlu penguatan dan perluasan cakupan program gizi sensi f terkait stun ng (air, pangan, sanitasi, pendidikan, infrastuktur akses pelayanan & ekonomi) 27 KERUGIAN AKIBAT STUNTING KEMATIAN ANAK anak stun ng 4x beresiko meninggal dunia 28 NILAI IQ PENDAPATAN anak stun ng bisa turun sampai 11 poin di usia dewasa pendapatannya 22% lebih rendah EKONOMI Negara akan kehilangan sampai 16% PDB seper ETHIOPIA 29 YAYASAN RUMAH KOMUNITAS KREATIF Sekretariat: Jl. Rawa Indah I No. 7, Rt. 002 Rw. 010, Jaticempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi. 30