PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONALISME

advertisement
PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONALISME
GURU KEAHLIAN JASA BOGA SMK NEGERI 1 PAINAN
INTAN RAHMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode September 2013
1
2
PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONALISME
GURU KEAHLIAN JASA BOGA SMK NEGERI 1 PAINAN
Intan Rahmawati1, Liswarti Yusuf, Wirnelis Syarif2
Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
FT Universitas Negeri Padang
email: [email protected]
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi profesionalisme guru keahlian jasa
boga SMK Negeri 1 Painan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 90 orang yaitu siswa kelas X,
XI dan XII SMK Negeri 1 Painan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa: 35% responden memiliki persepsi bahwa penguasaan materi guru cukup
baik, 33% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan proses belajar
mengajar guru cukup baik, 42% responden memiliki persepsi bahwa menyatakan
pengelolaan kelas dan workshop guru cukup baik, 43% responden memiliki
persepsi bahwa penggunaan media belajar guru baik, 45% responden memiliki
persepsi bahwa pengelolaan interaksi belajar mengajar guru baik, dan 43%
responden memiliki persepsi bahwa pengevaluasian prestasi belajar mengajar
guru baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan 43%
responden menyatakan persepsi siswa terhadap kompetensi profesionalisme guru
berada dalam kategori Cukup Baik.
Kata kunci: persepsi, kompetensi profesionalisme guru
Abstract
The purpose of this for study was to identify and describe how students
perceptionts of teacher professional competence skills catering services SMK
Negeri 1 Painan. This resereach is quantitative descriptive. The populations
consist 0f 90 people namely grate students X, XI, and XII SMK Negeri 1 Painan.
Based on the result of this study concluded that: 35% of respondents had the
perception that the teacher is good mastery of the material, 33% of respondents
had the perception that the teacher is good management of teaching and learning,
42% of respondents had the perception that the teacher is good classroom
management and workshop, 43% of respondents had the perception that the
teacher use of media to learn good teacher, 45% of respondents had the perception
that the teacher the management of teaching and learnings interactions, and 43%
of respondents had the perception that the teacher is good evaluation of learning
achievement. The result showed that overall 43% of respondents students
perceptions of teacher professional competence is very good category.
Keywords: perception, teacher professional competence
1
2
Prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga untuk wisuda periode September 2013
Dosen Jurusan Kesejahteraan Keluarga FT-UNP
1
2
A. Pendahuluan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan
yang bertanggung jawab dalam mencetak dan menghasilkan sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan akademis sesuai dengan kompetensi
keahliannya masing-masing. Siswa-siswi SMK mempelajari teori dan
melakukan praktek kejuruan, sehingga setelah mereka lulus nanti mempunyai
pengalaman yang cukup untuk langsung memasuki dunia kerja.
Adapun tujuan pendidikan SMK menurut Depdikbud (1999:102) adalah
”menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta bersikap
profesional, mampu memilih karier,berkompetisi mengembangkan diri dan
menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan
kreatif”.
Selain itu, Mulyasa (2006:91) menyatakan ”Pendidikan Menegah
Kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya”. Pendapat Mulyasa
tersebut didukung oleh Depdiknas (2005:27) yang menyatakan bahwa
”pendidikan
kejuruan
bertujuan
untuk
meningkatkan
kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya”.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kemauan, ketekunan, dan keuletan
siswa sesbagai objek pendidikan, ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana
terutama bagi sekolah kejuruan seperti labor atau workshop dan media
3
pembelajaran serta guru yang memiliki kompetensi keguruan yang baik
sebagai pengayom, pendidik, teladan dan tuntutan bagi siswa di sekolah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang
guru dalam luk.saff.ugm.ac.id dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Guru
dan Dosen dinyatakan bahwasannya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
1. Kompetensi Pribadi.
2. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan.
3. Kompetensi Pedagogik.
4. Kompetensi Profesionalisme.
Kompetensi profesional guru adalah kompetensi atau kemampuan yang
berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi
profesionalisme adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan
dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan
kompetensi yang sangat penting, karena langsung berhubungan dengan
kinerja yang ditampilkan.
Dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, SMK
Negeri 1 Painan sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang
termasuk kelompok Bisnis Manajemen dan Pariwisata di Kabupaten Pesisir
Selatan telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap,
seperti workshop atau labor tempat praktek dan ketersediaan media
pembelajaran untuk menyampaikan informasi atau materi ajar kepada siswa
seperti proyektor infocus dan model.
4
Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Program
Praktek Lapangan Kependidikan (PPLK) di SMK Negeri 1 Painan pada
Semester Januari-Juni 2012, terdapat beberapa gejala pembelajaran yang
kurang memenuhi standar kompetensi guru. Mulai dari mempersiapkan
peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem
pendidikan secara efektif dan efisien. Antara lain, beberapa guru tidak
membawa RPP sebagai kelengkapan mengajar ketika mengajar di kelas,
metode belajar mengajar yang monoton, dalam proses belajar mengajar
kurang memanfaatkan fasilitas pembelajaran seperti media pembelajaran yang
tersedia. Dalam pengelolaan interaksi belajar mengajar, guru kurang
mengamati kegiatan belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar
menjadi kurang efektif dan kurang menarik bagi siswa. Hal ini mengakibatkan
siswa menjadi bosan, meribut di dalam kelas atau workshop dan tidak serius
dalam mengikuti pelajaran, sehingga interaksi dalam proses belajar mengajar
sulit untuk dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Mengetahui dan
mendeskripsikan persepsi siswa terhadap pengevaluasian prestasi belajar yang
dilakukan oleh guru Keahlian Jasa Boga SMK Negeri 1 Painan.
B. MetodePenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa Program Keahlian
Jasa Boga kelas X, XI dan XII SMK N 1 Painan yang berjumlah 90 orang.
Teknik pengambilan sampel adalah proposional random sampling. Jumlah
5
sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 60 sampel (66% dari jumlah
populasi).
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat langsung dari
responden dengan cara menyebarkan angket. Data sekunder dalam penelitian
ini adalah data berupa jumlah siswa diperoleh dari bagian kesiswaan SMK
Negeri 1 Painan. Teknik pengumpulan data adalah dengan menyebarkan
kuesioner (angket).
Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Memeriksa semua angket yang telah diisi oleh siswa Keahlian Jasa Boga
SMK Negeri 1 Painan.
2. Membuat tabel persiapan untuk tabulasi data.
3. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang diberikan.
4. Menghitung persentase jawaban menurut Sutrisno Hadi (1998) dengan
rumus:
𝑃=
𝑓
x 100%
𝑁
Keterangan:
P = Persentase yang di cari
f = Frekuensi jumlah skor
N = Total jumlah responden
5. Mengkategorikan persepsi siswa Keahlian Jasa Boga terhadap kompetensi
mengajar guru mata pelajaran Keahlian Jasa boga SMK Negeri 1 Painan.
6
Untuk
melihat
Persepsi
Siswa
terhadap
Kompetensi
Profesionalisme Guru Keahlian Jasa Boga SMK Negeri 1 Painan,
dengan mengklasifikasikan skor ke dalam 5 kategori untuk melihat tingkat
pencapaian responden. Teknik klasifikasi yang digunakan menurut
Arikunto (2006:201) yaitu:
1. Kategori sangat baik
: (Mi + 1,5 Sdi) – Keatas
2. Kategori baik
: (Mi + 0,5 Sdi) – (Mi + 1,5 Sdi)
3. Kategori cukup
: (Mi – 0,5 Sdi) – (Mi +0,5 Sdi)
4. Kategori buruk
: (Mi – 1,5 Sdi) – (Mi – 0,5 Sdi)
5. Kategori sangat buruk
: (Mi – 1,5 Sdi) – Kebawah
6. Analisis Deskriptif Untuk Tingkat Capaian Responden (TCR)
Untuk nilai TCR Dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Sugiyono, 2010-74):
Ket:
TCR = Tingkat capaian responden
Rs = Rata-rata skor jawaban responden
n
= Nilai skor jawaban
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Data Deskriptif
a. Penguasaan Materi
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor
indikator ini seperti pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 5. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator
Penguasaan Materi
Kategori
Rentang
Jumlah Responden Persentase
Sangat Baik
> 28
0
0%
Baik
25 – 28
20
33%
Cukup Baik
21 – 25
21
35%
Kurang Baik
18 – 21
14
23%
Tidak Baik
< 18
5
8%
Total
60
100%
7
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hamper separuh (35%)
responden memiliki jawaban dalam kategori Cukup Baik,
b. Pengelolaan Proses Belaja Mengajar (PBM)
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor
indikator ini seperti pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator
Pengelolaan PBM
Kategori
Rentang
Jumlah Responden Persentase
Sangat Baik
> 27
3
5%
Baik
25 - 27
18
30%
Cukup Baik
22 - 25
20
33%
Kurang Baik
19 - 22
15
25%
Tidak Baik
< 19
4
7%
Total
60
100%
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hamper separuh (33%)
responden memiliki jawaban dalam kategori cukup baik
c. Pengelolaan Kelas Workshop
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor
indikator ini seperti pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator
Pengelolaan Kelas Workshop
Kategori
Rentang
Jumlah Responden Persentase
Sangat Baik
> 37
2
3%
Baik
34 - 37
19
32%
Cukup Baik
30 - 34
25
42%
Kurang Baik
27 - 30
10
17%
Tidak Baik
< 27
4
7%
Total
60
100%
Pada tabel dapat dilihat bahwa hamper separuh (42%) responden
memiliki jawaban dalam kategori Cukup Baik.
8
d. Penggunaan Media
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor
indikator ini seperti pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator
Penggunaan Media
Kategori
Rentang
Jumlah Responden Persentase
Sangat Baik
> 19
1
2%
Baik
16 - 19
26
43%
Cukup Baik
13 - 16
19
32%
Kurang Baik
10 - 13
13
22%
Tidak Baik
< 10
1
2%
Total
60
100%
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hamper separuh (43%)
responden memiliki jawaban dalam kategori Baik..
e. Pengelolaan Interaksi Proses Belajar Mengajar (PBM)
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor
indikator ini seperti pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator
Pengelolaan Interaksi PBM
Kategori
Rentang
Jumlah Responden Persentase
Sangat Baik
> 29
0
0%
Baik
26 - 29
27
45%
Cukup Baik
23 - 26
17
28%
Kurang Baik
20 - 23
10
17%
Tidak Baik
< 20
6
10%
Total
60
100%
Pada tabel dapat dilihat bahwa 45% responden memiliki persepsi
bahwa pengelolaan interaksi PBM oleh guru berada dalam kategori Baik.
f. Evaluasi Prestasi
Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor
indikator ini seperti pada tabel 6 di bawah ini.
9
Tabel 6. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator Evaluasi
Prestasi
Kategori
Rentang
Jumlah Responden Persentase
Sangat Baik
> 30
1
2%
Baik
27 - 30
26
43%
Cukup Baik
23 - 27
22
37%
Kurang Baik
20 - 23
6
10%
Tidak Baik
< 20
5
8%
Total
60
100%
Pada tabel dapat dilihat bahwa 43% responden memiliki persepsi
bahwa pengelolaan evaluasi prestasi oleh guru berada dalam kategori
Baik.
g. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Profesionalisme Guru
Setelah diperoleh hasil perhitungan statistik persepsi siswa
terhadap profesionalisme guru, menurut para siswa adalah sebagai berikut
dapat dilihat pada table 7 di bawah ini:
Tabel 7. Kategori Persepsi Responden terhadap Profesionalisme
Guru
Kategori
Rentang
Jumlah Responden Persentase
Sangat Baik
> 160
4
7%
Baik
148 - 160
14
23%
Cukup Baik
136 - 148
26
43%
Kurang Baik
124 - 136
10
17%
Tidak Baik
< 124
6
10%
Total
60
100%
Pada tabel dapat dilihat bahwa 43% responden memiliki persepsi
siswa terhadap profesionalisme guru berada dalam kategori Cukup Baik.
10
Kategori Persepsi Siswa terhadap
Profesionalisme Guru
26
30
Sangat Baik
20
10
14
4
10
Baik
6
Cukup Baik
Kurang Baik
0
Sangat
Baik
Baik
Cukup Kurang Tidak
Baik
Baik
Baik
Tidak Baik
2. Pembahasan
a. Penguasaan Materi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35% responden memiliki
persepsi bahwa penguasaan materi guru berada dalam kategori Cukup
Baik. Materi yang disajikan hendaknya terurut secara sistematis.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miller yang dikutip Jalius dalam
Bramsyah (2004:112) bahwa “urutan penyajian bahan pelajaran yaitu:
mulai dari yang sudah diketahui ke belum diketahui, mulai dari sederhana
ke yang rumit, mulai dari yang kongkrit ke yang abstrak, mulai dari yang
global ke yang spesifik dan mulai dari observasi ke alasan”.
Penguasaan materi yang dimiliki guru dapat dicapai dengan
persiapan yang matang dari seorang guru, sebelum memulai proses
belajar mengajar. Semakin baik penguasaan matero oleh guru, maka
persepsi siswa terhadap guru tersebut akan semakin baik.
Bila dilihat dari hasil jawaban responden, 90% siswa menyatakan
guru selalu menjelaskan kiat-kiat bekerja kepada siswa setiap mulai
praktek, namun dalam hal memberikan contoh yang sesuai dengan materi
11
pelajaran guru di SMK N 1 Painan masih belum optimal, demikian juga
dengan penyampaian materi belum dapat dilakukan sampai seluruh siswa
paham.
b. Indikator Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33% responden memiliki
persepsi bahwa pengelolaan PBM oleh guru berada dalam kategori Cukup
Baik. Sebagai seorang tenaga pengajar, guru tidak saja dituntut untuk
menguasai materi pelajaran serta mampu mengelola program belajar
mengajar. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (1991:95) yaitu:“Guru
akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar.
Dengan persiapan megajar guru akan mantap di depan kelas, perencanaan
yang matang akan menimbulkan inisiatif dan kreatif guru”.
Bila dilihat dari hasil jawaban responden, hanya 69% siswa yang
menyatakan bahwa guru telah menyajikan pelajaran dengan cara yang
bervariasi. Jika hal ini dibiarkan, maka akan menurunkan motivasi siswa
dalam belajar, karena menganggap pelajaran yang diberikan bersifat
membosankan dan secara langsung akan berpengaruh pada hasil belajar
siswa.
c. Indikator Pengelolaan Kelas Workshop
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42% responden memiliki
persepsi bahwa pengelolaan kelas workshop oleh guru berada dalam
kategori Cukup Baik. Kegiatan praktek kerja Jasa Boga di SMK Negeri 1
12
Painan secara umum dilakukan di ruang kelas untuk pengantar teori dan di
ruang workshop jasa boga untuk kegiatan praktek.
Bila dilihat dari hasil jawaban responden, baru 72% siswa yang
menyatakan bahwa guru dapat menciptakan suasana untuk menghilangkan
ketegangan di kelas. Hal ini menunjukkan masih ada siswa yang
beranggapan bahwa guru mereka tidak mampu mencairkan suasana,
menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar. Sebagian siswa
menunjukkan perasaan tertekan ketika sedang berada di kelas maupun saat
workshop. Perlu tindakan perbaikan agar tidak mengganggu psikologis
siswa dalam mengikuti pelajaran.
d. Indikator Penggunaan Media
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43% responden memiliki
persepsi bahwa penggunaan media oleh guru berada dalam kategori Baik.
Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat membantu guru untuk
mewujudkan situasi belajar yang efektif, mendorong minat dan perhatian
siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan, membantu siswa dalam
pemahaman dan konsep yang diberikan oleh guru serta membantu siswa
dalam memperoleh pengalaman yang nyata. Ali (1987:89) menyatakan
bahwa “media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
penyaluran pesan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendukung proses belajar.
Bila dilihat dari hasil jawaban responden, rata-rata 80% siswa
menyatakan bahwa guru di SMK N 1 Painan ini telah menggunakan media
13
pembelajaran yang berbasis teknologi dalam pembelajaran. Hal ini
menunjukkan telah cukup optimalnya penggunaan media di sekolah ini.
e. Indikator Pengelolaan Interaksi Proses Belajar Mengajar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45% responden memiliki
persepsi bahwa pengelolaan interaksi PBM oleh guru berada dalam
kategori Baik. Menurut Sudjana (1989:31), “ada tiga pola komunikasi
yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi yang dinamis
anatar guru dan siswa yaitu: komunikasi satu arah, komunikasi dua arah,
dan komunikasi banyak arah”.
Bila dilihat dari hasil jawaban responden, hanya 62% siswa yang
menyatakan guru mampu bertindak tegas saat terjadi kekacauan di dalam
kelas. Hal ini dapat membahayakan proses belajar mengajar jika guru
tidak berusaha untuk memperbaiki perlakuan terhadap siswa yang tidak
mengikuti peraturan saat di dalam kelas. Kekacauan dalam kelas dapat
mengganggu konsentrasi belajar siswa lainnya.
f. Indikator Evaluasi Prestasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43% responden memiliki
persepsi bahwa pengelolaan evaluasi prestasi oleh guru berada dalam
kategori Baik. Penilaian prestasi belajar atau evaluasi adalah suatu proses
penilaian terhadap kegiatan dan hadil belajar peserta didik, sehingga mutu
atau kekuatan seseorang itu dapat diketahui penilain atau evaluasi
keterampilan. Menurut Fasrijal (1985:5), yaitu “menilai keterampilan
berarti menetukan tingkat penguasaan, serta penampilan pengetahuan
14
siswa yang bukan hanya penilaian fisik tetapi juga penguasaan alat atau
bahan serta pada sisi dan sikap siswa dalam melakukan pekerjaan”.
Bila dilihat dari hasil jawaban responden, hanya 67% siswa yang
menyatakan bahwa guru selalu memberikan posttest setelah usai
memberikan materi. Perlu peningkatan tindakan pemberian evaluasi dari
seorang guru kepada para siswa. Karena selain hal ini berfungsi sebagai
alat ukur keberhasilan, namun juga membiasakan para siswa untuk selalu
siap kapanpun jika dilakukan ujian.
g. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Profesionalisme Guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43% responden memiliki
persepsi terhadap kompetensi profesionalisme guru berada dalam kategori
Cukup Baik. Menurut Slameto (2003:103) menyatakan bahwa “seseorang
hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan
yang ada disekelilingnya pada saat tertentu”. Ini berarti bahwa rangsangan
yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari. Apa yang
pada suatu saat menarik perhatiannya dan kearah mana perhatian itu
mempunyai kecenderungan.
D. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Secara keseluruhan, 43% responden memiliki persepsi siswa terhadap
profesionalisme guru berada dalam kategori Cukup Baik. Dilihat dari
indikator yang ada bahwa 35% responden memiliki persepsi bahwa
penguasaan materi guru Cukup Baik, 33% responden memiliki persepsi
15
bahwa pengelolaan PBM oleh guru Cukup Baik, 42% responden memiliki
persepsi bahwa pengelolaan kelas workshop oleh guru Cukup Baik, 43%
responden memiliki persepsi bahwa penggunaan media oleh guru Baik, 45%
responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan interaksi PBM oleh guru
Baik, 43% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan evaluasi prestasi
oleh guru Baik.
2. Saran
Melalui Kepala Sekolah disarankan untuk meningkatkan kemampuan
guru
dalam
menyajikan
pembelajaran
terkait
penguasaan
materi,
pengelolaan kelas, penggunaan media serta evaluasi, karena hal ini dapat
menjadi alat ukur profesionalisme guru di mata siswa.
Penelitian ini memberikan informasi tentang persepsi siswa terhadap
kompetensi profesionalisme guru. Pada penelitian selanjutnya diharapkan
untuk meneliti hubungan persepsi siswa terhadap profesionalisme guru
dengan hasil belajar.
Catatan: artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing I
Dra. Hj. Liswarti Yusuf, M.Pd. dan Pembimbing II Dra Wirnelis Syarif, M.Pd.
Daftar Pustaka
Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.
Bramsyah, Treska.2004. sPersepsi Siswa SMKN 1 Terhadap Kemampuan GuruGuru dalam Mengajar Pekerjaan Pemesinan di BLPT Padang. Skripsi.
Depdikbud.(1999). Kurikulum SMK.Jakarta.
Depdiknas.(2005). Buku Pedoman Penulisan Tugas Akhir. UNP Press.
Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja
Gravindo Persada.
16
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Suryabrata, Sumardi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajawali.
Uzer, Usman. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Rosdakarya.
Wijaya, Cece dan T. Rusyan. 1991.Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya.
www.worldpress.com/saifuladi/2009/tingkat-keprofesionalan-seorang-guru.
Download