PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU KEAHLIAN JASA BOGA SMK NEGERI 1 PAINAN INTAN RAHMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode September 2013 1 2 PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU KEAHLIAN JASA BOGA SMK NEGERI 1 PAINAN Intan Rahmawati1, Liswarti Yusuf, Wirnelis Syarif2 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FT Universitas Negeri Padang email: [email protected] Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana persepsi siswa terhadap kompetensi profesionalisme guru keahlian jasa boga SMK Negeri 1 Painan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 90 orang yaitu siswa kelas X, XI dan XII SMK Negeri 1 Painan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 35% responden memiliki persepsi bahwa penguasaan materi guru cukup baik, 33% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan proses belajar mengajar guru cukup baik, 42% responden memiliki persepsi bahwa menyatakan pengelolaan kelas dan workshop guru cukup baik, 43% responden memiliki persepsi bahwa penggunaan media belajar guru baik, 45% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan interaksi belajar mengajar guru baik, dan 43% responden memiliki persepsi bahwa pengevaluasian prestasi belajar mengajar guru baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan 43% responden menyatakan persepsi siswa terhadap kompetensi profesionalisme guru berada dalam kategori Cukup Baik. Kata kunci: persepsi, kompetensi profesionalisme guru Abstract The purpose of this for study was to identify and describe how students perceptionts of teacher professional competence skills catering services SMK Negeri 1 Painan. This resereach is quantitative descriptive. The populations consist 0f 90 people namely grate students X, XI, and XII SMK Negeri 1 Painan. Based on the result of this study concluded that: 35% of respondents had the perception that the teacher is good mastery of the material, 33% of respondents had the perception that the teacher is good management of teaching and learning, 42% of respondents had the perception that the teacher is good classroom management and workshop, 43% of respondents had the perception that the teacher use of media to learn good teacher, 45% of respondents had the perception that the teacher the management of teaching and learnings interactions, and 43% of respondents had the perception that the teacher is good evaluation of learning achievement. The result showed that overall 43% of respondents students perceptions of teacher professional competence is very good category. Keywords: perception, teacher professional competence 1 2 Prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga untuk wisuda periode September 2013 Dosen Jurusan Kesejahteraan Keluarga FT-UNP 1 2 A. Pendahuluan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam mencetak dan menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademis sesuai dengan kompetensi keahliannya masing-masing. Siswa-siswi SMK mempelajari teori dan melakukan praktek kejuruan, sehingga setelah mereka lulus nanti mempunyai pengalaman yang cukup untuk langsung memasuki dunia kerja. Adapun tujuan pendidikan SMK menurut Depdikbud (1999:102) adalah ”menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta bersikap profesional, mampu memilih karier,berkompetisi mengembangkan diri dan menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif”. Selain itu, Mulyasa (2006:91) menyatakan ”Pendidikan Menegah Kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya”. Pendapat Mulyasa tersebut didukung oleh Depdiknas (2005:27) yang menyatakan bahwa ”pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya”. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kemauan, ketekunan, dan keuletan siswa sesbagai objek pendidikan, ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana terutama bagi sekolah kejuruan seperti labor atau workshop dan media 3 pembelajaran serta guru yang memiliki kompetensi keguruan yang baik sebagai pengayom, pendidik, teladan dan tuntutan bagi siswa di sekolah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru dalam luk.saff.ugm.ac.id dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwasannya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 1. Kompetensi Pribadi. 2. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan. 3. Kompetensi Pedagogik. 4. Kompetensi Profesionalisme. Kompetensi profesional guru adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi profesionalisme adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, SMK Negeri 1 Painan sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang termasuk kelompok Bisnis Manajemen dan Pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap, seperti workshop atau labor tempat praktek dan ketersediaan media pembelajaran untuk menyampaikan informasi atau materi ajar kepada siswa seperti proyektor infocus dan model. 4 Berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Program Praktek Lapangan Kependidikan (PPLK) di SMK Negeri 1 Painan pada Semester Januari-Juni 2012, terdapat beberapa gejala pembelajaran yang kurang memenuhi standar kompetensi guru. Mulai dari mempersiapkan peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif dan efisien. Antara lain, beberapa guru tidak membawa RPP sebagai kelengkapan mengajar ketika mengajar di kelas, metode belajar mengajar yang monoton, dalam proses belajar mengajar kurang memanfaatkan fasilitas pembelajaran seperti media pembelajaran yang tersedia. Dalam pengelolaan interaksi belajar mengajar, guru kurang mengamati kegiatan belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar menjadi kurang efektif dan kurang menarik bagi siswa. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi bosan, meribut di dalam kelas atau workshop dan tidak serius dalam mengikuti pelajaran, sehingga interaksi dalam proses belajar mengajar sulit untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Mengetahui dan mendeskripsikan persepsi siswa terhadap pengevaluasian prestasi belajar yang dilakukan oleh guru Keahlian Jasa Boga SMK Negeri 1 Painan. B. MetodePenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa Program Keahlian Jasa Boga kelas X, XI dan XII SMK N 1 Painan yang berjumlah 90 orang. Teknik pengambilan sampel adalah proposional random sampling. Jumlah 5 sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 60 sampel (66% dari jumlah populasi). Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat langsung dari responden dengan cara menyebarkan angket. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data berupa jumlah siswa diperoleh dari bagian kesiswaan SMK Negeri 1 Painan. Teknik pengumpulan data adalah dengan menyebarkan kuesioner (angket). Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Memeriksa semua angket yang telah diisi oleh siswa Keahlian Jasa Boga SMK Negeri 1 Painan. 2. Membuat tabel persiapan untuk tabulasi data. 3. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang diberikan. 4. Menghitung persentase jawaban menurut Sutrisno Hadi (1998) dengan rumus: 𝑃= 𝑓 x 100% 𝑁 Keterangan: P = Persentase yang di cari f = Frekuensi jumlah skor N = Total jumlah responden 5. Mengkategorikan persepsi siswa Keahlian Jasa Boga terhadap kompetensi mengajar guru mata pelajaran Keahlian Jasa boga SMK Negeri 1 Painan. 6 Untuk melihat Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Profesionalisme Guru Keahlian Jasa Boga SMK Negeri 1 Painan, dengan mengklasifikasikan skor ke dalam 5 kategori untuk melihat tingkat pencapaian responden. Teknik klasifikasi yang digunakan menurut Arikunto (2006:201) yaitu: 1. Kategori sangat baik : (Mi + 1,5 Sdi) – Keatas 2. Kategori baik : (Mi + 0,5 Sdi) – (Mi + 1,5 Sdi) 3. Kategori cukup : (Mi – 0,5 Sdi) – (Mi +0,5 Sdi) 4. Kategori buruk : (Mi – 1,5 Sdi) – (Mi – 0,5 Sdi) 5. Kategori sangat buruk : (Mi – 1,5 Sdi) – Kebawah 6. Analisis Deskriptif Untuk Tingkat Capaian Responden (TCR) Untuk nilai TCR Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010-74): Ket: TCR = Tingkat capaian responden Rs = Rata-rata skor jawaban responden n = Nilai skor jawaban C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 1. Data Deskriptif a. Penguasaan Materi Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor indikator ini seperti pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 5. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator Penguasaan Materi Kategori Rentang Jumlah Responden Persentase Sangat Baik > 28 0 0% Baik 25 – 28 20 33% Cukup Baik 21 – 25 21 35% Kurang Baik 18 – 21 14 23% Tidak Baik < 18 5 8% Total 60 100% 7 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hamper separuh (35%) responden memiliki jawaban dalam kategori Cukup Baik, b. Pengelolaan Proses Belaja Mengajar (PBM) Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor indikator ini seperti pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator Pengelolaan PBM Kategori Rentang Jumlah Responden Persentase Sangat Baik > 27 3 5% Baik 25 - 27 18 30% Cukup Baik 22 - 25 20 33% Kurang Baik 19 - 22 15 25% Tidak Baik < 19 4 7% Total 60 100% Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hamper separuh (33%) responden memiliki jawaban dalam kategori cukup baik c. Pengelolaan Kelas Workshop Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor indikator ini seperti pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator Pengelolaan Kelas Workshop Kategori Rentang Jumlah Responden Persentase Sangat Baik > 37 2 3% Baik 34 - 37 19 32% Cukup Baik 30 - 34 25 42% Kurang Baik 27 - 30 10 17% Tidak Baik < 27 4 7% Total 60 100% Pada tabel dapat dilihat bahwa hamper separuh (42%) responden memiliki jawaban dalam kategori Cukup Baik. 8 d. Penggunaan Media Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor indikator ini seperti pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator Penggunaan Media Kategori Rentang Jumlah Responden Persentase Sangat Baik > 19 1 2% Baik 16 - 19 26 43% Cukup Baik 13 - 16 19 32% Kurang Baik 10 - 13 13 22% Tidak Baik < 10 1 2% Total 60 100% Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hamper separuh (43%) responden memiliki jawaban dalam kategori Baik.. e. Pengelolaan Interaksi Proses Belajar Mengajar (PBM) Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor indikator ini seperti pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator Pengelolaan Interaksi PBM Kategori Rentang Jumlah Responden Persentase Sangat Baik > 29 0 0% Baik 26 - 29 27 45% Cukup Baik 23 - 26 17 28% Kurang Baik 20 - 23 10 17% Tidak Baik < 20 6 10% Total 60 100% Pada tabel dapat dilihat bahwa 45% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan interaksi PBM oleh guru berada dalam kategori Baik. f. Evaluasi Prestasi Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat klasifikasi skor indikator ini seperti pada tabel 6 di bawah ini. 9 Tabel 6. Kategori Persepsi Responden untuk Indikator Evaluasi Prestasi Kategori Rentang Jumlah Responden Persentase Sangat Baik > 30 1 2% Baik 27 - 30 26 43% Cukup Baik 23 - 27 22 37% Kurang Baik 20 - 23 6 10% Tidak Baik < 20 5 8% Total 60 100% Pada tabel dapat dilihat bahwa 43% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan evaluasi prestasi oleh guru berada dalam kategori Baik. g. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Profesionalisme Guru Setelah diperoleh hasil perhitungan statistik persepsi siswa terhadap profesionalisme guru, menurut para siswa adalah sebagai berikut dapat dilihat pada table 7 di bawah ini: Tabel 7. Kategori Persepsi Responden terhadap Profesionalisme Guru Kategori Rentang Jumlah Responden Persentase Sangat Baik > 160 4 7% Baik 148 - 160 14 23% Cukup Baik 136 - 148 26 43% Kurang Baik 124 - 136 10 17% Tidak Baik < 124 6 10% Total 60 100% Pada tabel dapat dilihat bahwa 43% responden memiliki persepsi siswa terhadap profesionalisme guru berada dalam kategori Cukup Baik. 10 Kategori Persepsi Siswa terhadap Profesionalisme Guru 26 30 Sangat Baik 20 10 14 4 10 Baik 6 Cukup Baik Kurang Baik 0 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Baik Baik Baik Tidak Baik 2. Pembahasan a. Penguasaan Materi Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35% responden memiliki persepsi bahwa penguasaan materi guru berada dalam kategori Cukup Baik. Materi yang disajikan hendaknya terurut secara sistematis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miller yang dikutip Jalius dalam Bramsyah (2004:112) bahwa “urutan penyajian bahan pelajaran yaitu: mulai dari yang sudah diketahui ke belum diketahui, mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari yang kongkrit ke yang abstrak, mulai dari yang global ke yang spesifik dan mulai dari observasi ke alasan”. Penguasaan materi yang dimiliki guru dapat dicapai dengan persiapan yang matang dari seorang guru, sebelum memulai proses belajar mengajar. Semakin baik penguasaan matero oleh guru, maka persepsi siswa terhadap guru tersebut akan semakin baik. Bila dilihat dari hasil jawaban responden, 90% siswa menyatakan guru selalu menjelaskan kiat-kiat bekerja kepada siswa setiap mulai praktek, namun dalam hal memberikan contoh yang sesuai dengan materi 11 pelajaran guru di SMK N 1 Painan masih belum optimal, demikian juga dengan penyampaian materi belum dapat dilakukan sampai seluruh siswa paham. b. Indikator Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan PBM oleh guru berada dalam kategori Cukup Baik. Sebagai seorang tenaga pengajar, guru tidak saja dituntut untuk menguasai materi pelajaran serta mampu mengelola program belajar mengajar. Sebagaimana yang diungkapkan Slameto (1991:95) yaitu:“Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan persiapan megajar guru akan mantap di depan kelas, perencanaan yang matang akan menimbulkan inisiatif dan kreatif guru”. Bila dilihat dari hasil jawaban responden, hanya 69% siswa yang menyatakan bahwa guru telah menyajikan pelajaran dengan cara yang bervariasi. Jika hal ini dibiarkan, maka akan menurunkan motivasi siswa dalam belajar, karena menganggap pelajaran yang diberikan bersifat membosankan dan secara langsung akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. c. Indikator Pengelolaan Kelas Workshop Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan kelas workshop oleh guru berada dalam kategori Cukup Baik. Kegiatan praktek kerja Jasa Boga di SMK Negeri 1 12 Painan secara umum dilakukan di ruang kelas untuk pengantar teori dan di ruang workshop jasa boga untuk kegiatan praktek. Bila dilihat dari hasil jawaban responden, baru 72% siswa yang menyatakan bahwa guru dapat menciptakan suasana untuk menghilangkan ketegangan di kelas. Hal ini menunjukkan masih ada siswa yang beranggapan bahwa guru mereka tidak mampu mencairkan suasana, menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar. Sebagian siswa menunjukkan perasaan tertekan ketika sedang berada di kelas maupun saat workshop. Perlu tindakan perbaikan agar tidak mengganggu psikologis siswa dalam mengikuti pelajaran. d. Indikator Penggunaan Media Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43% responden memiliki persepsi bahwa penggunaan media oleh guru berada dalam kategori Baik. Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat membantu guru untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif, mendorong minat dan perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan, membantu siswa dalam pemahaman dan konsep yang diberikan oleh guru serta membantu siswa dalam memperoleh pengalaman yang nyata. Ali (1987:89) menyatakan bahwa “media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam penyaluran pesan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendukung proses belajar. Bila dilihat dari hasil jawaban responden, rata-rata 80% siswa menyatakan bahwa guru di SMK N 1 Painan ini telah menggunakan media 13 pembelajaran yang berbasis teknologi dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan telah cukup optimalnya penggunaan media di sekolah ini. e. Indikator Pengelolaan Interaksi Proses Belajar Mengajar Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan interaksi PBM oleh guru berada dalam kategori Baik. Menurut Sudjana (1989:31), “ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi yang dinamis anatar guru dan siswa yaitu: komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi banyak arah”. Bila dilihat dari hasil jawaban responden, hanya 62% siswa yang menyatakan guru mampu bertindak tegas saat terjadi kekacauan di dalam kelas. Hal ini dapat membahayakan proses belajar mengajar jika guru tidak berusaha untuk memperbaiki perlakuan terhadap siswa yang tidak mengikuti peraturan saat di dalam kelas. Kekacauan dalam kelas dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa lainnya. f. Indikator Evaluasi Prestasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan evaluasi prestasi oleh guru berada dalam kategori Baik. Penilaian prestasi belajar atau evaluasi adalah suatu proses penilaian terhadap kegiatan dan hadil belajar peserta didik, sehingga mutu atau kekuatan seseorang itu dapat diketahui penilain atau evaluasi keterampilan. Menurut Fasrijal (1985:5), yaitu “menilai keterampilan berarti menetukan tingkat penguasaan, serta penampilan pengetahuan 14 siswa yang bukan hanya penilaian fisik tetapi juga penguasaan alat atau bahan serta pada sisi dan sikap siswa dalam melakukan pekerjaan”. Bila dilihat dari hasil jawaban responden, hanya 67% siswa yang menyatakan bahwa guru selalu memberikan posttest setelah usai memberikan materi. Perlu peningkatan tindakan pemberian evaluasi dari seorang guru kepada para siswa. Karena selain hal ini berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan, namun juga membiasakan para siswa untuk selalu siap kapanpun jika dilakukan ujian. g. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Profesionalisme Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43% responden memiliki persepsi terhadap kompetensi profesionalisme guru berada dalam kategori Cukup Baik. Menurut Slameto (2003:103) menyatakan bahwa “seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada disekelilingnya pada saat tertentu”. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari. Apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan kearah mana perhatian itu mempunyai kecenderungan. D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Secara keseluruhan, 43% responden memiliki persepsi siswa terhadap profesionalisme guru berada dalam kategori Cukup Baik. Dilihat dari indikator yang ada bahwa 35% responden memiliki persepsi bahwa penguasaan materi guru Cukup Baik, 33% responden memiliki persepsi 15 bahwa pengelolaan PBM oleh guru Cukup Baik, 42% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan kelas workshop oleh guru Cukup Baik, 43% responden memiliki persepsi bahwa penggunaan media oleh guru Baik, 45% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan interaksi PBM oleh guru Baik, 43% responden memiliki persepsi bahwa pengelolaan evaluasi prestasi oleh guru Baik. 2. Saran Melalui Kepala Sekolah disarankan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyajikan pembelajaran terkait penguasaan materi, pengelolaan kelas, penggunaan media serta evaluasi, karena hal ini dapat menjadi alat ukur profesionalisme guru di mata siswa. Penelitian ini memberikan informasi tentang persepsi siswa terhadap kompetensi profesionalisme guru. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk meneliti hubungan persepsi siswa terhadap profesionalisme guru dengan hasil belajar. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing I Dra. Hj. Liswarti Yusuf, M.Pd. dan Pembimbing II Dra Wirnelis Syarif, M.Pd. Daftar Pustaka Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta. Bramsyah, Treska.2004. sPersepsi Siswa SMKN 1 Terhadap Kemampuan GuruGuru dalam Mengajar Pekerjaan Pemesinan di BLPT Padang. Skripsi. Depdikbud.(1999). Kurikulum SMK.Jakarta. Depdiknas.(2005). Buku Pedoman Penulisan Tugas Akhir. UNP Press. Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. 16 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Suryabrata, Sumardi. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajawali. Uzer, Usman. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Rosdakarya. Wijaya, Cece dan T. Rusyan. 1991.Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rosdakarya. www.worldpress.com/saifuladi/2009/tingkat-keprofesionalan-seorang-guru.