BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tolong disi ya B. Rumusan masalah Daftar Isi Contents BAB I ............................................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1 A. Latar belakang ....................................................................................................................................... 1 B. Rumusan masalah ................................................................................................................................. 1 BAB II........................................................................................................................................................... 3 ISI.................................................................................................................................................................. 3 A. Kode Etik Pustakawan Amerika ....................................................................................................... 3 B. Hak Cipta Buku di Amerika.............................................................................................................. 4 C. Kebebasan Intelektual ....................................................................................................................... 8 D. Pelarangan Buku di Amerika ............................................................................................................ 8 E. Contoh Kasus .................................................................................................................................... 8 Daftar Pustaka ............................................................................................................................................... 9 BAB II ISI A. Kode Etik Pustakawan Amerika Sebagaianggotadari American Library Association, harusmenyadaripentingnyakodifikasidanmembuatdikenalprofesinyadanmasyarakatumumtentangprinsip -prinsipetika yang memandupekerjaanpustakawan, profesi lain yang menyediakanlayananinformasi, wakilperpustakaandanstafperpustakaan. dilemaetikaterjadiketikaadanilai-nilaiyang bertentangan. KodeEtik American Library Association menyatakannilai-nilai yang merekakomitmenkan, danmewujudkantanggungjawabetisdariprofesi di lingkunganinformasi yang berubahini. ALAsecarasignifikanmempengaruhiataumengontrolseleksi, organisasi, danpenyebaraninformasi.ALA berkomitmensecaraeksplisituntukkebebasanintelektualdankebebasanaksesinformasi. ALAberkewajibankhususuntukmemastikaninformasidan untukberedarbebasuntukgenerasisekarangdanmasadepan. pelestarian, ide-ide Prinsip-prinsipKodeEtikinidisajikandalamlaporan yang luasuntukmemandupengambilankeputusansecaraetis.BerikutKodeetik American Library Association: 1. Kami memberikantingkatpelayanantertinggiuntuksemuapenggunaperpustakaanmelaluisumberdaya yang tepatdanterorganisir; kebijakanpelayanan yang adil;akses yang adil; danakurat, berisi, dansopanuntuksemuapermintaan. 2. Kami menjunjungtinggiprinsipprinsipkebebasanintelektualdanmenolaksemuaupayauntukmenyensorsumberdayaperpustakaan. 3. Kami melindungihakmasingmasingpenggunaperpustakaanuntukprivasidankerahasiaansehubungandenganinformasi yang dicariatauditerimadansumber yang dikonsultasi, meminjam, mengakuisisiataudikirimkan. 4. Kami menghormatihakkekayaanintelektualdankeseimbanganadvokasiantarakepentinganpenggunainform asidanpemeganghak. 5. Kami memperlakukanrekankerjadanrekan-rekan lain denganhormat, keadilan, danitikadbaik, dankondisipendukungkerja yang melindungihak-hakdankesejahteraanseluruhkaryawanlembaga kami. 6. Kami tidakmengedepankankepentinganpribadidenganmengorbankanpenggunaperpustakaan, rekan, ataulembaga yang mempekerjakan kami. 7. Kami membedakanantarakeyakinanpribadikitadantugasprofesionaldantidakmembiarkankeyakinanpribadi kitamengganggurepresentasi yang adildaritujuanlembaga kami ataupenyediaanakseskesumberdayainformasimereka. 8. Kami berusahauntukungguldalamprofesidenganmempertahankandanmeningkatkanpengetahuandanketer ampilankitasendiri, denganmendorongpengembanganprofesionalitasrekankerja, dandenganmengembangkanaspirasicalonanggotaprofesi. Diadopsipada 1939 RapatMidwinter olehDewan ALA; diubah 30 Juni 1981; 28 Juni 1995; dan 22 Januari 2008. B. Hak Cipta Buku di Amerika hukumhakciptamemberikanpemeganghakciptahakuntukmembuatsalinandaripekerjaan, membuatderivatif, mendistribusikanpekerjaankepadamasyarakat, danmelakukanataumenampilkankarya di depanumum.hukumhakciptamemberikanmasyarakathakuntukmembuatpenggunaan yang adildarikaryayang memilikihakcipta, menggunakanaspekkaryanoncopyrightable, untukmenjualataumentransfersalinandarikarya ("penjualandoktrinpertama"), danpadaakhirnyamemilikipenggunaankaryasecarapenuhketikaistilahhakciptaberakhir.hukumhakciptajug amenyediakanberbagaipengecualiankhususuntukperpustakaan, arsip, danlembagapendidikannirlaba.Tergantungpadasifatdariinstitusi, pengecualianinidapatmencakupkemampuanmembuatsalinanuntukpengguna, melestarikandanmenggantisalinankarya, danmelakukanataumenampilkankaryadalam proses mengajar. Perpustakaandanlembagainduknyamemilikitanggungjawabuntukmempromosikandanmenjagakebija kandanprosedur yang konsistendengankewajibanetismereka, misikelembagaan, danhukum, termasukhukumhakcipta.kebijakandanprosedurtersebutharusmenghormatikeduanyaantarahakpemega nghakciptadenganhak-hakpenggunakaryacipta. Pustakawanadalahsumberinformasihakciptabagipenggunakomunitasnya.Akibatnya, pustakawanharustetapmemilikiinformasitentangperkembanganhakcipta, terutamamereka yang dapatmembatasiataumelaranghakhakpenggunaatauperpustakaan.Pustakawanharusmengembangkanpemahaman yang kuattentangtujuanhukumdanpengetahuantentangrincianhukum yang relevandengankegiatanperpustakaan, kemampuanuntukmenganalisiskeadaansecarakritismengandalkanpenggunaanwajarataubatasan lain untukhak-hakpemeganghakcipta, dankepercayaandiriuntukmenerapkanhukumdenganmenggunakanpenilaian yang baik.Pustakawandanstafperpustakaanharusdididikuntukmengenalidanmengamatihakciptadanbatasbatasnya, untukmemahamidanbertindakatashak-hakmerekadanpenggunamereka, dansiapuntukmenginformasikanataumerujukpenggunadenganpertanyaan yang berkaitandenganhakcipta. Pustakawanmemilikisejarahmembanggakanmengenaiadvokasiuntukkepentinganpublik.hukumhakci ptajanganhanyamemperluashakpemeganghakciptatanpacukupmempertimbangkanataumengungtungka nkepentinganpublik.Ketikakeseimbanganantarapemeganghakdanpenggunainformasiperludipulihkan, pustakawanharusterlibatdenganpemeganghakdan legislator danadvokasiatasnamapenggunamerekadanhak-hakpengguna. Istilah copyright berasal dari negara - negara dengan sistem Common Law yang memiliki perbedaan dengan sistem Civil law (seperti yang diikuti Indonesia) dimana Civil Law lebih mengenal copyright dengan istilah author’s right (droit d’auteur, derecho de autor, Urheberrecht). Perbedaan peristilahan ini mengemuka sejak tahun 1988. Hal tersebut kemudian diikuti dengan tradisi copyright di Amerika Serikat dalam Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works in 1989 yang mempengaruhi perkembangan hak cipta dengan berbagai perbedaan dalam kedua sistem di atas. Di Amerika Serikat dan negara-negara yang menganut common law sistem, kebanyakan pelanggaran atas hak cipta dihadapi dengan tuntutan perdata dan ganti rugi. Amerika memandang bahwa tujuan utama pemberian hak cipta adalah dalam rangka untuk mendorong produksi ciptaan yang kreatif untuk kepentingan publik adalah yang utama di atas kepentingan penciptanya. Dengan demikian dalsafah yang menjadi dasar hukum Hak Cipta di AS adalah prinsip manfaat, yaitu prinsip yang berusaha menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi produsen dan kepentingan ekonomi konsumen, sehingga terkadang penciptanya sendiri kepentingannya terabaikan (studi pergeseran hak cipta di amerika serikat dan indonesia). Undang-undang hak cipta di Amerika Serikat adalah berdasarkan pada prinsip utilitarian, yaitu kepentingan ekonomi lebih besar dari pada kepentingan personal. Konvensi Bern yang memiliki ruang lingkup karya kesusastraan dan karya artistik, dan merupakan perjanjian yang tertua di bidang hak cipta, meliputi hak-hak eksklusif yaitu hak terjemahan karya tulis dari satu bahasa ke bahasa yang lain, aransemen musik, kumpulan/ koleksi seperti ensiklopedia dan antologi,14 hak mempertunjukkan drama di depan publik, hak drama musikal dan karya musik, hak untuk menyiarkan, hak untuk reproduksi dalam bentuk apapun, hak untuk membuat gambar hidup dari suatu karya, dan hak untuk adaptasi, dengan adanya pembatasan penerapan hak eksklusif antara lain untuk halhal yang dikategorikan sebagai fair use. Secara umum, jangka waktu perlindungan hak cipta adalah selama hidup pencipta ditambah 50(lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Di dalam hak cipta terkandung hak ekonomis dan hak moral dengan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut : Pertama, hak ekonomis, meliputi hak untuk mengumumkan yaitu pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran, dan hak untuk memperbanyak yaitu penambahan jumlah hasil ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama atau tidak sama, termasuk pengalihwujudan secara permanen atau temporer. Kedua, hak moral, berdasarkan pada Pasal 6 Konvensi Bern, yaitu klaim atas hak kepengarangan (integrity right); dan keberatan atas modifikasi tertentu dan aksi lainnya yang bertentangan (atribution right). Hak moral ini terpisah dari hak ekonomis, sehingga walaupun haknya telah ditransfer, pencipta mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas distorsi atau mofidikasi karyanya dimana distorsi tersebut telah merusak kehormatan dan reputasi pencipta Beberapa isu dalam tataran filosofis hukum, dan teknis perlindungan hak cipta menjadi bahan pemikiran dan diskusi baik dalam lingkup nasional dan internasional. Pertama, pemikiran bahwa buku pelajaran tidak dapat dibatasi dan bukan merupakan objek hak cipta dan pengunaan bahan-bahan dalam distance learning. Sebagai pembanding, Amerika Serikat pada tanggal 2 November 2002, TEACH Act (the Technology, Education and Copyright Harmonization Act) yaitu suatu Undang- Undang tentang Teknologi, Pendidikan, dan Harmonisasi Hak Cipta yang telah disahkan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Di dalamnya diatur kembali tentang syarat dan kondisi yang dapat dipakai oleh para kalangan pendidik dan pustakawan, yang salah satunya terdapat ketentuan bahwa institusi pendidikan di AS yang telah terakreditasi dan bersifat nonprofit dapat menggunakan ciptaan yang dilindungi dengan hak cipta dalam format pendidikan jarak jauh yang penggunakan tersebut tanpa disertai izin dari pemilik hak cipta dan royalty-free. Kedua, doktrin fair use/ fair dealing (free use of copyright materials)25 adalah sebuah doktrin pemakaian hak cipta yang layak, dengan beberapa variabel sebagaimana diatur dalam UUHC AS 1976), bahwa sebuah penggunaan ciptaan tidak dikualifikasi sebagai pelanggaran dengan memperhatikan:26 maksud dan sifat dari pemakaian termasuk apakah suatu pemakaian yang memiliki nuansa/sifat komersial atau pemakaian untuk tujuan pendidikan yang bersifat nonprofit; sifat dari karya yang dilindungi hak cipta; porsi yang ditiru, di sini memiliki arti baik porsi yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dari substansi karya yang dilindungi hak cipta dalam satu kesatuan; dan pengaruh dari penggunaan dalam suatu pasar yang potensial atau nilai dari karya yang dilindungi hak cipta. Namun pengaturannya belum terperinci, sehingga acap kali menimbulkan kebingungan dalam praktik (harus dianalisis kasus demi kasus). Ketiga, lembaga terkait dengan penerbitan sulit untuk mengembangkan model - model pemberian royalti (collecting society) dan bantuan serta subsidi khususnya untuk buku-buku pendidikan, referensi, dan hasil penelitian (disertasi, karya ilmiah lainnya). Sebagai pembanding, telah dilakukan pemberian subsidi kepada penerbit, bukan pada penulis. Caranya, penerbit mengajukan permohonan bagi naskah-naskah yang direncanakan untuk diterbitkan, dan subsidi dana itu dipergunakan untuk membantu biaya produksi mencakup pembuatan artwork. Sedangkan biaya seperti overhead, pemasaran, royalti, promosi, PPN atas buku dan penerjemahan tetap menjadi tanggungan penerbit (subsidi paling tinggi hanya diberikan sampai tiras terbit per judul sebanyak 1.500 eksemplar) Hak cipta merupakan inti dari hampir segala sesuatu yang perpustakaan dan pustakawan lakukan: Pembelian lebih dari $ 4 miliar pada materi berhak cipta per tahun, pinjaman materi berhak cipta kepada masyarakat secara tegas diizinkan dalam Undang-Undang Hak Cipta; Mengandalkan Fair Use dan keterbatasan hukum lainnya pada hak pemegang hak cipta untuk memudahkan akses publik mungkin luas untuk informasi; Menyediakan bahan dari setiap jenis dalam bentuk diakses oleh mereka yang memiliki kebutuhan khusus; dan Melestarikan informasi budaya dan bernilai komersial di digital dan lainnya format Dengan demikian, ALA telah aktif menganjurkan - dan terus bertarung di Kongres dan pengadilan - untuk mencapai keseimbangan dalam hukum hak cipta. Keseimbangan ini - antara incentivizing kreativitas dengan hak eksklusif dan affording semua orang kemampuan untuk mengakses dan menggunakan karya cipta untuk membuat karya-karya baru - adalah apa yang Framers dimaksud ketika mereka termasuk klausul dalam Konstitusi mendefinisikan tujuan menyeluruh dari hak cipta: "untuk mempromosikan kemajuan ilmu pengetahuan dan seni berguna. "Hari ini, seperti perpustakaan mengubah untuk abad ke-21, mereka berusaha untuk menghormati dan melaksanakan visi Framers 'dengan secara aktif bekerja untuk hukum dan kebijakan yang akan membawa manfaat penuh dari era digital untuk semua orang di manamana.(“Copyright,” n.d.) C. Kebebasan Intelektual Di dalam kode etik profesi pustakawan di amerika serikat yang dikeluarkan oleh ALA ( American Library Association) masalah Freedom Intelectual menjadi salah satu poin yang diatur didalamnya. Maka, ketika datang tekanan terhadap beberapa sekolah yang ada di amerika serikat umtuk mengeluarkan buku – buku yang dianggap cabul, porno, menyinggung masalah politik, agama dan ras. D. Pelarangan Buku di Amerika E. Contoh Kasus Salah satu contoh kasus pelarangan terjadi di Stockton School distrik Missouri terhadap novel The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian karangan Sherman Alexie yang ditulis pada tahun 2007. Novel ini menceritakan sorang bocah lelaki keturunan India yang memutuskan untuk masuk sekolah anak-anak berkulit putih. Perdebatan terjadi karena ada sebagian orang tua yang menganggap isi novel tersebut banyak yang melanggar nilai-nilai masyarakat karena banyak mengandung bahasa yang kasar serta konten pornografi. Tapi sebagian kalangan mengganggap penyensoran terhadap buku tidaklah perlu karena berdasarkan kode etik,penyensoran merupakan pelanggaran karena melanggar hak seseorang untuk mendapatkan kebebasan intelektual. Akhirnya novel The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian yang sebelumnya telah dilarang untuk di-display di perpustakaan akhirnya berhasil untuk dipajang kembali setelah melalui perjuangan yang panjang. Perjuangan panjang karena permasalahan ini masuk ke meja hijau di distrik Missouri karena tindakan penyensoran dianggap sebagai tindakan inkonstitusional. Hal ini berdasarkan Supreme Court yang dikeluarkan tahun 1982 yang menyatakan bahwa tidak seharusnya buku disensor, biarkanlah tiap individu yang menyaring hal-hal yang perlu disensor (Ayu, 2011). Daftar Pustaka Ayu, R. (2011). Kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia: konsep, proses dan penerapannya. Universitas Indonesia. Copyright. (n.d.). Retrieved September 26, 2016, from http://www.ala.org/advocacy/advleg/federallegislation/copyright