1. ABSTRAK 1. TRANSLATE ABSTRAK Rinitis alergi (RA) adalah penyakit kronis paling umum pada anak anak yang sering diabaikan, tidak terdiagnosa, dan tidak tertatalaksana. RA yang tidak diobati dapat mempengaruhi kualitas hidup, memicu asma, dan merupakan faktor utama dalah perkembangan asma. Hal tersebut dapat melibatkan hidung dan organ-organ yang berhubungan dengan hidung yang dapat menyebabkan berbagai gejala. Pedoman terapi RA berbasis kasus meningkatkan pengendalian penyakit. Baru-baru ini, pedoman RA pediatrik telah diterbitkan oleh Akademi Eropa untuk Alergi dan Imunologi Klinis dan tersedia secara online, demikian juga alur perawatan pasien anak-anak dengan RA dan asma dari Royal College of Pediatri dan Kesehatan Anak. Tatalaksana termasuk diagnosis diikuti penghindaran alergen terkait ditambah farmakoterapi yang dibutuhkan bagi sebagian penderita. Rentang ini, menurut tingkat keparahannya, dari semprotan saline, hingga antihistamin non-sedatif oral atau topikal, dengan kortikosteroid intranasal yang tersedia untuk penyakit sedang / berat, mungkin ditambah antihistamin atau antileukotriene tambahan. Konsep pengendalian rinitis telah ada, tetapi tidak ada definisi yang diterima secara universal. Ketika farmakoterapi gagal, imunoterapi spesifik alergen, yang secara unik mampu mengubah hasil penyakit jangka panjang, harus dipertimbangkan. Bentuk imunoterapi subkutan pada anakanak telah kurang digunakan karena dikhawatirkan mengenai keamanannya. Imunoterapi sublingual berkhasiat dan aman untuk alergi serbuk sari rumput. Diperlukan studi lebih lanjut tentang alergen lain pada anak-anak. Pendidikan pasien, pengasuh dan praktisi tentang RA dan perawatannya adalah bagian penting dari manajemen. 2 INTRODUCTION 2 TRANSLATE INTRODUCTION Rhinitis, bisa karna alergi, infeksi, atau tidak satu pun dari ini, didefinisikan sebagai setidaknya dua gejala hidung, termasuk rhinorrhoea, penyumbatan hidung, bersin, dan gatal-gatal. Ini adalah masalah umum pada masa kanak-kanak dan remaja yang berdampak negatif pada kesejahteraan fisik, sosial dan psikologis. RA adalah inflamasi mukosa hidung yang kurang diketahui, yang disebabkan oleh imunoglobulin E (IgE) pada respon hipersensitivitas terhadap alergen inhalan, seperti pada asma. Alergen yang khas termasuk tungau debu rumah, serbuk sari rumput dan pohon, bulu binatang seperti kucing, anjing, kuda dan, kadang-kadang, jamur. Ada dua tipe berbeda yaitu mereka yang memiliki gejala bersin dan rhinnorea, yang mudah dikenali, dan mereka yang memiliki penyumbatan dominan, di mana diagnosis mungkin terlewatkan. Anak-anak dengan AR dapat mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan hidung, seperti paru-paru, tenggorokan, telinga, atau gangguan kualitas hidup, seringkali terkait dengan kualitas tidur yang buruk dan sehingga mengalami kelelahan, penurunan konsentrasi dan kinerja sekolah. RA sering merupakan bagian dari proses inflamasi sistemik yang terkait dengan kondisi inflamasi lainnya, termasuk konjungtivitis alergi, rinosinusitis dan asma. Asma menunjukkan peningkatan prevalensi pada anak-anak dengan rinitis alergi dan non alergi. Prevalensi asma yang lebih tinggi ditemukan pada mereka yang menderita rinitis persisten dan rinitis berat. Lebih dari tiga perempat anak-anak dengan asma juga memiliki AR yang berhubungan dengan pengendalian asma yang buruk. Xx. Kontrol asma yang buruk ditemukan pada anakanak dengan rinitis sedang hingga berat, yang harus diidentifikasi dan diobati. AR mengawali perkembangan asma pada masa praremaja, masa remaja atau kehidupan dewasa dan menyebabkan tiga kali lipat risiko asma persisten. Hiper responsif, peningkatan oksida nitrat pada ekshalasi dan penurunan fungsi paru-paru telah diamati pada anakanak dengan AR. Farmakoterapi untuk AR meningkatkan kontrol asma; terapi imunoterapi spesifik (SIT) untuk rinitis dapat menurunkan perkembangan rinitis menjadi asma. Rhinitis mempengaruhi kesejahteraan, baik fisik maupun psikologis. AR yang tidak terkontrol mengurangi konsentrasi dan gangguan kualitas tidur. Antihistamin sedatif mengurangi kemampuan belajar. Faktor lingkungan (asap tembakau, polusi, infeksi, diet) dan faktor genetik (riwayat keluarga) berkontribusi pada pengembangan AR dari dermatitis atopik sebelumnya tetapi juga terjadi sebagai manifestasi awal alergi. (ETIOLOGI). 3 MANAGEMENT Guideline-directed management has been shown to improve disease control. The global Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma guideline (ARIA), which includes quality-of-life measures in evaluation and treatment, and provides an evidencebased approach to treatment of AR, has recently been updated using GRADE (Grading of Recommendations, Assessment, Development and Evaluations) methodology.31 The UK has its own guidelines, which are currently being updated.32 More recent, specifically paediatric guidelines, include those from the European Academy for Allergy and Clinical Immunology (EAACI)33 and patient pathways from the Royal College of Paediatrics and Child Health. 34 The following is a synopsis of their content. TRANSLATE Pedoman tatalaksana terbukti meningkatkan pengendalian penyakit. The global Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma guideline (ARIA), yang mencakup ukuran kualitas hidup dalam evaluasi dan perawatan, dan pengobatan AR berbasis bukti, baru-baru ini diperbarui menggunakan GRADE (Grading of Recommendations, Assessment, Development and Evaluations). UK memiliki pedoman sendiri yang saat inis edang diperbarui. Terakhir, pedoman pediatrik dari European Academy for Allergy and Clinical Immunology (EAACI) dan patient pathways from the Royal College of Paediatrics and Child Health.