PENGARUH SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING ANNA MARINA Universitas Muhammadiyah Surabaya ABSTRACT This three-variate model of study is aimed to test whether variables of environment uncertainty, decentralization, and management accounting information system affect the performance of management. This study replicates previous studies to check the results consistency of the studies when they are implemented in corporate manuffacturing which involve managers’ multicultural interaction. The qualitative primary data is collected using questionnaires developed by Mahoney, Jerdee, and Carroll (1983) for managerial performance variable, Govindarajan (1986) for variable of environment uncertainty, Duncan (1972 )dalam Prasetyo (2002) variable of decentralization, and Chow et all (1999) Gull and Chia (1994) for variable of managerial accounting information system. The instruments have been tested and all are valid and reliable. Non response bias tests have also been conducted and show that there are no significant differences between respondents who respond and those who do not. The study uses partial derivation analysis of multiple regression model implemented by Schoonhoven (1981) and Govindarajan (1986). The results support all hypothesis which conclude that: (1) interaction of environment uncertainty, decentralization, and aggregate of managerial accounting information affect managerial performance, (2) interaction of high degree of decentralization and wide scope of managerial accounting information system affect negatively performance of managers who perceive low for environment uncertainty, and (3) interaction of high degree of decentralization and wide scope of managerial accounting information system affect positively performance of managers who perceive high for environment uncertainty. The main implication of this study is that it is necessary to consider degree of decentralization and perception of environment uncertainty of users of information in designing managerial accounting system in order to improve managers’ performances. Keywords: environment uncertainty, decentralization, management accounting information system, managerial performance PENDAHULUAN Salah satu fungsi dari sistem akuntansi menejemen adalah menyediakan sumber inforamsi penting untuk membantu manajemen mengandalikan aktivitasnya serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam usaha mencapai tujuan organisasi dengan sukses (Gordon & Miller 1976, Waterhouse dan Tiessen 1978, Kaplan 1984, Anthony, 1995 dalam Nazarudin 1998).. dengan adanya informasi juga akan meningkatkan kemampuan manajemen untuk memahami keadaan lingkungan sebenarnya dan informasi Pengaruh Sistem ………. (Anna Marina) berfungsi pula mengidentifikasikan aktivitas yang relevan (Feather 11968,Moch 1971, Barron dkk 1974 dalam Nazaruddin 1998) Karakteristik informasi yang tersedia dalam organisasi akan menjadi efektif apabila mendukung kebutuhan pengguna informasi atau pengambil keputusan. hal ini sejalan dengan pendekatan kentijensi (Outley, 1980), bahwa tingkat ketersediaan dari masingmasing karakteristik informasi sistem akuntansi tetapi ada faktor tertentu lainnya yang akan mempengaruhi tingkat kebutuhan terhadap informasi akuntansi manajemen. 131 Hasil penelitian Chia dan Gul (1994) serta Chia(1995) kemudian memberikan bukti empiris bahwa karakteristik informasi akuntansi manajemen tergantung pada variable konsektual organisasi yaitu desentralisasi, dua sub system control itu akan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Pengaruh positif itu terjadi pabila ada interaksi yang fit. Dampak interaksi antara karakeristik dari masing- masing informasi system akuntansi manajemen dengan desentralisasi akan semakinpositif terhadap kinerja manajerial, apabila dalam kondisitingkat desentralisasi yang tinggi para manajer didukungdengan tinggi pula. Hubungan tersebut terjadi karena dngan adanya desentralisasi, para managr diberikan hak untuk menganbil keputusan oleh superior dan mengimplementasikan, tetapi disisi lain manajerjuga bertanggungjawab terhadap keputusan yang tekah ditetapkan(Waterhouse dan Tiessen1978). Dengan demikian manajer memerlukan dukungan informasisebagai masukan sebelim menentukan keputusan, sehingga kebijakannya diharapkan akan berkulitas dan bias dipertanggungjawabkan. Semakin tinggi tingkat keadaan ketidakpastian lingkungan akan cnderung menerapkan struktur organisasi yaitu dengan memberikan wewenang penuh kepada tingkat manajemen yang lebih rendah (Otley,1980). Meskipun demikian, Chia(1995) telah membuktikan secara empiris yang mendukung hubungan desentralisasi dengan SAM (Tiessen & Waterhouse, 1983). Dan lebih jauh lagi hasil penelitiannya menunjukkan hubungan yang kontijen antara setiap cirri-ciri informasi SAM, mempunyai hubungan dengan kinerja manajerial sejauh kisaran penerapan desentralisasi dalam organisasi. Hasil studi empiris Ritongan dan Zainuddin (2002), ternyata ketidakpastian lingkungan memiliki pengaruh terhadap Informasi Akuntansi Manajemen dimana keadaan ketidak pastian lingkungan akan semakn tinggi akan makin diperlukan adanya informasi akuntansi manajemen dengan cakupan luas, informasi tepat waktu, informasi teragregasi dan informasi terintegrasi. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris atas pengaruh variabel moderating ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi terhadap hubungan antara system informasi akuntansi manajemen dan kinerja manajerial 132 TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS a. Ketidakpastian Lingkungan Ketidakpastian lingkungan diidentifikasikan sebagai variabel konstektual dalam sistem akuntansi. Namun dalam kondisi yang tidak pasti proses perencanaan dan pengendalian akan menjadi lebih sulit dan banyak menghadapi masalah ada kejadian di masa yang akan datang sulit untuk diperkirakan (Duncan,1997 dalam Prasetyo,2002).(Chenhall dan Morris (1986) dan Fisher (1996) dalam Prasetyo (2002) (Gofford, 1979 dalam Rahayu, 1999). Menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan yang dihadapi seorang manajer akan mempengaruhi karakteristik informasi yang dibutuhkannya. Ketidakpastian lingkungan adalah kondisi eksternal sebagai rasa ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi secara akurat pada operasional perusahaan (Miliken, 1987). Penelitian Burn dan Stalker Gudon (1999) menemukan bahwa struktur organisasi yang mekanitis (dengan ciri-ciri pembagian tugas yang spesifik dan tegas) untuk lingkungan yang stabil sedangkan untuk organisasi yang organis(dengan ciri: Struktur fleksibel) untuk lingkungan yang tidak stabil. Ketidakpastian lingkungan yang dirasakan menjadi variabel independen yang dijadikan perusahaan sulit untuk memprediksi, membuat perencanaan dan pengendalian mengenal lebih sulit (Penelitian Burn dan Stalker Gudon, 1999). Seseorang mengalami ketidakpastian karena dia merasa tidak mampu membedakan antara data yang relevan dengan data yang tidak relevan. Watson (1975) dalam Gudono (1999), menyatakan bahwa karakteristik sistem informasi akuntansi mengarahkan ke mekanisme yang akan mendukung struktur oerganisasi. Disamping itu semakin tinggi pengaruh ketidakpastian lingkungan, semakin membutuhkan informasi yang berkarekteristik sistem informasi akuntansi yang memungkinkan para manajer mempunyai peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan dan ebih bertanggung jawab terhadap unit kerja yng dipimpinnya. Konsekuensinya,mereka membutuhkan karakteristik sistem informasi akuntansi yang andal agar dapa menyediakan kebtuhan informasi yang tepat waktu dan relevan dalam pembuatan kebijaksanaan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 131-141 (Kaplan dan Atkinson, 1989; Emmanuel, 1990; Gul, 1995 dalam Gudono, 2000) Suasana ketidakpastian lingkungan, seorng manajer mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan dan melakukan pengendalian akan menjadi masalah dalam situasi ketidakpastian karena peristiwaperistiwa yang akan datang tidak dapat diprediksi. Keadaan ketidakpastian lingkungan tinggi diperlukan informasi dengan cakupan luas, informasi yang tepat waktu, informasi terimtegrasi dan informasi tersgregasi. b. Desentralisasi Desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada para manajer. Tingkat pendelegasian itu sendiri menunjukkan sampai seberapa jauh manajemen yang lehih tinggi mengizinkan manajemen yang lebih rendah untuk membuat kebijakan secara independen (Heller dan Yulk, 1989). Pendelegasian yang diberikan kepada manajemen yang lebih rendah (subordinate) dalam otoritas pembuatan keputusan (decision making) akan diikuti pula tanggung jawab terhadap aktivitas yang mereka lakukan. Otoritas adalah memberikan hak untuk menentukan penugasan, sedangkan tanggung jawab adalah kewajiban untuk mencapai tugas yang telah ditetapkan (Hellriegel dan Slocum, 1987). Desentralisasi dalam bentuk pendistribusian otoritas pada manajemen yang lebih rendah diperlukan karena semakin kompleksnya kondisi administratif, tugas, dan tanggung jawab. Dengan pendelegasian wewenang maka akan membantu meringankan beban manajemen yang lebih tinggi. Thompson (1986) menegaskan bahwa desentralisasi dibutuhkan sebagai respons terhadap lingkungan yang tidak dapat diramalkan Govindarajan (1986) menunjukkan bahwa tingkat desentralisasi yang tinggi merupakan bentuk yang tepat untuk menghadapi peningkatan ketidakpastian sehingga menunjang pencapaian kinerja manajerial yang lebih baik. b. Karakteristik Informasi Akuntansi Manajemen Informasi Akuntansi Manajemen yang berguna untuk membantu para pekerja, manajer dan eksekutif untuk membuat keputusan yang lebih baik (Atkinson 1995 dalam Prasetyo 2002).Bukti empiris mengenai karakteristik informasi yang bermanfaat menurut persepsi para manajerial adalah Pengaruh Sistem ………. (Anna Marina) terdiri dari informasi broad scope, timeliness, aggregation dan informasi yang memiliki sifat intergration (Chenhal dan Morris, 1986) Informasi akuntansi manajemen yang semakin handal mungkin pada suku tinggi tingkat ketersediaan informasi. a. Informasi Broad Scope Sistem Akuntansi Manajemen Informasi sistem manajemen bersifat broad scope mewakili dimensi focus, time horizon dan kuantifikasi (Gordon & Narayana, 1984 dalam Gudono, 2000). Informasi broad scope memberikan informasi tentang faktor-faktor eksternal maupun internal perusahaan, informasi broad scope juga mencakup tentang info non ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, serta aspek-aspek lingkungan (Chenhall dan Morris, 1986). Nazaruddin (1998) menyatakan adanya perbedaan tingkat ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi berdampak positif terhadap informasi broad scope. b. Informasi time liness Sistem Akuntansi Manajemen Informasi tepat waktu akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam lingkungan kerja mereka (Amey, 1979, Gordon dan Narayana 1984 dalam Nzaruddin, 1998). Tingkat desentralisai yang tinggi dan informasi yang akan berpengaruh positif karena mampu merespon suatu kejadian dengan cepat (Gudono, 2000). c. Informasi agregasi Sistem Akuntansi Manajemen Informasi agregasi perlu dalam organisasi desentralisasi karena dapat mencegah kemungkinan terjadinya overload informasi (Iselin, 1988 dalam Prasetyo 2002) Kebutuhan informasi yang dapat mencerminkan area pertanggungjawaban dapat diperoleh dari informasi teragregasi (Hongren, 1982, Chenhall dan Morris 1986 dalam Nazaruddin 1998) Informasi agregasi memberikan informasi mengenai area pertanggungjawaban mereka sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik dan mendukung para manajerial untuk mengatasi adanya info overload(Iselin 1998 dalam Prasetyo 2002) d. Inforamsi integrasi Manajemen Sistem Akuntansi 133 Informasi integrasi mencakup aspek seperti keutuhan target antar ahli utang yang terhitung dari proses interaksi antar sub unit dalam organisasi kompleksitas dan saling keterkaitan ataupun ketergantungan sub unit satu dengan yang lainnya akan tercermin dalam informasi intergation (Ferrara, 1964, Hongren, 1982, serta Chenhall dan morris, 1986 dalam Nazaruddin 1998 Informasi terintegrasi akan berperan dalam mengkoordinasi kebijakan organisasi yang memiliki tingkat desentralisasi tinggi, agar terjadi keselarasan dalam mencapai tujuan utuh perusahaan (Gudono,2002) c. Pendekatan Kontijensi Pendekatan kontijensi menyatakan semua komponen dari suatu organisasi harus terdapat kecocokan atau kesesuaian (fit) antara satu dengan yang lain. Secara teori setiap organisasi mempunyai konfigurasi yang optimal atau kesesuaian konteks antara struktur dan pengawasan. Pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa tidak ada Sistem Akuntansi Manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan tetapi Sistem Informasi Akuntansi itu tergantung pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi. Pandangan dari organisai dan manajerial mengemukakan bahwa organisasi adalah sistem yang terdiri dari subsistemsubsistem antara organisasi dengan lingkungan dan menegaskan pola-pola atau bentuk-bentuk variabel menempatkan bermacam-macam sifat organisasi dan berusaha untuk mengerti bagaimana organisasi beroperasi di dalam bermacammacam kondisi dan dalam keadaan khusus pandangan kontikensi pada akhirnya diarahkan untuk mencapai rancanganrancangan organisasi yang diharapkan dan kegiatan-kegiatan manajemen paling tepat untuk situasi khusus. d. Hubungan Sistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja Manajerial Terhadap Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi Watson (1999) dalam Gudono (1999), menyatakan karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen mengarahkan ke mekanisme yang akan mendukung struktur organisasi. Disamping itu semakin tinggi pengaruh ketidakpastian lingkungan, semakin 134 membutuhkan informasi yang berkarakteristik Sistem Akuntansi Manajemen yang memungkinkan para manajer memiliki peran lebih besar dalam pengambilan keputusan dan lebih bertanggungjawab terhadap unit kerja yang dipimpinnya. Adanya desentralisasi akan menyebabkan para manajer yang dikenai guna mendukung kualitas keputusan. Kosekuensinya mereka membutuhkan karakteristik informasi akuntansi yang andal agar dapat menyediakan kebutuhan informasi yang tepat waktu dan relevan dalam pembuatan kebijaksanaan dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Sehingga adanya perbedaan tingkat desentralisasi akan menimbulkan perbedaan kebutuhan terhadap informasi yang dibutuhkan. Suasana ketidakpastian lingkungan, seorang manajer mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan dan melakukan pengendalian akan menjadi masalah dalam membuat perencanaan dan melakukan pengendalian akan menjadi masalah dalam situasi ketidakpastian karena peristiwaperistiwa yang akan datang tidak dapat diprediksi. Informasi yang tersedia dalam organisasi akan menjadi efektif bila mendukung kebutuhan pengguna informasi atau pengambil keputusan, hal ini sejalan dengan pendekatan kontijensi, bahwa tngkat ketersediaan dar masing- masing karakteristik infomasi akuntansi ttapi ada faktor tertentu lainnya yang akan memepengaruhi tingkat kebutuhan terhadap informasi akuntansi. ketidakpastian lingkungan pada kinerja manajerial akan ditentukan oleh tingkat kecanggihan informasi sistem akuntansi manajemen dan tingkat desentralisasi. Saat persepsi ketidakpastian lingkungan rendah, manajemen dapat membuat prediksi yang relatif akurat tentang pasar yang dapat dituntun dari parameter umum informasi sistem akuntansi manajemen dalam akuntansi konvensional. Sebagai tambahan, terdapat sedikit tipe informasi yang kritis dan penting untuk pembuatan keputusan. Dalam kondisi seperti ini lingkungan dapat diinterpretasikan secara lebih mudah karena berbagai set aturan yang tersedia dan dapat diakomodasi system akuntansi manajemen yang tradisional. Namun, jika sistem akuntansi manajemen sangat canggih (dalam hal lingkup dan agregatnya) sehingga laporan-laporan yang disajikan mengandung informasi lebih bersifat non-economic dan non-financial serta JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 131-141 bermanfaat lebih besar untuk peramalan dan decision models, para manajer akan terbebani dengan informasi yang overload yang dapat berakibat keputusannya tidak optimal (Gul dan Chia, 1994). Konsekuensinya, kondisi ini akan berpengaruh negative terhadap kinerja manajerial. Sebaliknya, ketika persepsi ketidakpastian lingkungan tinggi organisasi mungkin membutuhkan tambahan informasi untuk mengantisipasi kompleksitas lingkungan. Semakin canggih laporan yang dihasilkan dari informasi sistem akuntansi manajemen akan dapat lebih membantu mengurangi ketidakpastian dan memperbaiki kualitas keputusan yang dibuat (Gul dan Chia, 1994), yang selanjutnya mungkin dapat memperbaiki kinerja manajerial. Hal yang sama, persepsi ketidakpastian lingkungan mungkin berasosiasi dengan struktur organisasi terdesentralisasi, yaitu ketika persepsin ketidakpastian lingkungan tinggi maka suatu struktur organisasi yang terdesentralisasi lebih cocok untuk merespons kejadian yang tidak diharapkan dan memfasilitasi keputusan-keputusan yang tidak terstruktur. Riset-riset sebelumnya menganjurkan bahwa bentuk struktur organisasi organik (yang sama dengan struktur organisasi terdesentralisasi) cenderung sukses dalam lingkungan yang dinamis (Gerloff, 1985) Hipotesis 1: Terdapat pengaruh informasi system akuntansi manajemen, terhadap kinerja manajerial Para manajer yang dihadapkan pada kondisi persepsi ketidakpastian lingkungan yang rendah akan membutuhkan informasi sistem akuntansi manajemen yang tidak begitu canggih. Ketersediaan agregat informasi sistem akuntansi manajemen yang lebih luas mungkin menimbulkan perilaku disfungsional sebagai akibat informasi yang overload (Gerloff, 1985). Informasi dalam organisasi terdesenteralisasi lebih banyak dibutuhkan dibanding didalam organisasi tersentralisasi. Hal ini terjadi karena dalam sistem tersentralisasi manajer hanya menjalankan tugas atas perintah atasannya saja. Sebaliknya dalam sistem desentralisasi manajer memerlukan informasi lebih banyak untuk pembuatan keputusan mereka (Waterhouse dan Tieesan, 1978 dan Galbraith, 1973 dalam Nazaruddin, 1998). Dari analisa di atas dapat dikatakan bahwa adanya perbedaan tingkat Pengaruh Sistem ………. (Anna Marina) desentralisasi akan menyebabkan perbedaan kebutuhan informasi. Kondisi tersebut menimbulkan perlunya keselarasan antara tingkat desentralisasi dengan tingkat ketersediaan karakteristik sistem akuntansi manajemen. Apabila perusahaan memiliki tingkat desentralisasi tinggi perlu didukung pula dengan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen yang andal.(Mardiyah, Aida ainul dan Gudono, 2001). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Nazaruddin (1998) dalam penelitiannya menguji pengaruh desentralisasi dan karakteristik informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial Hipotesis 2 : Desentralisasi berpengaruh terhadap hubungan informasi sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial Sebaliknya, ketika persepsi ketidakpastian lingkungan tinggi organisasi mungkin membutuhkan tambahan informasi untuk mengantisipasi kompleksitas lingkungan. Semakin canggih laporan yang dihasilkan dari informasi sistem akuntansi manajemen akan dapat lebih membantu mengurangi ketidakpastian dan memperbaiki kualitas keputusan yang dibuat (Gul dan Chia, 1994), yang selanjutnya mungkin dapat memperbaiki kinerja manajerial. Hal yang sama, persepsi ketidakpastian lingkungan mungkin berasosiasi dengan struktur organisasi terdesentralisasi, yaitu ketika persepsin ketidakpastian lingkungan tinggi maka suatu struktur organisasi yang terdesentralisasi lebih cocok untuk merespons kejadian yang tidak diharapkan dan memfasilitasi keputusan-keputusan yang tidak terstruktur. Riset-riset sebelumnya menganjurkan bahwa bentuk struktur organisasi organik (yang sama dengan struktur organisasi terdesentralisasi) cenderung sukses dalam lingkungan yang dinamis (Gerloff, 1985) Hipotesis 3: Ketidakpatian lingkungan berpengaruh terhadap hubungan antara system informasi akuntansi manajemen dan kinerja manejerial MODEL PENELITIAN Dari model penelitian dibawah ini dapat diartikan bahwa kinerja manajerial dipengaruhi oleh interaksi antara tingkat ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi 135 dengan sistem akuntansi manajemen atau dengan kata lain tingkat ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi akan mempengaruhi hubungan positif sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Semakin tinggi ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi maka semakin andal informasi sistem akuntansi manajemen yang disediakan sehingga akan meningkatkan kinerja manajerial. Dengan demikian semakin rendah ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi maka semakin sedikit informasi yang disediakan sehingga kinerja manajeerial semakin menurun. Sistem Akuntansi Manajemen Kinerja manajerial Variabel Moderating 1. Ketidakpastian Lingkungan 2. Struktur Organisasi Gambar 1 : Hubungan Sistem Akuntansi Manajemen dan kinerja manajerial dengan ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua manajer level menengah keatas pada perusahaan manufaktur di Surabaya, yang mana menurut data dari BPS (2003) terdapat 135 perusahaan manufaktur yang bergerak diberbagai sektor usaha produktif (BPS, 2003).Penelitian ini mengambil sampel para manajer dibagian operasional dan pemasaran karena didasarkan pada variabel yang diteliti yaitu ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling atau pengambilan sampel secara acak. Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin, dengan asumsi penyimpangan 10% (Husein Umar,1999) Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini ada empat variabel yang diukur : Variabel Independen Sistem Akuntansi Manajemen sebagai variabel independen yang mempunyai karakteristik yaitu broad Sciope, timeliness, agregation dan integration. a. Informasi broad Scope Sistem Akuntansi Manajemen Informasi broad scope dapat dikatan sebagai informasi dengan cakupan luas yang meliputi faktor-faktor eksternal maupun internal perusahaan, informsai 136 non ekonomi, ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang, informasi yang berhubungan dengan aspek-aspek lingkungan (chenhall dan Morris, 1998). Semakin tinggi skala berarti informasi yang ada memiliki cakupan luas. b. Informasi timeliness Sistem Akuntansi Manajemen Informasi timeliness adalah informasi yang mengungkapkan ketepatan waktu menunjukkan tentang waktu antara permohonan informasi dengan penyajian informasi yang dinginkan serta frekuensi pelaporan informasi dan kecepatan membuat laporan (Nazaruddin, 1998 dan c. Ritonga & Zainuddin, 2002). Informasi agregation Sistem Akuntansi Manajemen Informasi agregation adalah inforamsi yang memperhatikan penerapan bentuk kebijakan foramal atau model analitika informasi hasil akhir yang didasarkan pada areal fungsional atau didasarkan pada waktu (Nazaruddin, 1998). Sehingga semakin tinggi atau penting informasi yang dihasilkan semakin teragregasi. d. Informasi integration Sistem Akuntansi Manajemen Informasi Integration mencermnkan aspek seperti ketentuan terget atau aktivitas yang dihitung antar proses interaksi antar sub unit dalam organisasi. Kompleksitas dan saling keterkaitan ataupun JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 131-141 ketergantungan sub unit satu dengan yang lainnya akan terceermin dalam informasi integration (Nazaruddin, 1998). Artinya semakin tinggi informasi yang ada maka semakin terintegrasi. Untuk menilai keempat dimensi Sistem Informasi Akuntansi Manajemen tersebut diukur dengan menggunakan yang pertama Skope (Broad Scope) yang terdiri dari 6 pertanyaan. Responden diminta untuk menjawab 7 pertanyaan dengan memilih satu nilai dalam skala 1 (informasi tidak penting) sampai skala 7 (informasi sangat penting). Yang kedua menggunakan Ketetapan (Time Lines) yang terdiri dari 4 item pertanyaan. Responden diminta untuk menjawab 7 pertanyaan dengan memilih satu nilai dalam skala 1 (informasi tidak penting) sampai skala 7 (informasi sangat penting). Yang ketiga menggunakan kesatuan (Aggregation) yang terdiri dari 5 item pertanyaan. Responden diminta untuk menjawab 7 pertanyaan dengan memilih satu nilai dalam skala 1 (informasi tidak penting) sampai skala 7 (informasi sangat penting). Yang terakhir atau yang keempat adalah menggunakan Integrasi (Integration) yang terdiri dari 3 item pertanyaan. Responden diminta untuk menjawab 7 pertanyaan dengan memilih satu nilai dalam skala 1 (informasi tidak penting) sampai skala 7 (informasi sangat penting). Variabel Dependen Kinerja manajerial adalah kinerja individual anggota organisasi dalam kegiatan manajerial. Kinerja manajerial diukur dengan instrumen self rating yang dikembangkan oleh Mahoney, Jardey dan Caroll (1963) dengan menggunakan skala likkert 1 sampai 7. Instrumen ini terdiri dari 8 dimensi kinerja personal ( perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, staff, negosiasi, perwakilan) dan 1 dimensi kinerja secara keseluruhan. Variabel Moderating Variabe moderating adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen (Sugiyono, 2001). Dalam penelitian ini variabel moderatingnya adalah ketidakpastian llingkungan dan teknologi informasi.. Ketidakpastian lingkungan Pengaruh Sistem ………. (Anna Marina) Ketidakpastian lingkungan adalah kondisi eksternal sebagai rasa ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi secara akurat pada operasional perusahaan (Miliken, 1987). Ketidakpastian lingkungan diungkapkan dalam pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan memprediksi keadaan terhadap lingkungan organisasi. Ketidakpastian lingkungan diukur dengan 12 (dua belas) item pertanyaan yang dikembangkan oeh Duncan(1972) dalam Prsetyo (2002). Pengukuran menggunakan skala likert 7 point. Respoonden diminta untuk memilih satu nilai dalam skala 1 (satu) sampai 7 (tujuh). Desentralisasi Desentrlisasi adalah menunjukkan pada tingkat pendelegasian otoritas dan wewenang kepada manajer yang lebih rendah untuk menentukan kebijkan, seperti pengembangan produk/ jasa jenis baru, pengalokasian anggaran dan penentuan harga jual, Gordon dan Narayana dalam Nazaruddin, 1998) instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang dikembangkan oleh Chow et all(1999) Gul dan Chia (1994) yang terdiri dari 5 (lima) item pertanyaan dan diukur dengan skala likert, mulai skala 1 menunjukkan sangat tidak banyak peraturan yang dibuat secara tertulis sampai skala 7 mennjukkan sangat banyak peraturan yang tertulis. ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS Pengujian Reliabilitas Internal Instrumen Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menghitung cronbach alpha instrumen dari tiap-tiap variabel. Instrumen dikatakan reliabel untuk mengukur tiap-tiap variabel bila memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,50 (Nunnally, 1967). Hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai cronbach alpha instrumen tiap-tiap variabel adalah 0,7403; 0,831; 0,761; 0,784; 0,898. Nilai ini lebih besar daripada nilai cronbach alpha yang disyaratkan (0,50). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa reliabilitas instrumen pengukur variabel penelitian terpenuhi. Pengujian Normalitas Data Pengujian distribusi normal dilakukan dengan cara melihat histogram yang membandingkan data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Selain itu uji 137 normalitas dapat juga dengan menggunakan normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari data yang sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari data distribusi normal. Jika distribusi normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kinerja Manajerial 1.0 Expected Cum Prob 0.8 0.6 0.4 0.2 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pertama, kedua dan ketiga dilakukan untuk mengetahui apakah variabel sistek akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan apakah ketidakpastian lingkungan dan struktur organisasi sebagai variabel pemoderasi pengaruh system akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Untuk pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan variabel moderating. Berdasarkan analisis multiple regretion analysis pada Tabel 1 diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut: 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Y = 36.925 + 2.035X1 + 0.822X2 – 0.5892287X3 + 3.678X4 – 0.310X5 Tabel 1 : Ringkasan Hasil Persamaan Regresi Berganda Linier Coe fficientsa Model 1 (Cons tant) Sistem A kuntans i Manajemen Ketidakpastian Lingkungan Struktur Organisasi A bs _1 A bs _2 Unstandardiz ed Coef f icients B Std. Error 36.925 2.299 Standardized Coef f icients Beta t 16.058 Sig. .000 2.035 1.228 .286 1.658 .109 .822 1.254 .115 .655 .518 -.589 3.678 -.310 1.208 1.424 1.288 -.083 .438 -.040 -.488 2.583 -.240 .629 .015 .812 a. Dependent V ariable: Kinerja Manajerial Pengujian Hipotesis 1 Berdasarkan hasil pengujian dengan alat analisis berganda yang dirangkum dalam tabel 1, diperoleh hasil bahwa secara langsung atau parsial sistem akuntansi manajemen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial, hasil ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.109 atau di atas nilai batas signifikansi ( =0.05), yang berarti bahwa dengan semakin baik sistem akuntansi manajemen maka kinerja manajerial yang dihasilkan tidak akan selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan di atas yang menunjukkan bahwa sistem akuntansi manajemen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial maka hipotesis pertama yang menyatakan bahwa sistem akuntansi manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial adalah tidak terbukti atau di tolak. 138 Pengujian Hipotesis 2 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa secara parsial variabel ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial yaitu dengan tingkat signifikansi 0.518, tetapi setelah dilakukan interaksi dengan variabel sistem akuntansi manajemen variabel ketidakpastian lingkungan ternyata memberikan pengaruh atau sebagai variabel yang memoderesi pengaruh antara sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Hasil tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel interaksi X 1 dan X2 (yang diukur dengan nilai Abs_1) yaitu sebesar 0.015 atau lebih kecil dari nilai yaitu 0.05. Nilai koefisien regresi yang menunjukkan nilai positif yang berarti bahwa adanya ketidakpastian lingkungan yang tinggi maka pengaruh sistem akuntansi manajemen JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 131-141 terhadap kinerja manajerial akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil analisis demikian maka hipotesis 2 yang menyatakan bahwa interaksi antara sistem akuntansi manajemen dan ketidakpastian lingkungan akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial dalam penelitian ini dapat dibuktikan atau hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Pengujian Hipotesis 3 Berdasarkan hasil pengujian dengan alat analisis berganda yang dirangkum dalam tabel 3 diperoleh hasil bahwa secara langsung atau parsial struktur organisasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial, hasil ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.629 atau di atas nilai batas signifikansi ( =0.05). Selain itu dari hasil analisis regresi berganda juga diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi untuk pengaruh antara sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial dengan variabel struktur organisasi sebagai variabel pemoderasi yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari selisih absolut antara X1 dan X3 (Abs_2) yaitu 0.812 atau di atas nilai batas signifikansi ( =0.05), yang berarti bahwa variabel struktur organisasi bukan merupakan variabel yang memoderasi pengaruh antara sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial, yang berarti dengan struktur organisasi yang terdisentralisasi maka pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial tidak akan selalu meningkat. Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan di atas maka hipotesis 3 yang menyatakan bahwa interaksi antara sistem akuntansi manajemen dan struktur organisasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial dalam penelitian ini adalah tidak terbukti atau hipotesis ketiga yang diajukan ditolak. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Terdapat pengaruh interaksi ketidakpastian lingkungan, desentralisasi, dan agregat informasi sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Pengaruh Sistem ………. (Anna Marina) Kombinasi derajat ketdakpastian lingkungan yang tinggi dan agregat informasi system akuntansi manajemen yang tinggi akan mempunyai pengaruh negatif pada kinerja manajer yang memiliki tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan rendah. Kombinasi derajat desentralisasi yang tinggi dan agregat informasi system akuntansi manajemen yang tinggi akan mempunyai pengaruh negatif pada kinerja manajer yang memiliki tingkat persepsi ketidakpastian lingkungan tinggi. Implikasi Implikasi penelitian ini adalah dalam mendesain sistem akuntansi manajemen diperlukan kesadaran dan perhatian terhadap dua isu, yaitu (1) pengaruh interaksi persepsi ketidakpastian lingkungan, desentralisasi, dan agregat informasi system akuntansi serta (2) hubungan tingkat desentralisasi untuk organisasi yang beroperasi dalam ketidakpastian lingkungan yang bervariasi terhadap kinerja manajerial adalah bersifat non-monotonic sepanjang rentang agregat informasi sistem akuntansi manajemen. Perancang organisasional akan memperoleh manfaat dari perhatian yang sungguhsungguh untuk mengadopsi suatu pendekatan terpadu terhadap sistem control menyeluruh dalam organisasi, yang akan dapat dicapai dengan mempertimbangkan pengaruh interkasi ketidakpastian lingkungan dan subsistem kontrol terhadap kinerja manajerial. Berbagai perubahan dalam satu subsistem kontrol mungkin membutuhkan perubahan penting dalam aspek yang lain dari struktur organisasi subsistem kontrol yang lain dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Saran Penelitian ini hanya mempertimbangkan tiga variabel subsistem kontrol yang merupakan bagian kecil dari keseluruhan variabel yang mungkin mempengaruhi kinerja manajerial. Begitu juga halnya dengan generalisasi yang dapat diambil adalah sangat terbatas untuk ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya penting untuk mempertimbangkan kemungkinan pengaruh ketidakpastian tugas, strategi organisasi, atau dengan variabel yang sama, namun dipertajam dengan pengelompokan subsampel, misalnya antarsampel kelas hotel berbintang. 139 DAFTAR PUSTAKA Ahmasafari, Chitranigrum 1995. ”Analisis Pengaruh Interaksi Antara Sistem Akuntansi Allison, P.D. 1977. “ Testing for Interraction in Multiple Regression”. American Journal of Sociology. pp. 144 – 153. Atkitson. 1995. Management Accounting. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Chong, V.K. 1996. “Management Accounting Systems, Task Uncertainty and Managerial Performance: A Research Note”. Accounting, Organizations and Society. Vol. 21, No. 25. pp. 415 – 421. Ernawan, V. Budi. 1995. “Analisa Pengaruh Interaksi Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Informasi Akuntansi Manajemen terhadap Prestasi Kerja Manajer”. Skripsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Gerloff, E.A. 1985. Organizational Theory and Design – A Strategic Approach for Management, New York: Mc. Graw-Hill. Gordon, E.A. and Miller. 1986. “A Contigency Framework for the Design of Accounting Information Systems”. Accounting, Organizations and Society. pp. 59– 69. Gordon, L.A. and V.K. Narayanan. 1984. “Management Accounting Systems, Perceived Environmental Uncertainty and Organization Structure: An Empirical Investigation”. Accounting, Organizations and Society. Vol.9, No.1. pp. 259 – 285. Govindarajan, V. 1986. “Impact of Participation in the Budgetary Process on Management Attitudes and Performance : Universalistic and Contigency Perspectives”. Decision Sciences. pp. 496 – 516. Gul and Chia, Y.M. 1994. “The Effect of Management Accounting Systems, Perceived Environmental Uncertainty and Decentralization on Managerial Performance: A Tes of Three-way Interaction”. Accounting, Organizations and Society. Vol. 19. pp 413 – 426. Heller, F.A and Yulk. 1989. “Participation in Managerial Decision Making and Situational Variable”. Organizational Behavior and Human Performance . pp. 230. Hellriegel, D. and J.W. Slocum. 1987. Management: Contingency Approach. Addison Wesley. Inc.Chenhall, R.H. dan D. Morries. 1986. “The Impact of Structure, Environment, and Interdependence on the Perceived Usufulness of Management Accounting Systems”. Accounting Review. pp. 16 – 35. Indriantoro dan Supomo. B. 1998. “Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasional Terhadap Keefektipan Anggaran Partisipasi dalam Peningkatan Kinerja Manajerial”. Kelola, No.18/VII/1998. pp. 61–80. Mahoney, T.A., T.H. Jerdee, and S.J. Carrol. Development of Managerial Performance: A Research Approach. Cincinnati, OH: South-Western. Merchant and Kenneth A. 1981. “The Design of the Corporate Budgetng Systems: Influences on Managerial Behaviour and Performance”. The Accounting Review. October. pp. 813–829. Manajemen, Ketidakpastian Lingkungan dan Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial”. Skripsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Miah, N.Z. and Mia L. 1996. “Decentralization, Accounting Control and Performance of Government Organizations: A New Zealand Empirical Study”. Financial Accountibility and Management. August 1996. pp. 173 – 189. Nunnanly, J.C.1978. Psychometric Theory. New York: Mc. Graw – Hill. Otley, D.T. 1980. “The Contingency Theory of Management Accounting: Acheivement and Prognosis”. Accounting, Organizations and Society. p. 422. Riyanto, Bambang. 1997. “Strategic Uncertainty, Management Accounting Systems and Performance: Emperical Investigation of Contigency Theory at a Firm Level”. Unpublished Ph. D, Dissertation, Temple University. 140 JAI Vol.5, No.2, Juli 2009 : 131-141 Schoonhoven, C.B. “Problems with Contigency Theory: Testing Assumptions Hidden Within the Language of Contingency Theory”. Administrative Science Quarterly. Vol. 26, No. 3. pp. 349 – 377. Thompson, J.D. 1986. Organizations in Action. Mc.Graw-Hill. Waterhouse, J.H. and Tiessen. 1995. A Contingency Framework for Management Accounting Systems Research, Accounting, dalam Managerial Accounting – The Behavioural Foundation. J.L. Livingstone, Colombus, Ohio: Grid Inc. pp. 65 – 80. Pengaruh Sistem ………. (Anna Marina) 141