Uploaded by aynazhra

Alergi

advertisement
Alergi
Alergi
adalah
akuisi
reaktivitas
imun
spesifik
yang
tidak
sesuai/hipersensitivitas terhadap bahan lingkungan yang biasanya tidak berbahaya
misalnya debu / serbuk sari tanaman.
Respon alergi dibagi menjadi dua bagian :
1. Hipersensitivitas tipe cepat
Respon alergi yang muncul dalam waktu 20 menit setelah orang yang
tersensitisasi terpajan ke suatu alergen. Gejala – gejalanya tergantung pada tempat,
alergen, dan mediator yang terlibat. Umumnya reaksi terlokalisasi pada bagiana tubuh
tempat sel – sel yang mengandung Ig E pertama kali berkontak dengan alergen. Jika
reaksi terbatas disaluran napas atas setelah seseorang menghirup alergen misalnya
serbuk sari tertentu dan bahan kimia yang dapat menimbulkan gejjala hay fever ex :
hidung tersumbat akibat edema lokal yang di picu histamin serta bersin dan pilek
akibat bertambahnya sekresi mukus.
2. Hipersensitivitas tipe lambat
Sebagian alergen memicu hipersensitivitas tipe lambat yaitu suatu respon
imun yang diperantai oleh sel T, bukan respon sel B antibodi Ig E tipe cepat. Alergen
tersebut antara lain toksin poison ivy ( sejenis tanaman) dan bahan kimia tertentu
yang sering mengenai kulit, ex : kosmetik dan bahan pembersih rumah tangga.
Umumnya respon ditandai dengan erupsi kulit tipe lambat yang mencapai
puncak intensitasnya satu sampai tiga hari setelah kontak dengan alergen yang sel T
telah tersensitisasi sebelumnya.
Karakteristik
Hipersensitivitas tipe cepat
Hipersensitivitas tipe
lambat
1. Waktu awitan
Dalam 20 menit
Dalam satu – tiga hari
Imunitas yang diperantarai oleh
Imunitas selular terhadap
antibodi terhadap alergen
alergen
Sel B, antibodi Ig E, sel Mast,
Sel T
gejala setelah
pajanan ke
alergen
2. Jenis respon
imun
3. Efektor imun
yang terlibat
basofil, histamin, faktor
kemostatik eosinofil
Sumber :
Sherwood, Lauralee. ( 2012 ). Fisiologi Tubuh Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta : EGC
Rinitis Alergika
Suatu kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan imunitas humoral yang
di mediasi oleh Ig E dan terjadi sebagai respon terhadap antigen lingkungan yang
mengakibatkan inflamasi ssaluran napas atas. Rinitis ini ditandai dengan gejalla
bersin paroksismal, pilek encer dan obstruksi nasi. Timbul pada orang yang berbakat
atopi jika terpapar ulang dengan alergen spesifik yang pada orang normal tidak
menimbulkan reaksi.
Epidimiologi
-
Rinitis alergika ( kadang kala disebut atopi ) merupakan kondisi alergi
yang paling umum. Prevalensinya diperkirakan 20% dari populasi USA.
-
Rinitis alergika menjadi lebih sering terjadi , terutama di negara – negara
industri.
-
Gejala puncak terjadi pada dekade 2,3,4 tetpi anak anak ( sekitar usia 10
tahun ) juga terkena
-
Jelas terdapat predisposisi genetik untuk penyakit alergi
-
Pajanan terhadap polutan lingkungan , seperti dioksida nitrogen dan
dioksida sulfur, dapat meningkatkan respons alergi terhadap alergen.
Patogenesis
Saat kontak alergen pertama kali, tubuh akan membentuk Ig E spesifik. Ig E
akan menempel pada mastosit atau bassofil yang mengandung granula dan disebut
sebagai sel mediator. Proses ini dinamakan senssitisasi dengan sel mediator yang
tersensitisasi.
Jika sel tersebut kemudian bereaksi lagi dengan alergen, aleren akan bereaksi
dengan Ig E yang menempel pada permukaan sel mediator tersebut. Selanjutnya
terjadilah degranulasi mediator. Pada proses ini, dilepaskan zat – zat mediator yaitu
serotonin, bradikinin, histamin, SRS – A ( slow reacting substance of anaphylactic ),
ECF – A ( eosinophyl chemotactic factor of anaphylactic ) yang akan menimbulkan
gejala klinik. Bahan tersebut akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi vena,
akibatnya udem konka dan bewarna kebiruan ( livide ). Penyakit ini cenderung
bersifat herediter.
Gejala yang timbul pada reaksi alergi tergantung dari organ sasarn yang
terkena, misalkan mukosa hidung, kulit, bronkus, dan lain – lain.
Berdasarkan cara masuknya , alergen terbagi menjadi :
1. Alergen inhalan, lewat udara pernapasan misalkan debu rumah, tungau,
serpihan kulit dan lain – lain.
2. Alergen ingestan, masuk lewat makanan misalnya udang, kepiting, telur,
dan lain – lain.
3. Alergen injektan, masuk lewat suntikan atau tusukan misalnya penisilin,
gigitan,dan serangga
4. Alergen kontaktan, masuk lewat kulit misalkan obat kosmetik atau salep.
Berdasarkan terjadinya, rinitis alergi dibedakan menjaadi :
1. Rinitis alergi musiman, karena benag sari bunga tertentu ( pollen )
2. Rinitis alergi sepanjang tahun ( perennial ) terjadi sepanjang tahun
tidak akan dipengaruhi musim
Sumber :
Brashers, Valentina L. ( 2007 ). Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan
dan manajemen. Jakarta : EGC
Download