Uploaded by Vera Onjom

LOGIKA DAN FILSAFAT ADE

advertisement
LOGIKA DAN FILSAFAT
(REVIEW MATERI)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
 Ade Berlian Hulu
(16100047)
Prodi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas HKBP Nommensen Medan
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkatNya, saya
dapat menyelesaikan makalah ini tentang review Logika dan fislafat ini.
Makalah ini saya buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. kami mengucapkan terima kasih untuk semua
pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah “Logika dan Filsafat Ilmu’’, Drs.Poltak Panjaitan M.Pd yang telah memberikan
bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi
penyusunan maupun dari segi materi. “Tidak ada gading yang tak retak”, demikian pula dengan
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat
membangun, yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
Medan, 01 Januari 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pada pemikiran awam sering ketika mendengar istilah sesat pikir dipahami sesuatu yang
mengerikan karena segera dijumbuhkan dengan kekacauan. Namun dalam pandangan logika
sesat pikir itu bisa terjadi karena dalam penarikan kesimpulan terdapat kaidah-kaidah logis yang
dilanggar, hal itu kemudian akan membawa kepada suatu kesimpulan yang sesat. Sesat pikir
(fallacy) dalam pandangan logika berarti sebuah kesalahan logika.
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.Dengan berfikir,
manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berpikir disebut juga
sebagai proses bekerjanya akal. Manusia dapat berpikir karena manusia berakal sehingga
manusia disebut sebagai makhluk yang berakal.
1. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengenai logika dan kesesatan berpikir dalam ilmu pengetahuan!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rasionalisme dan empirisme!
3. Jelaskan mengenai logika berpikir antara keraguan dan kepastian!
4. Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah dalam ilmu pengetahuan?
5. Apa peranan bahasa dalam ilmu?
6. Apa peranan matematika dan statistika dalam ilmu?
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rasionalisme dan empirisme?
8. Jelaskan hakikat logika!
9. Bagaimana logika sebagai sarana berpikir ilmiah?
10. Bagaimana hubungan logika dan ilmu pengetahuan?
11. Bagaimana peran logika dalam filsafat ilmu?
2. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah dalam ilmu
pengetahuan.
2. Menjelaskan peranan bahasa dalam ilmu.
3. Menjelaskan peranan matematika dan statistika dalam ilmu.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan rasionalisme dan empirisme.
5. Menjelaskan mengenai logika dan kesesatan berpikir dalam ilmu pengetahuan.
6. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan rasionalisme dan empirisme.
7. Menjelaskan mengenai logika berpikir antara keraguan dan kepastian.
BAB II
PEMBAHASAN
“Manfaat Logika Dalam Pengembangan Ilmu
Pengetahuan”
A. Logika dan Kesesatan Berpikir dalamIlmu Pengetahuan
Logika sudah sangat jelas memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, setiap orang sejak
masa lampau tentu sudah memikirkan dunia ini dengan logika. Logika tradisional atau klasik
yaitu sistem yang berfungsi untuk manganalisis bahasa, adapun logika modern berusaha
menerapkan prinsip matematika terhadap logika tradisional dengan menggunakan lambang non
bahasa.Secara singkat manfaat logika dalam ilmu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a.
Logika menyatakan, menjelaskan, dan menggunakan prinsip abstrak yang dapat dipakai
dalam semua lapangan ilmu pengetahuan (bhkan seluruh lapangan kehidupan).
b. Logika menambah daya berfikir, abstrak dan demikian melatih dan mengembangkan
daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
c.
Logika mencegah kita tersedat oleh segala sesuatu kita peroleh berdasarkan otoritas,
emosi dan prasangka.
d. Logika di masa sekarang dikenal “era of reason” membantu kita untuk mampu berpikir
sendiri dan tahu membedakan yang benar dari yang palsu.
e. Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, karena dengan
berfikir demikian ia dapat memproleh kebenaran dan menghindari kesesatan.
Sesat pikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah
arah, dan menyesatkan, suatu gejala berfikir yang salah yang disebabkan oleh pemaksaan
prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.
Kesesatan merupakan bagian dari logika, dikenal juga sebagai fallacia/fallacy, di mana
beberapa jenis kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis. Kesesatan
terjadi karena dua hal:
a. Ketidaktepatan bahasa: pemilihan terminology yang salah.
b. Ketidaktepatan relevansi: pemilihan premis yang tidak tepat yaitu membuat premis dari
proposisi yang salah. Proses kesimpulan premis yang caranya tidak tepat, premisnya
tidak berhubungan dengan kesimpulan yang dicari.
Mengikuti John Locke, mengidentifikasi beberapa kesesatan berpikir yang pada akhirnya
termanifestasi dalam perilaku yang juga sesat.
1. kesesatan yang terjadi karena subjek sesungguhnya jarang berpikir sendiri dan berpikir
atau bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan orang lain.
2. kesesatan di mana subjek bertindak seakan sangat menghargai rasio, tetapi kenyataannya
tidak menggunakan rasionya dengan baik.
3. adalah kesesatan yang terjadi akibat subjek tidak terbuka untuk melihat persoalan secara
komprehensif, terpaku hanya pada pendapat atau pendekatan tertentu orang tertentu, atau
sumber tertentu.
B. Rasionalisme dan Empirisme
 Rasionalisme
Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka Rasionalisme menempati
sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan
ke-18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada
hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya
Plato, Aristoteles, dan lainnya.
Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh
rasio manusia. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang dunia.
Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari
pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini.
Prinsip-prinsip tadi oleh Descartes kemudian dikenal dengan istilah substansi, yang tak
lain adalah ide bawaan yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran yang tidak bisa diragukan
lagi. Ada tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes, yaitu:
 Pemikiran; saya memahami diri saya makhluk yang berpikir, maka harus diterima juga
bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.
 Tuhan merupakan wujud yang sama sekali sempurna; karena saya mempunyai ide
“sempurna”, mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena suatu akibat
tidak bisa melebihi penyebabnya.
 Keluasaan; saya mengerti materi sebagai keluasaan atau ekstensi, sebagaimana hal itu
dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur..
Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag menulis dalam bukunya Filsafat Pendidikan yaitu
“Kualitas rasio manusia ini tergantung kepada penyediaan kondisi yang memungkinkan
berkembangnya rasio kearah yang memedai untuk menelaah berbagai permasalahan kehidupan
menuju penyempurnaan dan kemajuan” Dalam hal ini penulis memahami yang dimaksud
penyedian kondisi diatas ialah menciptakan sebuah lingkungan positif yang memungkinkan
manusia terangsang untuk berpikir dan menelaah berbagai masalah yang nantinya
memungkinkan ia menuju penyempunaan dan kemajuan diri.
 Empirisme
Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang
artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, dan yang
terpenting adalah David Hume.Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi
rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniah.
Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala
pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu
penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara yang berlainan. Dunia dan materi
adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan merupakan suatu proses yang
berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum mekanisme. Atas pandangan ini, ajaran Hobbes
merupakan sistem materialistis pertama dalam sejarah filsafat modern.
Prinsip-prinsip dan metode empirisme pertama kali diterapkan oleh Jhon Locke,
penerapan tersebut terhadap masalah-masalah pengetahuan dan pengenalan, langkah yang utama
adalah Locke berusaha menggabungkan teori emperisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan
Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Penggabungan ini justru menguntungkan
empirisme. Ia menentang teori rasionalisme yang mengenai ide-ide dan asas-asas pertama yang
dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman
dan tidak lebih dari itu. Menurutnya akal manusia adalah pasif pada saat pengetahuan itu didapat.
Akal tidak bisa memperolah pengetahuan dari dirinya sendiri. Akal tidak lain hanyalah seperti
kertas putih yang kosong, ia hanyalah menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman.
Locke tidak membedakan antara pengetahuan inderawi dan pengetahuan akali, satu-satunya
objek pengetahuan adalah ide-ide yang timbul karena adanya pengalaman lahiriah dan karena
pengalaman bathiniyah. Pengalaman lahiriah adalah berkaitan dengan hal-hal yang berada di luar
kita. Sementara pengalahan bathinyah berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam diri/psikis
manusia itu sendiri..
C. Logika Berpikir antara Keraguan dan Kepastian
Menurut Josep Morgalis (2012), keraguan dan kepastian bukan merupakan hal-hal yang
hanya dalam psikologis melainkan hal-hal yang logis dan konseptual. Kita bertanya-tanya bukan
hanya apakah keadaan mental tertentu dapat dihindari atau diteruskan, melainkan juga apakah
kepercayaan kognitif kita dapat dibenarkan dan secara relevan dibebaskan dari tantangan.
Permasalahannya, memengaruhi secara mendalam semua usaha mausia untuk pengetahuan; dan
oleh karenanya menarik kita pada kompleksitas yang luar biasa dari hubungan antara keraguan
dan kepastian di suatu sisi, disisi lain pengetahuan dengan kepercayaan.
Manusia selalu bertanya-tanya apakah mereka pernah berhak dapat melepaskan diri dari
keraguan atau mencapai kepastian tentang kepercayaan mereka.
“Sarana Berpikir Ilmiah Dalam Ilmu Pengetahuan”
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Proses berpikir manusia
memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Berpikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal,
manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Dengan akal inilah manusia dapat berfikir untuk
mencari kebenaran hakiki.
Berpikir banyak sekali macamnya, namun secara garis besar dapat dibedakan antara
berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pemikiran yang biasa, yaitu
berdasarkan kehidupan sehari-hari, seperti memikirkan nanti mau beli apa, atau berpikir untuk
pergi kemana. Sedangkan pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang didasarkan pada keilmuan.
Di dalam buku Mukhtar Latif juga dijelaskan bahwa berpikir ilmiah yaitu berpikir yang
logis dan empiris.Logis yaitu masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan, selain itu juga menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan.
Sedangkan di dalam buku Jujun S. Suriasumantri, Bochenski juga menerangkan bahwa
berpikir ilmiah adalah pemikiran yang didasarkan pada keilmuan yaitu pemikiran yang sungguhsungguh, artinya suatu cara yang berdisiplin. Ide dan konsep itu diarahkan pada suatu tujuan
tertentu. Berpikir alamiah dan berpikir ilmiah memiliki perbedaan dalam 2 faktor mendasar,
yaitu: pertama, sumber pengetahuan. Dalam hal ini berpikir ilmiah menyandarkan sumber
pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berpikir non ilmiah mendasarkan
sumber pengetahuan pada perasaan manusia.Kedua, ukuran kebenaran.Dalam berpikir ilmiah
mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan
berpikir non ilmiah mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan seseorang.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh.Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu
pula.Sarana ilmiah diperlukan untuk membantu kegiatan berpikir ilmiah. Tanpa sarana berpikir
ilmiah maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan berjalan dengan baik. Dan pada hakikatnya
sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa, matematika, statistik dan logika..
a. Sarana-sarana Berpikir Ilmiah
 Bahasa
Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan
manusia.Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan.Padahal bahasa
mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari
ciptaan lainnya.hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Ernest Cassirer, sebagaimana
yang dikutip oleh Jujun, bahwa keunikan manusia bukan terletak pada kemampuannya berpikir
melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa.
Maka, dapat dipahami bahwa bahasa adalah salah satu sarana berpikir ilmiah, sehingga
dalam epistemologi pengetahuan ilmiah peran bahasa harus bersifat komunikastif, informatif,
dan reproduktif.Namun bahasa mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya tidak bisa
melepaskan dari unsur emotif dan afektif, dan juga sering menimbulkan kekacauan semantik
karena bahasa bersifat pluralistik dan sikular dalam mendefenisikan arti atau membuat defenisi
baru. Maka diperlukan sarana lain untuk kegiatan penelitian ilmiah, yaitu sarana matematika dan
statistika.
 Logika
Logika berasal dari kata Yunani Kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Logika adalah sarana untuk
berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan.Karena itu, berpikir logis adalah
berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada
satu.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme atau ilmu logika (ilmu pengetahuan)
yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.Ilmu disini mengacu
pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal
budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan.Kata logis yang dipergunakan tersebut
bisa juga diartikan dengan masuk akal.
 Matematika
Dalam melakukan kegiatan ilmiah agar lebih baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah
yang salah satunya adalah matematika.Sarana itu memungkinkan dilakukannya penelaahan
ilmiah secara teratur dan cermat.
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang
ingin kita sampaikan.Lambang-lambang matematika bersifat “artificial” yang baru mempunyai
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.Tanpa itu matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati.
Sarana berpikir ini pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh.Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang
tertentu pula.
Kelebihan Matematika dibandingkan dengan bahasa verbal adalah sifat kuantitatif
matematika.Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif.Dengan bahasa verbal bila membandingkan 2 benda
yang berbeda misal tikus dengan kucing.
 Statistik
Pada mulanya, kata statistik diartikan sebagai keterangan-keterangan yang dibutuhkan
oleh negara dan berguna bagi negara. Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata status yang
mempunyai persamaan arti dengan kata state, yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan
dengan negara. Pada mulanya, kata statistik diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berupa angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berupa angka (data
kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara.Namun
pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistick berarti table, grafik, data informasi, angkaangka, informasi.Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klarifikasi
data, angka sebagai dasar untuk induksi.Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk
membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
Statistika bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan
merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa
yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam
mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya.
A. Peranan Bahasa dalamIlmu
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa di sini yaitu bahasa ilmiah yang
merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang
berupa pengetahuan.Sebagaimana yang dikemukakan, bahasa pada hakikatnya mempunyai dua
fungsi utama, yaitu sebagai sarana komunikasi antar manusia dan sarana budaya yang
mempersatukan kelompok manusia yang menggunakan bahasa itu.
Bahasa ilmiah sebagai sarana dalam menyampaikan informasi dalam kegiatan ilmiah
berupa pengetahuan, berbeda dengan bahasa agama.Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa
agama, pertama, bahasa agama adalah kalam ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suci.Kedua,
bahasa agama merupakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari seseorang atau sebuah
kelompok sosial. Dengan kata lain, bahasa agama dalam konteks kedua ini merupakan wacana
keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama maupun sarjana ahli agama, meskipun tidak
selalu menunjuk serta menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci.
B. Peranan Matematika dan Statistika dalam Ilmu
 Matematika
Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premispremis tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah konsekuensi
dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan sebelumnya.Meskipun “tak pernah
ada kejutan dalam logika” (Ludwig Wittgenstein), namun pengetahuan yang didapatkan secara
deduktif sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan.Dari beberapa
premis yang kita telah ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan
lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.Namun demikian menurut Jujun, tidak
semua ahli filsafat setuju dengan pernyataan bahwa matematika adalah pengetahuan yang
bersifat deduktif.
Kebenaran kesimpulan di atas ditentukan bagaimana hubungan antara dua pernyataan
sebelumnya. Pola penalaran ini tampaknya akan lebih jelas lagi jika dinyatakan dengan bahasa
simbolik. Dengan contoh ini matematika bukan saja menyampaikan informasi secara jelas
namun juga singkat.

Statistik
Peranan statistika dalam tahap-tahap Metode Keilmuan dapat dirinci sebagai berikut:
Observasi : Statistik dapat mengemukakan secara terperinci tentang analisis yang akan dipakai
dalam observasi.
Hipotesis : Untuk menerangkan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada dirumuskan
dalam sebuah hipotesis.Dalam tahap kedua ini statistika membantu kita dalam
mengklasifikasikan hasil observasi.
Ramalan : Dari hipotesis dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang dikemukakan memenuhi
syarat deduksi akan menjadi pengetahuan baru. Fakta baru ini disebut ramalan.
Pengujian kebenaran : Untuk menguji kebenaran ramalan, mulai dari tahapan-tahapan berulang
seperti sebuah siklus.Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan
keputusan dalam bidang manajemen.
Jadi, hakikat statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk
mengelola dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.Untuk
dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data, metode penelitian,
serta penganalisisan harus akurat.Statistika diterapkan secara luas dan hampir semua
pengambilan keputusan dalam bidang manajemen.
C. Rasionalisme dan Empirisme
Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka Rasionalisme menempati
sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan
ke-18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada
hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya
Plato, Aristoteles, dan lainnya.
Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh
rasio manusi.Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang
dunia.Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari
pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini.
“Logika dalam Ilmu Pengetahuan”
A. Hakikat Logika
Menurut Andre, Ata, dkk (2012), konsep logika atau logis sudah sering kita dengar dan
kita gunakan. Dalam bahasa sehari-hari perkataan ‘logika’ atau ‘logis’ menunjukan cara berpikir
atau cara hidup atau sikap hidup tertentu, yaitu yang masuk akal, yang “reasonable”, yang wajar,
yang beralasan atau berargumen, yang ada rasionya atau hubungan rasionalnya, yang dapat
dimenegerti, walaupun belum tentu disetujui atau tentang benar atau salah.
A. Logika sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Manusia disebut sebagai homo faber yaitu makhluk yang membuat alat; dan kemampuan
membuat alat dimungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan juga memerlukan
alat-alat. Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu,
sedangkan sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan
fungsinya secara baik, dengan demikian fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode
ilmiah, bukan merupakan ilmu itu sendiri.
Logika
adalah
sarana
untuk
berpikir
sistematis,
valid
dan
dapat
dipertanggungjawabkan.Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan atura-aturan
berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
Logika berasal dari kata Yunani Kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika
disebut dengan logike episteme (latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada
kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi
untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa
juga diartikan dengan masuk akal.
Nama ‘logika’ untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum masehi),
tetapi masih dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3
sesudah masehi) adalah orang yang pertama kali menggunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu
yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Logika adalah cabang filsafat tentang berpikir.Logika membicarakan tentang aturanaturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar.
Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan
dalam mengambil keputusan. Logika sama tuanya dengan umur manusia, sebab sejak manusia
itu ada, manusia sudah berpikir, manusia berpikir sebenarnya logika itu telah ada. Hanya saja
logika itu dinamakan logika naturalis, sebab berdasarkan kodrat dan fitrah manusia saja.
Manusia walaupun belum mempelajari hukum-hukum akal dan kaidah-kaidah ilmiah,
namun praktis sudah dapat berpikir dengan teratur.Akan tetapi, bila manusia memikirkan
persoalan-persoalan yang lebih sulit maka seringlah dia tersesat.Misalnya, ada dua berita yang
bertentangan mutlak, sedang kedua-duanya menganggap dirinya benar.Dapatlah kedua-duanya
dibenarkan semua?Untuk menolong manusia jangan tersesat dirumuskan pengetahuan logikalah
yang mengetengahinya.
B. Logika dan Ilmu Pengetahuan
Logika seperti halnya yang kita tahu adalah sebuah fan keilmuan yang membahas ramburambu atau aturan main yang kita gunakan saat kita melakukan aktifitas berfikir/menalar, dengan
aturan main itu hasil (kesimpulan) dari aktifitas berfikir menjadi kesimpulan yang benar dan
tepat.
Ilmu pengetahuan yang dalam pencapaiannya tidak lepas dari aktifitas berfikir sangatlah
butuh aturan main dalam melakukan aktifitas tersebut sehingga aktifitas itu benar-benar menjadi
aktifitas yang selalu berjalan diatas rel kebenaran bukan pada rel kesesatan, dari hal itu maka
hasil (output) dari aktifitas itu menjadi hasil yang benar atau tepat. Maka dari itu logika dan ilmu
pengetahuan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan karena hubungannya yang begitu erat dan
saling melengkapi.
C. Peran Logika dalam Filsafat Ilmu
Menurut Suwardi Endraswara (2012), logika sebagai esensi dari filsafat ilmu. Logika
berasal dari kata Yunani "logos" yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu.Misalkan ketika
belajar biologi, yaitu ilmu (logos) tentang makhluk hidup (bios).Demikianlah, logos dalam
pengertian ilmu atau kajian memiliki hubungan yang erat dengan salah satu aspek kajian yang
menjadi objek formal dari ilmu pengetahuan sekaligus membedakan ilmu itu dari ilmu-ilmu
lainnya.
Selanjutnya dijelaskan dalam filsafat ilmu, jelas tidak mungkin tanpa menggunakan
logika.Untuk menjelaskan dan memahami suatu gejala keilmuan, logika selalu hadir.Logika
menjadi wahana pokok keilmuan.
Pengertian etimologi dan leksikal mengenai logika menegaskan dua hal sekaligus yang
menjadi inti pengertian logika, antara lain: Pertama, logika sebagai ilmu, logika yaitu elemen
dasar setiap ilmu pengetahuan. Kedua, logika sebagai seni atau keterampilan, yaitu seni atau
asas-asas pemikiran yang tetap, lurus, dan semestinya.Sebagai keterampilan, logika yaitu seni
dan kecakapan menerapkan hukum atau asas-asas pemikiran itu agar bernalar dengan tepat, teliti,
dan teratur.
Logika yaitu ilmu sekaligus keterampilan berpikir.Itu berarti mempunyai kemampuan
yang cukup tenang logika sebagai ilmu tidak dengan sendirinya menjamin bahwa seseorang
dapat bernalar dengan teliti, tepat dan teratur.Logika muncul bersama dengan filsafat.Ini tidak
berarti logika berdiri sendiri sebagai satu disiplin di samping filsafat, tetapi bahwa dalam filsafat
Barat sudah nyata pemikiran yang logis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sesat pikir pada hakikatnya merupakan jebakan bagi proses penalaran kita. Seperti
rambu-rambu lalu lintas dipasang sebagai peringatan bagi para pemakai jalan di bagian-bagian
yang rawan kecelakaan. Maka rambu-rambu sesat pikir ditawarkan kepada kita agar jeli dan
cermat terhadap berbagai kesalahan dalam menalar, juga supaya kita mampu mengidentifisi dan
menganalisis kesalahan tersebut sehingga mungkin kita akan selamat dari penalaran palsu.
Paham Rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah
rasio. Jadi dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus
dimulai dari rasio. Tanpa rasio maka mustahil manusia itu dapat memperolah ilmu pengetahuan.
Rasio itu adalah berpikir. Maka berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Dan
manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu
berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan pengetahuanlah
manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Sehingga nantinya ada perbedaan prilaku,
perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi.
Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang
artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio
sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniah.
Menurut Josep Morgalis (2012), keraguan dan kepastian bukan merupakan hal-hal yang
hanya dalam psikologis melainkan hal-hal yang logis dan konseptual. Kita bertanya-tanya bukan
hanya apakah keadaan mental tertentu dapat dihindari atau diteruskan, melainkan juga apakah
kepercayaan kognitif kita dapat dibenarkan dan secara relevan dibebaskan dari tantangan.
Permasalahannya, memengaruhi secara mendalam semua usaha mausia untuk pengetahuan; dan
oleh karenanya menarik kita pada kompleksitas yang luar biasa dari hubungan antara keraguan
dan kepastian di suatu sisi, disisi lain pengetahuan dengan kepercayaan.
Sarana berpikir ilmiah adalah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh.Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu
pula.Sarana ilmiah diperlukan untuk membantu kegiatan berpikir ilmiah. Tanpa sarana berpikir
ilmiah maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan berjalan dengan baik. Dan pada hakikatnya
sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian, yaitu bahasa, matematika, statistik dan logika.
Macam-macam sarana berpikir ilmiah yaitu:
1.
2.
3.
4.
Bahasa
Logika
Matematika
Statistika
Logika adalah cabang filsafat tentang berpikir.Logika membicarakan tentang aturan-aturan
berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan
mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam
mengambil keputusan.
Dalam menghadapi bermacam masalah kehidupan di dunia ini, manusia akan
menampilkan berbagai alat untuk mengatasi masalahnya. Alat dalam hal ini adalah pikiran atau
akal yang berfungsi di dalam pembahasaannya secara filosofis tentang masalah yang dihadapi.
Pikiran atau akal yang digunakan mengatasi masalah ini senantiasa bersifat ilmiah. Jadi, pikiran
itu harus mempunyai kerangka berpikir ilmiah untuk mencari hasil kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://janganpelitilmu.blogspot.com/2015/05/filsafat-ilmu-logika-dan-penalaran.html
http://ciptakemenanagan.blogspot.com/2015/08/hubungan-logika-dan-ilmu-pengetahuan.html
http://hardiynti22.blogspot.com/2016/11/hakikat-logika.html
http://saifurrahman99.blogspot.com/2014/11/logika-sebagai-sarana-berpikir-ilmiah_69.html
Download