Fulltext PDF

advertisement
TINJAUAN TENTANG PENELITIAN BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI (TI)
DALAM PENDIDIKAN: Arah, Teori, dan Metodologi
Oleh: M. Setyarini
ABSTRAK
Kritik serius terhadap penelitian TI dalam pendidikaan menunjukkan adanya kelemahan
dalam penelitian yang telah dilaksanakan dan dilaporkan peneliti. Isu utama yang dianggap
sebagai “kelemahan dalam penelitian TI dalam pendidikan” adalah (1) kurangnya landasan
teoretis yang menjadi dasar penelitian di bidang TI dalam pendidikan; (2) masalah
pengabaian sejarah terhadap apa yang sesungguhnya telah diupayakan dalam bidang ini; (3)
pentingnya teori dan sejarah dalam pengembangan pertanyaan penelitian, dan; (4) pemilihan
metodologi yang tepat dalam upaya menjawab pertanyaan secara kritis. Dengan demikian
diperlukan suatu pemikiran bagaimanakah arah penelitian TI dalam pendidikan di masa
mendatang yang mampu memperkaya bahkan melahirkan teori baru dalam pembelajaran
terkait keunikan dan kompleksitas pembelajaran yang menggunakan TI, pendekatan dan
metodologi yang secara cermat mampu mengumpulkan data dan menganalisisnya dalam
rangka menjawab pertanyaan penelitian secara kritis. Tujuan penulisan tinjauan ini adalah
untuk membangkitkan pemikiran dan sebagai bahan diskusi di antara para praktisi peneliti,
bahan pertimbangan bagi penyandang dana penelitian dalam menentukan prioritas penelitian
di bidang ini, serta membantu peneliti pemula di area yang relatif baru namun sudah beragam
dan sangat kompleks. Artikel ini ditulis berdasarkan intisari buku “Researching IT in
Education” (editor Anne McDougall, 2010) dan beberapa jurnal yang relevan.
PENDAHULUAN
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam waktu singkat telah menjadi salah
satu bagian dasar masyarakat modern. Dalam bidang pendidikan, banyak negara sekarang
menganggap TIK sebagai bagian inti di samping membaca, menulis, dan berhitung.
Kontribusi UNESCO untuk membantu negara anggota dalam keberhasilan mengintegrasikan
teknologi baru seperti multimedia, e-learning, dan sistem pendidikan jarak jauh, adalah
dengan menerbitkan buku pedoman yang diberi judul Information and Communication
Technology in Education: A Curriculum for Schools and Programme of Teacher
Development pada tahun 2002 oleh Divisi Pendidikan Tinggi UNESCO. Hal ini sejalan
dengan salah satu tujuan utama UNESCO yaitu memastikan bahwa semua negara, baik
negara maju maupun negara berkembang memiliki akses ke fasilitas pendidikan terbaik yang
diperlukan dalam mempersiapkan generasi muda memainkan peran penuh dalam masyarakat
modern dan berkontribusi untuk dunia pengetahuan (UNESCO, 2002).
Pengaruh TIK dalam bidang pendidikan telah memasuki berbagai aspek
pembelajaran, pengajaran, dan penelitian (Yusuf, 2005 dikutip Noor-Ul-Amin). Berbagai
bentuk pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diwujudkan diantaranya dalam Pembelajaran
Berbasis Komputer (PBK), Pembelajaran Berbasis Web (e-learning), Pembelajaran
1
Berbantukan
Komputer
(CAI),
Pembelajaran
berbasis
Audio-Visual
(AVA),
dan
pembelajaran berbasis multimedia. Pemanfaatan Komputer sebagai media pembelajaran
memungkinkan
berlangsungnya
proses
pembelajaran
secara
individual
dengan
menumbuhkan kemandirian dalam proses belajar, sehingga siswa mengalami proses yang
jauh lebih bermakna dibandingkan dengan pembelajaran konvesional (Rusman, Kurniawan,
dan Riyana, 2011).
Aplikasi TIK yang luas mampu menjangkau semua siswa bahkan termasuk para siswa
penyandang cacat. Hal ini menjadi mungkin karena tersedianya Technology Assistive, yaitu
produk-produk berupa peralatan, perangkat keras dan lunak atau layanan yang digunakan
untuk meningkatkan kemampuan individu penyandang cacat, misalnya alat bantu dengar,
pembaca layar, keyboard adaptif, dll. (UNESCO, 2010).
Banyak penelitian telah membuktikan manfaat bagi kualitas pendidikan (AlAnshari, 2006, dikutip dalam Noor-Ul-Amin). Namun disisi lain, praktek penelitian IT
dalam bidang pendidikan masih menuai kritikan serius. Pada tahun 2004, jurnal
Technology, Pedagogy and Education diterbitkan dengan edisi khusus dalam menanggapi
kritik-kritik penelitian IT dalam pendidikan.
Dalam editorial dikedepankan beberapa
masalah terkait kelemahan dalam penelitian ICT, kurangnya landasan teoritis, pengabaian
terhadap apa yang telah diupayakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya atau sejarah,
perlunya identifikasi beberapa pertanyaan kunci yang perlu dijawab dalam area ini, dan
perlu adanya peningkatan kesadaran akan keberadaan teknik penelitian baru yang tersedia
untuk mendukung komunitas yang bekerja dalam penelitian ICT (Underwood 2004, dalam
McDaugall 2010).
Dalam upaya menanggapi kritikan di atas Anne Mc Dougall dan Antony Jones,
keduanya berkarya di University of Melbourne, Australia, menuliskan sebuah artikel (2006)
yang dituangkan dalam buku Researching IT in Education yang diterbitkan pada 2010, di
mana keduanya sekaligus bertindak sebagai editor. Artikel ini pada intinya bertujuan
membangkitkan pemikiran diantara para praktisi peneliti dalam mengupayakan penelitian
TI di bidang pendidikan yang berkualitas. McDaugall dan Jones, selanjutnya memaparkan,
bahwa peran penting dan mendasar penggunaan TI dalam penelitian pendidikan adalah
tersedianya kekuatan yang besar untuk mempelajari proses pembelajaran yang berdampak
pada peningkatan pendekatan dan strategi pengajaran. Melalui proses pembelajaran yang
kompleks, diharapkan muncul pemikiran baru yang berkontribusi
memurnikan dan
menyempurnakan teori-teori yang ada, bahkan pengembangan teori baru.
Berkaitan dengan sejarah, sub-disiplin TI dalam pendidikan tidak dengan sendirinya
2
tanpa pekerjaan teoritis. Sayangnya, banyak temuan pengetahuan berharga dari penelitian
dan pengembangan desain software pendidikan banyak yang telah hilang. Temuan-temuan
berharga tersebut
seharusnya menjadi bahan dasar yang diolah dalam membangun
pengetahuan saat ini terkait penggunaan IT dan potensi teknologi baru dalam meningkatkan
proses belajar mengajar. Berkenaan dengan pertanyaan penelitian, sesungguhnya
penggunaan teknologi memberikan manfaat unik dan berdampak sangat baik bila digunakan
dalam situasi yang tepat. Oleh sebab itu pertanyaan penelitian hendaknya mengarahkan
pada penelitian yang berdampak pada perbaikan proses belajar mengajar dan membantu
membenarkan biaya dan kesulitan dalam penggunaan teknologi.
Terkait metodologi, dijelaskan bahwa teori-teori pembelajaran sosial semakin
berpengaruh dalam pendidikan, dan dipertimbangkan oleh hampir semua guru untuk
memfasilitasi kerja kolaboratif dan diskusi sebagai aspek penting dari pengajaran.
Kompleksitas interaksi dalam penggunaan IT dalam konteks lingkungan belajar sosial,
berimplikasi kerumitan penelitian. Implikasinya, diperlukan pendekatan dan metodologi
canggih untuk pengumpulan data dan analisisnya (McDaugall, 2010).
RUMUSAN MASALAH
Dalam mengupayakan penelitian IT dalam bidang pendidikan berkualitas, yaitu hasil
penelitian yang berkontribusi pada pengayaan dan pemurnian teori belajar yang sudah ada,
menjawab secara jujur pertanyaan mengapa guru harus menggunakan teknologi berbasis
metode, menggunakan pendekatan dan metodologi pengumpulan dan analisis data secara
cermat, maka dikemukakan beberapa masalah yang akan dibahas dalam artikel ini yaitu: (1)
Bagaimanakah arah penelitian IT dalam pendidikan di masa depan? (2) Bagaimanakah
membangun dasar-dasar teoritis yang digunakan sebagai informasi desain penelitian? (3)
Bagaimanakah pendekatan metodologis serta aplikasinya dalam penelitian IT dalam bidang
pendidikan?
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Arah penelitian IT dalam pendidikan di masa depan
Dampak IT dalam penelitian pendidikan yang telah dilaksanakan lebih dari 40 tahun,
terhadap pembelajaran, penyerapan dan penggunaannya, cara mengajar guru, dan efeknya
terhadap pengembangan profesional guru telah dilaporkan oleh Margaret Cox (McDaugall,
2010). Dampak IT dalam pembelajaran individu siswa sangat tergantung pada tingkat akses,
3
jenis penggunaanya, baik di sekolah, universitas atau di rumah. Integrasi penggunaan IT oleh
guru jauh lebih rendah daripada yang diharapkan dari berbagai program nasional dan
internasional berkelanjutan. Rendahnya eksplorasi guru dalam penggunaan TI oleh guru
sekolah menengah Ghana juga telah dilaporkan (Buangbeng-Andoh dan Totimeh, 2012).
Kesulitan diduga karena IT bersifat kompleks, cepat berubah, dan kendala implementasi
pada berbagai prioritas kurikulum, serta keyakinan guru yang resisten terhadap
perubahan.Pelatihan IT pada pengembangan profesional guru belum mengajarkan merevisi
praktek pedagogis. Terkait dampak TI pada pendidikan, penelitian pendidikan di area ini
dapat diarahkan pada (a) perkembangan teknologi; (b) inisiatif pendidikan; dan (3) aplikasi
untuk pengajaran dan pembelajaran. Hal senada juga dilaporkan oleh Vince Ham (Mc.
Dougall, 2010)
yang melaporkan bahwa penggunaan teknologi digital oleh “generasi
pertama” atau “e-learning”yaitu kelompok anak muda yang mulai pendidikan prasekolahnya
pada pertengahan
tahun 1980 an, dan telah menyelesaikan
pendidikan sarjana, dalam
pendidikan adalah tidak adanya dasar hubungannya dengan teknologi itu sendiri. Dua puluh
tahun pertama pengintegrasian teknologi baru ditandai dengan hiruk-pikuk pemakaiannya
dalam kelas antara mengajar dan belajar, “melalui dan dengan IT”, dan menyimpulkan
bahwa agenda penelitian yang koheren belum muncul.
Deirdre Cook (dalam McDaugall 2010), melaporkan bahwa adanya pergeseran
paradigma pembelajaran dari behavioristik ke kontruktivistik menyiratkan bahwa praktek
pengaturan atau setting dalam pengajaran dan penilaian berbasis IT belum berjalan dengan
semestinya, dan sebagai akibatnya timbul kegagalan dalam mengenali keberhasilan peserta
didik atau seberapa mungkin keluasan keterampilan yang telah mereka miliki. Pada intinya,
pembelajaran dan penilaian harus sesuai dengan cara yang koheren, dan perlu pertimbangan
etika dalam penilaian yang melibatkan TI, konsep belajar harus tetap menjadi ide utama.
Robert K. Munro, University of Strathclyde, Scotland, juga melaporkan pada intinya
berpendapat untuk fokus pada penelitian baru yang mengidentifikasi praktek-praktek terbaik
dan menentukan bagaimana TI mendukung pembelajaran secara optimal. IT paling efektif
dalam meningkatkan pengalaman belajar, ketika guru mengintegrasikan berbagai teknik
dengan menggunakan secara bijaksana hardware, software, dan konektivitas untuk
mengembangkan pembelajaran dan pendekatan pengajaran yang inovatif. Agenda penelitian
ke depan harus fokus pada mengkaji teknologi tertentu dan kegunaannya di kelas, dan
mengidentifikasi bagaimana TI dapat mendukung pemikiran kreatif, mempromosikan
berpikir kritis, mendorong pemecahan masalah dan meningkatkan pemahaman. Kesimpulan
4
harus spesifik, tegas, saran pedagogis yang dapat diandalkan guru dalam mencapai praktek
terbaik untuk segera dimplementasikan.
Menurut Geoff Romeo and Glenn Russell, dari Monash University, Australia, katakata kunci bagi arah penelitian ke depan adalah penelitian yang “berkualitas”. Penelitian yang
berkualitas memiliki tujuan, ketelitian tinggi, imajinatif, berdampak positip, dan ekonomis.
Di samping itu juga perlu informasi lebih baik dalam penggunaan instrumen pengumpulan
data alat analisis dari disiplin lain dan area lain dari penelitian pendidikan.
Andrew E. Fluck, University of Tasmania, Australia, menganjurkan adanya
pergeseran arah penelitian TI dari integrasi ke transformasi. Pandangan transformatif TI
dalam pendidikan mengharuskan mengkaji kembali apakah cara-cara baru belajar (pedagogi),
dan hasil pendidikan baru (kurikulum) sesuai untuk generasi baru yang bekerja dengan alatalat baru. Transformasi kurikulum melalui penggunaan TI dipandang sebagai pengubahan isi
dan proses pembelajaran. Perspektif ini menggeser penekanan dari pembelajaran “melalui
TI” untuk “belajar dengan TI”.
Perspektif penelitian pada teknologi informasi dapat diterapkan pada berbagai mata
pelajaran. Anna KristjánsdĪŒttir, University of Iceland and Agder University, Norwey
melaporkan beberapa perspektif, model dan arah untuk penelitian tentang IT dalam
pembelajaran matematika. Analisis penelitian presentasi pada TI untuk guru matematika
mengungkapkan tiga perspektif berbeda: (i) perspektif eksistensi; (ii) perspektif integrasi, (iii)
perspektif berpusat siswa. Model penelitian yang ditawarkan merupakan kerangka kerja
untuk mengidentifikasi konsepsi belajar matematika siswa baik ketika di dalam maupun
ketika keluar dari sekolah, kesulitan-kesulitan yang dihadapi, selanjutnya menjadi bahan
refleksi dan ditindaklanjuti. Model menyertakan elemen kolaboratif, komunitas guru
diundang misalkan mempelajari data video dan kontribusinya dalam interpretasi data dari
perspektif mereka. Proses berbagi interpretasi antara guru dan peneliti, penting bagi
pemahaman mendalam. Sementara itu peneliti lain yaitu Franziska Spring-Keller, University
of Zurich melaporkan bahwa tantangan dalam penelitian IT dalam pendidikan adalah
bagaimanakah menciptakan setting pembelajaran agar menyenangkan dan berpusat pada
siswa, didasarkan pada teori konstruktivime sosial.
DASAR-DASAR TEORITIS UNTUK INFORMASI DESAIN PENELITIAN
Mary Webb, King College, London, UK (McDaugall,2010) memaparkan model
dalam mempelajari pedagogi yang berpeluang mengembangkan pemahaman tentang belajar
5
dan mengajar disediakan oleh perkembangan teknologi. Model membantu dalam
mengklarifikasikan dan mengkomunikasikan gagasan, proses dan hubungan.
Model
dibutuhkan ketika peneliti IT dalam penedidikan menyelidiki, menganalisa, memahami dan
mengevaluasi fenomena yang berhubungan: (i) Pedagogik guru dan praktek-praktek
pedagogik ketika sedang menggunakan IT. (ii) Kemampuan yang mungkin diberikan oleh
beragam jenis IT untuk belajar mengajar. (iii) Potensi untuk mengembangkan pedagogik
dengan IT. (iv) Peran-peran baru dan akan datang untuk guru, siswa dan teknologi. Modelmodel dapat berkontribusi untuk meneliti pedagogik dengan IT dalam mendukung tugastugas khusus, seperti: menempatkan pedagogik dalam konteks yang luas, mencirikan
penggunaan komputer, analisa interaksi antara desainer, guru dan siswa, analisa kuantitatif
penggunaan komputer untuk tujuan pembelajaran khusus, mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi prilaku guru dan siswa terhadap IT, mengukur dan menganalisa
pengam-bilan dan tingkat penggunaan IT, Menganalisa praktek pedagogik yang berhubungan
dengan penggunan IT, melibatkan guru dan siswa dalam meneliti dan mengembangkan IT.
Steve Kennewell Swansea Metropolitan University, UK , melaporkan bahwa dengan
menganalisa dampak TI terhadap aktifitas dan pembelajaran, tampak potensi teknologi baru
dalam
meningkatkan pembelajaran dalam sistem aktifitas pendidikan. Dalam hal ini
dibutuhkan kerangka kerja yang cocok untuk analisa hubungan antara guru, siswa dan
sumber. Etos kerja siswa dipengaruhi oleh kebijakan dan praktek sekolah, budaya subjek,
aturan-aturan kelas dan latar belakang sosial siswa. Ini dapat mengeluarkan pengaruh yang
kuat terhadap fungsi-fungsi IT sebagai alat mediasi. Sementara Paul T. Nieya, University of
Botswana, melaporkan
aplikasi transformatif penelitian dan praktek pembelajaran dalam
pendidikan. Penelusuran konsep-konsep teoritis yang mengujikan pergeseran paradigma dari
pendekatan tekno-sentris ke pendekatan sosial-teknik. Aplikasi transformatif
TI dapat
menuntun negara-negara yang sedang berkembang untuk bergerak diluar penggunaan
tradisional
terhadap
teknologi-teknologi
tersebut
dalam
praktek
pendidikan
akan
membutuhkan perubahan mendasar dalam cara pendidikan, dan cara penelitian dilakukan.
Jika digunakan tepat, IT memiliki potensi untuk mengoptimalkan metode pedagogik yang
berpusat pada siswa yang berasal dari metafora pembelajaran tingkat tinggi seperti Teori
Aktifitas Budaya-Sejarah. Teori Aktifitas menekankan bahwa aktifitas-aktifitas mental
internal tidak dapat dipahami jika dianalisa secara terpisah dari aktifitas luar, karena ada
transformasi antara dua jenis aktifitas ini: internalisasi dan eksternalisasi. Prinsip mediasi
alat memainkan peran penting dalam pendekatan ini. IT merupakan alat yang kuat untuk
membantu negara beradaptasi dengan masyarakat yang berpengetahuan.
6
Bridget Somekh, Manchester Metropolitan University, UK (McDaugall, 2010)
melaporkan kekuatan praktek suatu penelitian teoritis mengenai inovasi. Pentingnya teori
dalam menginformasikan tujuan dan desain penelitian.
Kerangka kerja teoritis untuk
memahami dan meneliti inovasi ditarik dari beragam teori sosial budaya dan sistemis.
Kerangka kerja ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubunganhubungan antara IT, praktek-praktek sosial sekolah dan kelas, dan interelasi antara inovasi di
sekolah dan visi para pembuat kebijakan. Penelitian mengenai IT dalam pendidikan adalah
penelitian mengenai proses dan dampak inovasi.
Dibutuhkan metodologi yang
mengintegrasikan penelitian dengan perkembangan, karena kita membutuhkan pengetahuan
dan teori tentang bagaimana proses perubahan itu sendiri merubah praktek.
Ada 7 prinsip penuntun kerangka kerja teoritis: (i) Praktek sosial dibangun secara
budaya melalui pola-pola prilaku dan saling bergantung dengan praktek sosial orang lain. (ii)
Semua aktifitas manusia berorientasi untuk mencapai sebuah objek; manusia selalu berusaha
untuk membuat makna dari apapun yang mereka alami. (iii) IT adalah alat dihasilkan ahli
teknologi untuk memediasi aktifitas manusia, namun kemampuannya tetap tersembunyi dan
harus ditemukan dalam praktek sosial. (iv) Inovasi dalam praktek sosial untuk menggunakan
kemampuan dari alat baru tergantung pada pengembangan visi, (v) Aktifitas manusia
berinterelasi pada semua tingkat fenomenal struktur dan sistem sosial, dan tingkat interaksi
sosial individu maupun kelompok. (vi) Perubahan terjadi secara natural dan tidak dapat
diprediksi ketika sistem secara spontan mengatur dirinya sendiri untuk mempertahankan
keseimbangan. (vii) Pengetahuan ilmu sosial bergantung pada konteks, budaya dan
subjektifitas peneliti. Pengetahuan yang dibangun bersama dengan partisipan, dan
penggunaannya tervalidasi merupakan dasar inovasi.
Niki Davis, University of Canterbury, New Zealand, melaporkan bahwa difusi inovasi
IT dalam pendidikan dapat dicapai melalui perspektif ekologi. Ekologi memberikan alat
untuk menafsirkan IT dalam pendidikan yang mungkin mencakup proses-proses komplek
yang terlibat. Dalam Perspektif Ekologi kelas, seorang guru berada di tengah-tengah
(ekosistem), yang terletak dalam sekolah (ekosistem lainnya), yang terletak dalam wilayah
atau negara (ekozon), dan biosfir global (dunia). Seorang guru yang memutuskan untuk
mengadopsi penceritaan digital dalam kurikulumnya harus merubah ekologi kelasnya dengan
menambahkan sedikitnya satu kamera digital. Adopsi penceritaan digital oleh guru akan
difasilitasi oleh praktek yang sama dalam departemennnya, ekosistem sekolah, termasuk
sistem asesmen diluar sekolahnya. Dukungan kepemimpinan dan perkembangan profesional
akan juga memfasilitasi adopsi. Adopsi IT oleh guru dalam pendidikan dipengaruhi oleh
7
karakteristik-karakteristik inovasi IT dan kondisi-kondisi kerja mereka. Ada 5 sifat yang
mempengaruhi kecepatan adopsi dan penolakan dari inovasi: keuntungan relatif,
kekompakan, kekomplekan, triabilitas, dan kemampuan diamati. Lima sifat yang sama juga
berlaku pada proses inovasi IT dalam pendidikan.
PENDEKATAN METODOLOGI DAN APLIKASI DALAM PENELITIAN
Peter Twining, The Open University, UK, melaporkan beberapa kecenderungan
metodologis utama dalam literatur IT pendidikan dan membantu diperolehnya pemahaman
sebagai informasi desain penelitian. Secara umum, metodologi penelitian terkait penggunaan
komputer mengikuti trend metodologi yang terbukti dalam literatur penelitian pendidikan.
Dua ciri yang berbeda dari penelitian: pengenalan teknologi untuk tujuan khusus, yang
seringkali berorientasi pada konstruktivis; dan bekerja dalam konteks dimana tingkat-tingkat
tinggi sumber tersedia. Sejumlah isu muncul dari analisa yang relevan dengan penelitian
desain mengenai IT pendidikan. Termasuk pertimbangan praktis terkait strategi eksperimen,
seperti kontrol variabel, pertanyaan-pertanyaan tentang kausalitas dalam konteks pendidikan.
Isu-isu lainnya: validitas dan reliabilitas data, terutama konteks evaluasi diri; level detil yang
diberikan; dan pandangan peneliti. Diperlukan kejelasan posisi-posisi ontologis dan
epistemologi, dalam penentuan pendekatan penelitian, karena berpengaruh langsung terhadap
strategi yang digunakan, cara pandang, metode penelitian dan jenis klaim yang dapat dibuat
berdasarkan data.
Anthony Jones, The University of Melbourne, Australia, melaporkan bahwa semenjak
tahun 2005, para peneliti dari Universitas Melbourne telah melakukan beberapa proyek yang
melibatkan perekaman video pelajaran-pelajaran yang melibatkan penggunaan IT oleh guru.
Dengan melihat kembali pada data video beberapa kali, para peneliti mengidentifikasikan
peristiwa-peristiwa yang umum untuk banyak pelajaran. Peristiwa-peristiwa pelajaran ini
dinamai dan dikategorisasikan. Dalam penelitian kelas fokus utama dari penelitian yang
menggunakan TI haruslah berkontribusi pada pemahaman utama mengenai belajar mengajar.
Oleh sebab itu peneliti, praktisi, dan siswa memahami secara mendalam interplay antara
pedagogik, isi pelajaran dan TI. Dua proses penting penelitian yaitu pengumpulan data dan
analisis data, selain survey, kuisioner atau catatan peneliti dapat disempurnakan dengan
penggunaan metode perekaman dengan video.
Rosa Maria Bottino dan Michele Cerulli, yang berasal dari Instituto Tecnologie
Didattice-Consiglio Nazionale delle Ricerche, Italy melaporkan perlunya metodologi
8
ekperimen silang untuk tim-tim yang memiliki jaringan. Dalam penelitiannya dalam
pembelajaran matematika dengan teknologi,
ada kesadaran yang meningkat mengenai
kesulitan-kesulitan yang diakibatkan dari keberagaman kerangka kerja teoritis. Karena ada
banyak konsep dan teori, ada kesulitan-kesulitan dalam kolaborasi dan pertukaran antara timtim yang mengambil kerangka-kerangka kerja yang berbeda dan juga dalam memahami
masalah-masalah penelitian yang diambil dan hasil-hasil yang diperoleh.
Laporannya
mengacu pada NoE Kaleidoscope, sebuah inisiatif yang menyatukan tim-tim negara Eropa
dengan tujuan untuk mengembangkan konsep dan metode baru untuk mengeksplorasi masa
depan pembelajaran dengan IT. Dilaporkan juga bahwa kaleidoskop ini melibatkan enam tim
negara Eropa dan memiliki tujuan utamanya membangun pandangan bersama mengenai
topik-topik penelitian dalam area teknologi digital dan pendidikan matematika, serta
mengembangkan metodologi-metodologi penelitian bersama. Fase-fase utamanya adalah (a)
pertukaran informasi diantara tim-tim dan pengembangan perspektif umum; (b) desain,
implementasi dan (c) analisa silang-eksperimen; dan wawancara reflektif para peneliti yang
terlibat dalam fase-fase sebelumnya. Metodologi silang-eksperimen adalah pendekatan baru
yang berusaha untuk memfasilitasi pemahaman umum pada tim-tim dengan praktek dan
budaya yang beragam.
Kleopatra Nikolopoulou, dari University of Athens, Greece, melaporkan berbagai
metode untuk menyelidiki Pembelajaran dan perkembangan Anak Kecil dengan Teknologi
Informasi. Dikarenakan keterbatasan skill membaca pada anak, hanya sedikit penelitian
yang menggunakan instrumen kuisioner. Pendekatan kualitatif biasanya melibatkan studi
kasus, menggunakan observasi dan wawancara. Studi kasus memungkinkan pengumpulan
fakta yang beragam, sementara peneliti dapat mengamati secara seksama interaksi-interaksi
antara anak-anak, IT dan guru.
Melalui observasi, dokumentasi dan penafsiran tujuan,
strategi dan teori anak-anak, guru dan peneliti dapat mengetahui pemikiran siswa.
Pertimbangan dalam pengembangan dan adopsi metode praktis. (i) Sifat dari
pembelajaran dan perkembangan anak kecil. (ii) Jenis dan kualitas software. (iii) Cara IT
digunakan: pendekatan pedagogik, aktifitas pendidikan, banyaknya waktu. Penggunaan
komputer dapat menjadi pengalaman belajar yang bernilai ketika digunakan dalam cara yang
tepat secara pedagogik dan diintegrasikan kedalam lingkungan belajar naturalistis. Ada
hubungan kuat antara metode-metode penelitian dan pendekatan-pendekatan pedagogik,
aktifitas-aktifitas belajar, dst. Orang dewasa (guru, orangtua, pengasuh) dapat memainkan
peran penting untuk mendukung dan meluaskan pengalaman anak-anak dengan IT.
Haugland 1992 (dalam McDougall, 2010) memperlihatkan bahwa aktifitas-aktifitas komputer
9
yang digabung dengan aktifitas bukan komputer, dapat menghasilkan pembelajaran yang
lebih baik.
John Vincent and Anne McDougall, University of Melbourne, Australia melaporkan
bahwa literasi visual, literasi informasi, dan literasi teknologi adalah literasi yang dibutuhkan
diantara banyak literasi dalam Masyarakat Informasi. Salah satu kejutan dari abad ke-21
adalah dampak dari multimedia yang dihasilkan oleh komputer untuk membantu siswa-siswa
yang memiliki hambatan pada bahasa untuk berkomunikasi secara efektif. Bagi banyak
siswa yang kesulitan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dalam kata-kata, penemuan
dunia multimodal dalam komputer sangat membantu mereka.
Multimodalitas dan pembelajaran dengan IT adalah teknologi-teknologi komputer
yang bertransformasi. Daiute 1992 (dalam McDougall, 20100) mendefinisikan kerja ekspresi
awal anak-anak sebagai pengalaman-pengalaman multimedia. Menurutnya komputer dan
software multimedia memberikan mode visual dan mode lainya untuk mendukung literasi
anak-anak di kelas empat, terutama mereka yang perkembangan literasinya lemah. Vincent
2009, (dalam McDougall 2010), mempelajari sebuah kelas selama satu tahun untuk
memeriksa hubungan antara gaya dan produksi teks. Siswa mulai menulis teks tulisan tangan
dan bergerak ke teks-teks yang memproses kata, dan akhirnya pada teks-teks multimodal
yang dibuat dalam MicroWorld.
Beberapa metode penelitian IT dalam pendidikan terkait assessmen pembelajaran juga
telah dilaporkan oleh Christine Bescherer, Christian Spannagel, Ulrich Kortenkamp,
Wolfgang Muller, ketiganya dari universitas-universitas di Jerman (McDaugall, 2010).
Mereka melakukan Penelitian dalam Bidang Asesmen Cerdas Berbantuan-Komputer
Artikel ini menjelaskan bahwa Asesmen adalah 'penilaian evaluatif yang sistematis terhadap
kemampuan dan kinerja individu dalam lingkungan atau konteks tertentu'. Di kelas biasanya
melibatkan artefak seperti kertas, tes tertulis, atau portfolio. Asesmen juga digunakan untuk
mendukung validasi dan peningkatan belajar mengajar. 'Asesmen Cerdas' mengacu pada
pendekatan asesmen berbasis IT.
Didasarkan alat-alat asesmen yang menilai dan
menganalisa tidak hanya produk siswa, tetapi juga proses penghasilan produk-produk
tersebut. Pendekatan semi-otomatis memungkinkan deteksi dan penyaringan solusi dan
kesalahan standar.
Asesmen cerdas dengan fokus pada metode analisa semi-otomatis adalah bidang
penelitian yang baru muncul. Untuk memperlihatkan viabilitas dari pendekatan ini, ada tiga
contoh dalam konteks pendidikan matematika, berdasarkan pada implementasi atau adaptasi
dari software yang ada. Selanjutnya akan dikembangkan pertanyaan penelitian agar pendidik,
10
peneliti, dan ahli teknologi terdorong dalam proyek-proyek asesmen cerdas (i) Saraswati.
contoh sistem asesmen cerdas dalam bidang aljabar, dan sistem persamaan linear. Sistem ini
memberikan kerangka kerja lengkap untuk menulis dan pemecahan soal dan juga asesmen
dan analisanya. Komponen penganalisa berperan utama dalam sistem ini. (ii) Cinderella.
Sistem tutoring cerdas geometri interaktif yang menerapkan teknik pengecekan teorema
otomatis untuk mendukung asesmen. Sistem Geometri Dinamis bertindak sebagai alat untuk
menuliskan soal-soal konstruksi geometri. (iii) CleverPHL. Alat menangkap dan memutar
kembali yang menggabungkan video dengan analisa log file.
Pertanyaan-pertanyaan
penelitian dalam hal ini diatur dalam dua kelas: spesifik isi dan spesifik teknologi.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan terhadap permasalahan yang muncul dalam menanggapi
kritik terhadap kelemahan penelitian TI dalam pendidikan maka upaya yang dapat dilakukan
para praktisi peneliti adalah:
(1) Arah penelitian TI dalam di masa mendatang mengharapkan adanya agenda
penelitian yang koheren dalam berbagai aspek penggunaan TI di bidang pendidikan. Antara
kebijakan dengan praktik penelitian yang terkait. Diarahkan pada praktek-praktek terbaik
bagaimana TI mendukung pembelajaran secara optimal, yang akan dicapai bilaman guru
mengintegrasikan berbagai teknik dan menggunakan secara bijaksana hardware, software,
dan konektivitasnya dalam mengembangkan pembelajaran dan pendekatan pengajaran yang
inovatif.
Penelitian harus berkualitas, dalam arti
memiliki tujuan, ketelitian tinggi,
imajinatif, berdampak positip, dan ekonomis. Menggunakan instrumen pengumpulan data
sebagai hasil pengembangan instrumen, teknik dan metode baru yang terarah untuk
menangani lingkungan baru dan situasi nyata. Penelitian TI dalam pendidikan seyogyanya
memunculkan teori baru sebagai upaya menyempurnakan teori pembelajaran yang sudah ada.
Adanya pergeseran arah penelitian dari integrasi ke transformasi yang diharapkan
berimplikasi pada peninjauan ulang kurikulum. Penelitian IT dalam pendidikan dapat
diterapkan pada berbagai mata pelajaran dengan setting lingkungan belajar digital yang
diciptakan sedemikian rupa menyenangkan dan berpusat pada siswa. Konsep belajar harus
tetap menjadi ide utama.
(2) Dasar-dasar teoritis untuk informasi desain penelitian, dapat diperoleh dan
dibangun berdasarkan model-model yang diterapkan dalam mempelajari pedagogi yang
berpeluang mengembangkan pemahaman tentang belajar mengajar yang tersedia dengan
11
adanya perkembangan teknologi. Menganalisa dampak TI sebagai teknologi baru yang
berpotensi meningkatkan aktifitas dan pembelajaran dalam keseluruhan sistem aktifitas
pendidikan. Praktek suatu penelitian teoritis mengenai inovasi. Difusi inovasi berpeluang
melahirkan kerangka kerja teoritis yang ditarik dari beragam teori sosial budaya dan sistemis.
(3) Pendekatan dan metodologi penelitian IT dalam pendidikan secara umum,
mengikuti trend metodologi yang telah terbukti dalam literatur penelitian pendidikan. Dua
ciri yang membedakan dengan penelitian pendidikan secara umum adalah pengenalan
teknologi berorientasi pada konstruktivis; dan bekerja dalam konteks ketersediaan sumber.
Perlunya pertimbangan praktis terkait strategi eksperimen, seperti kontrol variabel,
pertanyaan-pertanyaan kausalitas dalam konteks pendidikan, validitas dan reliabilitas data,
terutama konteks evaluasi diri; level detil yang diberikan; dan pandangan peneliti. Diperlukan
kejelasan posisi-posisi ontologis dan epistemologi, dalam penentuan pendekatan penelitian.
Perlunya metodologi ekperimen silang untuk tim-tim peneliti yang memiliki jaringan.
Perlunya berbagai metode dalam meneliti pembelajaran dan perkembangan anak usia dini
dengan Teknologi Informasi. Dikarenakan keterbatasan skill membaca pada anak, hanya
sedikit penelitian yang menggunakan instrumen kuisioner, selebihnya disarankan penggunaan
pendekatan kualitatif yang melibatkan studi kasus, menggunakan observasi dan wawancara.
Untuk penelitian kelas, agar proses pengumpulan dan analisis data akurat, dapat diperoleh
dengan metode perekaman video, selain survey, kuisioner atau catatan peneliti. Metode
penelitian IT dalam pendidikan juga dapat diterapkan dalam assessmen “ Cerdas BerbantuanKomputer”.
Daftar Pustaka
Buabeng-Andoh, C. dan Totimeh, F. 2012. Teachers’ innovative use of computer
technologies in classroom: A case of selected Ghanaian schools. International Journal
of Education and Development using Information and Communication Technology
(IJEDICT), Vol. 8, Issue 3, pp. 22-34,
Tersedia: ijedict.dec.uwi.edu/include/getdoc.php?id=5306&article=1492&mode=pdf
McDougall, A., and Jones, A. 2006. Theory and history, questions and methodology: current
and future issues in research into ICT in education. Technology, Pedagogy, and
Education, 15:353-360.
McDougall, A., Murnane, J., Jones, A., dan Reynolds, N. 2010. Researching IT in Education:
Theory, Practice, and Future Directions. Routledge. London and New York.
12
Rusman, Kurniawan, D., Riyana, C. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Mengembangkan Profesionalitas Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
Syed Noor-Ul-Amin, An Effective use of ICT for Education and Learning by Drawing on
Worldwide Knowledge, Research, and Experience: ICT as a Change Agent for
Education (A Literature Review), tersedia di
http: //www.nyu.edu/classes/keefer/waoe/amins.pdf (diakses 7 Januari 2013)
Tondeur, J., van Braak, J and Valcke, M. 2007. Curricula and the use of ICT in education:
Two worlds apart?. British Journal of Educational Technology, Vol 38 No 6.
UNESCO, 2002. Information and Communication Technology in Education: A Curriculum
for Schools and Programme of Teacher Development. Division of Higher Education,
UNESCO. Tersedia: http://unesdoc.unesco.org/images/0019/001936/193658e.pdf
UNESCO Institute for Information Technologies in Education. 2010b. Policy Brief: ICT for
Inclusion
Reaching
More
Student
more
Effctively.
Tersedia:
http://www.basiced.org/wp-content/uploads/Publication_Library/UNESCOICT_for_Inclusion-Reaching_More_Students_More_Effectively-2010.pdf
13
Download