RAMADHAN DAN PERAN AKADEMISI DALAM MEWUJUDKAN HARMONISASI ALAM OLEH : AGUS SALIM DEKAN FST UIN JAKARTA Disampaikan pada Kuliah Ramadhan 1214 UIN Jakarta BISMILLLAHIRRAHMAANIRRAHIIM ُ َونَعُوذُ ِباهللِ ِم ْن،ُست َ ْغ ِف ُره ْ َست َ ِع ْينُهُ َون ْ َِإ َّن ْالحَمْ دَ ِ ََّلِلِ نَ ْح َمدُهُ َون َم ْن ََ ْْ ِد ِه،ِ أ َ ْْ َما ِلنَا ِ س ِيَئ َا ِ ُش ُروْ ِر أ َ ْنف َ سنَا َو ِم ْن ْ َُ هللاُ فَالَ ُم ِض َّل لَهُ َو َم ْن ْ َ َوأ،ُش َْدُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ إِالَّ هللاُ َو ْهدَهُ الَش َِرَََْ لَه ْ َ َأ، ُِي لَه ش َْدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َ ض ِل ْل فَالَ َهاد ُْ ْبدُه َ . أَمَّا َب ْعدُ؛، َُو َرسُوْ لُه Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat ilahi Rabbi, atas karunia-Nya kita bisa sama-sama berkumpul dalam rangka thalabulilmi DAN bersilaturahim, bertatap muka di majlis yang mulia ini dalam kadaan aman fi amanillah, sehat wal afiat. Mudah-mudaham kita dimuliakan oleh Allah Swt. Amin yra. Taklupa semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jungjunan kita Nabi Muhammad Saw., kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi'in, tabiut tabiahum, kepada kita semua, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman. HADIRIN RAHIMAKUMULLAH Pada kesmpatan Kuliah Ramadhan hari ini, saya mencoba menyampaikan hal tentang pentingnya Ramadhan bagi Tanggung Jawab Akadmisi dalam Harmoinsasi Alam. ALLAH SWT berfirman dalam Qur’an (Q.S. Ar Rum (30) : 41) Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).” 1 Ayat tersebut memberikan makna bahwa dalam kontek ALAM SEMESTA: TIDAK ADA KERUSAKAN ALAM YANG DISEBABKAN OLEH ALAM ITU SENDIRI MELAINKAN KEPADA SIAPA PENGGUNA DAN PEMANFAAT SUMBER DAYA ALAM DAN ISINYA YAITU KITA UMAT MANUSIA” Saya coba memberikan Contoh kerusakan di bumi adalah apa yang terjadi di ekosistem pesisir dan laut. 1. Tumpahan minyak (oil spill) telah mencemari pesisir dan laut terjadi dari ke tahun : apa yang terjadi di celah timor perbatasan laut australia indonesai dan meledaknya kilang minyak di teluk mexico amerika tahun 2010 hingga puluhan bahkan ratusan kejadian tumpahan minyak akibat kecelakaan kapal tanker maupun rusaknya pipa minyak dasar laut dari kegiatan eksplorasi hingga saat ini telah memberikan dampak negatif bagi ekosistem pesisir dan laut. 1.1. Secara imliah Minyak yang mengambang di lautan tidak bisa cepat menghilang, setidaknya diperlukan berpuluh tahun agar senyawa itu bisa melebur dengan air laut. Tumpahan itu akhirnya akan menyebabkan kerusakan jangka pendek maupun jangka panjang, untuk lautan dan seisinya. 1.2. Minyak yang mencapai pantai akan menempel pada pasir dan batubatuan. Tumbuhan di sekitar pantai pun akan menyerap minyak, menjadikan ekosistemnya rusak — dan membuat semua area tidak cocok untuk ditempati makhluk hidup. 1.3. Para peneliti berpendapat, residu yang dihasilkan dari minyak hanya akan berkurang empat persen setiap tahunnya. 1.4. Tumpahan bagi satwa laut adalah ancaman besar, termasuk burung laut. Mereka yang mencari makan dengan menerjunkan diri ke lautan, tentu akan terkena tumpahan minyak ini. Burung yang sudah terlumuri minyak menjadi tidak bisa terbang, juga berisiko hipotermia, karena bulunya akan tidak "tahan air" lagi. 1.5. Bagi binatang yang bernapas di laut, minyak menjadikan mereka sulit bernapas, sulit berkomunikasi. Sementara minyak yang menyerap ke makanan mereka, akan dapat meracuni. Ini adalah bagian kecil dari kerusakan yang terjadi yang disebabkan oleh tangan manusia. Pertanyaannya adalah bagaimana tanggung jawab kita sebagai akademisi untuk menghadapai hal tersebut?. Al-Qur’an Mengharamkan Umat Islam Merusak Alam dan Wajib Melestarikannya. Firman Allah SWT dalam Kitab Suci Al-Qur’an : 2 “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. 28:77). Ayat diatas sangat jelas maksudnya, yakni melarang manusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya melakukan pengrusakan di muka bumi sebab Allah SWT melaknat orang-orang yang hidupnya menimbulkan kerusakan di bumi. Menurut kajian Ushul fiqh, ketika kita dilarang melakukan sesuatu berarti kita diperintahkan untuk melakukan kebalikannya. Misalnya, kita dilarang merusak alam berarti kita diperintah untuk melestarikan alam Bencana demi bencana yang terjadi di bumi pertiwi ini sesungguhnya merupakan tanda peringatan keras Allah kepada bangsa ini yang secara khusus tertuju kepada elite pimpinan nasional baik ulama maupun umaro'nya. Kita sebagai ilmuan akademisi dituntut unuk menggunakan akal dan pendekatan ilmiah dalam menanggulagi bencana yang ada selain pendekatan spiritual keagamaan. Sebagai bagian dari ulama, kelompok akademisi di UIN misalnya memiliki tanggung jawab bersama dalam upaya pelestarian tersebut. Ini dapat diwujudkan dalam Penggunaan secara bersamaan distingsi integrasi antara filosofi sains pentingnya melestarikan alam dan penggunaan teknologi untuk mengatasi bencana di darat maupun di laut tersebut. Filosofi sains digunakan ilmuan dalam cara2 yang ramah dalam seluruh kegiatan eksplorasi sehingga meminimalisasi resiko tumpahan yang terjadi. Sedangkan pendekatan teknologi dapat digunakan dari sisi preventif (pencegahan) dan kuratifnya atau dengan kata lain bagaimana teknologi 3 digunakan untuk mencegah terjadinya tumpahan maupun meminimalisasi dampak kerusakan akibat tumpahan minyak yang terjadi, Kajian Fiqul Biah (fiqh lingkungan) pada kalangan akademisi sudah banyak dilakukan untuk memberikan semangat spiritual bagi kita agar berhati2 dalam memanfaatkan alam . Adapun penggunaan teknologi dalam paradigma pencegahan seperti penggunaan model2 matematika dan persamaan numerik dan softawre aplikasi untuk memprediksi kejadian tumpahan minyak juga sudah juga banyak dilakukan begitu pula pendekatan teknologi digunakan untuk mengatasi tumpahan yang terjadi mulai dari Pendekatan Secara fisik penggunaan alat2 penyaring dan pengumpul minyak hingga penggunaan pendekatan kimia biologi berupa penyebaran bakteri pemakan dan pendagradasi partikel minyak. Ini adalah bagian kecil dari wujud tanggung jawab kita sebagai umat manusia di muka bumi. Dan upaya ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada saat melakukan hijrah dari mekah ke Madinah. Apa yang dilakukan ketika sampai di Kota Madinah oleh Rasulullah adalah membangun benteng dan menanam Pohon kUrma disepanjang keliling benteng tujuannya dalah agar mampu memberikan cadangan air tanah yang baik bagi masyarakat kota madinah kala itu. Dan pada situasi saat ini semangat itu harus senantiasa kita jaga dan aplikasikan. Ini merupakan tantangan bagi kita sebagai akademisi untuk dapat berperan aktif bagi upaya upaya tersebut secara kolektif dan berkelanjutan, sehingga harmonisasi alam tetap teruwujd dan memberikan kesejahteraann bagi generasi penerus yang akan datang. Semoga Bulan Ramadhan ini memberikan kesadaran dan kemampuan kepada kita akan pentingnya mewujudkan alam secara harmoni dan Semoga Allah SWT memberikan kekutaan kepada kita semua. Amin. Ahirul Kalam Billaahittaufik Walhidaayah wassalaamu’alaikum Wr. Wb 4