Tiga Negara Bahas Masalah Tumpahan Minyak Senin, 31 Mei 2010 JAKARTA (Suara Karya): Indonesia, Singapura, dan Malaysia, yang tergabung dalam Revolving Fund Committee (RFC) untuk Selat Malaka dan Selat Singapura, melakukan pertemuan tahunan ke-31, akhir pekan lalu. Pertemuan ini difokuskan terkait masalah pencemaran laut, salah satunya oleh tumpahan minyak dari kapal-kapal yang melintas di perairan tersebut. Kepala Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Bambang Sutisna menjelaskan, salah satu fokus pembahasan oleh tiga negara RFC ini terkait tumpahan minyak akibat tabrakan dua kapal pada 25 Mei 2010 di Selat Malaka dan Selat Singapura. Kapal yang tabrakan adalah MT Bunga Kelana (kapal berbendera Malaysia) dan MV Waily (kapal berbendera St Vincent dan Granada). Dia menambahkan, RFC juga akan membahas dan memperbarui prosedur standar operasional untuk menanggulangi tumpahan minyak di Selat Malaka dan Selat Singapura. Saat ini yang bertindak sebagai Chairman RFC adalah Captain Khong Shen Ping, yang juga menjabat sebagai Assistant Chief Executive Marine and Port Authority of Singapore. Anggota RFC lainnya ada-lah Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Sunaryo dan Director General De-partment of Environment Malaysia Hajah Rosnani Ibarahim. Sebelumnya, tumpahan minyak kapal tanker MV Bunga Kelana III yang bocor di Selat Singapura belum memasuki perairan Indonesia. Direktur Polair Kepolisian Daerah Kepulauan Riau AKBP Yassin Kosasih mengatakan, perairan Indonesia masih tergolong aman dan minyak belum memasuki perairan Batam. Menurut dia, tumpahan minyak masih berada di outer port limit (OPL) Selat Singapura, tidak masuk ke perairan Indonesia karena angin bertiup ke arah Singapura, bukan ke Batam. Sejak tabrakan terjadi, hingga kini angin bertiup dari tenggara menuju barat laut dengan kecepatan 8 knot. Ini membuat perairan Batam terhindar dari limbah yang terbawa angin. Yassin menjelaskan, sebagian minyak yang tumpah telah diangkut ka-pal pencegah pencemaran dari Singapura dan Ma-laysia. "Sebagian sudah diangkut, sedang sisanya akan dinetralisasi dengan oil dispertant (bahan kimia untuk menetralisasi minyak)," tuturnya. Kapal tanker MT Bunga Kelana 3 bertabrakan dengan kapal pengangkut MV Wally di sekitar 13 kilometer atau 8 mil sebelah tenggara Changi East, Selasa (25/5). Akibat tabrakan ini, diperkirakan terdapat tumpahan minyak mencapai 2.000 metrik ton di perairan OPL, Selat Singapura. Tidak ada korban jiwa dalam tabrakan kapal tanker MT Bunga Kelana 3 berbendera Malaysia dengan MV Waily di Selat Singapura ini. Seperti diketahui, sedikitnya 20.000 ton minyak mentah dari kapal berbendera Malaysia, MT Bunga Kelana 3, tercecer di perairan Singapura, Selasa (20/5). Permukaan laut yang tertutup oleh minyak mentah itu kurang lebih 2 kilometer kubik. Tercecernya ribuan ton minyak mentah ini dikabarkan terjadi setelah kapal MT Bunga Kelana 3 ditabrak saat berada di posisi baringan 190 titik koordinat dengan jarak 3,5 mil dari Changi Naval Base, Singapura. Kapal bermuatan 50.000 ton minyak mentah ini ditumpangi oleh 15 orang warga negara Malaysia, termasuk nakhoda Mohamed Rizwan bin Ameer. Selain itu, 11 orang anak buah kapal (ABK) warga negara Filipina, tiga orang penjaga kamar mesin (warga negara Indonesia), serta dua teknisi warga negara India dan Pakistan. (Syamsuri S)