EKONOMI KESEJAHTERAAN POKOK BAHASAN POTENSI SUMBER DAYA EKONOMI LOKAL DOSEN : DRS. YUDI MURYANTO, MM. SUB POKOK BAHASAN : SUMBER-SUMBER DAYA SAING EKONOMI LOKAL 2. ANALISIS KELEMBAGAAN 1. TANTANGAN DAN PELUANG 1. Dalam upaya mewujudkan negara yang maju dan mandiri serta masyarakat adil dan makmur, Indonesia dihadapkan berbagai tantangan dan sekaligus peluang memasuki milenium ke 3 yang dicirikan oleh proses transformasi global yang bertumpu pada perdagangan bebas dan kemajuan Iptek, disisi lain tantangan yang paling fondamental bagaimana untuk keluar dari krisis ekonomi yang menghantam bangsa Indonesia sejak tahun 1997 dan menggerakkan perekonomianan nasional abad 21. TANTANGAN DAN PELUANG 2. Untuk menjawab tantangan dan pemanfaatan peluang tersebut, diperlukan peningkatan efisiensi ekonomi, pengembangan teknologi, produktivitas tenaga kerja dalam peningkatan kontribusi yang signifikan dari setiap sektor pembangunan. SUMBER-SUMBER DAYA SAING EKONOMI LOKAL Salah satu sumber daya saing ekonomi lokal di Indonesia adalah bidang kelautan yang didefinisikan sebagai sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim, perhubungan laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan merupakan andalan dalam menjawab tantangan dan peluang dalam peningkatan perekonomian nasional. SUMBER-SUMBER DAYA SAING EKONOMI LOKAL Hal tersebut atas dasar potensi sumber daya kelautan yang besar yakni 75 % wilayah NKRI adalah laut yang selama ini telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional antara lain berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perolehan devisa, dan pembangunan daerah. POTENSI SUMBER DAYA KELAUTAN Prof.. DR. Ir. H. Tridoyo Kusumastanto, M.S. 1. Potensi fisik : Wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik terdiri dari perairan nusantara seluas 2,8 juta Km2, laut teritorial seluas 0,3 juta Km2. perairan nasional 3,1 juta Km2. luas daratan sekitar 1,9 juta Km2. luas wilayah nasional 5,0 juta Km2, luas ZEE sekitar 3,0 juta Km2, panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau. 2. Potensi pembangunan Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi pembangunan sbb : a. Sumber daya yang dapat diperbaharui seperti perikanan (tangkap, budi daya dan pasca panen), hutan mangrove, terumbu karang, industri bioteknologi kelautan dan pulau-pulau kecil. b. Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi dan gas, bahan tambang dan mineral lainnya, serta harta karun. c. Energi kelautan seperti pasang surut, gelombang, angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). d. Jasa-jasa lingkungan seperti pariwisata, perhubungan, kepelabuhan dan penampung limbah. POTENSI GEOTHERMAL YANG MENJANJIKAN DI INDONESIA Potensi energi panas bumi di Indonesia menurut pertamina geothermal energy mencakup 40% potensi cadangan energi dunia, tersebar di 251 lokasi pada 26 propinsi dengan potensi energi 27.140 MV atau setara dengan 19 milyar ekuivalen barrel minyak. Kapasitas terpasang saat ini hanya 1.194 atau 4% dari seluruh potensi yang ada. Salah satu sumber potensi energi geothermal di Indonesia terdapat di Sarulla, dekat Tarutung-Sumut, yang dikabarkan memiliki cadangan terbesar di dunia. Bukannya tidak mungkin apabila pemanfaatan panas bumi dapat dilakukan secara maksimal, sehingga Indonesia akan mampu berdiri sebagai kiblat bagi pengembangan energi geothermal di seluruh dunia 3. Potensi sumber daya pulih : potensi wilayah pesisir dan kelautan Indonesia dipandang dari segi perikanan meliputi perikanan laut (tuna/cakalang, udang, demersal, pelagis kecil dan lainnya), rumput laut, mutiara. Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang, serta energi terbarukan yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan. 4. Potensi sumber daya tidak pulih : Pesisir dan laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral dan bahan tambang yang besar. Hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia sekitar 70 % atau 40 cekungan terdapat di laut. Sementara itu untuk sumber daya gas bumi yang dimiliki Indonesia sampai tahun 1998 mencapai 136,5 trilyun kaki kubik. Sedangkan potensi kekayaan tambang dasar laut seperti alumunium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium dsb, belum teridentifikasi dengan baik karena perlu teknologi yang maju. 5. Potensi Geopolitis : Indonesia memiliki posisi strategis antar benua yang menghubungkan negara-negara ekonomi maju. Posisi tersebut memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa selat strategis jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI seperti selat Malaka, selat Sunda, selat Lombok, selat Makassar dan selat OmbaiWetar. Potensi geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan dalam percaturan politik dan ekonomi antar bangsa. 6. Potensi Sumber Daya Manusia : Dari segi SDM sekitar 60 % penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, sehingga pusat kegiatan perekonomian seperti perdagangan, perikanan tangkap, perikanan budi daya, pertambangan, transportasi laut, dan pariwisata bahari. Potensi penduduk yang menyebar di pulau-pulau merupakan aset yang strategis untuk peningkatan aktivitas ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan keamanan negara. SUMBER DAYA PERTANIAN Di Indonesia sektor pertanian dalam arti luas dipilah menjadi lima sub sektor yaitu : 1. Sub sektor tanaman pangan 2. Sub sektor perkebunan 3. Sub sektor kehutanan 4. Sub sektor pertenakan 5. Sub sektor perikanan 1. Sub sektor tanaman pangan sering juga disebut sub sektor pertanian rakyat. Disebut demikian karena tanaman pangan biasanya diusahakan oleh rakyat, maksudnya bukan oleh perusahaan atau pemerintah. Sub sektor ini mencakup komoditas-komoditas bahan makanan seperti padi, jagung, ketela, kacang tanah, kedelai, sayur-sayuran dan buahbuahan. 2. Sub sektor perkebunan dibedakan atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Yang dimaksud perkebunan rakyat adalah perkebunan yang diusahakan sendiri oleh rakyat atau masyarakat, biasanya dalam sekala kecil dan dengan teknologi budidaya yang sederhana. Hasil perkebunan rakyat antara lain kopra, kopi, teh, tembakau, kapas, dan berbagai rempah-rempah. Adapun perkebunan besar ialah semua kegiatan perkebunan yang dijalankan oleh perusahaan perkebunan berbadan hukum. Tanaman perkebunan besar meliputi : karet, kelapa sawit, teh , kopi, coklat, kina, tebu dan berbagai serat. 3. Sub sektor kehutanan terdiri atas tiga macam kegiatan yaitu penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lain, dan perburuan. Penebangan kayu menghasilkan kayu-kayu glondongan, kayu bakar, arang dan bambu. Hasil hutan lain meliputi : damar, rotan, getah kayu, kulit kayu dan berbagai akar-akaran. Sedangkan kegiatan perburuan menghasilkan binatang liar seperti rusa, penyu, ular, buaya termasuk juga madu. 4. Sub sektor pertenakan mencakup kegiatan bertenak itu sendiri dan pengusahaan hasil-hasilnya. Sub sektor ini meliputi produksi ternakternak besar dan kecil. Telur, susu segar, wool, dan hasil pemotongan hewan. Untuk menghitung produksi sub sektor ini BPS mendasarkannya pada data pemotongan, selisih stok atau perubahan populasi. 5. Sub sektor perikanan meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut; kolam, tambak, sawah dan keramba serta pengolahan sederhana atas produk-produk perikanan (pengeringan dan pengasinan). Dari segi teknis kegiatannya, sub sektor ini dibedakan atas tiga macam yaitu perikanan laut, perikanan darat dan penggaraman. Komoditas yang tergolong sub sektor ini tidak terbatas hanya pada ikan, tetapi juga udang, kepiting, ubur-ubur dan semacamnya ANALISIS KELEMBAGAAN PEREKONOMIAN LOKAL Beberapa syarat penting yang harus diperhatikan dalam menghela reformasi kelembagaan ekonomi lokal berbasis pengembangan jaringan kegiatan ekonomi adalah : Pertama, perlu adanya kekuatan lembaga penunjang yang setiap saat siap melayani keperluan kegiatan ekonomi. Lembaga dimaksud mencakup tersedianya sistem keuangan dan perkreditan mikro, pelayanan informasi pemasaran hasil dan kebutuhan inovasi untuk pengembangan daya saing produk setempat. Kedua, prasarana ekonomi dan jaringan telekomunikasi yang memadai di pedesaan, sehingga dinamika dan perkembangan ekonomi di pedesaan bisa seirama dengan tuntutan kebutuhan pasar ANALISIS KELEMBAGAAN PEREKONOMIAN LOKAL Ketiga, adanya Peraturan Pemerintah yang merupakan representasi kepentingan masyarakat banyak, yang diarahkan untuk membatasi praktek monopoli pada kegiatan ekonomi yang sedang dibangun sebagai basis kegiatan ekonomi di pedesaan. Keempat, adanya sistem penegakan hukum yang jelas dan tegas, sehingga berbagai macam konflik yang terjadi antar pelaku ekonomi di pedesaan bisa diselesaikan dengan adil. TERIMA KASIH 38