I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pencemaran laut akibat tumpahan minyak sudah sering terjadi di perairan Indonesia. Banyak hal yang menjadi penyebab seperti meledaknya anjungan minyak lepas pantai, kecelakaan kapal tanker, operasi kapal tanker serta run off dari daratan. Tumpahan minyak merupakan salah satu jenis pencemaran yang paling mendapat perhatian utama oleh pemerintah dan keilmuan karena pengaruhnya yang cukup besar dalam waktu jangka panjang. Pengaruh pencemaran minyak dapat merusak ekosistem laut yang pada akhirnya akan berimbas pada pemasalahan sosial dan ekonomi. Salah satu perairan di Indonesia yang tercemar oleh tumpahan minyak adalah Laut Timor. Tumpahan minyak tersebut berasal dari semburan ladang minyak di Australia yang bernama Montara. Proyek minyak lepas pantai tersebut gagal dalam melakukan pengeboran pada 21 Agustus 2009 lalu sehingga minyak yang berasal dari dasar laut menyembur dan mengotori perairan Australia dan menyebar hingga melewati batas ZEEI Indonesia (Gaol, 2010). Adanya pencemaran minyak diduga dapat mengurangi aktifitas fotosintesis oleh fitoplankton karena lapisan tipis minyak dipermukaan dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari dan mengurangi difusi oksigen. Selain itu, beberapa kandungan hidrokarbon dari minyak juga bersifat toksik terhadap fitoplankton. Namun, hingga saat ini pengetahuan tentang efek minyak terhadap fitoplankton masih belum jelas bahkan sering bertentangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minyak berpengaruh negatif terhadap fitoplankton namun beberapa 1 2 penelitian lainnya menunjukkan bahwa minyak dapat merangsang pertumbuhan fitoplankton (Gonzalez et al., 2009). Kelimpahan fitoplankton di perairan dapat diduga dengan pendekatan konsentrasi klorofil-a diperairan. Semakin tinggi konsentrasi klorofil a semakin berlimpah fitoplankton di air tersebut (USEP, 2011). Klorofil merupakan pigmen fotosintesis yang terdapat dalam fitoplankton dan tumbuhan lainnya. Pigmen ini menyerap cahaya merah, biru dan ungu serta merefleksikan cahaya hijau sehingga tumbuhan berklorofil sering tampak berwarna hijau (Rifai et al., 1993 dalam Sitorus, 2009). Pengukuran klorofil-a di perairan yang tercemar minyak dibutuhkan untuk mengetahui pengaruh minyak terhadap fitoplankton. Perbedaan konsentrasi klorofil pada perairan yang tercemar minyak dan perairan yang tidak tercemar minyak dapat menunjukkan adanya pengaruh minyak terhadap fitoplankton. Selain itu, perubahan konsentrasi klorofil secara temporal pada wilayah yang sama juga dapat digunakan untuk estimasi pengaruh minyak terhadap fitoplankton. Pengukuran klorofil-a dan penentuan wilayah tumpahan minyak di perairan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik penginderaan jauh kelautan. Teknik ini cukup efektif dan efisien untuk mendapatkan data yang cukup banyak dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu biaya yang dibutuhkan tidak banyak serta memberikan hasil guna yang optimal. Sensor satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensor Moderate Resolution Imaging Spectrometer (MODIS). Selain untuk mendeteksi parameter perairan, sensor ini juga telah mulai digunakan untuk mendeteksi tumpahan minyak di perairan. 3 Penelitian mengenai tumpahan minyak Montara dengan menggunakan teknik penginderaan jauh sudah banyak dilakukan. Beberapa satelit radar dan satelit sensor optical multi spektral seperti satelit radar COSMO-SkyMed (Italia), TerraSAR-X (Jerman) dan ENVISAT(Eropa) telah berhasil mencitrakan pencemaran tumpahan minyak tersebut. Citra tumpahan minyak di Laut Timor juga telah berhasil diabadikan oleh satelit resolusi sedang dan rendah yaitu MODIS Terra dan Aqua milik AS. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengamati pola spektral perairan yang terkena tumpahan minyak 2. Membandingkan konsentrasi klorofil pada daerah tumpahan minyak dan daerah yang tidak terkena tumpahan minyak 3. Mengidentifikasi perubahan konsentrasi klorofil secara temporal sebelum dan sesudah terjadi tumpahan minyak.