Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 BAB I ULASAN BUKU JUDICIAL INDEPENDENCE: THE CONTEMPORARY DEBATE “Judicial Independence : The Contemporary Debate” adalah buku magnumopus yang dibuat oleh Shimon Shetreet dan Jules Deschênes mengenai cabang kekuasaan kehakiman di berbagai belahan dunia pada tahun 1983. Pada kesempatan ini penulis memfokuskan penelitiannya pada Bab 26 mengenai negara Spanyol yang ditulis oleh Prof. A.Beltran Pelayo. Tulisan tersebut memuat ketentuan normatif dan dinamika cabang kekuasaan kehakiman di Negara Spanyol, dimana Prof. A. Beltran Pelayo sangatlah jujur mengenai kondisi kekuasaan kehakiman di Negaranya. Maka dari itu tidak jarang beliau berani mengkritisi kekurangan dinegaranya, tapi disatu sisi juga mengagungkannya. Salah satu poin yang diulas secara komprehensif dalam buku tersebut adalah konsep independensi peradilan, dimana Prof. A.Beltran Pelayo menjewantahkan konsep tersebut dengan menguraikan hubungan antara cabang yudikatif dengan cabang-cabang kekuasaan lain seperti eksekutif, legislatif, dan Pers. Tidak lupa beliau juga mengulas mengenai rekrutmen, masa jabatan dan pemberhentian hakim itu sendiri. Makalah yang dibuat Penulis sejatinya bersandar pada pembahasan pada Bab tersebut semata, akan tetapi karena minimnya pembahasan yang lebih mendalam maka penulis tidak canggung untuk masuk lebih jauh ke dalam hukumhukum positif yang ada di Negara Spanyol. Kemudian Penulis tidak lupa juga untuk membandingkan dengan Negara tempat dimana Penulis dilahirkan dan menimba ilmu, yakni Indonesia. Pada kesempatan ini penulis melakukan studi komparasi cabang kekuasan kehakiman antara Indonesia dengan Spanyol dengan unsur-unsur sebagai berikut : definisi, dasar hukum, prinsip, struktur, jenis, wewenang, pengangkatan hakim, serta hubungan kekuasaan kehakiman dengan kekuasaan eksekutif, legislatif, dan pers. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 1 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 1.1 Pendahuluan Buku Selama beberapa tahun terakhir Negara Spanyol telah mengalami berbagai macam transisi politik, mulai dari negara yang bersifat institusional dan saat ini berubah menjadi negara yang demokratis dengan ciri sistem pemerintahan parlementer yang monarki. Berdasarkan konstitusinya yang baru pada tahun 1978, kekuasaan kehakiman kini menjadi cabang kekuasaan yang memegang peranan penting di negara Spanyol, dimana sebelumnya tidak ada ketentuan hukum positif yang mengaturnya, tapi saat ini sudah dituangkan dalam Organic Law di negara Spanyol. Kemudian dalam perkembangnnya dibentuklah organ konstitusional yang diatur dalam Pasal 122 dari konstitusi yang kemudian diresmikan pada 10 Januari 1980 dengan nama Consejo General Del Poder Judicial (CGPJ), atau jika diartikan kedalam bahasa Indonesia berarti “Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman”. Lembaga ini adalah badan konstitusional berdasarkan Pasal 122 Konstitusi Spanyol 1978 yang berfungsi untuk mengatur semua aktivitas Yudikatif dalam menegakan prinsip-prinsip kekuasaan kehakiman. Kemudian berdasarkan Pasal 107 Act 1/1986 tanggal 22 April tentang (CGPJ), dinyatakan bahwa CGPJ mengusulkan pengangkatan dua hakim di sidang Mahkamah Konsitusi, selain itu juga CGPJ bertanggungjawab untuk memilih, melatih, menyediakan upgrade, promosi, status administratif dan penegakan disiplin hakim dan magistrates. Nantinya penunjukan Hakim-Hakim adalah atas perintah dan tunduk kepada keputusan Raja, serta ditandatangani oleh Menteri Kehakiman. Selain itu CGPJ juga menegakan prinsip-prinsip kekuasaan kehakiman yang tertuang dalam konstitusi, yakni : keadilan berasal dari masyarakat luas akan tetapi dikelola atas nama raja, para hakim adalah perwujudan dari kekuasaan kehakiman, hakim dan magistrates haruslah independen, hakim hanya tunduk pada aturan hukum dan konstitusi, hakim dan magistrates tidak bisa diberhentikan atau dipindahkan tanpa sebab yang telah diatur dalam hukum, hakim dilarang menjadi aktif dalam melaksanakan jabatan publik lainnya, seperti menjadi politikus dan menjalankan jabatan lain. Kemudian berdasarkan pasal 122 dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 2 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Konstitusi Spanyol, komposisi CGPJ terdiri dari Ketua Mahkamah Agung, dan memimpin 20 anggota yang ditunjuk oleh Raja dimana 12 diantaranya memiliki latar belakang sebagai hakim atau magistrates disuatu pengadilan, empat diantaranya diusulkan oleh kongres, dan empat diantaranya diusulkan oleh kongres yang akan bekerja dalam jangka waktu lima tahun. Berikut adalah struktur organisasi dari CGPJ : Pada dasarnya CGPJ memiliki fungsi untuk menegakan kekuasaan kehakiman agar sesuai dengan konstitusi dan hukum. Akan tetapi ada fungsi-fungsi lain sebagaimana diatur dalam pasal 107 Undang-Udang Organik 6/1985 yakni : 1. Mengusulkan pengangkatan dari 2 (dua) hakim di siding Mahkamah Konstitusi dan mengusulkan pencalonan Jaksa Agung. Bertanggung jawab atas pengangkatan Sekretaris Jenderal dan staf CGPJ dalam pelayanan administrasi. 2. Bertanggung jawab untuk memilih, melatih, menyediakan upgrade,promosi, status administratif dan penegakan disiplin hakim dan magistrates. Penunjukan Hakim-hakim adalah atas perintah dan tunduk kepada Keputusan Raja, serta ditandatangani oleh Menteri Kehakiman. 3. Menginspeksi Pengadilan. Kemudian dalam Pasal 171 dinyatakan bahwa kewenangan CGPJ atas inspeksi dan pengawasan adalah terhadap semua pengadilan, dengan tujuan untuk menetapkan dan memantau fungsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 3 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 administrasi peradilan. Pemeriksaan mencakup juga pertimbangan untuk mengetahui fungsi dari pengadilan dan kinerja personel peradilan. Fokus kegiatannya adalah bagaimana melaksanakan tugas secara cepat dan efisien. Bahwa penafsiran dan penerapan hukum-hukum yang dibuat oleh hakim, atau apabila dalam pelaksanaan tugas pengadilan tidak mencerminkan keadilan dalam keadaan apapun, maka hal ini adalah merupakan bukan objek dari tindakan inspeksi yang dilakukan. Inspeksi adalah badan teknis di bawah CGPJ.Didalam melaksanakan kegiatan dan kunjungan perintah tersebut didasari oleh Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman atau oleh Ketua Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman. Layanan ini juga menerima dan memverifikasi laporan, pengaduan dan keluhan terhadap pelaksanaan tugas-tugas yudikatif, dimana pada sisi yang lain, pelaksaan tugas-tugas yudikatif juga tunduk kepada kepada Komite Disipliner . 4. CGPJ harus memberikan nasihat atas rancangan undang-undang dan ketentuan-ketentuan umum yang berhubungan dengan peradilan, yang diajukan oleh Negara dan Komunitas Otonom didalam hal-hal sebagai berikut: Identifikasi dan modifikasi peradilan di kabupaten, menyusun dan merubah organik hakim,magistrates, panitera dan staf yang melayani di Administrasi peradilan, peraturan Organik Hakim dan Magistrates, peraturan Organik sekretariat dan staf lainnya dalam melayani administrasi peradilan, prosedural aturan atau hukum dan konstitusional, UndangUndang Pidana dan peraturan pada sistem penjara, serta fungsi lainnya yang ditetapkan oleh undang-undang. 5. CGPJ membuat persiapan Laporan Tahunan kepada Parlemen.Laporan tersebut mengenai status, operasi dan aktivitas dari peradilan. Termasuk didalamnya kebutuhan dalam hal personil,fasilitas dan sumber daya manusia pada umumnya. 6. CGPJ membuat publikasi resmi dari koleksi Keputusan Mahkamah Agung. 7. CGPJ merencanakan, melaksanakan dan mengelola pelaksanaan anggaran sendiri. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 4 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 8. CGPJ berhak membuat peraturan lain 2015 yang dibutuhkan dalam organisasinya sendiri, antara lain dapat mengeluarkan peraturan tentang stafnya, organisasi dan sistem operasi dalam pelaksanaan tugas. Adapun prinsip-prinsip yang ditegakan oleh CGPJ adalah : 1. Independensi kekuasaan kehakiman dari kekuasaan lain; 2. kemerdekaan dalam menjalankan tugasnya bagi hakim dan magistrates ; 3. Independensi hakim dan magistrates dari pengaruh politik; 4. Independensi disiplin hakim dan magistrates; 5. kemandirian dan kesejahteraan ekonomi para hakim dan magistrates; 6. Jaminan untuk para hakim dan magisrtaes agar tidak dikiriminalisasi; 7. status apolitis hakim dan magistrates; 8. Tanggung jawab secara perdata dan pidana kepada para hakim dan magistrates dalam menjalankan fungsinya; 9. dan pengenalan sistem kompetisi untuk masuk ke peradilan. Kesatuan yurisdiksi membentuk dasar bagi organisasi dan fungsi pengadilan. Proses peradilan yang menjadi publik. Pengadilan mengontrol yurisdiksi dan legalitas dari proses administrasi. Isi dari undang-undang organik kekuasaan kehakiman ditetapkan oleh konstitusi. Dewan umum kekuasaan kehakiman adalah organ yang mengatur kekuasaan kehakiman. The Presedent Mahkamah Agung diangkat oleh raja setelah usulan oleh dewan umum kekuasaan kehakiman. Berikut adalah tabel untuk mempermudah pemahaman mengenai bagian pendahuluan buku : A. Definisi Kekuasaan Kehakiman di Spanyol Dikenal sebagai The Judiciary of Spain yang terdiri dari court dan tribunals yang dilaksanakan oleh hakim dan magistrates yang memiliki kekuatan untuk menegakan keadilan atas nama Raja Spanyol. B. Dasar Hukum Kekuasaan Kehakiman di Spanyol Organic Law 6/1985 tentang Judiciary Power, Organic Law 2/1979 tentang Mahkamah Konstitusi, Law 1/2000 tentang Pengadilan Perdata, Law 14/1882 tentang Pengadilan Pidana, Law 29/1998 tentang Pengadilan Administrasi, Royal Legislative Decree 2/1995 tentang Perburuhan dan Law 2/1989 tentang Pengadilan Militer. C. Struktur Kekuasaan Kehakiman Kekuasaan Kehakiman di Spanyol terdiri dari (Constitusional Court) Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 5 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Mahkamah Konstitusi, (Supreme Courts) Mahkamah Agung, Audiencia Nasional, dan Appellate Courts. Mahkamah Konstitusi adalah badan tertinggi untuk menafsirkan konstitusi dan menguji konstitusionalitas Lembaga ini memiliki struktur terpisah dari Mahkamah Agung dan memiliki Yurisdiksi di seluruh wilayah Spanyol berdasarkan Pasal 161 Konstitusi Spanyol. Mahkamah Agung adalah badan tertinggi di Spanyol yang membidangi masalah pengadilan dan hukum. Mahkamah Agung memiliki 4 kamar yaitu Perdata, Pidana, Administrasi, Buruh, dan Militer. Mahkamah Agung pula yang mengadili pada tingkat banding dari Audiencia Nasional, dan Appellate Courts. Audiencia Nasional terletak di kota Madrid yang mengadili perkara pidana, administrasi dan social yang melibatkan kejahatan yang dilakukan terhadap keluarga kerajaan, dan pejabat negara. Kemudian pula terkait perdagangan narkoba, pemalsuan dan pelanggaran serta tindak kejahatan internasional lain yang terjadi di wilayah Spanyol. Pengadilan Tinggi/ Banding memiliki 4 kamar yaitu Perdata, Pidana, Administrasi dan Buruh. D. Prinsip Kekuasaan Kehakiman di Spanyol Imparsialitas : Kekuasaan kehakiman harus netral dalam menjalani kasus yang sedang ditangani. Itu artinya tidak boleh ada tendensi kepada salah satu pihak. Selain itu juga hakim harus menjamin semua Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 6 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 warga negara bahwa hak-hak mereka dijaga oleh konstitusi. Hakim harus tetap tidak memihak pada kasus-kasus yang mereka tangani, dan harus menjauhkan diri dari kasus yang seharusnya tidak boleh ditangani Kemerdekaan : Dalam menjalankan wewenangnya terlepas dari segala kepentingan otoritas atau pribadi. Tidak dapat dipindahkan: Hakim tidak boleh dipecat, dipindahkan, ditangguhkan dan dipensiunkan tanpa sebab yang jelas. Tanggungjawab : Para hakim dan magistrates bertanggung jawab secara pribadi atas pelanggaran disiplin dan kejahatan yang mereka lakukan ketika sedang melaksanakan tugas judicial. Namun tanggung jawab ini hanya dapat dituntut oleh tindakan hukum disiplin (legal disciplinary tract) yang sudah ada (tanpa adanya campur tangan dari Eksekutif atau Legislatif, atau tidak melalui proses hukum biasa) Legalitas : Hakim harus tunduk pada konstitusi, dan undang-undang. E. Jenis Kekuasaan Kehakiman Kekuasaan Kehakiman di Spanyol terdiri dari Court dan Tribunals. Court adalah sebuah cabang kekuasaan yang memiliki kewenangan untuk mengadili sengketa hukum antara para pihak dalam konteks administratif, perdata, pidana, dan lain lain. Sedangkan Tribunals adalah istilah yang diberikan kepada setiap orang atau lembaga yang diberikan kewenangan untuk mengadili dan memutus sengketa. Jadi Court sifatnya lebih permanen, sedangkan Tribunal sifatnya adalah Ad-Hoc yang diisi oleh Magistrates. Dimana Prinsip Court dan Tribunals ini dilaksanakan oleh Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung Spanyol F. Wewenang Kekuasaan Kehakiman Mahkamah Agung Secara umum, Mahkamah Agung adalah puncak dari pengadilan di Spanyol maka dari itu lembaga ini bertanggungjawab atas keseragama penafsiran yurisprudensi di Spanyol. Dimana secara khusus, Mahkamah Agung berwenang sesuai kamar yang berada di bawahnya. Mahkamah Konstitusi 1. Menguji konstitusionalitas semua ketentuan hukum seperti undangundang dan enactments yang dikeluarkan oleh Negara atau Komunitas Otonom. 2. Banding konstitusional terhadap pelanggaran hak dan kebebasan . (recursos de amparo. 3. Mengadili Konflik antar lembaga negara, seperti antara komunitas otonom atau antara lembaga konsitutif. 4. Mengadili konflik mengenai otonomi pemerintah daerah. 5. Melakukan uji konstitusionalitas dengan cara pemeriksaan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 7 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 pendahuluan terhadap perjanjian internasional yang mau diratifikasi. 1.2 Hubungan Dengan Kekuasaan Eksekutif SPANYOL Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi 1. Raja dapat melaksanakan hak 1. Menguji konstitusionalitas prerogratifnya untuk membatalkan perjanjian internasional yang putusan MA, dengan membahasnya diratifikasi jika diminta oleh melalui dewan menteri terlebih dahulu Pemerintah. 2. Dalam membuat Sections dan Courts2. Mahkamah Konstitusi sebagai harus memperhatikan saran dari penjewantahan konsep check and Pemerintah, Komunitas Otonom, dan balances terhadap tindakan CGPJ pemerintah yang diduga melanggar 3. Penyediaan fasilitas dan dukungan hak konstitusional warga negara diberikan oleh negara melalui Spanyol. (recursos de amparo) Departemen Kehakiman. 3. Menguji konstitusionalitas suatu 4. Hubungan antara kementrian Undang-Undang yang dimohonkan keuangan dengan kekuasaan oleh Pemerintah. kehakiman diatur melalui UU dan 3. Menyelesaikan konflik yang Prosedur Hukum, dengan tidak terjadi antara lembaga negara mengintervensi lebih jauh. pemerintahan khususnya terhadap 5. Hubungan dengan Advokat juga Pemerintah Daerah diatur melalui UU dan prosedur 4. 12 Hakim Konstitusi disumpah hukum, tanpa adanya intervensi dari oleh Raja. pemerintah. 5. Pemerintah harus menyediakan 6. Hakim digaji oleh pemerintah dana yang diperlukan agar MK melalui departemen kehakiman dapat berfungsi hingga MK bisa mencari anggaran sendiri 1.3 Hubungan Dengan Kekuasaan Legislatif Mahkamah Agung 1. Total ada 12 hakim agung dimana 4 orang hakim agung dipilih kongres, dan 4 orang hakim agung lainnya dipilih oleh senat. 2. MA terbebas dari tindakan kesewenang-wenangan dari legislatif karena telah diatur mengenai Mahkamah Konstitusi 1. Total ada 12 hakim konstitusi dimana 4 orang hakim konstitusi diusulkan oleh kongres, dan 4 orang hakim dari senat 2. MK berwenang untuk menguji konstitusionalitas suatu UU dan enactments yang dibuat oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 8 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 penguatan dan jaminan terhadap MA. 3. Sekretaris Jendral dapat mengajukan usulan dalam pembahasan legislatif mengenai remunerasi perangkat pengadilan, proyek, status hakim, layanan keadilan, demarkasi pengadilan, dan lain-lain. 4. Setiap tahun CGPJ wajib melaporkan kepada parlemen mengenai operasi dan kegiatan pengadilan yang telah dilaksanakan. Kemudian nantinya parlemen akan membahas laporan tersebut. 1.4 2015 parlemen atau komunitas otonom. 3. Legislatif bekerjasama dengan MK dalam konflik lembaga konstitusional, dimana Legislatif menilai kompetensi masing-masing lembaga. 4. Senat atau kongres dapat meminta kepada MK untuk menguji konsitusionalitas perjanjian internasional. 5. MK terbebas dari tindakan kesewenang-wenangan dari legislatif karena telah diatur mengenai penguatan dan jaminan terhadap MK 6. Sekretaris Jendral dapat mengajukan usulan dalam pembahasan legislatif mengenai remunerasi perangkat pengadilan, proyek, status hakim, layanan keadilan, demarkasi pengadilan, dan lain-lain. Hubungan dengan Pers Pers dapat mempublikasikan kalimat yang memiliki kepentingan publik dan memiliki dampak luas kepada masyarakat. Bahkan terdapat beberapa bagian dalam surat kabar yang secara periodik memuat komentator khusus meninjau dari sudut pandang yuridis atas suatu putusan. Sebagian besar hakim di Spanyol telah menerbitkan buku yuridis atau berkontribusi dalam bentuk jurnal yuridis. Pers di Spanyol sangat menghormati hakim dan membatasi diri untuk menerbitkan wawancara yang diberikan oleh para hakim atau informasi umum mengenai tindakan yudisial tertentu yang penting dan bersifat rahasia. Apabila dilakukan pelanggaran, dalam beberapa kasus terdapat kritik terhadap pengadilan atau hakim tertentu yang harus dipertanggungjawabkan secara pidana oleh Pers yang melakukannya.Pers juga sering membantu dalam mengungkap kasus-kasus di Spanyol, dimana terkadang terdapat beberapa pejabat yang melakukan konferensi pers atau klarifikasi atas perkara yang sedang menimpanya. Menurut KUHAP Spanyol sejatinya tidak diatur mengenai kesaksian diluar sidang, akan tetapi hal ini menjadi yurisprudensi bagi para hakim untuk memutus berdasarkan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 9 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 kesaksian yang dibuat oleh orang tersebut diluar sidang. Fungsi kesaksian tersebut menjadi salah satu pertimbangan bagi majelis hakim untuk memutus secara utuh dan komprehensif, agar putusan yang dikeluarkannya berlandaskan fakta-fakta yang tidak hanya di dalam sidang, tapi diluar sidang juga. 1.5 Pengangkatan dan Pengawasan Hakim di Spanyol Mahkamah Agung CGPJ berwenang mengusulkan calon hakim agung dari hakim karir yang nantinya di sahkan oleh Raja dan ditandatangin melalui Menteri Kehakiman. Ada pula jalur hakim non karir (magistrates) yang berasal dari akademisi, atau pengacara. Masa jabatannya habis ketika masuk usia pensiun yaitu 70 tahun, bisa ditambah 2 tahun. Mahkamah Konstitusi Terdiri dari 12 orang Hakim Konstitusi yang ditunjuk oleh Raja Spanyol dengan masa jabatan 9 tahun. Dimana 4 hakim konstitusi diusulkan melalui Kongres, 4 hakim konstitusi dari Senat, 2 hakim konstitusi melalui Pemerintah, dan 2 hakim konstitusi melalui CGPJ. Masa jabatannya habis ketika masuk usia pensiun yaitu 70 tahun, bisa ditambah 2 tahun lagi. Pengawasan Hakim Mahkamah Agung Dilakukan oleh CGPJ (Consejo General del Poder Judicial) berdasarkan Pasal 107 Law 6/1985. Bagian yang diawasi adalah jalannya fungsi pengadilan dan kinerja personel peradilan. Apabila terjadi pelanggaran terdapat Divisi Inspeksi dari CGPJ yang menindak secara khusus. Mahkamah Konstitusi Dilakukan oleh CGPJ (Consejo General del Poder Judicial) berdasarkan Pasal 107 Law 6/1985. Bagian yang diawasi adalah jalannya fungsi pengadilan dan kinerja personel peradilan. Apabila terjadi pelanggaran terdapat Divisi Inspeksi dari CGPJ yang menindak secara khusus. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 10 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 BAB II PERBANDINGAN ANTARA KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA DAN SPANYOL 2.1 INDONESIA DAN SPANYOL Baik Indonesia dan Spanyol adalah sama-sama negara yang mengatur tradisi civil law. Indonesia menganut tradisi civil law sejak kolonial belanda datang, sedangkan Spayol menganut civil law sejak dijajah oleh romawi.1 Awal mula tradisi civil law di dalam gugusan Rechtsstaat pertama kali kemukakan oleh Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl. Menurut Stahl konsep sistem hukum ini ditandai oleh empat unsur pokok : 2 1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asas manusia; 2. Negara didasarkan pada teori trias politika; 3. Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig bertuur); dan 4. Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah.3 Dari prinsip negara hukum yang dikemukakan oleh Stahl, salah satu unsur pokoknya adalah adanya pemerintahan yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang. Hal ini membuka peluang adanya tradisi civil law yang melandasi segala sesuatunya dengan peraturan perundang-undangan yang telah dipositifkan. Secara umum, sistem Civil Law mempunyai tiga karakteristik utama yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada preseden sehingga undang- 1 Yesmil Anwar dand Adang, Pembaruan Hukum Pidana : Reformasi Hukum, (Jakarta : Gramedia Wdiasarana Indonesia, 2008), hlm.115 2 Mahfud MD, dkk, Prosiding Kongres Pancasila IV, (Yogyakarta : PSP UGM, 2012), hlm.234 3 Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, cet.3, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.8 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 11 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 undanglah yang menjadi sumber hukum utama, dan sistem peradilan bersifat inkuisitorial.4 Pertama, kodifikasi atau codificatie adalah pengitaban undang-undang atau pengitaban hukum. Kansil memberikan pengertian kodifikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. Kodifikasi hukum menurut negara dengan tradisi civil law merupakan sesuatu yang sangat penting. Karena negara-negara yang menganut sistem hukum ini akan selalu berusaha menciptakan kodifikasi-kodifikasi hukum sebagai kebutuhan masyarakat. Kodifikasi pada tradisi hukum civil law bersumber pada kodifikasi Hukum yang berlaku di era Kekaisaran Romawi yaitu "Corpus Juries Civilize" pada pertengahan abad VI Masehi dari Kaisar justhinianus. Kemudian setelah revolusi Perancis (1789-1791) hal tersebut dijadikan sebagai "Code Civil" yang berlaku sejak 21 Maret 1804. Code Civil Perancis tersebut digunakan oleh Belanda sebagai KUHPer di negara jajahannya, begitupun dengan Code de Commerce Perancis yang dijadikan sebagai KUHD di Belanda dan negara jajahannya. Selanjutnya beberapa contoh kodifikasi hukum adalah: 1) Kodifikasi hukum di Eropa adalah Corpus luris Civilis (mengenai Hukum Perdata) yang diusahakan oleh Kaisar Justianus dari Kerajaan Romawi Timur dalam tahun 527¬-565 dan dan Code Civil (mengenai Hukum Perdata) yang diusahakan oleh Kaisar Napoleon di Perancis pada tahun 1604. 2) Kodifikasi hukum di Indonesia adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (1 Mei 1848), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (1 Mei 1848) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (1 Januari 1918). Kedua, sistem Civil Law tidak dapat dilepaskan dari ajaran pemisahan kekuasaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis. Menurut Paul Scolten, bahwa maksud sesungguhnya pengorganisasian organ-organ negara Belanda adalah adanya pemisahan antara kekuasaan pembuat undang-undang, kekuasaan peradilan, yang tidak memungkinkan kekuasaan yang satu mencampuri urusan kekuasaan lainnya. Penganut sistem Civil Law memberi 4 Permias, Pembangunan Nasional Indonesia Jangka Panjang Tahap II dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Manusia dan Lingkungan , (Kentucky : University of Kentucky, 1990), hlm.46 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 12 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutus perkara tanpa perlu meneladani putusan-putusan hakm terdahulu. Yang menjadi pegangan hakim adalah aturan yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-undang.5 Prinsip utama dari sistem hukum ini adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematis di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu. 6 Memformulasikan hukum dengan bentuk yang nyata semata-mata bertujuan untuk menciptakan kepastian hukum. Kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum tertulis. Dengan tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja ( Doktrins Res Ajudicata ).7 Ketiga, pada sistem hukum Civil Law adalah apa yang oleh Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya sistem Inkuisitorial dalam peradilan. Di dalam sistem itu, hakim mempunyai peranan yang besar dalam mengarahkan dan memutuskan perkara; hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat dalam menilai alat bukti. Menurut pengamatan Friedman, hakim di dalam sistem hukum Civil Law berusaha untuk mendapatkan gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapinya sejak awal. Sistem ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim.8 1. Penerapan konkret sistem inqusitorial adalah hakim merupakan lulusan dari Fakultas Hukum, yang kemudian harus menempuh pendidikan hakim dan menjalani profesi hakim pemula (magistrates). 5 Bagir Manan, 1995, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, (Bandung: LPPMUNISBA, 1995), hlm.4 6 Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Tata Negara di Indonesia, cet.6, (Jakarta: Dian Rakyat, 1989), hlm. 22. 7 Russell, Peter H., and David M. O’Brien, Judicial Independence In The Age Of Democracy, Critical perspectives from around the world, (Toronto: Constitutionalism & Democracy Series, McGraw-Hill, 1985), hlm.12 8 Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science Perspective, ( New York: Russell Sage Foundation, 1975. Hlm. 338. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 13 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Sedangkan secara khusus apabila kita membahas sistem peradilan pada konsep civil law, maka setidaknya ada beberapa ciri khas, yakni: 1. Tidak menggunakan juri sehingga tanggung jawab hakim adalah memeriksa kasus, menentukan kesalahan, serta menerapkan hukumnya sekaligus menjatuhkan putusan. 2. Hakim tidak terikat dan tidak wajib mengikuti putusan hakim sebelumnya. 3. Hakim menerapkan hukum, bukan membuat hukum. 4. Hanya dalam perkara perdata yang melihat adanya dua belah pihak yang bertentangan (penggugat dan tergugat)dan perkara pidana keberadaan terdakwa bukan sebagai pihak penentang.9 5. Hukum yang mengatur kesejahteraan masyarakat dan kepentingan umum; 6. Hukum yang mengatur hubungan perdata artinya yang mengatur hubungan orang.10 7. Didalam sistem ini hakim tidak leluasa untuk menemukan dan menciptakan hukum (rechtvinding dan rechtvorming) karena segala sesuatunya harus didasari pada ketentuan prosedural yang ada. 8. Putusan hakim dalam suatu perkara hanyalah mengikat pihak yang berperkara saja (doktris Res Ajudicata]. 9. Perkara-perkara serius selalu diputuskan melalui persidangan dengan minimal tiga orang hakim (full trial judges), sedangkan untuk perkara-perkara ringan diputus oleh hakim tunggal (single trial judge). Bahkan dalam beberapa kasus digunakan juga hakim yang non hukum. Meskipun terdapat kesamaan antara Indonesia dan Spanyol sebagai negara yang sama sama menganut tradisi civil law, akan tetapi terdapat hal-hal mendasar yang membedakan kedua negara ini, seperti bentuk negara, bentuk pemerintahan 9 Ibid.,hlm. 23. Ibid., hlm. 25. 10 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 14 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 dan sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan Spanyol bersifat monarki parlementer hal ini tentunya membuat negara tersebut dikuasai oleh seorang raja dengan menempatkan parlemen sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam negara Spanyol, kekuasaan eksekutif dipegang oleh perdana menteri dan bertanggungjawab kepada parlemen. Fungsi raja hanya sebagai kepala negara atau simbol negara yang kedudukannya tidak dapat diganggu gugat. Selain itu sistem kedaerahan di Spanyol menerapkan konsep otonomi, dimana terdapat 17 komunitas otonom dan terdiri dari 50 kota, dimana secara kesuluruhan terdapat 8.098 municipalities. Dimana masing-masing komunitas otonom memiliki kekuasaan dibidang fiskal dan legislatif. Sedangkan di Indonesia bentuk negara yang dianut adalah negara kesatuan, yang mana dalam bentuk negara tersebut sifatnya adalah tunggal artinya tidak tersusun dari beberapa negara yang memiliki kedaulatan, tidak terbagi, dan kewenangannya berada pada pemerintah pusat. Pernyataan yang secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan tertuang dalam Pasal 1 Undang-Undang Dasar 1945. Selanjutnya bentuk pemerintahan yang Indonesia anut adalah republik yang mana konsekuensi logisnya bahwa negara Indonesia dipimpin oleh seorang presiden bukan seorang raja. Kemudian Indonesia juga menganut sistem pemerintahan presidensil dengan ciri-ciri sebagai berikut: 11 a. Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara. b. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasirakyat dan dipilih langsung oleh rakyat. c. Presiden memiliki hak prerogratif untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen. d. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif bukan kepada kekuasaan legislatif. e. Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif. Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh 11 Hanta Yuda A. R., Presidensialisme Setengah Hati : Dari Dilema Ke Kompromi, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm.13 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 15 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2.2 KONSEP DAN 2015 DEFINISI KEKUASAAN KEHAKIMAN Menurut Montesquieu, dalam bukunya “ L’Esprit des Lois” (1748), kekuasaan negara harus dipisah dalam tiga cabang kekuasaan yaitu (i) kekuasaan legislatif sebagai pembuat undang-undang, (ii) kekuasaan eksekutif yang melaksanakan undang-undang, dan (iii) kekuasaan yudikatif untuk menghakimi pelanggaran terhadap undang-undang. Dari klasifikasi Montesquieu inilah dikenal pembagian kekuasaan negara modern dalam tiga fungsi, yaitu legislatif (the legislative function), eksekutif (the executieve or administrative function), dan yudisial (the judicial function).12 Gagasan tersebut lahir untuk menyempurnakan teori sebelumnya yang dibuat oleh John Locke. Dimana Montesquiue menghapuskan kekuasaan federatif, dan menghidupkan kembali kekuasaan yudikatif yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan eksekutif. John Locke Montesqiue Cabang Federatif, Legislatif, Eksekutif, Legislatif, Yudikatif Kekuasaan Eksekutif Pembagian Fungsi yudikatif tergabung Kekuasaan Yudikatif berdiri fungsi-fungsi dalam kekuasaan eksekutif sendiri Latar Adanya kekuasaan absolut Sebagai seorang hakim di prancis Belakang yang dilakukan oleh Raja yang juga dipengaruhi oleh Sosial-Politik Inggris. Sehingga perlu situasi revolusi prancis yang memecah kekuasaan tersebut menekankan pentingnya menjadi beberapa cabang. kekuasaan hukum atas suatu Kekuasaan legislatif sistem politik. Kekuasaan dijewantahkan dengan yudikatif lahir sebagai organ yang kekuasaan 12 O. Hood Phillips, Paul Jackson, and Patricia Leopold, Constitutional and Administrative Law, (London: Sweet & Maxwell, 2001), hlm. 10-11. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 16 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 perwakilan dari para mengadili penguasa yang bangsawan, sedangkan sewenang-wenang. kekuasaan federatif bertujuan untuk hubungan terhadap elemen di luar kerajaan. Dalam sistem negara modern, cabang kekuasaan kehakiman atau judiciary merupakan cabang yang diorganisasikan secara tersendiri. Oleh karena itu, dikatakan oleh John Alder, “The principle of separation of powers is particuarly important for the judiciary”.13 Itu artinya, baik di negara-negara yang menganut tradisi civil law maupun common law, baik yang menganut sistem pemerintahan parlementer maupun presidensil, baik yang negara kesatuan maupun federal, lembaga kekuasaan kehakiman selalu bersifat tersendiri dan independen dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya.14 Nampaknya Montesquieu benar benar memberikan fokus yang lebih terhadap kekuasaan yudikatif, karena menurutnya kemerdekaan dan keadilan itu hanya dapat di jamin jika ketiga fungsi tersebut tidak dipegang oleh satu orang atau badan, tetapi oleh ketiga orang atau badan yang terpisah. Apabila kekuasaan kehakiman digabungkan dengan kekuasaan legislatif, maka kehidupan dan kebebasan seseorang akan berada dalam suatu kendali yang dilakukan secara sewenang-wenang. Di lain pihak, kalau kekuasaan kehakiman bersatu dengan kekuasaan eksekutif, maka hakim mungkin akan selalu bertindak semena-mena dan menindas. Dengan demikian, ditinjau dari ajaran pemisahan kekuasaan (separation of power), kekuasaan kehakiman yang merdeka merupakan bagian dari upaya untuk menjamin kebebasan dan mencegah kesewenang-wenangan.15 Konsep pemisahan kekuasaan milik Montesquie juga erat kaitanya dengan prinsip independensi peradilan dan prinsip pemisahan kekuasaan. Prinsip pemisahan kekuasaan (separation powers) itu menghendaki bahwa para hakim 13 John Alder and Peter English, Constitutional and Administrative Law, (London: Macmillan, 1989), hlm. 267. 14 Jimly Asshiddiqie, Op.cit., hlm 45. 15 Montesquieu, Charles de Secondat, The Spirit of laws,ed and terjemehan Anne M. Cohler, Basia C. Miller dan Harold S. Stone (Cambridge, U.K : Cambridge University Press,1989) Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 17 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 dapat bekerja secara bebas dari bayang-bayang pengaruh kekuasaan eksekutif dan legislatif. Bahkan, dalam memahami dan menafsirkan undang-undang dasar dan undang-undang, hakim harus independen dari pendapat dan kehendak politik para perumus undang-undang dasar dan undang-undang itu sendiri ketika perumusan dilakukan.16 Terhadap ide tersebut, Jimly Asshidiqie pun sepakat bahwa pada sistem negara modern, cabang kekuasaan kehakiman harus diorganisasikan secara tersendiri. Untuk mendukung argumentasinya beliau pun mengutip pendapat dari John Alder bahwa “The Principle of separation of powers is particularly important for the judiciary”.17 Meskipun pada dasarnya anggota parlemen dan Presiden adalah cerminan dari kedaulatan rakyat, akan tetapi penafsir akhir dalam memahami maksud dari suatu produk perundang-undangan tetap berada ditangan para hakim. Oleh sebab itu, salah satu ciri yang dianggap penting dalam setiap negara hukum yang demokratis (democratic rechstaat) ataupun negara demokrasi yang berdasar atas hukum (constitutional democracy) adalah adanya kekuasaan kehakiman yang independen dan tidak berpihak (independent and impartial). Apapun sistem hukum yang dipakai dan sistem pemerintahan yang dianut, pelaksanaan the principles of independence and impartiality of the judiciary haruslah benar-benar dijamin di setiap negara demokrasi konstitusional (constitutional democracy). Jika dilihat dari perspektif historis, lembaga peradilan sudah tumbuh sejak adanya umat manusia. Pada awalnya sistem peradilan memiliki bentuk yang amat sederhana, akan tetapi terus mengalami perubahan hingga menjadi kompleks dan modern. Seperti yang dikemukakan oleh Djokoesoetono, terdapat empat tahap dan sekaligus empat macam rechstpraak yang dikenal dalam sejarah yaitu:18 1) Rechtspraak naar ongeschreven recht (hukum adat), yaitu pengadilan yang didasarkan atas ketentuan hukum yang tidak tertulis, seperti 16 Jimly Asshiddiqie, Ibid., Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012),hlm 310. 18 Djokoesoetono, Hukum Tata Negara, kuliah dihimpun oleh Harun Alrasid pada tahun 1959, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 117. 17 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 18 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 pengadilan adat; 2) Rechtspraak naar precendenten, yaitu pengadilan yang didasarkan atas prinsip presedent atau putusan putusan hakim yang terdahulu, seperti yang dipraktikkan di Inggris; 3) Rechtspraak naar rechtsboeken, yaitu pengadilan yang didasarkan atas kitab-kitab hukum, seperti dalam praktik dengan pengadilan agama Islam yang mengguakan kompedium atau kitab-kitab ulama ahlussunnnah wal‟jamaah atau kitab-kitab ulama syi‟ah; 4) Rechtspraak naar wetboeken, yaitu pengadilan yang didasarkan atas ketentuan undang-undang ataupun kitab undang-undang. Pengadilan demikian ini merupakan penjelmaan dari paham hukum positif atau moderne wetgeving yang mengutamakan peraturan perundang-undangan yang bersifat tertulis (schreven wetgeving). Kekuasaan kehakiman merupakan pilar ketiga dalam sistem kekuasaan negara modern. Dalam bahasa Indonesia, fungsi kekuasaan yang ketiga ini seringkali disebut sebagai cabang kekuasaan “yudikatif‟. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda yakni judicatief. Sedangkan di dalam bahasa Inggris, disamping istilah legislative dan executieve, tidak dikenal istilah judicatieve, sehingga untuk pengertian yang sama biasanya dipakai istilah judicial, judiciary, ataupun judiciature.19 Kekuasaan kehakiman berasal dari istilah dan terjemahan bahasa Belanda “Rechtspreken de macht” artinya hak untuk menyelesaikan suatu sengketa oleh pihak ketiga yang tidak memihak yaitu hakim. Secara teknis yuridis hakim berarti orang yang diberi tugas untuk menentukan hukumnya dalam suatu sengketa. Di Indonesia sendiri pengertian kekuasaan kehakiman termaktub dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang 19 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2005, hlm. 44. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 19 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 menyatakan bahwa“Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.” Sedangkan di Spanyol sendiri definisi kekuasaan kehakiman diatur dengan Organic Law 6 /1985 yang di perbarui dengan Organic Law 19/2003 bahwa kekuasaan kehakiman adalah umum dan dapat di akses oleh semua orang, semua wilayah termasuk administrasi umum, dan pengecualiannya adalah raja yang mendapatkan hak imunitas khusus yang tidak dapat di ganggugugat, dan dimintai pertanggungjawaban. Hakim haruslah independen dan hanya mengacu pada hukum yang berlaku. Itu artinya hakim tidak boleh diperintah atau diinstruksikan oleh kekuasaan lain di negara ini. Spanyol Dikenal sebagai The Judiciary of Spain yang terdiri dari court dan tribunals yang dilaksanakan oleh hakim dan magistrates yang memiliki kekuatan untuk menegakan keadilan atas nama Raja Spanyol. Indonesia Kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Selain itu menurut Mr Santiago Revuelto Beltranilla bahwa peradilan spanyol merupakan kombinasi dari courts dan tribunals, yang memilki kewenangan untuk melaksanakan keadilan atas nama raja. Perbedaan yang mendasar antara court dengan tribunal adalah court bersifat tetap dan permanen, sedangkan tribunal lebih bersifat sementara dan ad hoc.20 Itu artinya, di Spanyol lembaga peradilan merupakan kombinasi antara permanen dan sementara dalam kasus-kasus tertentu. Di Spanyol sendiri memiliki sistem peradilan yang berbeda dengan Indonesia. Spanyol membagi menjadi lima perintah yurisdiksi, yaitu yurisdiksi sipil, pidana, administratif, buruh atau social, dan yurisdiksi militer. Masingmasing yurisdiksi terdiri dari beberapa tingkat peradilan yang berbeda. Adapun 20 V. Hutagaol, “ PERAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAILEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN”, Skripsi Universitas Sumatra Utara 2010. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 20 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 wilayah yurisdiksi berdasar pada berbagai tingkat teritorial, yaitu : wilayah distrik sebagai uniat dasar yang mencakup satu atau beberapa kotamadya, dan dilayani oleh setidaknya satu pengadilan tingkat pertama, propinsi, daerah otonomi dan nasional. Dimana total secara keseluruhan hakim agung terdiri dari 90 orang. Dalam prakteknya kekuasaan kehakiman itu dijalankan dengan tidak memandang kedudukan dalam masyarakat dari pihak yang berperkara, itu artinya hakim memiliki kemerdekaan dalam melaksanakan kekuasaannya itu, dan hanya tunduk pada Undang-Undang dan Undang-Undang Dasar, di samping itu pemegang kekuasaan Pemerintahan dilarang campur tangan dalam urusan kehakiman, kecuali dalam hal-hal yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar. Pemberian kebebasan kepada kekuasaan kehakiman dalam melaksanakan peradilan memang sudah selayaknya diberikan, karena perbuatan mengadili adalah perbuatan yang luhur untuk memberikan suatu putusan terhadap sesuatu perkara yang semata-mata harus didasarkan kepada kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Maka dari itu institusi pengadilan harus dijauhkan dari tekanan atau pengaruh dari pihak manapun, baik oknum, golongan dalam masyarakat.21 2.3 DASAR HUKUM KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA DAN SPANYOL Di Indonesia ketentuan mengenai kekuasaan kehakiman di atur dalam beberapa undang-undang. Diantaranya adalah (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun 1948 tentang Susunan dan Kekuasaan Badan-Badan Kehakiman dan Kejaksaan, (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1964 tentang KetentuanKetentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965 tentang Pengadilan Dalam Peradilan Umum dan Mahkamah Agung, (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman diubah dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, kemudia diubah lagi dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009, (5) UndangUndang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung kemudian diubah dengan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 21 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan diubah lagi dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009, (6) Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dan dirubah dengan Undang-Undang No.8 Tahun 2004, (7) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan dir,bah dengan UndangUndang No. 9 Tahun 2004, (8) Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan dirubah denan Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 ,(9) Undang-Undang No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, (10) UndangUndang 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dan dirubah dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2011. Sedangkan di Spanyol, ketentuan mengenai Kekuasaan Kehakiman di atur dalam Undang-Undan berikut : (1) Undang-Undang Organik 6 / 1985 tentang Kekuasaan Kehakiman; (2) Undang-Undang 1 / 2000 tentang Pengadilan Sipil; (3) Hukum 14 September 1882 tentang Pengadilan Pidana (4) Hukum Administrasi 29/1998 tentang Yurisdiksi Administrasi; (5) Keputusan Royal Legislatif 2 / 1995 yang menulis ulang Prosedur Hukum Perburuhan; dan (6) Undang-Undang Organik 2 / 1989 yang mengatur Hukum Acara Pidana Militer. Spanyol Organic Law 6/1985 tentang Judiciary Power, Organic Law 2/1979 tentang Mahkamah Konstitusi, Law 1/2000 tentang Pengadilan Perdata, Law 14/1882 tentang Pengadilan Pidana, Law 29/1998 tentang Pengadilan Administrasi, Royal Legislative Decree 2/1995 tentang Perburuhan dan Law 2/1989 tentang Pengadilan Militer. Indonesia UU 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, UU 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, UU No. 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi, UU 8/2004 tentang Peradilan Umum, UU No. 9/2004 tentang PTUN, UU No.3 Tahun 2005 tentang Peradilan Agama, dan UU No.31/1997 tentang Peradilan Militer. 2.4 PERKEMBANGAN KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA Di Indonesia sendiri fenomena “pengadilan jalanan” akhir-akhir ini kembali mencuat ke publiK sebagai sarana pengadilan informil untuk menuangkan amarah masyarakat. Salah satu contohnya adalah kasus pembakaran hidup-hidup pelaku begal yang terjadi di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Alasan warga melakukan tindakan pembakaran adalah sebagai bentuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 22 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 ketidakpercayaan pada sistem penegakan hukum dan pengadian yang di nilai bobrok dan jauh dari nilai-nilai keadilan. 22 Bagaimanapun bentuk pelanggaran hukum, baik berupa perampasan hak seseorang maupun pelanggaran kepentingan umum, sejatinya tidak boleh dihakimi secara sporadis begitu saja. Perbuatan “menghakimi sendiri” atau “eigenrichting” ini sangatlah tercela, tidak tertib dan harus dicegah. Tidak hanya cukup dengan suatu pencegahan tetapi diperlukan suatu perlindungan dan penyelesaian. Adapun yang berhak memberikan perlindungan dan penyelesaian itu adalah Negara. Untuk itu, Negara menyerahkannya kepada kekuasaan kehakiman yang berbentuk badan peradilan dengan para pelaksananya yaitu hakim.23 Paradigma yang ada di Indonesia saat ini menilai kekuasaan kehakiman hanya sebatas peran hakim semata. Sejatinya kekuasaan kehakiman berbicara lebih luas dari itu, sebab kekuasaan kehakiman merupakan suatu sistem yang terbagi ke dalam beberapa bagian atau unsur-unsur yang saling terkait dan menjamin kebebasan dalam menyelenggarakan fungsi peradilan. Di dalam kekuasaan kehakiman juga terdapat organisasi, tata kerja aktivitas, proses-proses yang dijalankan, fungsionaris, serta keseluruhan bagian dari lembaga pengadilan.24 Gagasan mengenai independensi kekuasaan kehakiman tampaknya tidak berjalan mulus dan mudah di Indonesia. Beberapa rezim sebelum reformasi 1998 menjadi awan kelabu bagi dunia kekuasaan kehakiman di Indonesia. Pertama pada era Soekarno terdapat Manipol (Manifestasi Politik) yang memiliki tujuan untuk mewujudkan dan melaksanakan demokrasi terpimpin. Maka dibidang peradilan pun dikehendaki suatu peradilan yang terpimpin pula. 25 Peradilan terpimpin yang dimaksud adalah “peradilan yang tidak bebas”, karena dengan mudahnya dapat di intervensi oleh kebijakan pemerintah. Hal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Glery Lazuardi, “Kriminolog : Penghakiman Oleh Massa Terjadi karena Warga Tidak Percaya Polisi” http://m.tribunnews.com/metropolitan/2015/02/26/kriminolog-penghakiman-olehmassa-terjadi-karena-warga-tidak-percaya-polisi, diunduh pada 8 Maret 2015 23 K. Wantjik Saleh, Kehakiman dan Peradilan, cet.2, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1977), hlm.39. 24 Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, (Jakarta : PT.RajaGrafindo, 2006), hlm V 25 K. Wantjik Saleh, Kehakiman dan Peradilan, cet.2, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1977), hlm.18 22 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 23 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Kehakiman No.19 tahun 1964. Salah satu bentuk ketidakbebasan tersebut dapat dilihat dari pasal 19 UU No.19 tahun 1964 yang menyatakan bahwa “Demi kepentingan revolusi, kehormatan Negara dan Bangsa atau kepentingan masyarakat yang sangat mendesak, Presiden dapat turun atau campur tangan dalam soal-soal pengadilan” Di era Orde Baru pun tidak jauh berbeda, meski terdapat perubahan ke arah independensi kekuasaan kehakiman, akan tetapi dalam prakteknya masih saja terdapat kekuasan lain yang mampu mengintervensi. Salah satu contohnya adalah kasus Peradilan Syahrir. Di dalam kasus itu terdapat indikasi intervensi yang terlihat pada proses awal pembuatan Berita Acara Pemeriksaan yang dilakukan di kantor intelijen militer. Pemeriksaan oleh aparat militer seharusnya hanya dilakukan terhadap tersangka dengan status militer, bukan warga sipil seperti Sjahrir.26 Selain itu terdapat pula kasus gugatan perdata di Pengadilan Tata Usaha Negara oleh Goenawan Mohammad melawan Menteri Penerangan Harmoko. Awalnya Goenawan menang, akan tetapi kemenangan tersebut sirna setelah Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi melalui kasasi tanpa alasan yang jelas.27 Setelah reformasi bergulir banyak agenda-agenda ketatanegaraan yang di usung untuk memperbaiki sistem yang telah ada. Salah satunya adalah mewujudkan independensi hakim di cabang kekuasaan kehakiman. Independensi hakim tidak sekadar berarti imparsialitas hakim dari pengaruh eksekutif, legislatif, bahkan dari internal lembaga yudikatif itu sendiri. Independensi tidak sekadar bermakna “merdeka, bebas, imparsial, atau tidak memihak” dengan individu, kelompok atau organisasi kepentingan apapun, atau tidak tergantung atau dipengaruhi oleh kekuatan apapun. Lebih dari itu, independensi bermakna pula sebagai kekuatan/power, paradigma, etika, dan spirit untuk menjamin bahwa hakim akan menegakan hukum demi kepastian dan keadilan.28 Langkah nyata dari agenda reformasi tersebut diawali dengan adanya TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1999 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan 26 A. Muhammad Asrun, Krisis Peradilan Mahkamah Agung di Bawah Soeharto, (Jakarta : Elsam, 2004), hlm xi 27 John MacDougall, “Kasus Tempo : Putusan PTUN” http://www.library.ohiou.edu/ indopubs/1995/11/22/0034.html , diunduh pada 8 Maret 2015 28 Amzulian Rifa’i, Wajah Hakim dalam Putusan : Studi Atas Putusan Hakim Berdimensi Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta : PUSHAM UII, 2011),hlm. 45 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 24 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara yang menuntut adanya pemisahan yang tegas antara cabang kekuasaan yudikatif dan eksekutif. TAP tersebut secara koheren juga diikuti dengan perubahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 menjadi UndangUndang Nomor 35 Tahun 1999 yang intinya segala urusan organisasi, administrasi dan finansial Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung yang sebelumnya, secara organisatoris, administrasi dan finansial badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung berada di bawah departemen. Tidak hanya dalam tataran Undang-Undang saja yang di revisi, bahkan pada tingkat konstitusi pun juga mengalami hal yang sama. Bab IX yang semula hanya terdiri dari dari 1 Pasal dan 2 ayat, kini berubah menjadi 5 Pasal yaitu 24, 24 A, 24 B, 24 C , dan 25. Undang- Undang tentang Kekuasaaan Kehakiman pun telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 dan diubah lagi menjadi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 yang berlaku hingga sampai saat ini. Saat ini secara normatif kekuasaan kehakiman didefinisikan sebagai kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. 29 Dari definisi tersebut menurut penulis sudah sempurna dan telah menutup celah adanya intervensi kepada kekuasaan kehakiman. Akan tetapi, pada prakteknya, adanya jaminan kekuasaan kehakiman justru membuat beberapa oknum Hakim menjadi lupa diri. Salah satunya adalah mantan hakim konstitusi yaitu Akil Mochtar yang tersandung kasus korupsi pada 2 Oktober 2013 silam. Publik yang awalnya percaya pada lembaga peradilan (khususnya Mahkamah Konstitusi), kini kembali kecewa atas peristiwa tersebut. Bahkan beberapa orang menjadi skeptis terhadap kondisi ketatanegaraan di Indonesia karena tidak ada lagi instansi yang bersih dan dapat dipercaya oleh masyarakat. 29 Indonesia, Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 48 Tahun 2009, LN No.157 tahun 2009, TLN. 5076, Ps.1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 25 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Peristiwa tersebut mengakibatkan banyaknya pernyataan kritis kepada cabang kekuasaan kehakiman itu sendiri. Salah satunya adalah “jangan-jangan independensi peradilan hanya kedok agar Hakim tidak bisa diawasi, karena terdapat deal-dealan politik di belakang meja dalam membuat putusan”. Kondisi seperti ini tentunya akan membuat citra peradilan semakin buruk jika tidak dilakukan upaya yang serius. 2.5 Prinsip Kekuasaan Kehakiman Secara umum dapat dikemukakan ada dua prinsip yang dipandang sangat pokok dalam kekuasaan yudikatif di negara manapun, yaitu (i) principle of judiciary independence, dan (ii) the principle of judicial impartiality. 30 Kedua prinsip ini diakui sebagai prasyarat pokok sistem di semua negara yang menganut paham constitutional state. Prinsip independensi itu sendiri antara lain harus diwujudkan dalam sikap para hakim dalam memeriksa dan memutus perkara yang dihadapinya. Disamping itu, independensi juga tercermin dalam pelbagai pengaturan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengangkatan, masa kerja, pengembangan karir, sistem penggajian, dan pemberhentian para hakim.31 Sementara itu, prinsip kedua yang sangat penting adalah prinsip ketidakberpihakan (the principle of impartiality). Bahkan oleh O. Hood Phillips dan kawan-kawan mengatakan, “The impartiality of the judiciary is recognized as an important, if not the most important element, in the administration of justice”. 32 Dalam praktik, ketidakberpihakan atau impartiality itu sendiri mengandung makna dibutuhkannya hakim yang tidak saja bekerja secara imparsial (to dbe impartial), tetapi juga terlihat bekerja secara imparsial (to appear to be impartial).33 Prinsip mengenai Independensi pun tidak berlaku hanya kepada pribadi hakim namun juga harus terinternalisasi dalam suatu lembaga pengadilan. Secara kelembagaan independensi kekuasaan kehakiman dapat di jewantahkan dengan 30 Ofer Raban, Modern Legal Theory and Judicial Impartiality, 2003, hlm.1. Jimly Asshiddiqie, Op.cit., hlm 316. 32 Phillips, Jackson, and Leopold, Op.Cit, hlm. 437. 33 Lihat kasus Mc Gonnel V United Kingdom (2000), 30 E.H.R. 241, http://hudoc.echr.coe.int/sites/eng/pages/search.aspx?i=001-58461 , diakses pada 21 Mei 2015. 31 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 26 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 cara pengelolaan secara otonom dalam hal pegawai administratif, menyiapkan anggaran pengadilan, pemeliharaan gedung-gedung pengadilan, dan lain sebagainya (hal non yustisi kepegawaian, administrasi,anggaran). 34 Sebenarnya tidak ada paksaan keseragaman ditingkat internasional tentang pengelolaan atau administrasi pengadilan itu, akan tetapi terdapat berbagai model berikut yang menjadi role model pengadilan pada umumnya : dikelola sepenuhnya oleh yudikatif, dikelola oleh suatu organ independen, dikelola bersama oleh beberapa organ negara, dikelola bersama oleh yudikatif-eksekutif, atau dikelola sepenuhnya oleh eksekutif.35 Di samping kedua prinsip tersebut, dari perspektif hakim sendiri berkembang pula pemikiran mengenai prinsip-prinsip lain yang juga dianggap penting. Dalam Forum International Judicial Conference di Bangalore, India (2001) berhasil disepakati draft kode etik dan perilaku hakim sedunia yang kemudian disebut The Bangalore Draft. Setelah mengalami revisi dan penyempurnaan berkali-kali, draft ini akhirnya diterima luas oleh berbagai kalangan hakim di dunia sebagai pedoman bersama dengan sebutan resmi The Bangalore Principles of Judicial Conduct. Didalamnya tercantum enam prinsip penting yang di adopsi oleh Indonesia sebagai prinsip utama kekuasaan kehakiman, yaitu independence, impartiality, integrity, propriety, equality, dan competence and diligence.36 Pertama, Independensi. Independensi hakim dan pengadilan terwujud dalam kemandirian dan kemerdekaan hakim, baik sendiri-sendiri maupun sebagai institusi, dari pelbagai pengaruh yang berasal dari luar diri hakim berupa intervensi yang bersifat memengaruhi dengan halus, dengan tekanan, paksaan, kekerasan, atau balasan karena kepentingan politik atau ekonomi tertentu dari pemerintah atau kekuatan politik yang berkuasa, kelompok atau golongan, dengan ancaman penderitaan atau kerugian tertentu, atau dengan imbalan atau janji imbalan berupa keuntungan jabatan, keuntungan ekonomi, 34 P.H. Lane menyebut empat komponen independensi sebagai berikut: Non-political appointments to a court; Guaranteed tenure and salary for judges; Executive and legislative noninterference with court proceedings and or office holders; Budgetary and administrative autonomy. Dalam Helen Cunningham, 1999. Fragile Bastion: Judicial Independence in the Nineties and Beyond, hlm. 4. 35 Shimon Shetreet dan Jules Deschenes, Judicial Independence: the Contemporary Debate, 1995, hlm. 160. 36 Jimly Asshiddiqie, Op.cit., hlm 317 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 27 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 atau bentuk lainnya. Kedua, Imparsialitas. Ketidakberpihakan mencakup sifat netral, menjaga jarak yang sama dengan semua pihak yang terait dengan perkara, dan tidak mengutamakan salah satu pihak mana pun, disertai pengahayatan yang mendalam mengenai keseimbangan antarkepentingan yang terkait dengan perkara. Ketiga, Integritas. Integritas hakim merupakan sikap batin yang mencerminkan keutuhan dan keseimbangan kepribadian setiap hakim sebagai pribadi dan sebagai pejabat negara dalam menjalankan tugas jabatannya. Keutuhan kepribadian mencakup sikap jujur, setia, dan tulis dalam menjalankan tugas profesionalnya, disertai ketangguhan batin untuk menepis dan menolak segala bujuk-rayu, godaan jabatan, kekayaan, popularitas, ataupun godaan-godaan lainnya. Keempat, Kepantasan dan Kesopanan. Kepantasan dan kesopanan merupakan norma kesusilaan pribadi dan kesusilaan antarpribadi yang tercermin dalam prilaku setiap hakim, baik sebagai pribadi maupun sebagai pejabat negara dalam menjalankan tugas profesionalnya, yang menimbulkan rasa hormat, kewibawaan, dan kepercayaan. Kelima, kesetaraan. Kesetaraan merupakan prinsip yang menjamin perlakuan yang sama terhadap semua orang berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain atas dasar perbedaan agama, suku, ras, warna kulit, jenis kelamin, status perkawinan, kondisi fisik, status sosial-ekonomi, umur, pandangan politik, ataupun alasanalasan lain yang serupa. Keenam, kecakapan dan kesaksamaan. Kecakapan tercermin dalam kemampuan profesional hakim yang diperoleh dari pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman dalam pelaksanaan tugas. Sementara itu, kesaksamaan merupakan pribadi hakim yang menggambarkan kecermatan, kehati-hatian, ketelitian, ketekunan, dan kesungguhan dalam pelaksanaan tugas profesioanal hakim. Kemudian di Indonesia terdapat prinsip-prinsip derifativ dari kekuasaan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 28 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 kehakiman yakni : a. Persidangan terbuka untuk umum (Pasal 17-18 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman); b. Peradilan dilaksanakan secara imparsial (tidak memihak dan obyektif). c. Hakim aktif memimpin sidang (persidangan bersifat akusatorial) tetapi harus imparsial dengan tidak memihak serta bersikap obyektif dengan mendengar berbagai pihak (audi et alteram partem); d. Putusan dijatuhkan dalam sidang yang terbuka untuk umum; e. Pelaksanaan peradilan bersifat sederhana, cepat dan biaya ringan; f. Independensi hakim (yang mencakup berbagai kategori) diimbangi dengan akuntabilitas: Hakim dapat diberhentikan (Pasal 25 UndangUndang Dasar 1945) dan Komisi Yudisial dibentuk untuk “menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim” Terdapat beberapa model akuntabilitas kekuasaan kehakiman:37 1. Political, Kepada constitutional accountability: peradilan bertanggung jawab lembaga politik, termasuk dimakzulkan (impeachment) oleh parlemen, dan tunduk kepada konstitusi; 2. Societal accountability: kontrol masyarakat melalui media massa, eksaminasi putusan hakim, kritik terhadap putusan yang dipublikasikan, kemungkinan dissenting opinion dalam putusan (ini juga merupakan bentuk akuntabilitas profesional); 3. Legal (personal) accountability: hakim dapat diberhentikan dari jabatannya melalui majelis kehormatan hakim; hakim bertanggung jawab atas kesalahan putusannya. Untuk itu tersedia upaya hukum terhadap putusan hakim (Indonesia: dari banding hingga kasasi dan peninjauan kembali). 37 Mauro Cappelletti, “Who Watches the Watchmen? A Comparative Study on Judicial Responsibility” dalam Shimon Shetreet dan Jules Deschenes,1995. hlm 51. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 29 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 4. Legal (vicarious) accountability: negara bertanggung jawab (state liability) atas kekeliruan atau kesalahan putusan hakim; negara dapat meminta hakim untuk ikut bertanggung jawab bersama negara (concurrent liability). Berbeda dari Indonesia yang memiliki enam prinsip kekuasaan kehakiman, di Spanyol hanya memiliki 5 prinsip, yang terdiri dari : Impartiality : Hakim harus bersikap netral dalam kasus yang mereka tangani dan harus menjauhkan diri dari kasus yang tidak mereka tangani. Hal ini guna menjamin peradilan yang efektif bagi semua warga negara sesuai dengan cita konstitusi. Kemerdekaan : Lembaga pengadilan haruslah independen dari semua otoritas atau pribadi dalam menjalankan yurisdiksinya. Tidak dapat dipindahkan : Para hakim dan “magistrates” tidak dapat di pindahkan, dipecat, ditangguhkan, atau di pensiunkan tanpa sebab yang telah diatur oleh hukum Tanggung Jawab : Para hakim secara pribadi bertanggung jawab atas pelanggaran disiplin dan kejahatan yang dilakukan dalam menjalankan profesinya. Tanggungjawab ini hanya diperlukan oleh saluran disiplin hukum yang didirikan, tanpa campur tangan oleh cabang eksekutif atau legislatif Legalitas : Dalam melaksanakan yurisdiksinya, para hakim harus tunduk pada konstitusi, undang-undang seperti halnya cabang pemerintahan lainnya dan warga masyarakat. Spanyol Imparsialitas : Netral dalam menjalani kasus yang sedang ditangani. Kemerdekaan : Dalam menjalankan wewenangnya terlepas dari segala kepentingan otoritas atau pribadi. Tidak dapat dipindahkan: Hakim tidak boleh dipecat, dipindahkan, ditangguhkan dan dipensiunkan tanpa sebab yang jelas. Indonesia Independensi : bebas dari pengaruh, tekanan, paksaan, kekerasan dan kepentingan dari oknum-oknum tertentu. Imparsialitas : Bersifat netral, dan menjaga jarak dengan para pihak yang berperkara. Integritas : Pribadi hakim yang jujur, setia dan tulus dalam menjalankan profesinya. Kepantasan dan Kesopanan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 30 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 Tanggungjawab : Hakim bertanggungjawab atas pelanggaran disipilin dan kejahatan yang dilakukan dalam menjalankan profesinya. Legalitas : Hakim harus tunduk pada konstitusi, dan undang-undang. 2015 Kesetaraan : Memperlakukan sama kepada setiap orang tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, dan lain-lain. Kecakapan dan Kesaksamaan : Diisi oleh oran-orang yang memiliki pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. 2.6 Kewenangan Kekuasaan Kehakiman di Spanyol dan Indonesia Kekuasaan Kehakiman di Spanyol terdiri dari (Constitusional Court) Mahkamah Konstitusi, (Supreme Courts) Mahkamah Agung, Audiencia Nasional, dan Appellate Courts. • Mahkamah Konstitusi adalah badan tertinggi untuk menafsirkan konstitusi dan menguji konstitusionalitas. Lembaga ini memiliki struktur terpisah dari Mahkamah Agung dan memiliki Yurisdiksi di seluruh wilayah Spanyol berdasarkan Pasal 161 Konstitusi Spanyol. • Mahkamah Agung adalah badan tertinggi di Spanyol yang membidangi masalah pengadilan dan hukum. Mahkamah Agung memiliki 4 kamar yaitu Perdata, Pidana, Administrasi, Buruh, dan Militer. Mahkamah Agung pula yang mengadili pada tingkat banding dari Audiencia Nasional, dan Appellate Courts. Di dalam ruang lingkup yurisdiksi Spanyol, menempatkan bahwa Mahkamag Agung sebagai badan peradilan tertinggi di Spanyol, yang terdiri dari lima halls. Uniknya, putusan Mahkamah Agung tidak dapat diajukan upaya hukum atau final and binding, akan tetapi dapat diajukan ke Mahkamah Konstitusi, jika salah satu pihak merasa hak-hak konstitusionalnya telah dilanggar. • Audiencia Nacional terletak di kota Madrid yang mengadili perkara pidana, administrasi dan social yang melibatkan kejahatan yang dilakukan terhadap keluarga kerajaan, dan pejabat negara. Kemudian pula terkait perdagangan narkoba, pemalsuan dan pelanggaran serta tindak kejahatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 31 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 internasional lain yang terjadi di wilayah Spanyol.dan mencakup 3(tiga) bidang / halls, yaitu:38 1. Yurisdiksi pidana dalam kasus-kasus yang menyangkut kejahatan terhadap Kerajaan Spanyol, terorisme, kejahatan terorganisir, pemalsuan dan kasus-kasus yang telah dilakukan di lebih dari satu yurisdiksi. 2. Yurisdiksi perdebatan administratif, dalam kasus naik banding terhadap keputusan Menteri, sekretaris, negara, Dewan Menteri dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata. 3. Yurisdiksi Sosial untuk kasus-kasus yang menyangkut perjanjian tawar-menawar kolektif yang mencakup lebih dari satu wilayah komunitas otonom. • Pengadilan Tinggi adalah pengadilan dengan kewenangan lebih dari satu Komunitas Otonomi, dan merupakan yurisdiksi maksimum tubuh atau komunitas otonom. Pengadilan Tinggi terbagi menjadi 3 (tiga) bidang / halls, yang mencakup 4 (empat) perintah yurisdiksi, yaitu: 1. Bidang / Hall Pertama, atau Hall Perdata dan Pidana: Dalam kasus yurisdiksi sipil bertanggung jawab dalam kasus perdata untuk tindakan yang mana daripada kompetensi mereka oleh Presiden Komunitas Otonomi, Anggota Dewan Pemerintahan atau Badan Legislatif, dan dalam Masyarakat kasus dengan hukum sipil mereka sendiri untuk mengetahui banding terhadap putusan-putusan pengadilan lebih rendah. 2. Hall Kedua atau Hall perdebatan Administrasi: adalah yang bertanggung jawab untuk mengetahui banding terhadap keputusan Lembaga Negara yang tidak ditetapkan pengadilan lain, banding terhadap keputusan dari pemerintah Otonomi masyarakat atau anggotanya, banding terhadap resolusi dari badan-badan Badan Legislatif, yang berkaitan dengan administrasi, naik banding terhadap Pemilihan Boards dan banding terhadap putusan tingkat pertama-perdebatan Administrasi pengadilan. 38 Mahkamah Agung, Laporan Studi Banding Team Pengawasan Mahkamah Agung RI ke Tribunal Supremo – Palacio De Justicia Madrid – Spanyol, 16-18 Desember 2009 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 32 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 3. Hall Ketiga atau Hall Sosial: adalah bertanggung jawab atas banding terhadap putusan-putusan pertama pengadilan sosial dan kasus-kasus yang menyangkut perjanjian tawar-menawar kolektif yang mempengaruhi satu wilayah komunitas otonom. Pada tingkatan provinsi, Audiencia Provinsial adalah pengadilan yang mencakup satu wilayah provinsi dan bertanggung jawab untuk dua order yurisdiksi, yaitu: Perdata dan Pidana. 1. Halls Sipil: adalah bertanggung jawab atas Banding terhadap pengadilan tingkat pertama. 2. Halls Pidana: adalah yang bertanggung jawab untuk menilai Kasus Pidana yang berat. Sedangkan kekuasaan Kehakiman di Indonesia terdiri dari Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana tertuang dalam Pasal 24 UUD 1945. • Mahkamah Agung adalah cabang kekuasaan kehakiman tertinggi terhadap badan-badan peradilan dibawahnya seperti pengadilan tingkat pertama, dan pengadilan tingkat banding. Dimana Mahkamah Agung memiliki 4 badan peradilan yakni peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan PTUN • Mahkamah Konstitusi adalah salah atu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan cabang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung. Berikut adalah masing-masing kewenangan cabang kekuasaan kehakiman di Indonesia dan Spanyol : SPANYOL Indonesia Mahkamah Mahkamah Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi Agung Konstitusi Secara umum, 1. Menguji 1. Mahkamah Mahkamah Mahkamah Agung konstitusionalitas Agung Konstitusi adalah puncak dari semua ketentuan memutus memiliki 4 pengadilan di hukum seperti permohonan kewenangan dan Spanyol maka dari undang-undang kasasi terhadap 1kewajiban yang itu lembaga ini dan enactments putusan terdiri dari : bertanggungjawab yang dikeluarkan pengadilan 1. Menguji atas keseragama oleh Negara atau tingkat banding undang-undang penafsiran Komunitas atau tingkat terhadap Undang- Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 33 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 yurisprudensi di Spanyol. Dimana secara khusus, Mahkamah Agung berwenang sesuai kamar yang berada di bawahnya. 2015 Otonom. terakhir dari Undang Dasar 2. Banding semua Negara Republik konstitusional lingkungan Indonesia Tahun terhadap peradilan 1945. pelanggaran hak 2. Mahkamah 2. Memutus dan kebebasan . Agung menguji Sengketa (recursos de peraturan secara kewenangan amparo. materiil lembaga negara 3. Mengadili terhadap yang Konflik antar peraturan kewenangannya lembaga negara, perundangdiberikan oleh seperti antara undangan UUD Negara komunitas otonom dibawah Republik atau antara Undang-undang Indonesia Tahun lembaga 3. Melakukan 1945. konsitutif. pengawasan 3. Memutus 4. Mengadili tertinggi pembubaran konflik mengenai terhadap partai politik, dan otonomi penyelenggaraa 4. Memutus pemerintah n peradilan di perselisihan daerah. semua tentang hasil 5. Melakukan uji lingkungan pemilihan umum. konstitusionalitas peradilan dalam dengan cara penyelenggaraa KEWAJIBAN pemeriksaan n kekuasaan Mahkamah pendahuluan kehakiman Konstitusi wajib terhadap 4. Wewenang lain memberikan perjanjian yang diberikan putusan atas internasional yang oleh Undang- pendapat DPR mau diratifikasi. Undang. bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga: 1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa a) penghianatan terhadap negara; b) korupsi; c) penyuapan; d) tindak pidana lainnya; 2. atau perbuatan tercela, dan/atau 3. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 34 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2.7 Kekuasaan Kehakiman dengan cabang kekuasaan lain 2.7.1. Hubungan dengan Kekuasaan Eksekutif SPANYOL Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi 1. Raja dapat 1. Menguji melaksanakan hakkonstitusionalitas prerogratifnya perjanjian untuk membatalkan internasional putusan MA, yang diratifikasi dengan jika diminta oleh membahasnya Pemerintah. melalui dewan 2. Mahkamah menteri terlebih Konstitusi dahulu sebagai 2. Dalam membuatpenjewantahan Sections dan konsep check and Courts harus balances memperhatikan terhadap tindakan saran dari pemerintah yang Pemerintah, diduga Komunitas melanggar hak Otonom, dan CGPJkonstitusional 3. Penyediaan warga negara fasilitas dan Spanyol. dukungan (recursos de diberikan oleh amparo) negara melalui 3. Menguji Departemen konstitusionalitas Kehakiman. suatu Undang4. Hubungan Undang yang antara dimohonkan oleh kementrian Pemerintah. keuangan 3. Menyelesaikan dengan konflik yang kekuasaan terjadi antara kehakiman lembaga negara diatur melalui pemerintahan Indonesia Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi 1. Memberikan 1. Presiden pertimbangan mengajukan 3 kepada Presiden dari 9 Hakim dalam melakukan Konstitusi. pengampunan, Pengangkatan grasi dan abolisi. pengganti 2. Hakim Agung, Hakim Ketua dan Wakil Konstitusi juga Ketua MA, Ketua ditetapkan Muda diangkat dan melalui disumpah oleh Keppres. Presiden 2. MK mengadili 3. Ketua, Wakil pendapat DPR Ketua, Ketua Muda yang menduga dan Hakim MA adanya diberhentikan tidak pelanggaran dengan hormat hukum dan oleh Presiden atas konstitusi yang usul Mahkamah dilakukan Agung. Presiden. 4. Tugas, Tanggung 3. Pemberhentian jawab, susunan hakim organisasi, dan konstitusi Tata Kerja ditetapkan Kepaniteraan/Sekje dengan nd ditetapkan Keputusan melalui Keppres. Presiden atas permintaan Ketua Mahkamah Konstitusi. 4. Menyampaikan salinan putusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 35 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 UU dan Prosedur Hukum, dengan tidak mengintervensi lebih jauh. 5. Hubungan dengan Advokat juga diatur melalui UU dan prosedur hukum, tanpa adanya intervensi dari pemerintah. 6. Hakim digaji oleh pemerintah melalui departemen kehakiman khususnya terhadap Pemerintah Daerah 4. 12 Hakim Konstitusi disumpah oleh Raja. 5. Pemerintah harus menyediakan dana yang diperlukan agar MK dapat berfungsi hingga MK bisa mencari anggaran sendiri 2015 mengenai PUU terhadap UUD kepada Presiden 2.7.2 Hubungan dengan Kekuasaan Legislatif SPANYOL Indonesia Mahkamah Mahkamah Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi Agung Konstitusi 2. Total ada 12 1. Total ada 12 1. Mahkamah 1. Mahkamah hakim agung hakim konstitusi Agung Konstitusi dimana 4 dimana 4 orang berwenang bewenang orang hakim hakim konstitusi menguji menguji agung dipilih diusulkan oleh peraturan Undang-Undang kongres, dan kongres, dan 4 perundangterhadap UUD 4 orang hakim orang hakim dari undangan 1945 agung lainnya senat dibawah 2. 3 dari 9 Hakim dipilih oleh 2. MK berwenang undangKonstitusi senat. untuk menguji undang diajukan oleh 2. MA terbebas konstitusionalitas terhadap DPR dengan dari tindakan suatu UU dan undangmekanisme fit kesewenangenactments yang undang. and proper test wenangan dari dibuat oleh 2. Calon hakim 3. MK dapat legislatif karena parlemen atau agung dipilih meminta risalah telah diatur komunitas otonom. dan harus rapat DPR mengenai 3. Legislatif melewati fit 4. MK mengadili penguatan dan bekerjasama and proper dugaan DPR Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 36 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 jaminan terhadap MA. 3. Sekretaris Jendral dapat mengajukan usulan dalam pembahasan legislatif mengenai remunerasi perangkat pengadilan, proyek, status hakim, layanan keadilan, demarkasi pengadilan, dan lain-lain. 4. Setiap tahun CGPJ wajib melaporkan kepada parlemen mengenai operasi dan kegiatan pengadilan yang telah dilaksanakan. Kemudian nantinya parlemen akan membahas laporan tersebut. dengan MK dalam test yang konflik lembaga dilakukan konstitusional, oleh DPR dimana Legislatif 3. Pimpinan DPR menilai dan DPD yang kompetensi akan masing-masing memangku lembaga. jabatannya 4. Senat atau mengucapkan kongres dapat sumpah/janji meminta kepada yang dipandu MK untuk menguji oleh ketua konsitusionalitas Mahkamah perjanjian Agung internasional. 5. MK terbebas dari tindakan kesewenangwenangan dari legislatif karena telah diatur mengenai penguatan dan jaminan terhadap MK 6. Sekretaris Jendral dapat mengajukan usulan dalam pembahasan legislatif mengenai remunerasi perangkat pengadilan, proyek, status hakim, layanan keadilan, demarkasi pengadilan, dan lain-lain. 2015 atas pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden 5. Menyampaikan permohonan yang sudah dicatat kepada DPR 6. Menjadi anggota Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi 2.7.3 Hubungan dengan Kekuasaan Pers SPANYOL Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi Indonesia Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 37 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 Pers memiliki peran yang penting karena mempublikasikan inform1. asiinformasi yang menyinggung kepentingan publik dalam rubriknya, bahkan terkadang ada komentar yuridis yang patut untuk ditindaklanjuti. Dalam beberapa kasus ada kritik terhadap pengadilan yang berujung pada pidana. 2015 Kekuasaan Pers khususnya televisi, berita elektronik dan koran memiliki peran yang sangat signifikan dengan kekuasaan kehakiman dalam memahami keadilan mayoritas di masyarakat dan mempublikasikan suatu putusan. Tidak jarang hakim harus melihat nilai-nilai keadilan yang hidup di masyarakat atas perkara yang sedang diproses, dan itu bisa terlihat dari komentar nitizen di media-media sosial atas penyikapan suatu perkara. Dengan adanya tekanan dari Pers seharusnya jangan dijadikan sebagai suatu ancaman, akan tetapi dijadikan sebuah peluang agar Hakim lebih berhati-hati dan adil dalam memutus suatu perkara, terlebih lagi terhadap kasus-kasus yang bersinggungan langsung dengan politik 2.8 Mekanisme pengisian jabatan Hakim Pengisian jabatan hakim yang selanjutnya disebut sebagai rekrutmen adalah proses mencari dan menarik orang yang diinginkan oleh organisasi untuk mengisi lowongan pekerjaan tertentu. 39 Rekrutmen merupakan proses paling awal yang penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Melalui rekrutmen, suatu organisasi dapet memastikan sumber daya manusia yang bekerja di dalamnya memenuhi kualifikasi tertentu yang sesuai dengan tujuan berdirinya organisasi, sehingga melalui kapasitasnya masing-masing secara personal, SDPM yang direkrut dapat menjalankan tugasnya secara kolektif untuk mencapai visi dan misi organisasi tersebut secara baik.40 Peran penting rekrutmen di rasakan pula bagi profesi hakim. Kritik masyarakat internasional terhadap kualitas sebagian hakim tidak dapat dilepaskan dari lemahnya sistem pembinaan sumber daya manusia hakim, termasuk sistem rekrutmen. Maka dari itu ada tiga prinsip umum yang setidaknya harus dipenuhi dalam melakukan proses rekrutmen hakim, yaitu objektivitas, transparansi dan akuntabilitas, dan kompetensi. 39 B.N. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2003) hlm.14 Mahkamah Agung, Kertas Kerja Pembaruan Sistem Pembinaan SDM Hakim, (Jakarta :MARI, 2003) hlm.93 40 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 38 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Prinsip objektivitas berarti menghendaki pelaksanaan rekrutmen dilakukan secara obyektif dan karenanya harus ada parameter yang objektif dalam pelaksanaan rekrutmen akan membuka pintuk bagi masuknya pertimbangan di luar merit system dalam merekrut calon hakim. Prinsip kedua adalah adanya transparansi dan akuntabilitas, prinsip ini menghendaki agar sebisa mungkin seluruh proses rekrutmen, mulai dari tahap awal sampai dengan penentuan kelulusan dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip yang terakhir adalahnya adalah adanya kompetensi. Salah satu syarat utama bagi seseorang hakim adalah memiliki kompetensi yang munpuni di bidang hukum. Karena itu, seluruh proses rekrutmen harus dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk mengukur hal tersebut, dengan didukung oleh metode pengujian dan materi-materi ujian yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kompetensi hukum calon hakim.41 Di Indonesia perekrutan hakim memiliki karakterisik yang berbeda dengan beberapa negara lain, khususnya di negara-negara yang menganut tradisi common law. Secara umum, pelaksanaan rekrutmen calon hakim terdiri dari beberapa tahap yaitu : a. Pengumuman kepada khalayak ramai adanya proses perekrutan hakim b. Pendaftaran Administratif c. Seleksi Administratif d. Uji akademis e. Uji kepribadian dan wawancara f. Pemeriksaan hasil akhir g. Pengumuman hasil akhir h. Pengangkatan menjadi PNS dan calon hakim i. Pendidikan dan pelatihan calon hakim j. Evaluasi calon k. Pengangkatan menjadi hakim 41 Ibid. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 39 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Profesi hakim di Indonesia lebih bersifat karir sebagaimana layaknya pegawai negeri sipil biasa.42 Menurut ketentuan Pasal 14 ayat (1) UU No.49 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum syarat untuk menjadi hakim pengadilan adalah: 1) Warga Negara Indonesia; 2) Bertaqwa kepada Tuhan YME; 3) Setia kepada Pancasila dan UUD 1945; 4)Sarjana Hukum; 5) Lulus pendidakn hakim; 6) Sehat jasmani dan rohani; 7) Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela; dan 8) Berumur serendah-rendahnya 25 tahun; 9).Tidak pernah dijatuhi pidana penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Kedelapan syarat tersebut, sebagian besar masuk dalam kategori persyaratan yang bersifat administratif. Seharusnya, selain syarat administratif perlu diatur juga mengenai syarat profesional dan syarat personal. Salah satu bentuk nyata syarat profesional adalah terkait kemampuan analisa hakim, standar pengetahuan hakim, dan kemampuan menyelesaikan masalah (solutif). Di samping itu, diperlukan juga syarat-syarat personal yang bersifat kualitatif, seperti syarat taqwa terhadap Tuhan YME, integritas kepribadian, karakter, dan kebiasan calon hakim. Syarat-syarat profesional dan personal demikian perlu diatur lebih rinci untuk menjamin bahwa hakim yang diangkat benar-benar orang yang tepat untuk mendapatkan amanah tersebut. Di samping itu, persyaratan usia hakim juga perlu disempurnakan. Usia 25 tahun dapat dipandang terlalu muda untuk menjadi seorang hakim yang berwibawa. Hakim semakin tua dapat dipandang semakin matang dan semakin arif serta bijaksana. Karena itu, bersamaan dengan usia harapan hidup yang terus 42 Pranoto Iskandar dan Yudi Junadi, Memahami Hukum Di Indonesia Sebuah Korelasi Antara Politik, Filsafat dan Globalisasi, (Cianjur: IMR Press, 2011), hal. 171. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 40 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 meningkat di Indonesia, sebaiknya usia 40 tahun paling rendah sampai 70 tahun sebagai usia pensiun. Dengan demikian, usia pengabdian seorang hakim paling lama adalah 30 tahun, yaitu antara usia 40 tahun sampai dengan 70 tahun. Dengan demikian, dilihat dari Pasal 14A bahwa Pengangkatan hakim pengadilan negeri dilakukan melalui proses seleksi yang transparan, akuntabel, dan partisipatif. Proses seleksi pengangkatan hakim pengadilan negeri dilakukan bersama oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Kemudian nantinya, Hakim Pengadilan tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung dan atas usul Komisi Yudisial jika yang bersangkutan tidak melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim sesuai dengat Pasal 16 ayat (1b). Jika tadi telah dijabarkan mengenai rekruitmen hakim di tingkat pengadilan biasa, sekarang penulis akan memaparkan mengenai mekanisme rekruitmen untuk Hakim Agung. Berdasarkan Pasal 6A UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang menyebutkan bahwa “Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman dibidang hukum.” 43 Calon hakim agung diseleksi oleh Komisi Yudisial dan diajukan untuk mendapatkan persetujuan DPR sebagaimana mestinya. Menurut ketentuan Pasal 24A ayat (3) UUD 1945, “Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden”. Artinya, Komisi Yudisial bertindak sebagai pengusul, sedangkan DPR sebagai pemberi persetujuan atau penolakan, dan selanjutnya diangkat oleh Presiden dengan ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Dari ketentuan tersebut jelas bahwa Dewan Perwakilan Rakyat tidak ditentukan harus mengadakan ‘fit and proper test’ dan pemilihan hakim agung sebanyak sepertiga dari jumlah yang dicalonkan oleh Komisi Yudisial. 44 Ketentuan yang menarik disini adalah adanya hak untuk menyetujui atau menolak yang disebut sebagai hak konfirmasi (the right to confirm) yang dimiliki Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap 43 Indonesia, UUPerubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, UU No. 3 Tahun 2009, LN. No. 3 Tahun 2009, TLN. Nomor 4958. 44 Asshiddiqie,, loc.cit. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 41 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 pengangkatan dan pemberhentian pejabat publik yang dipandang tidak boleh dibiarkan ditentukan sendiri secara sepihak oleh Presiden. Karena itu, fungsi pengawasan oleh DPR itu dilakukan tidak saja menyangkut pelaksanaan kebijakan legislatif berupa (i) tindakan implementasi UU dan (ii) penjabaran pengaturan UU dalam peraturan pelaksanaan yang lebih operasional, tetapi juga (iii) dalam bentuk penngawasan terhadap pengangkatan dan pemberhentian pejabat publik tertentu yang tidak boleh dibiarkan ditentukan sendiri secara sewenang-wenang oleh Presiden. Berdasarkan Pasal 8 UU No. 3 tahun 2009 bahwa hakim agung ditetapkan oleh Presiden dari nama yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang diusulkan oleh Komisi Yusidial. Dengan demikian, calon yang diajukan oleh Komisi Yudisial cukup sebanyak yang diperlukan, yang apabila tidak mendapat persetujuan, barulah diajukan lagi alternatif calon penggantinya. Setelah DPR menyatakan persetujuannya, baru lah calon Hakim Agung itu diajukan oleh Komisi Yudisial untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan dilantik di Istana dengan disaksikan oleh Presiden. Dengan demikian, pengangkatan Hakim Agung melibatkan semua fungsi kekuasaan yang terpisah, yaitu Komisi Yudisial sebagai lembaga penunjang , DPR sebagai cabang kekuasaan legislatif, dan Presiden sebagai cabang kekuasaan eksekutif. Adanya keterlibatan DPR dalam proses pengangkatan Hakim Agung tersebut juga berkaitan dengan kepentingan untuk menjamin adanya akuntabilitas (public accountability) dalam pengangkatan Hakim Agung. Bagaimanapun juga, pengakuan akan penting dan sentralnya prinsip independensi peradilan (the independence of judiciary) sebagai Negara Hukum modern harus lah diimbangi dengan penerapan prinsip akuntabilitas publik. Karena itu, fungsi partisipasi publik dipandang penting, dan hal itu terkait dengan fungsi di DPR, bukan di KY sebagai lembaga teknis yang bersifat administratif. Selain itu calon hakim agung juga harus ada yang berasal dari non-karir (Pasal 6B ayat (2)), tetapi keperluan akan ada hakim non-karir itu seharusnya memang dibatasi. Pengangkatanannya sebaiknya dibatasi hanya sebagai pengecualian yang memang diperlukan, seperti kebutuhan akan hakim agung bidang perpajakan, hakim agung bidang lingkungan hidup, dan hakim agung Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 42 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 bidang ketatanegaraan, khususnya terkait dengan perkara ‘judicial review’. Dengan keberadaan hakim non-karir sangat diperlukan untuk menjaga komposisi keahlian di kalangan para Hakim Agung. Selain adanya mekanisme prosedural yang harus ditempuh, setiap calon hakim agung juga harus memenuhi syarat-syarat personal dan profesional yang mumpuni. Hakim Agung bukanlah hakim biasa. Setiap Hakim Agung diharapkan sudah selesai dengan urusan keluarganya, dalam arti kewajiban mendidik anakanak sudah selesai. Hakim Agung sebaiknya memiliki rekam jejak yang jelas mengenai integritas perilakunya, mengenai prestasi dan capaian-capaian yang dihasilkannya selama karir dan pengalamannya di bidang pembangunan hukum dan penegakan hukum, khususnya di bidang peradilan. Karena itu, calon Hakim Agung sebaiknya mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum sekurangkurangnya 15 tahun dengan usia maksimum ketika dicalonkan adalah 60 tahun. Dalam sistem pendidikan tinggi hukum yang sudah berkembang pesat dewasa ini dengan sistem strata 1, strata 2, dan strata 3 cukup masuk akal jika calon Hakim Agung dipersyaratkan minimal sudah menyelesaikan pendidikan magister hukum, dan pernah menerbitkan buku hukum atas namanya sendiri. Ketrampilan menulis itu harus dibiasakan dan karena itu perlu dipersyaratkan, karena salah satu tugas hakim adalah menulis pendapat hukum dan membuat putusan yang berisi analisis-analisis hukum yang mendalam, sehingga dapat menghasilkan temuan-temuan hukum yang bersifat inovatif. Sebagai Hakim Agung juga seharusnya mempunyai pengalaman yang cukup dalam memimpin lembaga peradilan atau lembaga hukum pada umumnya. Paling sedikit 20 tahun menjadi hakim, termasuk paling sedikit 3 tahun menjadi hakim tinggi. Dengan begitu, Hakim Agung dapat diharapkan memiliki pengalaman kepemimpinan yang memadai untuk menjadi Hakim Agung yang kreatif dan inovatif. Para hakim agung harus menyadari posisinya dalam memimpin proses pencerahan kehidupan bangsa dalam mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, calon hakim agung juga tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan atau diberhentikan sementara akibat melakukan pelanggaran kode etik atau pedoman perilaku hakim. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 7 UU No. 3 tahun 2009. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 43 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Jika tadi sudah dijabarkan mekanisme dan syarat menjadi seorang hakim biasa, dan hakim agung, maka dari itu sekarang adalah pembahasan mengenai perekrutan hakim konstitusi. Pada dasarnya hakim konstitusi bekerja di lembaga Mahkamah Konstitusi, sedangkan Hakim Agung bekerja di Mahkamah Agung. Hakim Konstitusi mempunyai sifat yang khusus. Karena itu, mekanisme pengangkatannya berbeda dari hakim biasa atau pun Hakim Agung. Hakim Konstitusi berjumlah sembilan orang yang terdiri atas tiga orang dipilih oleh DPR, tiga orang dipilih oleh Presiden, dan tiga orang oleh Mahkamah Agung (Pasal 34). Pembagian peran yang diberikan kepada ketiga cabang kekuasaan legislative, eksekutif, dan judicial tersebut ditentukan untuk menjamin kedudukan Mahkamah Konstitusi sebagai juru pengadil dalam mekanisme penyelenggaraan prinsip negara konstitusional berdasarkan UUD 1945. Apabila timbul persengketaan mengenai pelaksanaan kewenangan konstitusional antar lembaga-lembaga negara, maka Mahkamah Konstitusi pula lah yang diberi kewenangan untuk mengadili dan memutus penyelesaiannya melalui proses peradilan konstitusi. Itu sebabnya maka rekruitmen hakim konstitusi harus diatur untuk menjamin posisinya berada di tengah-tengah dinamika hubungan antar lembaga negara. Selain mekanisme perekrutannya yang berbeda, syarat untuk menjadi hakim konstitusi juga terbilang tidak mudah. Berdasarkan Pasal 33 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa untuk dapat diangkat sebagai hakim konstitusi, seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut : memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela; adil; dan negrawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan. Kemudian syarat ini, di pertegas dengan UU No. 8 Tahun 2011 pasal 15 ayat (2) yang berisikan, bahwa Hakim Konstitusi harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. warga negara Indonesia; b. berijazah doktor dan magister dengan dasar sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum; c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; d. berusia paling rendah 47 (empat puluh tujuh) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada saat pengangkatan; Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 44 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 e. mampu secara jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan kewajiban; f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; g. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; dan h. mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun dan/atau pernah menjadi pejabat negara. Dari penjabaran di atas, terlihat bahwa UU No. 8 Tahun 2011 memberi tambahan mengenai persyaratan calon hakim Mahkamah Konstitusi, diantaranya tentang pendidikan formal yang ditempuh, agama, batas usia, pidana penjara, dan pengalaman kerja di bidang hukum. Pertama, berkaitan dengan syarat pendidikan yang ditempuh calon hakim Mahkamah Konstitusi, sebelumnya hanya dikatakan bahwa calon hakim Mahkamah Konstitusi berpendidikan sarjana hukum. Kemudian ditentukan bahwa calon hakim Mahkamah Konstitusi harus berijazah doktor dan magister dengan dasar sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum. Melihat perubahan ini, penulis menyambut dengan positif karena calon hakim Mahkamah Konstitusi dengan pendidikan hingga strata 3 tentunya menjadikan calon hakim Mahkamah Konstitusi menjadi lebih berkompeten. Kedua, berkaitan dengan batas usia untuk calon hakim Mahkamah Konstitusi. Sebelumnya, dikatakan bahwa calon hakim Mahkamah Konstitusi berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun pada saat pengangkatan. Namun kemudian angka tersebut diubah, sehingga tidak lagi 40 tahun namun 47 tahun, dan batas maksimal yang kemudian ditentukan adalah 65 tahun. Penulis juga sepakat dengan perubahan ini, karena semakin dewasa seorang hakim semakin bijak dia dalam mengambil suatu putusan. Ketiga, mengenai pengalaman di bidang hukum. Ketentuan tentang lamanya seorang calon hakim Mahkamah Konstitusi menekuni bidang hukum dalam UU No. 23 Tahun 2003 hanya 10 tahun. Kemudian, angka Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 45 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 tersebut dirubah menjadi 15 tahun dan terdapat penambahan ketentuan yakni dan/atau pernah menjadi pejabat negara. Pasal 15 ayat 26 (2) huruf h sepanjang frasa 'dan/atau pernah menjadi pejabat negara' telah dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Mahkamah Konstitusi menilai, syarat menjadi Hakim Mahkamah Konstitusi dalam pasal tersebut bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.45 Menurut Hakim Konstitusi Akil Mochtar, pasal 15 ayat (2) huruf h tidak memberikan kriteria yang jelas. Tidak semua orang yang pernah menjadi pejabat negara memenuhi syarat untuk menjadi hakim konstitusi. Sebaliknya, banyak orang yang belum pernah menjadi pejabat negara, tetapi memenuhi syarat sebagai hakim konstitusi.46 Setelah dikemukakan pemaparan mengenai hakim-hakim yang ada di Indonesia, sekarang adalah waktunya bagi hakim-hakim di negara Spanyol untuk dijelaskan. Pada dasarnya pengisian jabatan hakim di Spanyol memiliki beberapa persyaratan utama, yang pertama adalah harus berkewarganegaraan Spanyol, memegang gelar sarjana hukum dari lulusan universitas Spanyol, dan memenuhi persyarakat untuk berkarir di peradilan. Persyaratan lainnya adalah memasuki karir peradilan dan lulus ujian negara yang kompetitif. Jika nantinya memenuhi kriteria, maka para calon harus melalui kurus di Sekolah Kehakiman selama satu tahun, dan juga melakukan kursus praktis sebagai associate hakim di pengadilan dan tribunal yang berbeda jurisdiksi. Jika semua persyaratan telah terpenuhi, maka seseorang tersebut secara sah dapat dilantik sebagai hakim. Selain jalur menjadi hakim karir, ada juga jalur hakim non karir dan hakim perdamaian. Hakim non karir ini dinamakan sebagai hakim magistrates yang didapati dari lulusan terbaik kontes ahli hukum dan pengacara, dengan persyaratan memiliki keahlian lebih dari 15 tahun. 45 Anggi Kusumadewi dan Nur Eka Sukmawati, MK Tlak Unsur DPR di Majelis Kehormatan, http://m.news.viva.co.id/news/read/256665-mk- tolak-unsur-dpr-di- majeliskehormatan, diakses pada 17 Mei 2015. 46 16 Norma dalam UU MK Baru Dibatalkan, http://www.politikindonesia.com/index.php?k=hukum&i=27741 , diakses pada 16 Mei 2015. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 46 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Sedangkan hakim perdamaian dipilih langsung oleh masyarakat dari lingkungan setempat, tempat mereka bertugas. Dalam melakukan mekanisme pengisian jabatan hakim di Spanyol terdapat suatu lembaga khusus yang dinamakan CGPJ, atau Consejo General Del Poder Judicial, atau jika diartikan kedalam bahasa Indonesia berarti “Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman” Lembaga ini adalah badan konstitusional berdasarkan Pasal 122 Konstitusi Spanyol 1978 yang berfungsi untuk mengatur semua Yudikatif, pengadilan, hakim di Spanyol. Berdasarkan Pasal 107 Act 1/1986 tanggal 22 April tentang Organisasi dan Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman (CGPJ), dinyatakan bahwa CGPJ mengusulkan pengangkatan dua hakim di sidang Mahkamah Konsitusi, selain itu juga CGPJ bertanggungjawab untuk memilih, melatih, menyediakan upgrade, promosi, status administratif dan penegakan disiplin hakim dan magistrates. Nantinya penunjukan Hakim-Hakim adalah atas perintah dan tunduk kepada keputusan Raja, serta ditandatangani oleh Menteri Kehakiman. Hal ini semakin dikuatkan menurut Pasal 110, bahwa Dewa Umum Kekuasaan Kehakiman memiliki wewenang untuk mengatur sistem keanggotaan, pola mutasi, dan pengisian jabatan kosong di peradilan Spanyol. Selain itu berdasarkan Undang-Undang organik 6/1985 bahwa Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman bertanggungjawab untuk memilih dan membuat pelatihan bagi hakim dan magistrates dengan nama Akademi Yudisial. Fungsi utama dari Akademi Yudisial adalah fokus kepada dua proses bagi para hakim dan magistrates, yaitu : Pertama, melaksanakan programprogram pelatihan awal bagi para hakim dan magistrates, kemudian yang kedua adalah melaksanakan pelatihan berkelanjutkan untuk mengembangkan program dan kegiatan yang akan menghasilkan pelatihan yang sesuai dengan pengembangan profesional dari semua anggota profesi hukum. Uniknya akademi yudisial ini bekerjasama dengan negara-negara yang berbahasa spanyol dalam mengadakan pelatihan hakim dan calon hakim, misalnya : kegiatan Ibero-Amerika, Hall Summer School Juan Carlos I, serta berpartisipasi dalam Uni Eropa. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 47 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 SPANYOL Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi CGPJ berwenang Terdiri dari 12 mengusulkan orang Hakim calon hakim Konstitusi yang agung dari hakim ditunjuk oleh karir yang Raja Spanyol nantinya di sahkan dengan masa oleh Raja dan jabatan 9 tahun. ditandatangin Dimana 4 hakim melalui Menteri konstitusi Kehakiman. Ada diusulkan melalui pula jalur hakim Kongres, 4 hakim non karir konstitusi dari (magistrates) Senat, 2 hakim yang berasal dari konstitusi melalui akademisi, atau Pemerintah, dan 2 pengacara. Masa hakim konstitusi jabatannya habis melalui CGPJ. ketika masuk usia Masa jabatannya pensiun yaitu 70 habis ketika tahun, bisa masuk usia ditambah 2 tahun. pensiun yaitu 70 tahun, bisa ditambah 2 tahun lagi. 2015 Indonesia Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi Calon hakim Mahkamah agung diusulkan Konstitusi oleh Komisi memiliki sembilan Yudisial kepada orang hakim Dewan konstitusi yang Perwakilan menjabat selama 5 Rakyat untuk tahun kerja. mendapatkan Dimana 3 orang persetujuan dari unsur melalui fit and Eksekutif yang proper test dan pemilihannya selanjutnya dibentuk tim ditetapkan panel, 3 orang sebagai hakim unsur legislatif agung oleh yang Presiden. Masa pemilihannya jabatan Hakim melalui fit and Agung hingga proper test, dan 3 memasuki usia orang dari pensiun yakni 70 Mahkamah Agung Tahun. yang pemilihannya dilakukan dengan meng open tender hakim-hakim karir. 2.9 Pengawasan Hakim Keputusan Mahkamah Agung RI No. KMA/080/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pengawasan di Lingkungan Lembaga Peradilan memberikan definisi pengawasan sebagai salah satu fungsi pokok manajemen untuk menjaga dan mengendalikan agar tugas-tugas yang harus dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan rencana dan aturan yang berlaku. Kemudian pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mendefinisikan hakim sebagai hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung termasuk di dalamnya hakim adhoc dari empat lingkungan peradilan, yakni Peradilan Umum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 48 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan. Kedua pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa pengawasan hakim adalah upaya untuk menjaga agar tugas dan fungsi hakim dapat dilakukan sesuai dengan rencana dan aturan yang berlaku.47 Di Indonesia, pengawasan terhadap hakim maupun hakim agung dilakukan oleh Komisi Yudisial. Pasal 24B UUD 1945, tepatnya dalam ayat (1) disebutkan bahwa: “Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.” Kemudian dalam UU No. 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial, tepatnya pasal 20 ayat (1), dinyatakan bahwa Komisi Yudisial memiliki tugas antara lain: (a) Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku Hakim; (b) Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim; (c) Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup; (d) Memutuskan benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim; dan (e) Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat Hakim. Dengan begitu, maka dapat disimpulkan bahwa Komisi Yudisial memiliki peran utama dalam menjaga martabat dan nama baik hakim yakni melalui pengawasan. Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. KMA/080/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pengawasan di Lingkungan Lembaga Peradilan juga mengatur bahwa fungsi pengawasan meliputi: 47 Sirajuddin Sailellah. Pengawasan Hakim Dalam Perspektif Filsafat Pancasila Dan Implementasinya Dalam Lembaga Peradilan Indonesia. http://papalembang.go.id/index. php?option=com_content&view=article&id=448:pengawasan-hakim-dalam-perspektif-filsafat pancasila-dan-implementasinya-dalam-lembaga-peradilan-indonesia-oleh-dr-h-sirajuddinsailellahsh-mhi--257-&catid=135:artikel&Itemid=182, diakses 21 Mei 2015. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 49 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 a. Menjaga agar pelaksanaan tugas lembaga peradilan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Mengendalikan agar administrasi peradilan dikelola secara tertib sebagaimana mestinya, dan aparat peradilan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. c. Menjamin terwujudnya pelayanan publik yang baik bagi para pencari keadilan yang meliputi: kualitas putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat, dan biaya berperkara yang murah. Selain itu, apabila kita meninjau Undang-Undang Komisi Yudisial, tepatnya Pasal 22 ayat (1) yang berbunyi: “dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial menerima laporan masyarakat dan/atau informasi tentang dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim.” Maka ternyata masyarakat juga memiliki fungsi pengawasan. Dengan mengingat definisi masyarakat menurut KBBI yaitu “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama”, maka seluruh warga negara Indonesia merupakan pengawas terhadap hakim. Sedangkan untuk Hakim yang berada di Mahkamah Konstitusi hanya diawasi secara internal saja oleh Majelis Kehormatan Hakim Konsitusi dan Dewan Etik Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi No.2 Tahun 2014. Sedangkan pengawasan Hakim di kerajaan Spanyol dilakukan oleh CGPJ atau Consejo General del Poder Judicial. Berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Organik 6/1985 , bahwa CGPJ memiliki tugas untuk menginspeksi pengadilan. Kemudian dalam Pasal 171 dinyatakan bahwa CGPJ memil wewenang untuk melakukan pengawsan terdapa semua pengadilan di kerajaan Spanyol. Hal ini ditujukan untuk menetapkan dan memantau fungsi administrasi peradilan. Pemeriksaan mencakup juga pertimbangan untuk mengetahui fungsi dari pengadilan dan kinerja personel peradilan. Fokus kegiatannya adalah bagaimana melaksanakan tugas secara cepat dan efisien. Bahwa penafsiran dan penerapan hukum-hukum yang dibuat oleh hakim, atau apabila dalam pelaksanaan tugas pengadilan tidak mencerminkan keadilan dalam keadaan apapun, maka hal ini Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 50 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 adalah merupakan bukan objek dari tindakan inspeksi yang dilakukan. Inspeksi adalah badan teknis di bawah CGPJ. Didalam melaksanakan kegiatan dan kunjungan, adalah berdasar perintah oleh Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman atau oleh Ketua Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman. Layanan ini juga menerima dan memverifikasi laporan, pengaduan dan keluhan terhadap pelaksanaan tugas-tugas yudikatif, dimana pada sisi yang lain, pelaksaan tugastugas yudikatif juga tunduk kepada kepada Komite Disipliner .48 SPANYOL Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi Dilakukan oleh Dilakukan oleh CGPJ (Consejo CGPJ (Consejo General del General del Poder Judicial) Poder Judicial) berdasarkan berdasarkan Pasal 107 Law Pasal 107 Law 6/1985. Bagian 6/1985. Bagian yang diawasi yang diawasi adalah jalannya adalah jalannya fungsi fungsi pengadilan dan pengadilan dan kinerja personel kinerja personel peradilan. peradilan. Apabila terjadi Apabila terjadi pelanggaran pelanggaran terdapat Divisi terdapat Divisi Inspeksi dari Inspeksi dari CGPJ yang CGPJ yang menindak secara menindak secara khusus. khusus. Indonesia Mahkamah Mahkamah Agung Konstitusi Secara internal Diawasi oleh MKHK pengawasan atau Majelis dilakukan oleh Kehormatan Hakim Badan Konstitusi dan Dewan Pengawasan, Etik Mahkamah sedangkan Konstitusi untuk secara eksternal menjaga dan pengawasan menegakan dilakukan oleh kehormatan,keluhuran Komisi Yudisial martabata dan Kode dalam hal Etik Hakim menjaga Konstitusi. (PMK 2 kehormatan, tahun 2014) martabat dan perilaku hakim. 48 Mahkamah Agung, Laporan Studi Banding Team Pengawasan Mahkamah Agung RI ke Tribunal Supremo – Palacio De Justicia Madrid – Spanyol, 16-18 Desember 2009 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 51 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 BAB III PENUTUP 1. Dalam buku Judicial Independence : The Cotemporary Debate yang ditulis oleh Shimon Shetreet dan Jules Deschenes telah membahas cukup baik mengenai ketentuan normatif serta dinamika kekuasaan kehakiman di negara-negara yang ada di dunia. Khususnya mengenai Bab 26 tentang kekuasaan kehakiman di Spanyol karya Prof. A. Beltran Pelayo, beliau telah menulis secara jujur dan sesuai dengan kondisi yang ada, dimana beliau tidak canggung untuk mengkritisi kekuasaan kehakiman yang ada di Spanyol, tapi disatu sisi beliau juga tidak segan untuk mengagungkan sistem kekuasaan kehakiman yang ada di Spanyol. 2. Meskipun negara Indonesia dan Spanyol adalah negara yang sama-sama menganut tradisi hukum civil law, akan tetapi terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat fundamental didalam bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan, bahkan di cabang kekuasaan kehakimannya. Perbedaan tersebut sejatinya adalah ciri khas masing-masing negara yang terbentuk berdasarkan kebutuhan konstitusional di negara tersebut. Perbedaan-perbedaan tersebut terlihat dalam definisi kekuasaan kehakiman, dasar hukum kekuasaan kehakiman, prinsip kekuasaan kehakiman, struktur kekuasaan kehakiman, jenis kekuasaan kehakiman, wewenang kekuasaan kehakiman, hubungan dengan cabang kekuasaan lain, pengangkatan hakim, dan pengawasan hakim. 3. Menurut Penulis cabang kekuasaan kehakiman di Indonesia masih jauh lebih baik daripada kekuasaan kehakiman yang ada di Spanyol. Salah satu alasannya adalah karena di Spanyol, raja memiliki kekuasaan untuk mengintervensi sedemikian besarnya sehingga dapat mempengaruhi isi putusan, hal tersebut merupakan ekses dari kehakiman atas nama raja. Hal tersebut tentunya dapat mencederai nilai-nilai keadilan yang hidup di masyarakat, dan independensi dari peradilan itu sendiri. 4. Mengingat lebih baik Indonesia daripada Spanyol, penulis meyakini bahwa Spanyol lah yang seharusnya mengadopsi kekuasaan kehakiman Indonesia, bukan sebaliknya. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 52 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 DAFTAR PUSTAKA Adji, Oemar Seno. 1985. Peradilan Bebas Negara Hukum. Cet.2. Jakarta: Erlangga. Alder, John and Peter English. Constitutional and Administrative Law. London: Macmillan. 1989. Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme. Cetakan Pertama. Jakarta: Konstitusi Press. 2005. _____________. “Pokok Pikiran tentang Penyempurnaan Sistem Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Indonesia,”(makalah, disampaikan pada seminar Penyempurnaan Sistem Peradilan yang diselenggarakan oleh Komisi Yudisial bekerjasama dengan Mahkamah Agung, Jakarta, 2011. Budiardjo, Miriam.1998. Dasar-dasar Ilmu Politik. Cet.19. Jakarta: Gramedia, 1998. Djokoesoetono, Hukum Tata Negara, kuliah dihimpun oleh Harun Alrasid pada tahun 1959. Jakarta: Ghalia Indonesia 1982 Fadjar, Abdul Mukthie. Hukum Konstitusi dan Makamah Konstitusi. Cet. 1. Yogyakarta: Citra Media, 2006. Firmansyah, Arifin. “Komisi Yudisial Pengawal Reformasi Peradilan, Mendayung diantara Simpati dan Resistensi”, dalam Komisi Yudisial, Komisi Yudisial dan Reformasi pengadilan. Jakarta: Seketariat Jenderal Komisi Yudisial, 2007. Harman, Benny K. 1997. Konfigurasi Politik dan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia. Cet.1. Jakarta: ELSAM. Hoesein, Zainal Arifin. Kekuasaan Kehakiman di Indonesia. Yogyakarta: Imperium, 2010. Komisi Yudisial. Mengenal lebih dekat komisi Yudisial. Jakarta: Pusat Duta dan Layanan Informasi Komisi Yudisial, 2012. Pompe, Sebastian. ”Runtuhnya Institusi Mahkamah Agung”, diterjermahkan oleh Noor Cholis. Jakarta: Lembaga Kajian Untuk Indepedensi Peradilan, 2012. Safa’at, Muchammad Ali. Et al. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi RI, 2011. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 53 Rafli Fadilah Achmad - 1206246313 2015 Shetreet, Shimon dan Jules Deschenes. Judicial Independence: the Contemporary Debate. 1995. Fakultas Hukum Universitas Indonesia Page 54