MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN SYSTEM KEMASYARAKATAN Fakultas Program Studi FIKOM MARCOM & ADVERTISING Tatap Muka 13 Kode MK Disusun Oleh Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Abstract Kompetensi Modul ini berisi materi mengenai Komunikasi dan system kemasyarakatan, dikaji dalam beberapa bagian, antara lain: masyarakat tradisional/pedesaan: ciriciri masyarakat dan pola perilaku komunikasinya, masyarakat modern/perkotaan: ciri-ciri masyarakat dan pola komunikasinya. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan komunikasi dan sistem sosial. Pembahasan Pengertian Masyarakat Selain sebagai makhluk individu yang memiliki karakter khusus (unik) yang membedakan dengan individu yang lainnya, manusia juga merupakan makhluk sosial. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial memberikan pengertian bahwa citra kemanusiaan atau bahkan esensi kemanusiaan hanya dapat terbentuk mana kala manusia melakukan serangkaian interaksi dengan yang lainnya. Manusia tidak dapat hidup hanya dengan dirinya sendiri. Agar dapat mengembangkan dirinya sebagai manusia, seseorang memerlukan kehadiran orang lain. Dengan berhubungan dengan orang lain manusia juga dapat memenuhi segala macam kebutuhan, baik yang bersifat ekonomi, politik, sosial, budaya, agama, dan lain sebagainya. Sebagai konsekuensi logis dari kebutuhan terhadap orang lain tersebut manusia membentuk kelompok kelompok yang mana masing-masing anggota dalam kelompok tersebut terlibat hubungan saling ketergantungan secara terus menerus. Kelompokkelompok manusia itulah yang merupakan benih bagi munculnya kehidupan bermasyarakat. Terdapat perbedaan dinamika yang ditunjukkan oleh masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Akibat dari perbedaan dinamika tersebut telah menempatkan masyarakat tradisional pada satu satu sisi dan masyarakat modern pada sisi yang lain. Lalu, apakah yang dimaksud dengan masyarakat, masyarakat tradisional, dan masyarakat modern itu? Istilah masyarakat diambil dari bahasa Arab, yakni syiek yang berarti bergaul. Istilah masyarakat dalam bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata socius yang berarti kawan. Kedua istilah tersebut, yakni pergaulan dan perkawanan, sama-sama memerlukan keberadaan orang lain demi terjalinnya hubungan komunikasi. Beberapa pakar ilmu sosial telah memberikan definisi tentang masyarakat, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Linton, seorang ahli antropologi, mengemukakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. 2016 2 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. M.J. Herskovits menjelaskan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti suatu cara hidup tertentu. 3. J.L. Gillin dan J.P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. 4. S.R. Steinmetz, seorang ahli sosiologi asal Belanda, mengatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kelompok pengelompokanpengelompokan manusia manusia yang yang terbesar lebih kecil yang yang meliputi mempunyai hubungan erat dan teratur. 5. MacIver memberikan pandangannya tentang masyarakat sebagai suatu sistem dari cara kerja dan prosedur dari otoritas yang saling bantu membantu yang meliputi kelompokkelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa : Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang tinggal bersama pada suatu wilayah dalam waktu yang relatif lama dan bersifat terus menerus yang di dalamnya terdapat pengaturan terhadap sikap, perilaku, dan kepentingan-kepentingan, baik yang bersifat perseorangan maupun yang bersifat kelompok untuk kepentingan hidup bersama. Dengan demikian di dalam suatu masyarakat setidaknya terdapat empat unsur sebagai berikut: 1. Struktur sosial, yakni pengelompokan-pengelompokan di dalam suatu masyarakat, baik dalam hal jenis kelamin, kelompok umur, kekerabatan, lokalitas, pekerjaan, kedudukan, dan sebagainya dengan maksud untuk mempermudah dalam berperilaku sebagai suatu kesatuan. 2. Kontrol sosial, yakni suatu sistem atau suatu prosedur yang mengatur perilaku masing-masing anggota dalam suatu masyarakat. Dalam rangka melaksanakan kontrol sosial tersebut suatu masyarakat menciptakan sistem nilai dan sistem norma yang akan menjadi pegangan bagi seluruh anggota masyarakat dalam berperilaku sosial. 2016 3 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Media komunikasi, yakni media yang mendukung proses interaksi antar anggota dalam suatu masyarakat. Media komunikasi tersebut dapat berupa bahasa maupun benda-benda lain seperti alat-alat komunikasi dan alat-alat transportasi. 4. Sistem nilai dan sistem norma yang menjadi standar dan patokan bagi seluruh anggota suatu masyarakat dalam berperilaku sosial. Masyarakat Tradisional Istilah tradisional berasal dari kata tradisi atau traditum yang berarti sesuatu yang diteruskan dari masa lalu menuju masa sekarang. Sesuatu yang diteruskan tersebut dapat berupa benda-benda, pola perilaku, sistem nilai dan sistem norma, harapan dan cita-cita yang ada dalam suatu masyarakat. Tradisi tersebut terbentuk melalui pikiran, imajinasi, dan tindakantindakan dari seluruh anggota masyarakat yang kemudian diwariskan secara turun temurun. Adapun wujud sesuatu yang diteruskan (tradisi) tersebut adalah objek-objek kebendaan, sistem kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, dan lain sebagainya. Makna lain dari istilah tradisi adalah segala sesuatu yang berfungsi menjaga atau memelihara. Dengan demikian, segala sesuatu yang berkembang pada generasi terdahulu akan dijaga dan dipelihara oleh generasi sekarang dan bahkan mungkin juga oleh generasi yang akan datang. Suatu tradisi dapat mengalami perubahan mana kala generasi penerus melakukan pembaharuan terhadap tradisi yang diwariskan oleh generasi pendahulunya. Pada umumnya perubahan tersebut hanya menyentuh pada unsur-unsur luarnya saja, sedangkan unsur-unsur pokoknya tetap tidak mengalami perubahan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa : Masyarakat tradisional merupakan suatu masyarakat yang memelihara, menjaga, dan mempertahankan tradisi, adat istiadat, sistem nilai, sistem norma, dan bahkan sistem kebudayaan yang diwariskan oleh generasi pendahulunya. Ditinjau dari letak pemukimannya, masyarakat tradisional pada umumnya terdapat di pedesaan. Oleh karena itu, masyarakat tradisional sering diidentikkan dengan masyarakat pedesaan. Namun demikian, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar antara masyarakat tradisional dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat tradisional cenderung merupakan masyarakat yang bersahaja, yakni yang relatif terhindar dari pengaruh modernisasi. Sedangkan masyarakat pedesaan, sebagaimana yang diuraikan oleh Sutardjo 2016 4 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kartohadikusumo, adalah suatu masyarakat yang tinggal pada suatu wilayah tertentu, memiliki suatu kesatuan hukum dan menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Uraian di atas mengantarkan pada suatu kesimpulan bahwa masyarakat tradisional pada umumnya terdapat pada masyarakat pedesaan, meskipun tidak semua masyarakat pedesaan merupakan masyarakat tradisional. Dengan demikian masyarakat tradisional telah diidentikkan dengan masyarakat pedesaan. Memang antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat tradisional terdapat beberapa kesamaan. Itulah sebabnya Talcott Parsons berani menggambarkan masyarakat pedesaan sebagai masyarakat tradisional karena memiliki beberapa ciri sebagai berikut: Sebagian besar masyarakat pedesaan bekerja sebagai petani 1. Adanya ikatan-ikatan perasaan yang erat dalam bentuk kasih sayang, kesetiaan, dan kemesraan dalam melakukan interaksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk saling tolong menolong tanpa pamrih-pamrih tertentu. 2. Adanya orientasi yang bersifat kebersamaan (kolektifitas) sehingga jarang terdapat perbedaan pendapat. 3. Adanya partikularisme, yakni berhubungan dengan perasaan subjektif dan perasaan kebersamaan. Dengan demikian, dalam masyarakat pedesaan terdapat ukuranukuran (standar) nilai yang bersifat subjektif yang didasarkan pada sikap senang atau tidak senang, baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas, diterima atau tidak diterima, dan lain sebagainya. 2016 5 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Adanya askripsi yang berhubungan dengan suatu sifat khusus yang diperoleh secara tidak sengaja, melainkan diperoleh berdasarkan kebiasaan atau bahkan karena suatu keharusan. Itulah sebabnya masyarakat pedesaan sulit berubah, cenderung bersifat tradisional dan konservatif yang disebabkan oleh adanya sikap menerima segala sesuatu sebagaimana apa adanya. 5. Adanya ketidakjelasan (diffuseness) terutama dalam hal hubungan antarpribadi sehingga masyarakat pedesaan sering menggunakan bahasa secara tidak langsung dalam menyampaikan suatu maksud. Beberapa karakteristik masyarakat pedesaan di atas banyak ditemui dalam kehidupan masyarakat pedesaan yang masih murni. Seperti yang tampak dalam kehidupan masyarakat pedesaan yang terdapat di Jawa yang memiliki beberapa ciri, antara lain sebagai berikut: (1) adanya persamaan dalam derajat (egaliter) karena stratifikasi sosial yang ada hanya sebatas pada kepemilikan tanah belaka, (2) adanya tempat-tempat yang dikeramatkan (punden) yang kemudian dijadikan sebagai pusat desa, (3) adanya etos komunal yang ditunjukkan dalam tradisi saling tolong menolong, (4) pengurusan tanah desa dilakukan oleh lurah dan pamong desa lainnya, dan (5) tidak adanya hak keraton terhadap tanah desa karena hak keraton diwujudkan dalam bentuk hasil bumi dan pengerahan tenaga kerja dari desa yang dimaksud. Mata pencaharian utama masyarakat pedesaan adalah pertanian. Meskipun terdapat beberapa pekerjaan lain seperti tukang batu, tukang kayu, tukang genteng, tukang gula, tukang arang, dan sebagainya, namun pekerjaan-pekerjaan tersebut sifatnya hanya sambilan saja, pada saat masa tanam atau masa panen tiba, segala macam pekerjaan tersebut akan ditinggalkan begitu saja. Kenyataan seperti ini semakin menunjukkan adanya homogenitas dalam masyarakat pedesaan. Masyarakat Modern Untuk memahami istilah modern perlu mengikuti perkembangan historis yang terjadi di Eropa sejak abad pertengahan yang merupakan zaman kegelapan (dark age), untuk kemudian disusul dengan munculnya zaman kebangkitan kembali (renaissance), abad pencerahan (aufklarung), hingga abad modern sekarang ini. Paham dan pandang tentang modern yang berkembang di Eropa pada dasarnya diawali pemutusan hubungan dengan kekuasaan Gereja pada abad pertengahan. Seperti yang diketahui, bahwa pada abad pertengahan tersebut masyarakat Eropa beranggapan bahwa dunia merupakan bagian dari 2016 6 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kerajaan Tuhan. Dengan demikian segala sesuatu yang dipandang benar dan menjadi keputusan Gereja harus diterima sebagai kebenaran mutlak. Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Gereja di Eropa pada abad pertengahan bertentangan dengan prinsip prinsip rasionalitas. Itulah sebabnya muncul gerakan intelektual yang menghendaki adanya kebebasan dalam berpikir, berkesenian, dan sekaligus beragama. Gerakan intelektual tersebut telah memunculkan paham rasionalisme yang merupakan tonggak dari kehidupan modern di Eropa. Lalu apakah yang disebut modern itu? Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Antropologi, Harsojo mendefinisikan istilah modern sebagai suatu sikap pikiran yang mempunyai kecenderungan untuk mendahulukan sesuatu yang baru dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat tradisi. Dampak dari pandangan modern tersebut adalah adanya sikap yang revolusioner karena munculnya keinginan untuk meninggalkan dan sekaligus mengganti adat istiadat dan tradisi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai rasionalitas dan menggantinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Uraian di atas mengantarkan pada pengertian bahwa : Masyarakat modern merupakan suatu masyarakat yang lebih mengutamakan rasionalitas dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai perwujudannya dari pada segala sesuatu yang bersifat tradisi, adat istiadat, dan lain sebagainya. Adapun beberapa ciri dari masyarakat modern antara lain disebutkan oleh Selo Soemardjan sebagai berikut: 1. Hubungan yang terjadi antarmanusia lebih didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi. 2. Hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam suasana saling pengaruh mempengaruhi, kecuali terhadap beberapa penemuan baru yang bersifat rahasia. 3. Adanya kepercayaan yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. 4. Masyarakat terbagi-bagi menurut profesi dan keahlian masing-masing yang dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan, keterampilan, dan kejuruan. 5. Adanya tingkat pendidikan formal yang relatif tinggi dan merata. 2016 7 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum tertulis yang sangat kompleks. 7. Sistem ekonomi yang dikembangkan merupakan sistem ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat-alat pembaharuan yang lain. Untuk menciptakan masyarakat modern dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan di atas, terlebih dahulu harus dibentuk manusia-manusia yang berjiwa modern. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan melakukan penelitian (research). Adapun ciri-ciri manusia modern ditunjukkan oleh sosiolog Soerjono Soekanto, sebagai berikut: 1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru maupun penemuanpenemuan baru sehingga tidak mengembangkan sikap apriori (purbasangka). 2. Senantiasa siap untuk menerima perubahan setelah menilai adanya beberapa kekurangan yang dihadapi pada saat itu. 3. Memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya, sekaligus mempunyai kesadaran bahwa masalah-masalah tersebut memiliki hubungan dengan keberadaan dirinya. 4. Senantiasa memiliki informasi yang lengkap berkenaan dengan pendiriannya. 5. Berorientasi pada masa kini dan pada masa yang akan datang. 6. Memiliki kesadaran akan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan sekaligus memiliki keyakinan bahwa potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik. 7. Memiliki kepekaan terhadap perencanaan. 8. Tidak mudah menyerah kepada nasib. 9. Percaya terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya peningkatan kesejahteraan umat manusia. 10. Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, serta kehormatan pihak lain. Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua aspek tradisional merupakan suatu hal yang buruk. Dengan kata lain, terdapat beberapa aspek tradisional yang mendukung terbentuknya manusia modern. Sifat keterbukaan yang dimiliki oleh manusia modern termasuk di dalamnya terhadap nilai-nilai tradisional, dalam arti, jika nilai-nilai tradisional dipandang rasional dan selaras dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka nilai tradisional tersebut akan diterima sebagai suatu hal yang positif bagi kehidupan masyarakat. 2016 8 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kesibukan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kota Karena ilmu pengetahuan dan teknologi lebih banyak berkembang di perkotaan, maka masyarakat modern sering diidentikkan dengan masyarakat perkotaan. Terdapat beberapa ciri yang menonjol yang ditunjukkan oleh masyarakat kota, sebagaimana yang dijabarkan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Sosiologi: Suatu Pengantar sebagai berikut: (1) pada umumnya bersifat individual, yakni mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung dengan orang lain, (2) adanya pembagian kerja yang jelas sesuai dengan bidang dan profesinya masing-masing, (3) terbukanya kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan sehubungan dengan adanya sistem pembagian kerja yang jelas, (4) penggunaan pola pikir yang secara umum bersifat rasional sehingga interaksi yang terjadi lebih didasarkan atas faktor kepentingan tertentu, (5) pentingnya faktor waktu sehubungan dengan adanya pembagian kerja dan jadwal kerja yang padat, dan (6) adanya perubahanperubahan sosial yang tampak dengan jelas sehubungan dengan keterbukaannya dalam menerima pengaruh budaya asing. Pola Komunikasi Masyarakat Pedesaan Sedangkan komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Komunikasi itu sendiri adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara pengirim dan penerima untuk mengubah tingkah laku. Pengirim pesan dapat berupa seorang individu, kelompok, atau organisasi. Begitu juga dengan penerima pesan. Proses komunikasi berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara terus menerus, berubah-ubah, dan tak henti-hentinya. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena antara pengirim dan penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Dan perubahan tingkah laku 2016 9 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yaitu perubahan yang terjadi di dalam diri individu mungkin dalam aspek kognitif, afektif, atau psikomotor. Bentuk komunikasi di pedesaan lebih cenderung kepada komunikasi antar personal. Yaitu proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut. Contoh: ketika di suatu desa akan diadakan kerjabakti atau gotong royong maka informasi itu akan cepat tersebar luas melalui satu orang kepada orang yang lainnya sehingga masyarakat akan turut dalam acara gotong royong tersebut. Masyarakat Indonesia menurut para ahli lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian yang bersifat agraris. Masyarakat yang agraris biasanya dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tentang damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan atau kekusutan pikiran. Tapi, sebenranya di dalam masyarakat desa ada bermacam-macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan social. Beberapa gejala social yang terjadi di pedesaan, yaitu: a. Konflik ( pertengkaran ), Penilaian orang kota terhadap masyarakat desa yang tenang dan damai tidak selamanya benar karena di desa juga penuh dengan ketegangan dan masalah. Karena setiap hari mereka yang selalu berdekatan dengan tetangga-tetangganya secara terus menerus menyebabkan kesempatan untuk bertengkar lebih banyak sehingga kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan tersebut amat banyak dan juga sering terjadi. Apalgi bagi orang-orang yang tidak bisa menghormati orang yang lainnya. b. Kontroversi ( pertentangan ), Pertentang bisa terjadi akibat adanya perubahan konsep-konsep dari kebudayaan ( adapt istiadat ) psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna ( black magic ) dan hal ini biasanya ditinjau dari sudut kebiasaan masyarakat. c. Kompetisi ( persaingan ), Selaku manusia biasa, orang desa pun sesuai kodratnya mempunyai sifat-sifat sebagai manusia yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Wujud persaingan bisa positif dan juga negatif. 2016 10 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Desa adalah sebuah karakteristik yang mempunyai ciri khas sendiri, menurut Paul H. Landis ciri-ciri desa adalah sebagai berikut: a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan c. Cara berusaha ( ekonomi ) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam, seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Ciri khas dalam hubungan komunikasi masyarakat pedesaan lebih banyak menggunakan komunikasi antarpribadi karena masyarakat pedesaan belum begitu percaya terhadap media massa. Artinya, masyarakat lebih percaya terhadap informasi yang di sampaikan oleh seseorang yang patut di percaya. Dengan proses komunikasi antarpersonal yang terjadi di pedesaan yang biasa di sebut dengan istilah “gethok tular” artinya pesan komunikasi tersebut disampaikan secara lisan melalui satu orang kepada orang yang lainnya. Tidak hanya itu saja ketika berbicara mengenai hal yang baru yang belum diketahui oleh masyarakat desa, misalnya program KB pemasaran pelaksanaan program KB tersebut lebih efektif lewat lisan seperti yang pernah dilakukan oleh sebuah unit mobil di desa. Namun, sejalan dengan tingkat perkembangan tingkat pengetahuan dan pendidikan penduduk yang sudah mulai maju, komunikasi seperti itu lambat laun akan ditinggalkan. Dengan demikian, proses komunikasi melalui lisan atau antar persona akan cepat berubah apabila pembaharuan cepat diterima oleh masyarakat desa tetapi bukan berarti masyarakat desa tidak berhak dalam mengkonsumsi teknologi dalam semakin majunya perkembangan zaman seperti sekarang ini. Pada masyarakat pedesaan dimana sebagian besar mereka adalah masyarakat tradisional terdapat berbagai media sosial sebagai sarana efektif saling berinteraksi. Media ini telah sejak lama tumbuh dan berkembang bersama masyarakat dan menjadi media sosialisasi nilai-nilai antar warga masyarakat, bahkan dari generasi ke generasi. Media ini dikenal sebagai media rakyat. Media sosial adalah wahana komunikasi atau pertukaran informasi yang telah terpola dalam kehidupan sosial suatu komunitas masyarakat. Media sosial menuntut keterlibatan secara fisik individu dalam proses komunikasi (Sigman;124). Media sosial menggunakan komunikasi tatap muka dalam bentuk komunikasi antar personal maupun komunikasi 2016 11 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kelompok. Disini proses keterlibatan anggota menjadi sangat penting. Media rakyat ini digambarkan sebagai media yang murah, mudah, bersifat sederajat, dialogis, sesuai dan sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur menghibur dan sekaligus memasyarakat juga sangat dipercayaoleh kalangan masyarakat pedesaan yang kebetulan menjadi kelompok sasaran utama (Oepen;hal 88). Media rakyat sering muncul dalam bentuk kesenian daerah atau kebudayaan tradisonal daerah. Kesenian atau budaya daerah digunakan sebagai wahana untuk memperkenalkan dan memberikan pesan-pesan pembangunan kepada masyarakat pedesaan. Karena warga masyarakat pedesaan masih menyukai dan membutuhkan budaya atau kesenian tradisional sebagai sebuah bentuk hiburan maka media ini juga menjadi sarana yang sangat tepat sebagai media tranformasi nilai-nilai, termasuk pesan-pesan pembangunan dari pemerintah. Pesan-pesan pembangunan disisipkan secara implisit dan kreatif sehingga terasa menyatu dengan media rakyat (Yuni Setyaningsih ;2000). Ada banyak macam media rakyat yang selama ini tumbuh, berkembang di masyarakat, namun banyak pula yang hilang karena ditinggalkan penggemarnya dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Pemilihan media rakyat yang mana yang bisa digunakan untuk menyebar luaskan ide-ide pembangunan adalah sangat penting untuk mendukung efektifitas pesan. Pilihan hendaknya dijatuhkan pada media rakyat yang paling disukai oleh sebagian besar masayarakat setempat (Colleta dan Kayam ; hal 235). Media rakyat dalam bentuk seni rakyat (folk culture) diyakini dapat lebih mudah digunakan sebagai sarana menyebar luaskan informasi pembangunan karena media tersebut telah ada dan dekat dalam kehidupan masyarakat setempat. Dengan media rakyat, masyarakat akan ikut serta merasa memiliki atau terlibat dalam pembuatannya, sehingga memungkinkan tersampaikannya pesan-pesan pembangunan secara lebih efektif. Induksi nilai-nilai yang sifatnya evolutif dan menyatu dengan masyarakat dapat membuat masyarakat merasa tidak dipaksa untuk mengadopsi nilai-nilai baru. Upaya penyebaran informasi pembangunan yang disampaikan melalui media melalui media yang ada bagi setiap masyarakat bangsa berbeda-beda disebabkan oleh struktur dan sistem masyarakat yang berbeda pula. Bagi masyarakat bangsa yang sudah linier dalam arti pengertian berbagai masalah sudah diketahui dan dimiliki oleh bagian terbesar anggota masyarakat, komunikasi melalui media massa modern akan lebih menguntungkan, namun bagi masyarakat yang mempunyai struktur dan sistem sosial yang majemuk, penyebaran informasi melalui media massa masih memerlukan upaya dengan media tradisional yang ada dalam masyarakatnya (Rogers 1971 : 165). 2016 12 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Terdapat tiga media yang sangat berpotensi dalam penyebaran informasi di pedesaan, yaitu: pertama Koran masuk desa adalah media massa atau Koran kota yang dikelola untuk masyarakat desa. Kedua media rakyat adalah media profil pedesaan yaitu dari, oleh, dan untuk rakyat pedesaan tetapi belum ada di Indonesia. Dan yang ketiga adalah media tradisional. Robert de Laurent mengatakan bahwa media rakyat sama dengan surat kabar pedesaan. Sedangkan Berrigan mendefenisikan media rakyat atau media masyarakat adalah sebagai berikut : Media masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih luas dari kebutuhan semua khalayaknya Media masyarakat adalah adaptasi media untuk digunakan oleh masyarakat yang bersangkutan, apapun tujuan yang ditetapkan oleh masyarakat Media masyarakat adalah media yang memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk memperoleh informasi pendidikan bila mereka menginginkan kesempatan itu Media ini adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai perencanaan, produksi dan pelaksanaan Media masyarakat adalah sasaran bagi masyarakat untuk mengemukakan sesuatu tetapi bukan untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat Sedangkan beberapa fungsi media masyarakat menurut Cepen adalah (1) memberi saluran alternative sebagai sasaran bagi rakyat untuk mengemukakan kebutuhan dan kepentingan rakyat. (2) Berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin dari isi media. (3) Membantu menjembatani kesenjangan antara pinggiran dengan perkotaan. (4) Mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan dikalangan penduduk daerah pedesaan. (5) Memberikan fasilitas berkembangnya keswadayaan, kemampuan mendorong diri sendiri dan kemampuan mengambil keputusan sendiri. (6) Dan berguna bagi umpan balik system pemantauan dan pengawasan suatu proyek tertentu. Peran komunikasi dalam hal ini adalah merupakan saluran sosialisasi kebudayaan, yang mencerminkan bahwa komunikasi antar sesama adalah merupakan suatu yang harus dijaga dalam komunikasi di pedesaan, komunikasi tidak sekedar sebuah fenomena pertukaran informasi pengirim dan penerima pesan, lebih dari itu komunikasi merupakan upaya mencapai saling pengertian dan dari komunikasi inilah suatu kebudayaan diturunkan ke generasi selanjutnya. Kemudian komunikasi menyebarluaskan ide-ide baru sehingga menjadi nilai-nilai baru. Nilai-nilai baru ini biasanya muncul dari kreatifitas individu-individu 2016 13 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id atau consensus dari kelompok-kelompok manusia. Komunikasi mnyediakan kesempatan dan rentang waktu bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru tersebut. Corak kehidupan social di desa dapat dikatakan masih homogen. Pola-pola interkasi social pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur social masyarakat yang bersangkutan. Dalam interaksi social selalu diusahakan agar supaya kesatuan social (social unity) tidak terganggu, konflik atau pertentangan social sedapat mungkin dihindarkanjangan sampai terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik diusahakan supaya konflik tersebut tidak terbuka di hadapan umum. Bila terjadi pertentangan diusahakan untuk dirukunkan karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan social pada masyarakat pedesaan karena masyarakat ini sangat mendambakan tercapainya keserasian dalam kehidupan masyarakat. Tetapi pada hakekatnya masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunikasi yang terpisah satu sama lain. Tetapi dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan. Dan desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerjasama yang berhubungan secara erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hamper sama (homogen) di suatu daerah atau wilayah tertentu dengan bermata pencaharian dominant dari sector pertanian (agraris). Sifat hakekat masyarakat pedesaan banyak kegotong royongan dan tolong menolong dan kehidupan desa juga tidak selamanya tenang dan damai tetapi juga terdapat ketegangan tertentu. Sedangkan system komunikasi yang digunakan oleh masyarakat desa cenderung berbentuk system komunikasi antar persona yaitu pesan disampaikan melalui satu orang kepada orang yang lainnya sehingga suatu berita di samapikan secara lisan dan akan mendapatkan feedback secara langsung sehingga masyarakat desa terlihat lebih kompak dan harmonis. perkembangan tekonologi komunikasi dan informasi dewasa ini telah berkembang dengan sangat cepat. Tentu saja ini memberikan efek atau pengaruh yang ditimbulkan baik positif atau negatif. Mayoritas masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan memerlukan upayaupaya dan program-program untuk meningkatkan kualitas pembangunan agar tidak semakin tertinggal dengan masyarakat perkotaan. Untuk mengejar ketertinggalan dan melaksanakan pembangunan termasuk masalah otonomi daerah yang bertujuan untuk meningkatkan taraf 2016 14 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hidup masyarakat tidak bisa bergantung pada satu program dari pusat (top-down) dan juga satu media, apalagi media massa yang rendah daya terimanya di masyarakat pedesaan. Tapi, diperlukan keterlibatan nyata berupa partisipasi masyarakat dalam menunjang program pemerintah tersebut. Dan salah satu media yang dapat dijadikan sarana untuk melibatkan masyarakat adalah menggunakan media rakyat, yang terbukti efektif dan tidak pernah berubah dalam kehidupan masyarakat tradisional. Dengan ini diharapkan semua pihak baik pemerintah dan masyarakat bisa menggunakan media rakyat dengan tepat dan efektif. Pola Komunikasi Masyarakat Modern Masyarakat perkotaan membentuk pola komunikasi antar sesama. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai suatu proses yang mengoperkan lambang-lambang yang mengandung arti. Dalam masyarakat perkotaan,komunikasi sendiri merupakan suatu proses sosial, yaitu karena lambang-lambang yang diberi arti oleh individu, akan mempunyai arti yang khusus untuk masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, karena suatu proses adalah “any connected series of events”, dengan sendirinya, proses komunikasi sebagai suatu proses sosial adalah a characteristic mode of manner in which related social events may occur (Lambert dan Lambert dalam S.Susanto, 1980:19) Melihat fenomena sekarang ini, di masyarakat perkotaan yang cenderung selfish dan egoistis (baca individualisme), kebutuhan komunikasi antar personal digantikan dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis dalam artian hanyalah kebutuhan memenuhi sandang, pangan dan papan. Padahal sebagai zoon politicon, manusia adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain untuk melanjutkan keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan berkomunikasi antar pribadi tertuang melalui komunikasi secara verbal (bahasa yang di gunakan) maupun non verbal (kinesik, okulesik, haptiks, proksemik). Komunikasi yang baik sebenarnya dapat menjadi sarana atau media untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seperti yang dinyatakan oleh Kate Keenan dalam bukunya The Management Guide to Communicating: “people cannot help but communicate. It is fundamental to human behaviour. communicating well keeps things moving. When managing, it involves either requesting information or dispensing it, in one form or another; or influencing others to understand and be willing to act upon your wishes” (Keenan, 1996:5-6) 2016 15 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Clifford Morgan, pola komunikasi dalam masyarakat sukar dinilai baik buruknya yaitu karena harus disesuaikan dengan norma masyarakatnya sendiri sehingga mencerminkan kebutuhan masyarakatnya. Menurut penelitian yang dilakukan olehnya, Morgan menemukan bahwa untuk masyarakat perkotaan, memiliki pola komunikasi yang disebutnya sebagai pola Com-Con (singkatan dari completely connected). Di dalam completely connected structure terdapat pada umumnya orang-orang di dalamnya merasa terlibat dan bebas, tidak tergantung dari orang lain. Dalam hubungan ini, anggota masyarakat lebih bebas untuk memilih dengan siapa mereka hendak berkomunikasi. Pola komunikasi yang terbentuk pun hanyalah “seperlunya”. Bahkan kalau dirasa memang tidak perlu tatap muka dapat digantikan oleh kecanggihan teknologi. Daftar Pustaka Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Veeger,Karel J. (1993). Pengantar Sosiologi. Jakarta:Gramedia. Bungin, Burhan. (2013). Sosiologi Komunikasi. Kencana. Jakarta. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Alo, Liweri. (2002). Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat, Jakarta. Sudarma, Momon. 2014, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Mitra Wacana Media. Devito, Joseph,. A. 1997. Komunikasi Antarmanusia Edisi Kelima,. Penerjemah, Agus Maulana. Jakarta, Profesional Books. 2016 16 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id