PT. MUSTIKA LODAN 1 No. : 025/ML/XI/15 Jakarta, 5 November

advertisement
No. : 025/ML/XI/15
Sifat. : SEGERA
Hal : Permohonan Penyelesaian Hambatan
Sertifikasi Tanah Aset PT.Kereta Api (Persero)
Di Jak-Ut Dan Dephan cq TNI AU Di Srg Timur
Jakarta, 5 November 2015
Kepada Yth.,
Bpk. Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ BPN
DiJakarta
Menindaklanjuti surat permohonan kami Tertanggal 20-6-2012 No. 004/ML/VI/2012 ditujukan kepada KA. BPN hal
sebagaimana dimaksud pada pokok surat. Berdasarkan surat laporan kami tersebut, Pihak KA. BPN telah
menindaklanjuti dengan desposisi ditujukan kepada Deputi Bidang Sengketa Tanah hal tindak lanjut penyelesaiannya.
Namun sampai saat ini permasalahan tersebut sudah berjalan + 3,5 Tahun masih belum juga ada tindak lanjutnya.
Adapun data-data Permasalahan Hambatan Sertifikasi Tanah Asset dimaksud adalah hal-hal sebagai berikut :
1. 2 (Dua) bidang Tanah Asset PT. Kereta Api (Persero) di Jakarta Utara :
a) Surat No. 17112/1.1786/09-02/F/HPL/TI/99 Tgl. 2-2-1999 tanah seluas 30.150 M2 di Kp. Muka Kel.
Ancol Kec. Pademangan Jakarta Utara.
b) Surat No. 17112/1.1787/09-02/F/HPL/99 Tgl. 3 Maret 1999 dan surat 17112/99/09/HPL/00 Tgl. 281-2000 tanah seluas 4.241 M2 di Kp. Bandan Kel. Ancol Kec. Pademangan Jakarta Utara.
c) Bahwa kedua lokasi lahan yang dimohon telah diajukan oleh PT. Kereta Api (Persero) sejak Tgl. 12-61995 yang prosesnya sampai hari ini sudah berjalan + 20 (Dua Puluh) Tahun lebih 5 Bulan, masih
belum juga ada penyelesaiannya dgn alasan lahan yg dimohon masih berdiri bangunan Pihak Ketiga.
2. 3 (Tiga) bidang Tanah Asset Dephan cq TNI AU di Desa Julang Serang Timur :
a) Surat Ka.Kan Pertanahan Kab. Serang No. 530.3-353-2000 Tanggal 1-7-2000 ditujukan kepada Ka.
BPN di Jakarta tentang Permohonan Hak Pakai a.n. Dephan cq TNI AU tanah seluas 204.210 M 2 di
Desa Julang Kec. Cikande Kab. Serang.
b) Surat Ka.Kan Pertanahan Kab. Serang No. 530.3-354-2000 Tanggal 1-7-2000 ditujukan kepada Ka.
BPN di Jakarta tentang Permohonan Hak Pakai a.n. Dephan cq TNI AU tanah seluas 32.459 M 2 di
Desa Gembor Kec. Carenang Kab. Serang.
c) Surat Ka.Kan Pertanahan Kab. Serang No. 530.3-355-2000 Tanggal 1-7-2000 ditujukan kepada Ka.
BPN di Jakarta tentang Permohonan Hak Pakai a.n. Dephan cq TNI AU tanah seluas 24.695 M 2 di
Desa Gembor Kec. Carenang Kab. Serang.
d) Bahwa permohonan hak tanah sebagaimana terurai pada huruf a, b, dan c telah diajukan oleh
Dephan cq TNI AU sejak Tanggal 9 Desember 1999 yang prosesnya sampai hari ini sudah berjalan 16
Tahun masih belum juga ada penyelesaiannya dgn alasan masih berdirinya bangunan Pihak Ketiga.
Bahwa Kelima bidang Tanah Asset tersebut diatas walaupun kondisi lahannya masih berdiri bangunan
Pihak Ketiga namun Pihak KANTA Pertanahan Wilayah Kota Admin Jakarta Utara dan KANTA Pertanahan
Kabupaten Serang Timur tetap mengusulkan kepada KA.BPN, untuk diberikan Haknya kepada pengelola
lahan dengan mengacu kepada surat KA. BPN No. 500-1255 Tgl. 4-5-1992 ditujukan kepada Menkeu RI.
PT. MUSTIKA LODAN
2
Akan tetapi kebijakan KA.BPN pada saat itu tetap menghendaki lahan yang dimohon harus dalam kondisi
Clean & Clear (tidak konsisten) sehingga proses penyelesaiannya sampai saat ini masih berlarut-larut dan
berkasnya pada saat ini sedang menunggu Kebijakan akhir dari Dirjen Agraria di Bidang Sengketa dan di
Bidang Pemberian Hak, namun sangat disesalkan dari hasil pembicaraan kami dengan Kedua Pejabat
tinggi BPN, terkesan menghindar dan tidak bersedia untuk menyelesaikan Hambatan Sertifikasi Tanah
Asset dimaksud dengan alasan dan komentar hal-hal sebagai berikut :
1. Pada Tgl. 20-10-2015 :
Dalam pembicaraan kami dengan Pihak Dirjen Agraria di Bidang Sengketa Tanah menyatakan bahwa
Beliau tidak bersedia untuk menangani permasalahan tersebut (Desposisi Menteri Agraria) dengan
alasan bahwa permasalahan tersebut bukan (tugasnya) merupakan Sengketa Tanah namun
menyangkut Pemberian Hak yang merupakan kewenangan dari Dirjen Pemberian Hak, untuk itu
berkasnya mau dilimpahkan kepada Ybs (berkas sudah mengendap di Dirjen Agraria + 10 Bulan).
2. Pada Tgl. 21-10-2015 :
Dalam pembicaraan kami dengan Pihak Dirjen Agraria di Bidang Hak-hak Tanah Instansi dan setelah
mendengar penjelasan kami tentang hal tersebut diatas, Beliau menyatakan keberatan pula untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dikarenakan adanya sengketa tanah. Dan menurut Beliau
seharusnya diadakan gelar perkara dan bila diperlukan penjelasan dari bidangnya Beliau bersedia
untuk menghadirinya, dan Beliau berpendapat untuk penyelesaian permasalahan Pensertifikatan
Tanah Asset yang masih berdiri bangunan Pihak Ketiga pada prinsipnya tanah yang dimohon harus
dalam keadaan Clean & Clear dasar pertimbangannya takut dikriminalisasikan/ tuntutan dari
masyarakat (tanpa dasar) dengan mengabaikan berbagai peraturan perundang-undangan.
3. Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, perkenankan pada kami untuk menyatakan Rasa
Keprihatinan yang sangat mendalam atas kinerja maupun Pola Pikir petinggi Agraria semacam ini,
selain tidak konsisten juga tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap permasalahan yang
dihadapi oleh para investor tentang Hambatan Sertifikasi Tanah Asset yang sudah berjalan + 20 (Dua
Puluh) Tahun masih belum juga ada tanda-tanda penyelesaiannya. Dengan berlarut-larutnya
penyelesaian Pensertifikatan Tanah Asset tersebut, apakah Pengambil Kebijakan di BPN Pusat sudah
memperhitungkan dampak Cost Benefit Analisysnya. Dalam mengantisipasi melemahnya
perekonomian kita, guna memelihara Momentum Kebangkitan Perekonomian Nasional dan mengelola
Dampak Krisis kami mengharapkan Bapak Menteri berkenan untuk menginstruksikan kepada seluruh
jajarannya untuk menyatukan Visi Dan Misinya dengan kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh
pemerintah yang telah dituangkan dalam Paket Kebijakan Ekonomi dengan usulan sebagai berikut :
Meningkatkan Sinergi antara semua pihak guna memelihara Momentum Pertumbuhan Ekonomi
khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Menghilangkan Ego Sektoral dan
Business As Usual harus segera dihentikan, dan berbagai konflik antara Lembaga Negara atau antara
Pemerintah dengan Swasta harus diselesaikan. Semua hambatan yang berkaitan dengan investasi
harus dihilangkan dan semua kebijakan yg diambil hrs mengacu kpd Pertumbuhan, Kesempatan
Lapangan Kerja dan Menuntaskan Kesenjangan Sosial.
Adapun sebagai bahan pertimbangan Bapak Menteri dalam mensikapi permasalahan tersebut diatas, agar
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Bahwa Tanah Asset PT. Kereta Api (Persero) yang tertera dalam Groond Kaart pada dasarnya adalah
merupakan Kekayaan Negara yang dipisahkan sebagai Aktiva Tetap Perumka (vide surat Menteri
Keuangan Tgl. 24-1-1995 No. S-11/MK.16/1994 ditujukan kepada Menteri Agraria hal Penatausahaan
Dan Pengamanan Tanah Milik Perumka yang diuraikan dalam Groond Kaart.
2) Bahwa Kepemilikan Tanah Asset Dephan cq TNI AU di Desa Julang Serang Timur adalah berdasarkan
surat Mendagri Tanggal 9-5-1950 No. H.20/5/7 jo surat Tgl. 13-5-1953 No. AGR 40/25/15 ditujukan
PT. MUSTIKA LODAN
3
kepada Gubernur RI hal penjelasan tentang tanah-tanah yang dahulu diambil oleh pemerintah
kependudukan Djepang jo surat Keputusan KSAP Tgl. 25-3-1950 No. 023/P/KSAP/50 dan surat
Mendagri Tgl. 7-1-1983 No. 593/113/AGR hal penyelesaian tanah rakyat yang diambil oleh
Pemerintah Jepang dan Tanah Asset tersebut telah terdaftar dalam IKN tertanggal 25-7-2000 No. 050
215/SI Fasint HLMP.
3) Bahwa larangan pemakaian tanah tanpa izin yang Berhak atau Kuasanya telah diatur dalam UU No. 51
PRP Tahun 1960 Tgl. 14-12-1960.
4) Bahwa berdasarkan butir 2 huruf b surat Ka.BPN No. 530.22-134 Tgl. 9-1-1991 jo Bab V angka 3 No.
500-1255 Tgl. 4-5-1992 ditujukan kepada Menkeu RI tentang Petunjuk Pelaksanaan Tentang Tata Cara
Pengurusan Hak Dan Penyelesaian Sertifikat Tanah yang dikuasai oleh Instansi Pemerintah secara tegas
dinyatakan sebagai berikut : “Apabila diatas tanah Instansi Pemerintah berdiri bangunan milik
Perorangan atau badan Hukum Swasta, tanahnya tetap diberikan kepada Instansi Pemerintah
pemegang Hak semula, sedangkan Hubungan Hukum dengan pemilik bangunan dan
penyelesaiannya didasarkan kepada perjanjian antara kedua belah pihak”.
5) Berdasarkan Pasal 49 UU No. 1 Thn. 2004 tentang Perbendaharaan jo Pasal 33 PPRI No. 6 Thn. 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah secara tegas dinyatakan sebagai berikut : “Barang
milik Negara/ Daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah RI/ Pemerintah
Daerah yang bersangkutan”.
6) Bahwa proses Pensertifikatan Tanah Asset dimaksud telah direkomen oleh Menpan RI sebanyak 5
(Lima) kali ditujukan kepada Ka. BPN dengan usulan tindak lanjut penyelesaian Pensertifikatan Tanah
Asset dengan dasar pertimbangan permohonan pensertifikatan tanah dimaksud telah memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7) Bahwa proses Pensertifikatan Tanah Asset PT. Kereta Api (Persero) adalah merupakan pelaksanaan
MOU antara Ka. BPN dengan Pihak PT. Kereta Api (Persero), dalam hal kerjasama Pengamanan Asset
dan Kelancaran Sertifikasi tanah-tanah Asset milik PT. Kereta Api (Persero).
8) Bahwa pelaksanaan penyelesaian Pensertifikatan Tanah Asset dimaksud adalah sejalan dengan
perintah Bapak Presiden RI kepada seluruh jajaran Menteri Kabinet Kerjanya untuk menciptakan
terobosan-terobosan/ kemudahan bagi para investor.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas kami mengharapkan Menteri Agraria berkenan untuk membantu
mengamankan Asset dan Memperlancar Sertifikasi Tanah Asset sebagaimana terurai dalam Paket
Kebijakan Ekonomi Jilid III (Rabu, Tgl. 7-10-2015) dengan tujuan ; Terciptanya Kepastian Hukum atas
tanah dan turut memberikan Jaminan Berusaha bagi investor sebagaimana telah dijamin oleh undangundang Penanaman Modal.
Demikian respon Bapak Menteri kami harapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, atas perhatian dan
kebijaksanaannya kami ucapkan terima kasih.
Tembusan :
- Yth., Bapak Presiden R.I. di Jakarta
- Yth., Bapak WK. Presiden R.I. di Jakarta
- Yth., Menko Polhukam di Jakarta
- Yth., Kepala Staf Presiden di Jakarta
- Yth., Sekkab R.I. di Jakarta
- Yth., Menpan R.I. di Jakarta
-Arsip
F: ML/Agraria/XI/15
Hormat kami,
TTD
Marto Sumartono
Direktur Utama
Download