Fakultas Hukum - ejurnal untag samarinda

advertisement
1
AKIBAT HUKUM TERHADAP PENERBITAN SERTIPIKAT HAK
MILIK ATAS TANAH YANG SYARAT ADMINISTRASINYA TIDAK DI
TANDA TANGANI OLEH SAKSI BATAS
TUTUS CHARIESMA PUTRA
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Samarinda. Indonesia
ABSTRACT
Provide legal certainty and protection to the holders of rights in a
parcel of land or apartment units that can easily be proven himself as the
holder of the rights, the National Land Agency (BPN) as an authorized
institution in terms of the legality of the soil, to provide legal certainty by
issuing certificates to the ground plane or apartment units , perform first the
measurement on the object plane land or apartment units in question, which
should be set in advance the boundaries of the land to be measured with the
consent of the parties that the land bordering the field . However , the role of
witnesses in determining the limits of the boundaries of land parcels for a
certificate peneribitan kandangkala neglected plots of land that would later
become debates and legal issues that could harm either party , even it is not
impossible that the institution has the legal authority to blame land or
subject to legal sanctions for negligence in providing the certificate issuance
policy.
hari,
JURNAL
seperti
diperbolehkannya
seorang yang bukan pemilik tanah
Masalah Tanggun Jawab Hukum
yang bersebelahan serta tanpa surat
Terhadap Penerbitan Sertipikat
kuasa, dalam hal ini Penetapan batasAtas Suatu Bidang Tanah Tanpa
batas
tanah,
seorang
tadi
di
Dihadir/Ditandatangani Oleh
“perbolehkan”
untuk
Saksi Batas
menandatangani Surat Ukur (Veld
Penelitian ini adalah untuk
mengetahui tentang tanggung jawab
Werk) apabila ada salah seorang dari
saksi batas berhalangan hadir,
hukum terhadap penerbitan sertifikat
Di dalam Peraturan Pemerintah
yang tanpa dihadiri oleh saksi batas,
Nomor 24 tahun 1997 Tentang
sehubungan dengan hal ini, hasil
Pendaftaran
studi
memberikan
penjelasan yang memperbolehkan
gambaran bahwa dalam pelaksanaan
bahwa seorang yang bukan pemilik
penetapan batas-batas suatu bidang
tanah yang bersebelahan dengan
tanah, Badan Pertanahan Nasional
tanah ya ng di daftarkan ataupun
dalam hal ini Pejabat Tata Usaha
ketua RT mempunyai kewenangan
Negara (TUN) yang berkewenangan
mewakili untuk dan atas nama pihak-
dalam hal penetapan batas-batas
pihak atau warga
tanah dan proses Pendaftaran Tanah.
bidang tanah di dalam wilayah
penelitian
Kadang
kebijakan
yang
ini
kala
mengambil
beresiko
kerjanya,
Tanah,
yang
tidak
ada
pemilik suatu
dalam
hal
ini
akan
berkaitan dengan penetapan batas
timbulnya sengketa di kemudian
suatu bidang tanah, yang kemudian
dianjurrkan bagi para pemilik tanah
bahwa Badan Pertanahan Nasional
yang berbatasan untuk dapat hadir
sebagai
ketika penetapan batas suatu bidang
menerbitkan sertifikat yang tidak
atas tanah, yang di maksudkan agar
terpenuhinya salah satu syaratnya,
terpenuhinya
kontradiktur
sebagai dasar penerbitan sertifikat
delimitasi. Yang dimaksud Asas
tersebut, memiliki tanggung jawab
Kontradiktur Delimitasi menurut R.
hukum dalam mengatasi konflik
Hermanses, SH. adalah
hukum tersebut, yang mana dari segi
asas
“Penetapan batas dilapangan
pihak
hukum
yang
administrasi
telah
Badan
oleh pejabat jawatan Pendaftaran
Pertanahan
Nasional,
harus
Tanah
melakukan
Pembatalan
terhadap
bersama-sama
dengan
persetujuan
pihak-pihak
yang
sertifikat tersebut karena tidak sesuai
bersangkutan
disebut
penetapan
dengan syarat –syarat Pendaftaran
batas secara kontradiktur.”
Tanah
sebagai
dasar
penerbitan
Disini yang menjadi perhatian
sertifikat menurut Undang Undang
penulis adalah tentang tanggung
Pokok Agraria Nomor 05 Tahun
jawab hukum terhadap penerbitan
1960 di dalam Pasal 19.
sertifikat oleh Badan Pertanahan
Akibat Hukum yang terjadi
Nasional
apabila Badan Pertanahan
yang
dalam
hal
penerbitannya tidak dihadiri oleh
Nasional menerbitkan sertifikat
saksi batas atau pemilik tanah yang
hak milik atas tanah yang syarat
bersebelahan.
Di
hukum
dalam
yang
administrasinya tidak ditanda
tanggung
dimaksud
jawab
adalah,
tangani oleh saksi batas.
Berkaitan dengan pembahasan
dalam
hal
ini
pelaksanaan
dimana penulis memaparkan tentang
penerbitannya
tanggung jawab Hukum, disini akan
Pertanahan Nasional (BPN) yang
membahas tentang akibat hukum
dibawahi langsung oleh kementrian
yang
Agraria atau Pertanahan, dimana
terjadi
Pertanahan
apabila
Nasional
Badan
menerbitkan
apabila
oleh
produk
Badan
tersebut
sertifikat yang dalam hal penetapan
“bermasalah” atau menjadi obyek
batasnya tanpa dihadiri oleh saksi
sengketa maka akan menimbulkan
batas.
akibat hukum,
Suatu akibat yang ditimbulkan
Kembali
membahas
tentang
oleh adanya suatu hubungan hukum,
kendala-kendala yang di dapati oleh
yang kemudian memberikan hak dan
aparat juru ukur dilapangan seperti
kewajiban yang telah ditentukan oleh
dijelaskan oleh penulis di muka,
Undang-undang, sehingga apabila
dimana banyak hal yang melatar
dilanggar akan berakibat, dalam hal
belakangi tidak terpenuhinya Asas
ini akibat hukum yang timbul ketika
Kontradiktur delimitasi, dari system
peraturan dan pelaksanaan tidak
pendaftaran tanah yang dianut di
sejalan,
Indonesia sebenarnya telah secara
Sertipikat suatu bidang atas
tidak langsung menjelaskan akibat
tanah merupakan salah satu Produk
hukumnya ketika salah satu pihak
Hukum Tata Usaha Negara atau
yang berbatasan dengan tanah yang
disingkat
karena
telah terbit sertifikatnya tersebut
sertipikat adalah bagian dari pada
keberatan akan batas-batas tanah
Keputusan Pemerintah atau yang
yang telah ditentukan, sertifikat Hak
dengan
TUN,
Milik disini tidak kemudian menjadi
sebagai dasar penerbitan sertifikat
alat pembuktian yang mutlak, tetapi
(Hak Atas Tanah) tersebut
menjadi alat pembuktian yg kuat,
sertifikat yang dimaksud batal demi
yang apabila salah satu diantara
hukum atau dapat dibatalkan.
kedua pihak dapat memberikan bukti
Disamping itu
maka
penulis
referensi
juga
yang meyakinkan menurut hukum
mendapatkan
dapat dibatalkannya sertifikat yang
pembatalan
di gugat.
adanya pihak yang dirugikan dari
yang
terjadi
tentang
karena
Hal ini tidak lepas dari system
segi hukum Tata Usaha Negara
Pendaftaran Tanah yang di anut di
dimana dalam UU nomor 51 Tahun
Indonesia dimana system negative
2009 tentang Peradilan Tata Usaha
yang bertendensi atau mengarah
Negara bahwa sertipikat memenuhi
kepada system positif.
segala unsur yang
Disamping
dari
dalamnya, mulai dari dikabulkannya
“tanggung
permohonan pemilik tanah dalam
jawab hukum” juga dapat di jadikan
bentuk awal berupa surat keputusan,
sebagai acuan bahwa akibat hukum
yang dikeluarkan oleh Kepala Badan
disini tidak hanya terjadi apabila ada
pertanahan Nasional setempat (BPN)
pihak-pihak yang di rugikan, tetapi
yang kemudian ditindaklajuti hingga
juga di karenakan tidak terpenuhinya
Proses Penerbitan surat kepemilikan
sarat-sarat dan pengumpulan data
Hak dalam bentuk Sertipikat yang
yuridis atau bisa dikatakan terjadinya
pada akhirnya penulis menyimpulkan
kesalahan prosedur dalam
proses
sertipikat kepemilikan atas suatu
pengumpulan data fisik dan yuridi ,
bidang tanah merupakan Produk
pembahasan
tentang
itu
terdapat di
Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
sertipikat adalah bagian dari pada
Dimana apabila terjadi perselisihan/
Keputusan Pemerintah yang dalam
atau sengketa antara pihak-pihak
hal ini pelaksanaanya oleh Badan
yang
akan
Pertanahan Nasional (BPN) yang
diselesaikan melalui Peradilan Tata
dibawahi langsung oleh kementrian
Usaha Negara (PTUN) yang bukan
Agraria atau Pertanahan, dimana
tidak mungkin, apabila keputusan
apabila
dalam bentuk apapun yang telah
“bermasalah” atau menjadi obyek
dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha
sengketa maka akan diselesaikan
Negara yang dalam mengeluarkan
melalui Peradilan Tata Usaha Negara
putusannya tidak memenuhi sarat
yang
dan ketentuan yang telah diatur oleh
Berikut beberapa pengertian atau
Peraturan Per-undang-undang yang
definisi
berlaku, Maka apabila terbukti di
permasalahan diatas :
dalam proses pemeriksaan perkara
Pengertian keputusan TUN
oleh Hakim Peradilan Tata Usaha
“Keputusan
Negara, keputusan tersebut batalkan
adalah suatu penetapan tertulis yang
demi hukum di karenakan salah satu
dikeluarkan oleh badan atau pejabat
syarat
tata
merasa
sebagai
dirugikan
dasar
penerbitan
sertifikat tersebut tidak terpenuhi.
Sertipikat suatu bidang atas
produk
disingkat
yang
usaha
tersebut
dengan
PTUN.
berkaitan
Tata
dengan
Usaha
negara
Negara
yang
berisi
tindakan hukum tata usaha negara
yang
berdasarkan
peraturan
tanah merupakan salah satu Produk
perundangundangan yang berlaku,
Hukum Tata Usaha Negara atau
yang bersifat konkret, individual, dan
disingkat
final,
dengan
TUN,
karena
yang
menimbulkan
akibat
hukumbagi seseorang atau badan
hukum”
(Ps 1 UU 51 th 2009
Dari
Penjelasan
Definisi-
definisi diatas, penulis kemudian
tentang PTUN)
mendapatkan
Pengertian sengketa TUN
penyelesaian masalah, dimana dalam
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah
UU nomor 51 Tahun 2009 tentang
sengketa yang timbul dalam bidang
Peradilan
tata usaha negara antara orang atau
bahwa sertipikat memenuhi segala
badan hukum perdata dengan badan
unsur yang terdapat di dalamnya
atau pejabat tata usaha negara, baik
mulai
di pusat maupun di daerah, sebagai
permohonan pemilik tanah dalam
akibat dikeluarkannya keputusan tata
bentuk awal berupa Surat Keputusan
usaha negara, termasuk sengketa
yang dikeluarkan oleh Kepala Badan
kepegawaian berdasarkan peraturan
pertanahan Nasional setempat (BPN)
perundang-undangan yang berlaku”.
yang kemudian ditindaklajuti hingga
(Ps 1 UU 51 th 2009 tentang PTUN)
Proses Penerbitan surat kepemilikan
Pengertian Pejabat TUN
Hak dalam bentuk Sertipikat yang
Badan atau Pejabat Tata Usaha
pada akhirnya penulis menyimpulkan
Negara adalah badan atau pejabat
Sertipikat kepemilikan atas suatu
yang
urusan
bidang tanah merupakan Produk
pemerintahan berdasarkan peraturan
Hukum Tata Usaha Negara (TUN)
perundang-undangan yang berlaku.
Dimana apabila terjadi perselisihan/
(Ps 1 UU 51 th 2009 tentang
atau
PTUN)
melalui Peradilan Tata Usaha Negara
melaksanakan
Tata
kesimpulan
Usaha
dari
sengketa
Negara
dikabulkannya
akan
diselesaikan
(PTUN) yang bukan tidak mungkin,
apabila keputusan dalam bentuk
berbatasan.
apapun yang telah dikeluarkan oleh
berdasarkan
Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersama tersebut dituangkan ke
dalam
dalam suatu Berita Acara.
mengeluarkan
putusannya
tidak memenuhi sarat dan ketentuan
b.
Penetapan
yang
asas penunjukan
Hasil pengukuran batas bidang
yang telah diatur oleh Peraturan Per-
tanah digambarkan pada Gambar
undang-undang yang berlaku, Maka
Ukur,dengan menuliskan angka-
apabila terbukti di dalam proses
angka ukur, sketsa pengukuran
pemeriksaan perkara oleh Hakim
serta kronologi contradictoire
Peradilan
delemitatie jalannya pengukuran
Tata
Usaha
Negara,
keputusan tersebut dapat dibatalkan
termasuk penandatanganan
demi hukum.
petugas ukur, pemilik bidang
Asas
Kontradiktur
tanah
Delimitasi
bersangkutandan
tetangga yang berbatasan.
(contradictoire delemitatie)
a.
yang
Pengukuran batas bidang tanah
c.
Bersama-sama
dengan
Berita
hanya dapat terlaksana apabila
Acara, Gambar Ukur tersebut
bata-batas bidang tanah tersebut
merupakan bagian yang tidak
telah ditetapkan oleh pejabat
terpisahkan
pemerintah berdasarkan
hasil
dokumen bernilai yuridis atau
kesepakatan para pihak dalam
memiliki kekuatan bukti dalam
penunjukan
persidangan
lembaga
dilakukan oleh pihak pemilik
peradilan berkaitan
bidang-
bidang tanah yang bersangkutan
bidang tanah.
tanah
yang
menjadi
di
bersama pemilik
batas
dan
yang
Tujuan pengukuran batas tanah
Kegiatan
pengukuran
sebagaimana
yang
tanah
diamanatkan
Peraturan
Hukum
Tanah,
Penerbit
Djambatan, Jakarta,
dalam Pasal 19 ayat (2) yang
pelaksanaannya
diatur
dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24
2002
[2] Florianus SP Sangsun. Tata Cara
Mengurus Sertifikat
Tanah,
Tahun 1997 tersebut bertujuan untuk
mendapatkan
jaminan
kepastian
hukum mengenai letak-letak tanah,
Transmedia
Pustaka,
Jakarta
Selatan,
cetakan
kelima , januari 2009
[3] Irawan Soerodjo S.H M.Si.,
batas-batas tanah dan luas tanah yang
dalam arti kepastian mengenai obyek
atas tanahnya. Guna untuk menjamin
Kepastian
Hukum
Hak Atas Tanah di
Indonesia,
Arkola,
Surabaya, 2005
kepastian hukum objek atas tanah
maka
dilaksanakan
pemasangan
tanda batas atas bidang tanah. Untuk
memahami bentuk dan tata cara
pemasangan tanda batas, didalam
rumusan masalah tertera
2 (dua)
permasalahan
menjadi
yang
pembahasan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Boedi Harsono, SH. Hukum
Agraria Indonesia .
Himpunan Peraturan-
[4] R. Hermanses, SH. Pendaftaran
Tanah di Indonesia,
diperbanyak
oleh
Akademi
Agraria,
Yogyakarta, 2005
[5] Supriadi, hukum agraria ,
penerbit,
sinar
grafika cetakan ke
dua,
Jakarta
2008, hal. 3
Download