GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA 2.1. Kondisi Geografis, Administrasi dan Kondisi Fisik Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Utara yang secara geografis berada pada 0°-30’, 1°0’ Lintang Utara dan 123° 01’ 26,4” Bujur Timur-124°01’ 30,2” Bujur Timur. Luas Wilayah 185.686 Ha (1.856,86 Km²), ± 12,3% dari luas Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dilalui oleh jalan Trans Sulawesi dipesisir pantai utara Kabupaten Bolaang Mongondow Utaradimana jalan ini berfungsi sebagai jalur lalu lintas dari dan kedaerah Minahasa, Manado dan Bitung disebelah timur dan Provinsi Gorontalo disebelah barat. Gambar II. 1 Letak strategis Kabupaten Bolaang Mongondow Utara II - 1 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan salah satu Daerah Otonom Hasil Pemekaran yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara, batas-batas daerahnya meliputi : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi; 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sangtombolang (Kabupaten Bolaang Mongondow); 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Posigadon (Kabupaten Bolaang Mongondow); dan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Atinggola (Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo). Adapun kondisi topografi tanah di Bolaang Mongondow Utara datar sampai berombak (25%), berombak sampai berbukit (40%) dengan keadaan tanah yang tergolong subur. Secara umum kondisi topografi tanah di kecamatan Sangkup rata dan yang berbukit di desa Sidodadi hingga 170 m dpl dan desa Pangkusa hingga 50 m dpl. Di kecamatan Bintauna pada umumnya rata dan yang berbukit hanya di desa Mome dan Huntuk s/d 8 m dpl. Di kecamatan Bolangitang Timur juga sebagian besar dataran kecuali desa Mokodidek berbukit ± 60 m dpl dan desa Biontong ± 18 m dpl. Wilayah berbukit juga terdapat di desa Solo dan Komus Dua kecamatan Kaidipang ± 15 m dpl, dan desa-desa Komus satu dan Batu tajam kecamatan Pinogaluman ±25 m dpl diatas permukaan laut. Kabupaten Bolaang Ongondow Utara lebih banyak dipengaruhi oleh iklim tropis dengan suhu sekitar 20˚ C-32˚ C, curah hujan rata-rata 500 mm/tahun. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Utara terletak antara 0˚-30’ 1˚-0’ Lintang Utara dan 123˚-124˚ Bujur Timur. Luas wilayah 185.686 ha (1.856,86 km2) ± 12.3% dari luas Sulawesi Utara. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dilalui oleh jalan Trans Sulawesi di pesisir pantai Utara kabupaten Bolaang Mongondow dimana jalan ini berfungsi sebagai jalur lalu lintas barang dan orang dari dan ke daerah Minahasa, Manado dan Bitung disebelah timur dan Provinsi Gorontalo disebelah Barat1. 1 Kabupaten Dalam Angka Tahun 2011 II - 2 Gambar II.2 Peta Administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Cat : tidak ada tabel administratif 2.1.1. Iklim Berdasarkan hasil analisis data curah hujan yang tersebar di wilayah wilayah Bolaang Mongondow Utara, tipe iklim wilayah bervariasi mulai dari bertipe A hingga D (klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson) yakni daerah basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropika hingga agak kering (Gambar I.2.). Klasifikasi ini berdasarkan nilai Q yang berkisar antara 12,5% s/d 100%. Nilai Q merupakan persentase antara rata-rata bulan kering dibandingkan dengan rata-rata bulan basah sebagaimana disajikan pada Tabel 3-1 Tabel II.1. Tipe Iklim No Lokasi stasiun Curah hujan rata-rata Jumlah Bulan mm/th Jumlah Bulan Basah Kering Q% Iklim Huntuk 1 1052,15 4 4 100 D Bintauna 2 1813,70 9 2 22,2 B Pangkusa 3 1204,78 5 2 40 C II - 3 Buko 4 1595,95 8 1 12,5 A Paku 5 1218,05 6 4 66,7 D Bumbung 6 2107,83 8 2 25 B Solog 7 1092,63 6 4 66,7 D Sumber: BP DAS Tondano, 2010 2.1.2. Curah Hujan Rata-rata curah hujan bulanan di wilayah DAS berdasarkan data dari stasiun curah hujan yang mewakili wilayah yaitu stasiun Pangkusa mewakili daerah hulu dan stasiun Buko mewakili wilayah hilir. Data curah hujan selang tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 disajikan pada Tabel II-2 dan Tabel II-3. Berdasarkan data tersebut di atas curah hujan maksimum bulanan di wilayah hulu berkisar antara 39 mm - 126 mm. Sedangkan di wilayah hilir 67 mm 160 mm. Curah hujan tahunan berkisar 1185 - 1470 mm/tahun di wilayah hulu sedangkan di wilayah hilir berkisar antara 1185 - 2337 mm/tahun. Dari data tersebut terlihat kecenderungan bahwa curah hujan di wilayah hilir lebih tinggi di bandingkan dengan daerah hulu. Tabel II.2. Rata-Rata Curah Hujan(mm) Di Wilayah Hilir DAS SangkupLangi (Stasiun penakar hujan Buko)Tahun 2002-2008. Bulan Tahun Jan FeP Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des 2002 7.13 0.54 1.48 0.47 1.35 0.27 0.00 0.00 0.10 0.19 2.33 0.55 2003 4.55 4.29 2.48 1.20 3.10 1.67 0.71 0.68 2.00 1.97 2.17 6.81 2004 5.35 4.76 2.42 0.97 2.84 0.50 0.81 0.26 0.00 0.55 1.43 2.89 2005 11.74 3.52 2.10 2.27 3.00 1.43 0.00 0.61 1.27 2.48 4.47 2.81 2006 7.16 8.18 6.45 1.90 2.58 7.00 0.29 0.00 0.37 0.00 1.97 3.77 2007 10.61 7.18 3.39 1.37 0.00 4.83 1.77 1.45 1.63 2.39 6.13 5.32 2008 6.13 7.32 3.52 4.60 0.90 2.33 3.35 4.03 4.80 3.00 3.43 7.16 Sumber: BP DAS Tondano, 2010 II - 4 Tabel II.3. Rata-Rata Curah Hujan Di Wilayah Hulu DAS Sangkup-Langi (Stasiun penakar hujan Pangkusa)Tahun 2002-2008. Bulan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des 2002 9.53 4.45 6.69 1.37 5.57 3.71 0.00 0.43 0.00 0.96 4.53 1.77 2003 3.76 6.83 9.38 3.17 5.47 0.00 3.25 1.99 1.80 5.00 1.41 5.26 11.21 13.44 10.87 5.95 7.15 7.22 3.32 0.00 2.64 2.06 0.10 3.70 2004 2005 3.51 5.73 0.65 1.53 1.95 4.64 2.15 0.00 1.65 4.65 4.13 5.25 2006 7.23 1.83 0.55 1.49 0.23 0.00 0.00 0.67 1.34 0.00 0.00 0.00 2007 12.52 1.02 1.57 1.17 3.70 3.26 0.19 3.06 4.03 2.25 6.34 8.92 2008 7.01 1.55 1.56 2.41 3.86 3.52 2.95 1.05 1.35 1.56 7.13 10.85 Sumber: BP DAS Tondano, 2010 2.1.3. Temperatur Rata-rata temperatur udara bulanan berkisar antara 28oC - 30oC dengan suhu udara rata-rata bulanan 29oC (BPP- Bintauna). Suhu terendah terjadi pada bulan November/Desember dan tertinggi Bulan Juni/Juli. Secara umum pola sebaran suhu udara mengikuti pola penyebaran lama penyinaran matahari. Makin lama penyinaran, suhu udara cenderung meningkat. 2.1.3.1. Kelembaban Udara Kelembaban relatif merupakan ukuran kandungan uap air di udara dibandingkan dengan kandungan uap air maksimum (keadaan jenuh) pada suhu tertentu. Keadaan ini sangat berhubungan dengan keadaan curah hujan, keawanan, suhu udara dan jumlah kandungan air. Kelembaban relatif udara relatif tinggi. Rata-rata kelembaban relatif bulanan adalah 84.4%. Kelembaban relatif udara terendah terjadi pada Bulan Agustus (80%) dan tertinggi pada bulan Desember yaitu 88.3% (BPP Bintauna). Kelembapan udara berkisar antara 80 -93%. Keadaan ini berhubungan dengan keadaan unsur iklim lainnya seperti curah hujan, prosentase keawanan, suhu II - 5 udara, dan kandungan air. Secara umum lokasi studi termasuk daerah relatif lembab dengan kandungan uap air yang relatif tinggi. 2.1.4. Radiasi Matahari Radiasi matahari yang diterima statu permukaan sangat dipengaruhi oleh letak tempat dan lintang. Intensitas radiasi matahari wilayah studi pada bulan Juli, Agustus dan September relatif tinggi dibandingkan bulan-bulan lain. Pada Bulan Desember intensitas radiasi matahari terendah, karena pada bulan tersebut curah hujan relatif tinggi dan tingkat keawanan pada bulan tersebut relatif tinggi persentasenya. 2.1.5. Kecepatan Angin Kecepatan angin beragam dari waktu ke waktu. Pengukuran arah dan kecepatan angin sesaat dengan menggunakan alat anemometer terukur kecepatan angin dengan kisaran 1,35 - 3 m/detik dan arah angin umumnya dari barat (PPLH-SDA, 2008). 2.1.6. Evapotranspirasi Potensial Parameter iklim yang juga cukup penting adalah evapotranspirasi yang menggambarkan proses hilangnya air dari permukaan/vegetasi. Tingkat evapotranspirasi di wilayah DAS Sangkup cukup tinggi dengan rata-rata tahun 4,6 mm/hari dan hampir konstan sepanjang tahun. Evapotranspirasi maksimum terjadi pada bulan Oktober - November sebesar 5,3 mm/hari yang minimum pada bulan Juni yang mencapai 3,7 mm/hari (PPLH-SDA, 2007). 2.1.7. Topografi, Jenis dan Struktur Tanah Adapun kondisi topografi tanah di Bolaang Mongondow Utara datar sampai berombak (25%), berombak sampai berbukit (40%) dengan keadaan tanah yang tergolong subur. Secara umum kondisi topografi tanah di kecamatan Sangkup rata dan yang berbukit di desa Sidodadi hingga 170 m dpl dan desa Pangkusa hingga 50 m dpl. Di kecamatan Bintauna pada umumnya rata dan yang berbukit hanya di desa Mome dan Huntuk s/d 8 m dpl. Di kecamatan Bolangitang Timur juga sebagian besar dataran kecuali desa Mokodidek berbukit ± 60 m dpl dan desa Biontong ± 18 m dpl. Wilayah berbukit juga terdapat di desa Solo dan Komus Dua II - 6 kecamatan Kaidipang ± 15 m dpl, dan desa-desa Komus satu dan Batutajam kecamatan Pinogaluman ±25 m dpl diatas permukaan laut. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: iklim, bahan induk, topografi, organisme, dan waktu. Diantara lima faktor tersebut, bahan induk dan topografi tampaknya berpengaruh lebih dominan, sehingga dijumpai sifat-sifat tanah yang bervariasi. Faktor iklim yang cukup kering, pengaruhnya relatif seragam untuk seluruh daerah penelitian. Tanah-tanah di daerah penelitian terbentuk dari bahan induk aluvium/endapan, marin, alluvium & koluvium, breksi dan batu pasir, lavilli, abu dan batuapung, breksi dan lava, tufa, dan breksi andesit, pada kondisi iklim basah dengan bentuk wilayah datar hingga bergunung. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan dan sifat-sifat tanahnya. Gambar II.3 Proporsi Luas Beberapa Jenis Tanah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara II - 7 Gambar II.4. Peta Jenis tanah di kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2.1.8. Hidrologi Secara hidrologis, wilayah kabupaten Bolaang Mongondow Utara termasuk dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Sangkup Langi. Luas SWP DAS Sangkub Langi adalah 287.019 Ha, yang terbagi dalam 8 SWP Sub DAS, yaitu: a) SWP Sub DAS Ayong SWP Sub DAS Ayong memiliki luas 32.902 Ha yaitu sekitar 11.46 % dari luas total DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Ayong memiliki 8 sungai yang secara individual mengalir ke Laut Sulawesi. Di antaranya adalah sungai-sungai Ayong, Modapaan, Pangi, Sauk, Bayabuta dan Baturapa. Sungai Ayong dipilih menjadi sungai utama karena memiliki panjang sungai yang terpanjang diantara yang lainnya. b) SWP Sub DAS Biontong SWP Sub DAS Biontong memiliki luas 21.333 Ha yaitu sekitar 7.43 % dari luas total DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Biontong memiliki 6 sungai yang secara II - 8 individual mengalir ke Laut Sulawesi. Diantaranya adalah sungai-sungai Bohabak, Biontong, Mome, dan Nono. Sungai Biontong dipilih menjadi sungai utama karena memiliki panjang sungai yang terpanjang diantara yang lainnya. c) SWP Sub DAS Biyou SWP Sub DAS Biyou memiliki luas 42.906 Ha yaitu sebesar 14.95% dari total luas DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Biyou memiliki outlet pada sungai Sangkub. Sungai Biyou merupakan cabang sungai dari sungai Sangkub. d) SWP Sub DAS Bolangitang SWP Sub DAS Bolangitang memiliki luas 53.691 Ha yaitu sebesar 18.71% dari total luas DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Bolangitang memiliki 16 sungai yang secara individual mengalir ke Laut Sulawesi. Diantaranya adalah sungai Keakar, sungai Nunuka, sungai Saleo, dan Sungai Bolangitang. Sungai Bolangitang dipilih menjadi sungai utama karena memiliki panjang sungai yang terpanjang diantara yang lainnya. e) SWP Sub DAS Gambuta SWP Sub DAS Gambuta memiliki luas 35.061 Ha yaitu sebesar 12.22% dari total luas DAS Sangkub Langi. SWP Sub DAS Gambuta memiliki outlet pada sungai Sangkub. Sungai Gambuta merupakan cabang sungai dari sungai Sangkub. a) SWP Sub DAS Lolak SWP Sub DAS Lolak memiliki luas 20.582 Ha yaitu sebesar 7.17% dari total luas DAS Sangkub Langi. Terdapat 3 sungai pada SWP Sub DAS Lolak yang mengalir menuju Laut Sulawesi yaitu sungai Dulangon, sungai Motobang, dan sungai Lolak. Sungai Lolak dipilih menjadi sungai utama karena memiliki panjang sungai yang terpanjang diantara yang lainnya. f) SWP Sub DAS Maelang SWP Sub DAS Maelang memiliki luas 15.715 Ha yaitu sebesar 5.48% dari total luas DAS Sangkub Langi. Terdapat 22 sungai pada SWP Sub DAS Maelang yang mengalir menuju Laut Sulawesi diantaranya sungai Pangi, sungai Domisil, sungai Moilobai, sungai Posyanga, sungai Bolangat, dan sungai Maelang. Sungai Maelang dipilih menjadi sungai utama karena memiliki panjang sungai yang terpanjang diantara yang lainnya. II - 9 g) SWP Sub DAS Sangkub SWP Sub DAS Sangkub memiliki luas 64.830 Ha yaitu sebesar 22.59% dari total luas DAS Sangkub Langi. Hanya terdapat satu sungai pada SWP Sub DAS Sangkub yang mengalir menuju Laut Sulawesi yaitu sungai Sangkub. 2.1.9. Morfologi dan Kemiringan Lereng Kondisi morfologi wilayah kabupaten Bolaang Mongondow Utara ditunjukkan pada Gambar I-4 dan Tabel I-6. Gambar II. 5 Peta Kondisi Morfologi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tabel II.4 Proporsi Luas bentuk Wilayah di kabupaten Bolmut Kelas lereng Luas, ha Datar 29,527.73 Landai 5,765.40 II - 10 Agak Curam 30,433.19 Curam 80,530.10 Sangat Curam 46,894.52 Catatan : tidak terdapat tabel dan peta DAS,serta tabel kondisi air tanah 2.2. Kondisi Demografi Luas wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah 185.686 ha (1.856,86 km²) ± 12,3% dari luas Sulawesi Utara. Terbagi atas 6 Kecamatan dan 91 Desa/Kelurahan, sedangkan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Utara hingga akhir Tahun 2010 berjumlah 70.762 jiwa, yang terbagi menurut jenis kelamin Laki-laki 36.061 jiwa dan Perempuan 34.701 jiwa. Keadaan topografi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara datar sampai berombak (25%), berombak sampai berbukit (40%) dengan keadaan tanah yang tergolong subur. Kecamatan Sangkub rata, sedangkan yang berbukit terletak di Desa Sidodadi hingga mencapai 170 m dpl dan Desa Pangkusa hingga 50 m dpl. Kecamatan Bintauna pada umumnya rata, sedangkan yang berbukit terletak di Desa Mome dan Huntuk hingga mencapai 8 m dpl. Kecamatan Bolangitang Timur juga sebagian besar dataran, kecuali terletak di Desa Mokoditek bergelombang sampai benrbukit ± 60 m dpl dan Desa Biontong ± 18 m dpl. Sedangkan Kecamatan kaidipang terdapat beberapa Desa yang berbukit yaitu Solo dan Komus Dua ± 15 m dpl.Kecamatan Pinogaluman topografi berbukit terdapat pada Desa Komus Satu dan Batutajam mecapai ± 25 m dpl diatas permukaan laut. Terdapat 2 gunung di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, yaitu gunung Gambuta dengan ketinggian 1.954 M sedangkan yang paling rendah adalah gunung Paupau dengan ketinggian 1.815 M dengan letak di Kecamatan Bolangitang. 2.1. Sebagai daerah yang terletak pada lintasan garis Katulistiwa, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki suhu 200 C - 320 C. Mengenal dua musim saja sebagaimana umumnya wilayah tropis yaitu musim kemarau dan musim hujan yang selalu basah dan banyak hujan. Curah hujan di daerah ini cukup tinggi dapat mencapai 211,17 mm per tahun, dan terendah pada bulan Agustus yaitu 61,00 mm. dengan kondisi iklim seperti ini maka Kabupaten Bolaang Mongondow Utara di untungkan khususnya di sektor pertanian. Musim kemarau dan musim penghujan tidak datang bersamaan waktunya untuk semua wilayah ini, musim penghujan jatuh antara Bulan II - 11 April - Juli sedang musim kemarau jatuh antara Bulan Oktober-Desember, dibagian tengah musim penghujan jatuh antara April - Juli, dibagian utara musim hujan antara Bulan Oktober - Februari sedangkan musim kemarau jatuh antara Bulan April – Juli. Catatan : kondisi demografi bukan topografi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara mempunyai jumlah penduduk 70.693 Dilihat perkecamatan maka penyebaran penduduk paling banyak adalah kecamatan Kaidipang ±145 jiwa per km².kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan sangkub dan kecamatan bolangitang Timur. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara cukup Merata,dengan tingkat kepadatan 15,68 hingga 85,63 jiwa km². Kabupaten Bolaang Mongondow Utara mempunyai jumlah penduduk 70.693 Dilihat perkecamatan maka penyebaran penduduk paling banyak adalah kecamatan Kaidipang ±145 jiwa per km².kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan sangkub dan kecamatan bolangitang Timur. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara cukup Merata,dengan tingkat kepadatan 15,68 hingga 85,63 jiwa km². Tabel II.5 Luas Wilayah Perkecamatan dan Tingkat Kepadatan Penduduk Tahun 2011. No Kecamatan Jumlah Penduduk Luas (km²) Kepadatan Penduduk (Org/Km²) 1 Sangkub 8.906 567,85 15,68 2 Bintauna 12.654 348,94 36,26 3 Bolangitang Timur 12.859 293,75 43,78 4 Bolangitang Barat 14.042 445,64 31,51 5 Kaidipang 12.334 85,09 144,95 6 Pinogaluman 9.898 115,59 85,63 70.693 1.856,86 38,07 Total Sumber :Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, BPS 2011. II - 12 Adapun jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Bolangitang Barat 14.042 (20%)orang, sedangkan yang paling sedikit adalah kecamatan Sangkub berjumlah 8.906 (13%). Adapun komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara perkecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel II.6 Komposisi Penduduk Perkecamatan Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio 1 Sangkub 4.606 4.300 8.906 107.12 2 Bintauna 6.475 6.179 12.654 104.79 3 Bolangitang Timur 6.571 6.288 12.859 104.50 4 Bolangitang Barat 7.228 6.814 14.042 106.08 5 Kaidipang 6.285 6.049 12.334 103.90 6 Pinogaluman 5.086 4.812 9.898 105.69 36.251 34.442 70.693 105.25 Total Sumber :Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, BPS 2011. tabel diatas menggambarkan bahwa pertumbuhan pendudukdengan jumlah keseluruhan yaitu 70.762 jiwa. Terbagi atas Laki – laki 36.251jiwa sedangkan Perempuan 34.442 jiwa dengan total rasio untuk 6 kecamatan 105.25. Struktur usia penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang terbagi kedalam kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kelompok umur 5 - 9 berjenis kelamin laki – laki dengan jumlah 4.368 jiwa atau 12,39 %, dan kelompok umur 10 - 14 tahun berjenis kelamin laki – laki berjumlah 3.851 atau 10,92 %. Tabel II.7 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 KELOMPOK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 0-4 3.685 3.548 7.233 5-9 4.368 4.006 8.374 10 - 14 3.851 3.455 7.306 UMUR II - 13 15 - 19 2.146 2.966 6.112 20 - 24 2.333 2.305 4.638 25 - 29 2.813 2.778 5.591 30 - 34 2.866 2.846 5.712 35 - 39 3.104 2.846 5.950 40 - 44 2.512 2.301 4.813 45 - 49 2.101 2.061 4.162 50 - 54 1.761 1.586 3.347 55 - 59 1.293 1.229 2.522 60 - 64 855 822 1.677 65 - 69 654 679 1.333 70 - 74 437 475 912 75 + 472 539 1.011 Jumlah 36.251 34.442 70.693 Sumber :Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, BPS 2011. Tabel II.8 Posisi Laju Pertambahan Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Jenis Kota Laju Pertambahan Penduduk Tahun 2003 – 2009 Tertinggi Terendah Rata-rata Kota Metropolitan 3,99 %. -1,41 %. 1,66 % Kota Besar 7,57% -1,65 %. 2,86 % Kota/Kabupaten Sedang 6,06 % -1,76 %. 1,64 %. Kota/Kabupaten Kecil 3,87 % 0,86 %. 2,3 % Kab. Bolaang Mongondow Utara Kota/Kabupaten di Indonesia 2,22% 1,82% II - 14 Gambar II.6 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2003-2009 72.000 70.763 70.000 69.358 68.000 67.923 66.000 65.837 64.883 64.000 Rata - rata pertumbuhan 63.944 62.531 62.000 60.000 58.000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk tersebut maka Kabupaten Bolaang Mongondow tergolong sebagai Kabupaten Kecil dimana tingkat pertumbuhannay masuk pada range 0,86% sampai 3,87% dengan rata-rata pertumbuhan untuk kota kecil adalah 2,3% per tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Jumlah Penduduk Menurut Struktur Agama Berdasarkan data jumlah penduduk menurut struktur agama, di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara penduduk mayoritas memeluk Agama Islam (84,98%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel II.9 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2009 Agama / Kepercayaan No Kecamatan Jumlah Islam Kristen Katolik 1 Sangkub 6.522 2.819 62 2 Bintauna 10.696 2.138 3 Hindu - Budha - 4 4 Lainnya - 9.403 - 12.845 II - 15 3 Bolang Itang Timur 9.472 4 Bolang Itang Barat 14.232 5 Kaidipang 10.099 6 Pinogaluman Jumlah / Total Prosentase 5 - - - 12.499 - - - - 14.232 1.259 70 - - - 11.428 9.113 1.239 3 - - - 10.355 60.134 10.477 143 4 - 84,98% 3.022 - 14,81% 4 0,20% 0,01% 0,01% 70.762 0,00% Sumber : Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka Tahun 2010 Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada tahun 2009, di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tercatat sebanyak 1.332 pencari kerja terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dari tabel dibawah ini dapat diketahui juga bahwa di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih banyak terdapat pengangguran intelektual (65,54%). Tabel II.10 Jumlah Pencari Kerja Terdaftar yang Belum Ditempatkan Menurut Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2009. Pencari Kerja Terdaftar No Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Total Prosentase (%) 1 SD 2 - 2 0,15% 2 SLTP 1 - 1 0,08% 3 SLTA 60 80 140 10,51% 4 Sarjana Muda (DIII) 106 210 316 23,72% 5 Sarjana 602 271 873 65,54% 771 561 1.332 100,00% Jumlah Sumber : Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka Tahun 2010 II - 16 Catatan : tabel jumlah penduduk kab. Bolmut tidak 3-5 tahun hanya tahun 2011, serta tidak ada proyeksi jumlah penduduk 5 tahun mendatang. 2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah Besaran PDRB menurut sektor usaha menggambarkan nilai produk barang dan jasa yang tercipta sebagai hasil dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah tertentu.PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi menurut lapangan usaha. Nilai PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun 2011 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) berjumlah Rp. 892,236 Milyar Rupiah sedangkan nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada tahun 2010 sebesar Rp. 416,865 Milyar Rupiah. Ada 3 (tiga) leading sektor yang berkontribusi penuh terhadap nilai – nilai tersebut antara lain : 1. Sektor Primer (Pertanian; Pertambangan dan Penggalian); 2. Sektor Sekunder (Industri Pengolahan; Listrik, Gas Dan Air Bersih; Bangunan); 3. Sektor Tersier (Perdagangan; Hotel Dan Restoran; Pengangkutan Dan Komunikasi; Keuangan; Persewaan Dan Jasa Perusahaan; Jasa – Jasa). Tabel II.11 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 – 2011 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. NO SEKTOR 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAG. HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 9. JASA-JASA PDRB TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 (RP) % (RP) % (RP) % (RP) % (RP) % 174.593 37.913 36 8 202.605 42.346 36 7 227.288 47.463 35 7 260.448 53.219 34 7 302.843 59.071 34 7 18.554 1.266 56.109 43.775 4 3 11 8 20.596 1.511 102.489 64.201 2 11 8 19.964 1.440 86.292 56.939 3 11 8 19.390 1.371 74.225 51.351 3 12 9 18.969 1.318 64.327 47.492 11 7 10.187 2 10.618 2 11.066 2 12.061 2 13.154 1 14.708 3 15.786 3 16.941 3 18.138 2 19.345 2 27 161.590 565.051 29 202.616 651.710 31 250.625 759.124 33 309.026 892.236 130.545 487.649 0 100 0 100 0 100 0 100 Sumber :Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, BPS 2011. II - 17 0 35 100 Struktur perekonomian dilihat dari tiga klasifikasi sektor atas dasar harga berlaku yang terdiri dari sektor primer (Pertanian;Pertambangan & Penggalian), sektor sekunder (Industri Pengolahan;Listrik, Gas & Air Bersih; Bangunan) dan sektor tersier (Perdagangan, Hotel & Restoran; Pengangkutan & Komunikasi; Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan; Jasa-jasa) menunjukkan bahwa pada tahun 2009 kontribusi terbesar berasal dari sektor primer yaitu sebesar 44,08 persen diikuti sektor tersier sebesar 43,34 persen, dan sektor sekunder sebesar 14,58 persen. Struktur perekonomian tahun 2009 dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer sebesar 44,89 persen diikuti sektor tersier sebesar 40,61 persen, dan sektor sekunder sebesar 14,50 persen. Perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang masih sangat tergantung kepada sektor primer jika dilihat menurut lapangan usaha maka sebagian besar output yang dihasilkan berasal dari lapangan usaha pertanian. Keadaan tahun 2009 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 34,87 persen yang diikuti oleh sektor Jasa-Jasa sebesar 31,09 persen; kemudian sektor Bangunan sebesar 11,39 persen; Dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan besarnya kontribusi menurut lapangan usaha terhadap PDRB menunjukkan bahwa sektor pertanian sebesar 36,54 persen; sektor Jasa-Jasa sebesar 26,53 persen; kemudian sektor Bangunan sebesar 11,20 persen. Tabel II.12 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 – 2011 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHK) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara II - 18 NO TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 (RP) % (RP) % (RP) % (RP) % (RP) % SEKTOR 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAG. HOTEL & RESTORAN 121.835 25.833 39 10.651 937 33.748 28.457 3 8 0 11 9 127.948 28.020 38 10.760 955 36.671 29.081 3 7. PENGANGKUTAN & 9.066 3 9.349 KOMUNIKASI 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA 9.902 3 10.393 PERUSAHAAN 9. JASA-JASA 75.178 24 82.954 PDRB 315.608 100 336.131 Sumber :Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, BPS 2011. 131.235 30.271 37 137.011 32.531 35 3 11 9 10.871 974 40.213 29.717 3 11 8 10.994 995 44.162 30.677 3 9.640 3 3 10.910 25 95.263 359.094 8 0 100 143.745 34.561 34 3 11 8 11.135 1.016 48.990 32.173 12 8 10.063 3 10.504 3 3 11.404 3 11.858 3 27 108.615 386.453 28 122.884 416.866 29 8 0 100 8 0 100 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama 3 tahun terakhir atas dasar harga konstan, dimana angka PDRB pada tahun 2007 sebesar 311,158.07 juta rupiah, dan pada tahun 2008 telah meningkat menjadi 331,391.78 juta rupiah, kemudian pada tahun 2009 telah pula meningkat menjadi 354,035.03 juta rupiah. Pertumbuhan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 6.5% dan dari 2008 ke 2009 sebesar 6.8%. Sektor pertanian yang menjadi penyumbang terbesar dalam struktur perekonomian, juga memiliki angka LQ (Location Quotien) PDRB yang cukup bagus terhadap provinsi Sulawesi Utara, yakni dengan angka 1.93 pada tahun 2008 dan 1.94 pada tahun 2009. Selain itu sektor jasa-jasa ternyata juga memiliki daya saing yang cukup baik, dengan LQ sebesar 1.61 pada tahun 2009. Sektor lain yang memiliki angka LQ yang baik adalah sektor pertambangan dan penggalian yakni dengan angka 1.96 pada tahun 2009. Hanya tiga sektor tersebut (pertanian, pertambangan dan jasa-jasa) yang memiliki angka LQ lebih dari 1, yang berarti memiliki potensi keunggulan komparatif (ekspor) di tingkat provinsi. Dari gambaran struktur diatas menunjukkan bahwa kontribusi sektor tersier cukup signifikan terhadap perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan sebagian besar berasal dari sub sektor pemerintahan. Berdasarkan pentingnya angka kontribusi sektor primer dan tersier yang menopang pertumbuhan perekonomian daerah, maka dapat dikatakan bahwa II - 19 8 0 100 perekonomian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih sangat tergantung kepada sumber daya alam yang melimpah dan bantuan dana dari pemerintah. Selain itu, dalam kelompok sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perkebunan menempati posisi terbesar dalam prosentasi kontribusi PDRB pada tahun 2009, masing-masing sebesar 13.86% dan 11.33%. Tabel II.13 PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2009 LAPANGAN USAHA (1) 1. PERTANIAN 2007 (3) 120,116.95 2008 (4) 126,144.22 2009 (5) 129,353.45 a. Tanaman Bahan Makanan 44,880.31 48,524.59 49,068.07 b. Tanaman Perkebunan 38,500.90 39,320.97 40,127.05 6,582.22 6,668.44 6,822.48 11,339.82 12,376.28 13,627.52 c. Peternakan dan Hasil-Hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 18,813.70 19,253.94 19,708.33 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 25,469.22 27,625.43 29,573.43 a. Minyak dan Gas Bumi - b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 4,131.54 21,337.68 4,305.48 23,319.95 4,357.57 25,215.86 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 10,500.34 10,608.49 10,726.25 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 10,500.34 10,608.49 10,726.25 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 923.32 941.68 960.80 a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 794.51 810.24 826.53 128.81 131.44 134.27 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN HOTEL & RESTORAN 33,272.25 28,056.23 36,153.62 28,670.58 39,664.14 29,566.52 a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 26,882.46 27,463.12 28,322.72 1,173.77 1,207.46 1,243.80 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8,938.60 9,216.95 9,506.73 a. 1. 2. 3. 4. 5. 6. b. 1. 2. 8,349.06 8,607.94 8,876.66 7,706.60 7,948.58 8,200.55 642.46 589.54 540.17 49.37 659.36 609.01 559.29 49.72 676.11 630.07 579.82 50.25 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 9,762.65 10,246.35 10,762.70 a. b. c. d. e. 5,226.88 176.67 5,417.66 184.50 5,619.19 192.34 4,359.10 4,644.19 4,951.17 9. JASA-JASA 74,118.51 81,784.46 93,921.01 a. Pemerintahan Umum 65,062.52 72,447.12 84,277.74 1. Administrasi Pemerintah & Pertahanan 65,062.52 72,447.12 84,277.74 b. Swasta 9,055.99 9,337.34 9,643.27 1. Sosial Kemasyarakatan 5,125.64 5,270.18 5,425.65 196.27 200.90 205.99 3,734.08 3,866.26 4,011.63 311,158.07 331,391.78 354,035.03 Angkutan Angkutan Rel Angkutan Jalan raya Angkutan Laut Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Pos dan Telekomunikasi Jasa Penunjang Komunikasi Bank Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Jasa Perusahaan 2. Jasa Pemerintah Lainnya 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumah Tangga PDRB II - 20 2.3.1 Pertumbuhan Ekonomi; Salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengamati hasil pembangunan terutama pada bidang ekonomi di suatu wilayah yaitu dengan melihat pertumbuhan ekonomi.Indikator tersebut digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan perekonomian suatu wilayah, yang juga memberikan indikasi tentang sejauh mana dampak dari aktivitas perekonomian selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.14 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2007 – 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN BOLMONG UTARA SULAWESI UTARA NASIONAL (%) (%) (%) 2007 6,89 6,47 6,28 2008 6,50 7,56 6,06 2009 6,83 7,83 4,30 2010 6,91 7,12 6,10 2011 7,62 7,30 6.50 Sumber :Bolaang Mongondow Utara Dalam Angka, BPS 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2011 lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi dan Nasional. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sangat kaya dengan berbagai potensi daerah meliputi Pertanian ( tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan), Perikanan dan kelautan, Pertambangan dan Pariwisata. Pengembangan industri di masa datang sangat dimungkinkan oleh ketersediaan bahan baku dari sektor-sektor terkait tersebut diatas. a. Sektor Pertanian Data terakhir tahun 2009 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara mampu menghasilkan komoditas tanaman pangan masing-masing sebanyak II - 21 25.943 ton padi (sawah + ladang) merupakan 9 % dari jumlah produksi kabupaten Bolaang Mongondow sebelum dimekarkan. Jumlah tersebut diperoleh dari luas tanam berjumlah 5.211 ha (± 9%) Luas lahan sawah dan ladang Kabupaten Bolaang Mongondow.Hasil produksi lainnya adalah: Jagung produksi 6.422,27 ton dari luas tanam berjumlah 4.395 ha, ubi kayu produksi 356,07 ton dari luas tanam berjumlah 310 ha, ubi jalar produksi ± 112,58 ton dari luas tanam berjumlah 141 ha, kacang tanah jumlah produksi 231,22 ton dari luas tanam berjumlah 349 ha, kedelai produksi 373,24 ton dari luas tanam 583 ha dan kacang hijau jumlah produksi 242,41 ton dari luas tanam 289 ha. Khusus subsektor perkebunan kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki luas lahan dalam jumlah besar masing-masing untuk tanaman kelapa rakyat ± 13.319 ha, cengkeh ± 204 ha, coklat ± 1.939 ha, panili ± 92 ha, kopi ± 146 ha dan pala ± 7,5 ha. Produktifitas pertanian yang masih rendah sebagian karena pemanfaatan lahan oleh masyakat yang tidak maksimal. Data potensi lahan yang bisa dimanfaatkan setiap tahun adalah sebagai berikut : Tabel II.15 Data potensi lahan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2007 – 2011 1. Sawah Irigasi 2. Sawah Irigasi Setengah Tehnis 3. Sawah Tadah Hujan 4. Ladang Atau Tegalan 5. Perkebunan 6. Tambak Atau Kolam 7. Hutan 8. Pekarangan 4.882 Ha 9. Lain-Lain 5.402 Ha 169.950 Ha Jumlah 1.637 Ha 907 Ha 5.871 Ha 16.288 Ha 13,27 Ha 49,25 Ha 121.637,75 Ha II - 22 Sebagai daerah wilayah pesisir pantai Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah salah satu produsen ikan dan hasil lautnya di Sulawesi Utara dan setiap harinya diproduksi untuk kosumsi masyarakat juga paling penting sebagai bahan baku industri di Bitung serta untuk komoditas eksport. Khususnya perikanan darat lebih banyak masih potensial terutama untuk tambak udang dan air payau. Catatan : pertumbuhan ekonomi sebaiknya dalam bentuk tabel dengan sedikit narasi. b. Sektor pertambangan/ penggalian Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sudah pernah dilakukan penelitian/surpey potensi tambang antara lain ditemukan pasir besi, emas, batu bara, granit, batu gamping dan lain-lain. Dalam rangka pengembangan daerah maka dibutukan penelitian selanjutnya bahkan eksplorasi dan eksploitasi. c. Potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdiri atas : 1. Budaya dan Adat Istiadat Kerajaan Kaidipang; 2. Budaya dan Adat Istiadat Kerajaan Bintauna; 3. Objek Wisata Alam ; 4. Pulau tanjung sidupa; 5. Pulau Bongkil; 6. Pulau damar; 7. Batu Pinagut; 8. Tanjung Haji; 9. Pelabuhan Boroko. Keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah seringkali diukur melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai wilayah tersebut.untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah, indikator umum yang dapat digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berapa persen perkembangan atas nilai PDRB II - 23 yang terjadi pada tahun tersebut dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi di wilayah tersebut. Perekonomian di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih tergolong tradisional. Hal ini tercermin dari besarnya kontribusi sektor primer terhadap pembentukan PDRB, yang mencapai 43,58%. Artinya roda perekonomian daerah ini sebagian besar masih ditopang oleh sumber daya alam yang dapat dinikmati secara langsung.Sementara itu sektor sekunder masih belum dapat berperan banyak.Sektor sekunder terdiri atas; Sektor Industri Pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor bangunan. Kontribusi sector sekunder bagi penciptaan nilai tambah di daerah ini hanya 15,57%. Sektor tersier, yang mencakup ; sector perdagangan, sektor angkutan dan komunikasi, sector keuangan, dan sektor jasa-jasa, justeru memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten ini. Sektor ini membentuk 40,85 % PDRB, dan sebagian besar dibentuk oleh subsektor jasa pemerintahan. Nilai-nilai kontribusi sektor diatas, memberikan gambaran bahwa perekonomian Bolaang Mongondow Utara utamanya ditopang oleh yang pertama ialah hasil alam yang melimpah, dan yang kedua ialah dana perimbangan pusat, sementara sektor industri belum dapat dijadikan penopang utama perekonomian mengingat nilainya yang masih relatif kecil. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun 2010 terhitung sebesar 557 Milyar rupiah.Dari 9 sektor yang ada pada PDRB, pada tahun 2010 semua sector ekonomi tersebut mengalami pertumbuhan yang positif.Bila diurutkan pertumbuhan PDRB menurut sector eknomi dari yang tertingi ke yang terendah, maka pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sector jasa-jasa sebesar 23.78 persen, diikuti oleh pertanian sebesar 16.04 persen. Sector ekonomi ketiga tertinggi pertumbuhannya adalah bangunan sebesar 14.65 persen, keempat sector pertambangan dan penggalian sebesar 11,69 persen, dan kelima adalah sector perdagangan, hotel dan restoran yang hanya tumbuh 8,49 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun 2010 sebesar 6,85 % meningkat sebesar 0,02 % dari tahun 2009 yang hanya sebesar 6,83 % sedangkan pada akhir tahun 2011 diperkirakan angka II - 24 pertumbuhan ekonomi akan mencapai angka 6,85 % masih jauh dari angka pertumbuhan provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010 yang sebesar 7,01%. Kemampuan subsector keuangan dalam hal bergairahnya Bank dalam berinvestasi dan mengucurkan modal di kabupaten Bolaang Mongondow Utara akan mempengaruhi angka perkiraan tersebut. Penyerapan anggaran (APBD II, APBD I dan APBN) 2012 dan konsumsi masyarakat, akan sangat diharapkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 ini, sehingga keberhasilan pelaksanaan anggaran itu akan menjadi taruhan yang amat besar bagi pemerintah daerah, karena sumber pertumbuhan dari ekspor dan investasi swasta masih sulit diharapkan. 2.3.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2013 dan Tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dari dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunannya dimasa yang akan datang. Upaya – upaya yang di butuhkan guna mengantisipasi permasalahan yang ada, dari aspek ekonomi adalah intensifikasi pusat – pusat pertumbuhan yang telah ada dan pengembangan sub – sub pusat pertumbuhan perekonomian baru. Akan tetapi, pengembangan ekonomi di perhadapkan kepada permasalahan – permasalahan seperti kapasitas sumber daya alam, pemasaran, distribusi dan tehnologi yang tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang terampil baik dari aspek manajerial maupun tehnologi. Tantangan bagi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara kedepan tahun 2011 dan tahun 2012 adalah menerapkan strategi pengembangan kegiatan ekonomi daerah yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan serta cukup andal dalam mengantisipasi pengangguran dan kemiskinan. II - 25 Disamping itu, dalam pengembangan kegiatan ekonomi diarahkan untuk memantapkan landasan ekonomi daerah yang mandiri dijiwai nilai-nilai religius berbasis perdagangan dan jasa untuk mewujudkan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara melalui : 1. Mengembangan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kesempatan berusaha, optimalisasi potensi ekonomi lokal, pemberdayaan usaha sektor informal, Koperasi dan UKM serta keadilan kesempatan untuk berusaha dalam iklim yang kondusif 2. Mendorong pertumbuhan ekonomi secara adil dan merata dengan prioritas pada bidang perdagangan dan jasa sebagai tulang punggung perkonomian daerah dengan memacu wilayah pengembangan. 3. Meminimalisasikan gejolak fluktuasi ekonomi dengan memberikan bantuan dan proteksi kepada masyarakat miskin agar tetap mampu mencukupi kebutuhan dasar minimumnya. 4. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dalam bentuk pemantapan kehidupan beragama, pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak dengan memprioritaskan pada golongan masyarakat miskin. 5. Meningkatkan iklim investasi guna mendorong agar dapat mengurangi hambatan-hambatan baik yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, permodalan, infrastruktur, kelembagaan serta kepastian dan keamanan berinvestasi. 6. Mengoptimalkan pendapatan melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi sumber-sumber pendapatan tanpa membebani masyarakat. 7. Mengoptimalkan pengelolaan Asset dan kekayaan daerah agar dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan daerah, melalui profesionalisme manajemen. 8. mendirikan BUMD dan/atau perusahaan milik Pemerintah daerah yang profitable dan menumbuhkembangkan iklim yang sehat di BUMD sehingga mampu memberikan kontribusi optimal bagi pendapatan daerah termasuk II - 26 9. Mengembangkan iklim kondusif bagi peningkatan swadaya melalui pola/skema kemitraan baik antara pemerintah daerah dengan masyarakat, pemerintah daerah dengan swasta atau masyarakat dengan swasta. Struktur ekonomi kota diarahkan untuk mewujudkan struktur perekonomian kota yang kokoh dimana perdagangan dan jasa menjadi basis aktivitas perekonomian yang didukung oleh aktivitas perekonomian lainnya. 10. Setiap pengeluaran daerah harus mendasarkan pada, standar analisa belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal serta memperhatikan prinsip efisien dan efektif. Strategi kebijakan makro Pembangunan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ke depan secara diskriptif dikelompokkan ke dalam tiga agenda pembangunan sebagai berikut : Pertama, Meningkatkan penguatan kelembagaan menuju good governance dapat terwujud dengan pendekatan penguatan kapasitas masyarakat, swasta, dan aparatur dimana pemerintah menjadi faktor utama, sehingga untuk dapat mewujudkannya maka yang harus diterapkan adalah melakukan ” Reformasi Birokrasi”. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam konteks me-reform birokrasi adalah melalui pengembangan kapasitas manajemen pemerintah daerah, SDM aparatur dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan kewirausahaan.Di atas landasan sistem pemerintahan kewirausahaan tersebut, dikembangkan sistem perencanaan yang terintegrasi dan sistem keuangan berbasis kinerja yang memungkinkan akses masyarakat terhadap informasi pembangunan daerah semakin meningkat.Di samping itu, untuk menciptakan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah daerah, maka dikembangkan mekanisme pengawasan pelaksanaan pembangunan yang intensif. Dengan begitu, diharapkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah semakin luas, demikian pula dengan respon balik masyarakat terhadap kinerja pemerintahan semakin cepat sehingga memudahkan pemerintah daerah menempuh recovery kebijakan publik dalam memperbaiki kualitas Pelayanan kepada masyarakat. II - 27 Kedua, diarahkan untuk dua sasaran pokok yaitu pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dibidang pendidikan dan kesehatan demi terwujudnya masyarakat yang mandiri dan sejahtera, serta peningkatan kualitas kehidupan beragama dan pengembangan kebudayaan lokal yang relevan untuk pengembangan produktifitas demi terwujudnya masyarakat yang religius.Hak-hak dasar masyarakat dibidang pendidikan dalam bentuk bebas dari buta huruf, kebodohan, keterbelakangan, minimnya fasilitas pendidikan, putus sekolah, yang berakibat pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan.Untuk itu pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di bidang pendidikan adalah hak untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan.Sedangkan di bidang kesehatan, hakhak dasar masyarakat dalam bentuk bebas dari penyebaran penyakit menular, kurang gizi, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan.Untuk itu pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan adalah hak untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan secara merata dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Di dalam pengembangan diri ini, masyarakat harus tetap berdiri di atas sendisendi agama dan budaya. Ketiga, diarahkan untuk memenuhi hak-hak dasar masyarakat dalam bentuk bebas dari kemiskinan, pengangguran, minimnya sandang, pangan, dan papan, serta keterbatasan infrastruktur dasar ekonomi.Untuk itu, peningkatan ekonomi masyarakat lebih ditekankan pada peningkatan akses masyarakat ke sumber-sumber ekonomi serta menjadikan pertanian dan perikanan sebagai sektor unggulan yang berbasis komoditas andalan padi sawah, jagung, perikanan tangkap, dan sumber daya perikanan lainnya. Sebagai salah satu daerah baru, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara secara bertahap harus terus mempersiapkan/memantapkan dan mengembangkan daya saing daerah untuk mendorong peningkatan prekonomian masyarakat agar lebih efektif, produktif dan efisien.Produktifitas masyarakat disemua sektor harus terus-menerus diupayakan meningkat juga untuk menciptakan nilai tambah (addedvalue).Dalam hal ini mobilitas barang dan orang (masuk dan keluar) harus sedemikian lancar dan efisien sehingga tercipta keuntungan/marjin yang memadai (ekonomis) dan dapat mendorong peningkatan produksi, II - 28 menggairahkan dunia usaha dan investasi serta sektor-sektor lainnya. Disisi lain perbaikan dan peningkatan produktifitas serta terciptanya peluang ekonomi dan lapangan kerja diberbagai sektor dapat membantu masyarakat miskin memperoleh penghasilan. Untuk itu peran sektor-sektor penunjang (prasarana/sarana) dibidang transportasi, prasarana/sarana produksi pertanian dan perikanan, industri, dan perdagangan, pariwisata dan jasa-jasa lainnya harus tersedia secara memadai.Disamping itu pula faktor ketersediaan/kemampuan sumber daya manusia harus merupakan prioritas utama yang dibarengi pula oleh prilaku dan nilai-nilai yang dianut masyarakat berorientasi kepada kamajuan, produktifitas, efisiensi dan berahlak baik. Pada dasarnya perolehan/peningkatan nilai tambah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan secara kumulatif makin menciptakan kesejahteraan masyarakat. Produktifitas masyarakat dapat ditingkatkan di sektor-sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan), pariwisata sektor jasa dan lain-lain. Kondisi letak daerah yang berada dijalur perdagangan “trans Sulawesi” baik melalui darat dan laut, dan adanya ketersediaan infrastruktur yang memadai berupa prasarana/sarana diberbagai sektor serta tersedianya sumber daya manusia yang mempunyai ethos kerja baik diperkirakan akan menjadi daya dukung dan pendorong yang sangat kuat bagi upaya membangun daerah kedepan. Catatan : untuk tantangan dan prospek perekonomian sebaiknya dipersingkat 2.3.3 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Pergantian Pemerintah dari orde baru kepada orde reformasi menuntut pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab proporsional.Pemberian kewenagan kepada ini telah daerah secara diwujudkan dengan pengaturan pembagian, dan pemanfaatan sumber daya dan perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai demokrasi dan peran serta masyarakat. Secara konkrit pengaturan ini dilakukan dengan telah diterbitnya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. II - 29 Sebagai subsistem dari pengelolaan keuangan negara dan merupakan kewenangan pemerintah daerah, pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini telah dijabarkan secara lebih rinci dan teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Sumber-sumber keuangan daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya daerah yang bisa dijadikan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.Sumber pembiayaan pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah diperoleh berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Berlakunya kebijakan otonomi daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan dengan lebih berorientasi kepada kepentingan daerah.Untuk itu, pengaturan alokasi sumber daya daerah yang dapat memberi kepuasan bagi masyarakat, membuka kesempatan lapangan kerja serta perwujudan layanan publik yang efisien, menjadi sangat penting. 2.3.4 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan; Kebijakan pembangunan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada tahap sekarang ini yakni pada tahun keempat sesudah dimekarkan adalah menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat prinsipil sebagai pijakan/tumpuan yakni kelanjutan programprogram sebelumnya, agar bisa melangkah lebih jauh kedepan. Kebijakan awal dimaksud berkaitan dengan penyediaan infrastruktur pemerintahan agar proses pelaksanaan tugas administrasi pemerintahan dan pelayanan masyarakat berjalan lancar serta berdayaguna dan berhasilguna. Penyediaan prasarana/sarana pemerintahan yang memadai erat kaitannya pula dengan upaya mendorong ethos kerja dan profesionalisme aparatur disemua bidang tugas.Sejalan dengan hal itu bersamaan pula dengan upaya meningkatkan kemampuan tehnis dan kesejahteraan aparatur. II - 30 Penyiapan infrastruktur juga terhadap sektor-sektor prioritas seperti pendidikan, kesehatan, perhubungan, pariwisata, pertanian dan pengairan, serta aspek-aspek yang dibutuhkan untuk memajukan dunia usaha serta investasi dan lain-lain. Sejalan dengan hal itu juga di prioritaskan kebijakan / program-program penyediaan data dan informasi yang sangat diperlukan dalam rangka merencanakan dan menata perekonomian daerah. Pada tahun 2012 Proses yang sama untuk memperoleh dana sudah dilakukan mulai dengan menjaring kebutuhan masyarakat dengan identfikasi persoalan yang dihadapi masyarakat desa melalui Musrenbang Desa dan kecamatan serta usulan-usulan melalui Renja-SKPD yang tidak lain juga dari desa. Secara keseluruhan jumlah usulan dana Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun 2012 berjumlah Rp. 964.214.718.838,- Angka ini tentunya terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kemampuan pembiayaan daerah yang hanya Rp. 354.506.801.545.00,- pada tahun 2011. Sebagaimana daerah lain yang merupakan daerah pemerakaran kerangka pendanaan masih menitik beratkan pada dana perimbangan dari pemerintah pusat baik DAU maupun DAK untuk pembiayaan program kegiatan pemerintah daerah, jumlah dana diproyeksikan tidak akan bergeser dari angka tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun 2012 di proyeksikan jumlah pendapatan adalah sebesar Rp. 358.424.960.545. Tabel II.16 Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun 2010 s.d Tahun 2013 JUMLAH NO URAIAN REALISASI TAHUN 2010 REALISASI TAHUN 2011 PROYEKSI TAHUN 2012 PROYEKSI /TARGET TAHUN 2013 4.122.000.000 4.827.900.000 5.081.095.000 5.081.095.000 599.750.000 637.725.000 700.345.000 700.345.000 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 1.862.250.000 1.775.750.000 1.880.750.000 1.880.750.000 1.1.3 Lain-lain Pendapatan yang sah 1.660.000.000 2.414.425.00 2.500.000.00 2.500.000.00 1..2 DANA PERIMBANGAN 268.283.716.000 292.010.167.200 293.057.131.200 293.057.131.200 1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 16.396.772.000 18.031.994.200 18.031.994.200 18.031.994.200 1.2.2 Dana Alokasi Umum 208.126.844.000 228.524.637.000 228.524.637.000 228.524.637.000 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 43.760.100.000 45.453.500.000 46.500.500.000 46.500.500.000 II - 31 JUMLAH NO URAIAN PROYEKSI TAHUN 2012 PROYEKSI /TARGET TAHUN 2013 REALISASI TAHUN 2010 REALISASI TAHUN 2011 38.639.772.000 57.668.734.345 60.286.734.345 60.286.734.345 1.3 LAIN LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 1.3.1 Pendapatan Hibah 2.801.543.000 1.300.000.000 1.300.000.000 1.300.000.000 1.3.2 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 5.938.259.950 6.532.085.945 7.532.085.945 7.532.085.945 1.3.3 Pendapatan Lainnya 29.900.000.000 50.454.648.400 51.454.648.400 51.454.648.400 311.045.518.950 354.506.801.545 358.424.960.545 358.424.960.545 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH (1.1 +1.2+1.3) 2.3.5 Arah Kebijakan Keuangan Daerah. a. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah; Kebijakan Pendapatan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2012 diarahkan pada: 1. Optimalisasi usaha intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah; 2. Perluasan dan peningkatan Sumber Penerimaan dan Pembiayaan Daerah serta mendorong peningkatan tertib Administrasi Keuangan Daerah; 3. Pengembangan fasilitasi dibidang Pajak dan Retribusi Daerah serta lain-lain pendapatan daerah yang sah; 4. Pembangunan sarana dan prasarana pelayanan; 5. Pengembangan/peningkatan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat; 6. Penyederhanaan peraturan perundang-undangan, pengembangan manajemen pendapatan Daerah dengan prinsip profesionalitas, efisiensi, transparan dan bertanggung jawab; 7. Peningkatan kapabilitas dan profesionalisme Sumber Daya Manusia Aparatur di bidang Pengelolaan Keuangan Daerah; 8. Peningkatan target pendapatan daerah baik pajak langsung maupun tidak langsung secara terencana sesuai kondisi perekonomian dengan memperhatikan kendala, potensi, dan coverage ratio yang ada; II - 32 9. Mengembangkan diterima kebijakan masyarakat, pendapatan partisipatif, daerah bertanggung yang jawab dapat dan berkelanjutan; 10. Perluasan sumber-sumber penerimaan daerah. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, komponen Pendapatan Daerah terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan cerminan kemampuan dan potensi daerah, sehingga besarnya penerimaan PAD dapat mempengaruhi kualitas otonomi daerah.Semakin tinggi kualitas otonomi daerah, maka ketergantungan dengan Pemerintah Pusat semakin berkurang.Sedangkan Dana perimbangan merupakan sumber Pendapatan Daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan Pemerintahan Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah utamanya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dilaksanakan melalui rencana kerja sebagai berikut : a) Meningkatkan kualitas pelayanan publik; Upaya peningkatan kualitas pelayanan diarahkan pada tujuan untuk semakin mendekatkan dan memudahkan masyarakat serta menyederhanakan sistem dan prosedur pelayanan yang wujud nyatanya adalah percepatan waktu dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan.Pengembangan sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan; b) Memanfaatkan sumber daya dan mensinergikan Potensi Daerah; Dengan Program/Kegiatan Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah, peningkatan hubungan/kerjasama antar Kabupaten/Kota dibidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Lainlain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur yang potensial, profesional serta; II - 33 c) Membangun sistem kelembagaan yang berbasis kompetensi. SDM dalam pengertian ini mencakup kuantitas dan kualitas.Kedua aspek tersebut harus dikembangkan secara berimbang dan paralel.Beberapa kebijakan yang dilakukan adalah melalui diklat, pelatihan etika pelayanan, pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemungutan Pendapatan Asli Daerah. b. Arah Kebijakan Belanja Daerah; Rencana Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 disusun dengan memperhatikan dan mempertimbangkan potensi dan peluang yang dihadapi. Kebijakan Belanja Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara tahun 2011 diarahkan pada: a) Memprioritaskan alokasi anggaran belanja daerah pada sektorsektor peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, pangan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang berkualitas; b) Meningkatkan anggaran belanja daerah untuk program-program penanggulangan kemiskinan serta pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan serta partisipatif; c) Mengarahkan alokasi anggaran belanja daerah pada pembangunan infrastruktur pedesaan dalam rangka memperluas lapangan kerja di pedesaan melalui pendekatan program padat karya; d) Stimulasi pertumbuhan sektor riil melalui penyediakan bantuan dana bergulir bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam rangka memberdayakan UMKM; e) Meningkatkan efisiensi kepedulian belanja dalam terhadap pelayanan penerapan publik prinsip-prinsip sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, yang meliputi manfaat ekonomi, faktor eksternalitas, kesenjangan potensi ekonomi, dan kapasitas administrasi, kecenderungan masyarakat terhadap pelayanan publik, serta pemeliharaan stabilitas ekonomi makro; f) Meningkatkan efektivitas kebijakan belanja daerah melalui penciptaan kerja sama yang harmonis antara eksekutif, legislatif, II - 34 serta partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan penetapan anggaran belanja daerah; g) Pemenuhan belanja sesuai urusan-urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Propinsi, baik urusan wajib maupun urusan pilihan sesuai dengan peraturan perundangan; h) Melanjutkan proyek-proyek strategis yang bersifat (multi years) sesuai tahapan; i) Belanja penanganan bencana alam dan paska bencana alam dialokasikan dengan pola ”ploting mengambang” yang sewaktuwaktu dapat dibelanjakan; j) Memenuhi prinsip keadilan tidak hanya terkonsentrasi pada lokus tertentu serta dengan tetap memperhatikan aspirasi masyarakat; k) Mengacu pada sinkronisasi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Propinsi. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Pertama Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengeloaan Keuangan Daerah, bahwa struktur belanja terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Pada RKPD Tahun Anggaran 2012, diproyeksikan dana untuk Belanja Keseluruhan adalah sebesar Rp. 344.027.512.853,- terdiri dari belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 135.814065.690,-, meliputi : Belanja Pegawai sebesar Rp. 115.092.692.764,-, Belanja Hibah dialokasikan sebesar Rp. 6.443.445.000,-, Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp. 1.550.000.000,-, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa sebesar sebesar Rp. 12.227.927.925,-, Belanja Langsung dialokasikan dana sebesar Rp. 208.213.447.163,-yang terdiri dari belanja Pegawai sebesar Rp. 15.437.360.000,-, Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp. 77.077.459.180,- dan Belanja Modal sebesar Rp. 115.698.627.983,. Adapun Realisasi dan Proyeksi Belanja Tidak Langsung dan belanja langsung daerah dapat dilihat sebagai berikut : II - 35 Tabel II.17 Realisasi dan ProyeksiBelanja Daerah Tahun 2010 s/d Tahun 2013 JUMLAH NO URAIAN REALISASI TAHUN 2010 2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 2.1.1 REALISASI TAHUN 2011 TAHUN BERJALAN 2012 PROYEKSI /TARGET PADA TAHUN 2013 114.749.642.587 127.539.792.246 135.814065.690 142.604.768.973 Belanja Pegawai 93.327.642.587 107.578.792.246 115.092.692.764 120.847.327.402 2.1.2 Belanja Hibah 7.910.000.000 4.675.000.000 6.443.445.000 6.765.617.250 2.1.3 Belanja Bantuan Sosial 2.862.000.000 4.126.000.000 1.550.000.000 1.627.500.000 2.1.4 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 10.000.000.000 10.660.000.000 12.227.927.925 12.839.324.321 2.1.5 Belanja Tidak Terduga 650.000.000 500.000.000 500.000.000 525.000.000 2.2 BELANJA LANGSUNG 248.732.197.342 256.679.937.286 208.213.447.163 218.624.119.521 2.2.1 Belanja Pegawai 12.965.765.500 16.107.862.500 15.437.360.000 16.209.228.000 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 79.227.802.496 83.045.812.015 77.077.459.180 80.931.332.139 2.2.3 Belanja Modal 156.538.629.346 157.526.262.771 115.698.627.983 121.483.559.382 363.481.839.929 384.219.729.532 344.027.512.853 361.228.888.494 TOTAL JUMLAH BELANJA (2.1 + 2.2) c. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 membawa pro dan kontra terhadap pelaksanaan pembiayaan atas beberapa kewenangan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Mekanisme pembiayaan pelaksanaan otonomi daerah diutamakan semaksimal mungkin berasal dari potensi penerimaan asli daerah baik melalui pajak daerah.retribusi daerah maupun dari laba BUMD dan penerimaan lain yang dianggap sah serta potensi penerimaan lain yang masih belum terjangkau oleh PAD atau lebih dikenal dengan Kapasitas Fiskal Daerah. Dalam jangka panjang ketika daerah telah mampu mengalokasikan dana pembangunan ke semua urusan yang menjadi kewenangannya.maka ada kemungkinan daerah akan mengalami II - 36 kekurangan dana untuk melaksanakan pembangunan. Namun kenyataannya tidaklah demikian.karena pembebanan belanja pegawai pusat yang didaerahkan juga menjadi beban DAU sehingga banyak daerah yang justru mengalami kekurangan dana. Walaupun akhirnya pemerintah pusat memberikan tambahan jumlah DAU kepada daerah yang mengalami defisit.namun kemungkinan akan terjadi kondisi daerah kekurangan dana untuk melaksanakan pembangunan tetap saja ada. Langkah yang diperlukan untuk mengatasi hal tersebut adalah peran pembiayaan daerah yang menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah.Jika pendapatan daerah lebih kecil daripada belanja daerah.maka terjadi transaksi keuangan yang defisit.dan harus ditutupi dengan penerimaan daerah. Sebaliknya.jika pendapatan daerah lebih besar daripada belanja daerah.maka terjadi transaksi keuangan pengeluaran daerah yang surplus.dan yang di harus diharapkan digunakan dari untuk sumber-sumber lain.seperti : masyarakat.swasta serta pemerintah pusat (APBN). Kebijakan Umum peningkatan sumber pembiayaan adalah dengan meningkatkan manajemen pembiayaan daerah yang mengarah pada akurasi.efisiensi.efektifitas dan profitabilitas. Sedangkan strategi yang diambil adalah sebagai berikut : Apabila APBD surplus maka harus digunakan untuk pengeluaran daerah. Sedangkan pinjaman kepada Pemerintah Pusat /Daerah lain dan / atau pendanaan belanja diutamakan untuk membayar pokok utang.penyertaan modal (investasi) daerah. pemberian peningkatan jaminan sosial ; Apabila APBD defisit. maka ditutupi dari penerimaan : Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (Silpa); Pencairan dana cadangan; Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman daerah; Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah ; Apabila Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tidak mencukupi untuk menutup defisit APBD.maka ditutup dengan dana pinjaman. II - 37 Catatan : untuk keuangan dan perekonomian daerah sebaiknya dipersingkat, kalau bisa dalam bentuk tabel dengan sedikit narasi sehingga lebih padat, singkat dan jelas. Pada bagian ini seharusnya yang ditampilkan hal- hal sebagai berikut : Tabel rekapitulasi realisasi APBD untuk periode 5 tahun terisi lengkap Tabel rekapitulasi realisasi belanja modal sanitasi SKPD untuk periode 5 tahun terisi lengkap Tabel rekapitulasi realisasi belanja modal sanitasi subsektor untuk periode 5 tahun terisi lengkap Tabel realisasi retribusi sanitasi per subsektor untuk periode 5 tahun terisi lengkap Tabel belanja modal sanitasi perpenduduk untuk periode 5 tahun terisi lengkap Tabel kemampuan fiskal/ruang fiskal kab./kota terisi lengkap Untuk Kab. Bolmut belum ada data tentang hal-hal diatas. 2.4. Tata Ruang Wilayah Perubahan Undang-Undang tentang Penataan Ruang dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 menjadi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 telah mengubah kebijakan penataan ruang untuk pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu ada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah menggeser paradigma pembangunan wilayah di Indonesia. Paradigma pembangunan wilayah telah bergeser dari sentralisasi kearah desentralisasi pembangunan. Maksud penataan ruang adalah terwujudnya suatu penataan ruang wilayah yang lebih sinergis antar wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan wilayah kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Utara sesuaidengan ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara bertujuan untuk menjadikan Ruang Wilayah Kabupaten sebagai Pusat Unggulan Pertanian Tanaman Pangan, Perikanan, Kelautan, Industri dan Pariwisata yang mensejahterakan masyarakat serta berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kebijakan penataan ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, terdiri atas : a. Pengembangan kawasan Agropolitan; b. Pengembangan kawasan Minapolitan; c. Pengembangan kawasan Industri; II - 38 d. Pengembangan kawasan Pariwisata; dan e. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, terdiri atas : a. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) c. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) e. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) PKWp yaitu Desa Boroko Kecamatan Kaidipang, PKL yaitu Desa Pimpi, Kecamatan Bintauna, dan Desa Bolangitang, Kecamatan Bolangitang Barat. PKLp sebagaimana dimaksud meliputi Desa Bohabak, Kecamatan Bolangitang Timur, Desa Buko Kecamatan Pinogaluman; dan Desa Sangkub Kecamatan Sangkub. PPK sebagaimana dimaksud pada huruf d, terdiri atas Desa Binjeta Kecamatan Bolangitang Timur, Desa Saleo Kecamatan Bolangitang Timur dan Desa Jambusarang Kecamatan Bolangitang Barat. PPL sebagaimana dimaksud pada huruf e, terdiri atas : a. Desa Sangtombolang, Kecamatan Sangkub; b. Desa Sangkub I, Kecamatan Sangkub; c. Desa Sangkub II di Kecamatan Sangkub; d. Desa Tuntung, Kecamatan Pinogaluman; e. Desa Tontulow, Kecamatan Pinogaluman; f. Desa Tombulang Pantai, Kecamatan Pinogaluman; g. Desa Biontong, Kecamatan Bolangitang Timur; h. Desa Biontong I, Kecamatan Bolangitang Timur; i. Desa Bohabak I, Kecamatan Bolangitang Timur; j. Desa Bohabak II, Kecamatan Bolangitang Timur; k. Desa Ollot II, Kecamatan Bolangitang Barat; l. Desa Sonuo, Kecamatan Bolangitang Barat; dan m. Desa Bolangitang II, Kecamatan Bolangitang Barat. 2.4.1. Sistim Transportasi darat II - 39 Jalan merupakan prasarana untuk memperlancar kegiatan ekonomi. Makin meningkatnya usaha pembangunan jalan pembangunan untuk menuntut memudahkan pula mobilitas peningkatan penduduk dan memperlancar hubungan transportasi antar daerah, terutama daerah pedesaan, daerah perbatasan dan daerah-daerah terpencil. Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada tahun 2009 mencapai 264,93 Kilometer. Panjang jalan yang berada dibawah wewenang Negara adalah 93,1 Kilometer, dibawah wewenang Pemerintah provinsi tidak ada, dan sisanya 171,83 Kilometer berada dibawah wewenang Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Persentase panjang jalan menurut kondisi jalan ialah 75.2 persen jalan aspal, dan 24.8 persen jalan belum diaspal Gambar II.7 Persentase Panjang Jalan menurut Pemerintahan yang Berwenang Gambar II.8 Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan, di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara II - 40 Tabel II.18 Panjang Jalan menurut Pemerintahan yang Berwenang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ( Km ) Tahun Negara Propinsi Kabupaten Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 2009 93.1 - 171.83 264.93 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman Prasarana Wilayah Kab. Bolaang Mongondow Utara Tabel II.19 Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara No Dibawah Wewenang Aspl Tidak Aspal Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 1 Negara 93.1 - 93.1 2 Propinsi - - - II - 41 3 Kabupaten 106.13 65.7 171.83 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman Prasarana Wilayah Kab. Bolaang Mongondow Utara. Gambar II.19 Jaringan Jalan Existing di Kab. Bolaang Mongondow Utara Data Jaringan Jalan Existing • Jalan Arteri ; (Trans Sulawesi – Jalan Nasional). • Jalan Kolektor Primer ; (Dalam Kawasan Perkotaan Boroko). • • Jalan Kolektor Sekunder Antar Desa). Jalan Lokal ; (Pusat Kegiatan dalam Kota Boroko dan dalam Kecamatan serta ; (tersebar dalam Desa-Desa). 2.4.2. Sistem Jaringan Transportasi Laut Sistem jaringan transportasi laut meliputi : a. Tatanan kepelabuhanan Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebagaimana dimaksud terdiri atas : II - 42 Pelabuhan pengumpan (Ke depan Sebagai Pelabuhan Pengumpul Tersier/Nasional), yaitu Pelabuhan Laut Tanjung Sidupa di Tuntung Kecamatan Pinogaluman serta Terminal khusus, yaitu Pelabuhan Wisata di Boroko Kecamatan Kaidipang. Alur pelayaran sebagaimana dimaksud terdiri atas : 1. Tanjung Sidupa-Tolitoli-Tarakan 2. Tanjung Sidupa-Ternate-Sorong (wilayah Timur Indonesia) 3. Tanjung Sidupa- Bitung - Ternate (Provinsi Maluku Utara) 4. Tanjung Sidupa- Luwuk (Provinsi Sulawesi Tengah) 5. Tanjung Sidupa- Melonguane - Morotai (Provinsi Maluku Utara); dan 6. Tanjung Sidupa- Gorontalo (Provinsi Gorontalo) 7. Tanjung Sidupa – Anggrek – Buol – Toli-toli – Pantoloan (Provinsi Sulawesi Tengah) 8. Tanjung Sidupa – Ampana (Sulawesi Tengah) Alur pelayaran Lokal, terdiri atas : 1. Tanjung Sidupa– Amurang (Minahasa Selatan) 2. Tanjung Sidupa – Bitung 3. Tanjung Sidupa-Manado 4. Tanjung Sidupa- Likupang (Minahasa Utara) 5. Tanjung Sidupa-Labuan Uki (Bolaang Mongondow) 6. Tanjung Sidupa – Torosik (Bolaang Mongondow Selatan) 2.4.3. Kelistrikan 1. Rencana Pengembangan Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud terdiri atas : 2. Rencana PLTD Bintauna kapasitas kurang lebih 1,9 MW; 3. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), di Sungai Bumiong desa 4. Paku dengan Kec. Bolangitang Barat kapasitas kurang lebih 1,6 MW. 5. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), di Sungai Sangkub 6. desa PangkusaKec. Sangkub kapasitas kurang lebih 5 MW. 7. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), di Desa BinjeitaKec. Bolangitang Timur 8. kapasitas kurang lebih 2 x 25 MW. 9. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dengan kapasitas kurang lebih 1,0 MW; II - 43 10. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak (PLTO), dengan kapasitas kurang lebih 1,0 MW; 2.4.4. Sistem Wilayah Sungai, Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi Wilayah Sungai (WS) Lintas Provinsi, berupa WS Dumoga – Sangkub yang meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Dumoga, DAS Sangkub, DAS Buyat, DAS Andagile, DAS Bulawa, dan DAS Tutiawa yang rinciannya tercantum sebagai lembaran Lampiran I.g yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dan Peraturan Daerah ini. 2.4.5. Sistem pengendalian banjir dan pengamanan pantai sebagaimana dimaksud terdiri atas: Perlindungan daerah tangkapan air; a. normalisasi sungai; b. perbaikan drainase; c. pembangunan tanggul pada sungai yang rawan banjir dan longsor; d. pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunanbangunan pengendali banjir. 1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan 121dsistem jaringan persampahan; a. prasarana air baku untuk air minum; b. Sistem jaringan air minum ke kelompok pengguna; dan c. sistem jaringan drainase; dan d. jalur evakuasi bencana. 2) Sistem jaringan prasarana persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. Peningkatan sistem pengolahan sampah di TPA untuk wilayah pelayanan Kecamatan Kaidipang, Pinogaluman dan Bolangitang Barat berada di Desa Komus II Timur Kec. Kaidipang dengan sistem lahan urug (sanitary landfill). b. Peningkatan sistem pengolahan sampah di TPA untuk wilayah pelayanan Kecamatan Bintauna, Kecamatan Sangkub dan II - 44 Kecamatan Bolangitang Timur, berada di desa mome di dengan sistem lahan urug (sanitary landfill); 3) Jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (10), terdiri atas: a. Sumber mata air (SMA) Sungai Sangkub(berada di Bolaang Mongondow Utaradan Kotamobagu) dengan debit kurang lebih 30.000 l/dt b. Sumber Air Baku (SAB) Sungai Sangkub - Lolak di Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Utarasepanjang kurang lebih 10 km. 4) Rencana pengembangan jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (10), terdiri atas: a. Sumber Air Sungai dan Danau (SASD), meliputi : Sungai Sangkub, debit kurang lebih 200 l/dt; Sungai Bintauna, debit kurang lebih 250 l/dt; Sungai Bolangitang, debit kurang lebih 150 l/dt; Sungai Kaidipang, debit kurang lebih 200 l/dt; Sungai Buko, debit kurang lebih 200 l/dt; dan Sungai Dumoga, debit kurang lebih 300 l/dt. b. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Minummeliputi : Sungai Sangkub, debit kurang lebih 200 l/dt; Sungai Bintauna, debit kurang lebih 250 l/dt; Sungai Bolangitang, debit kurang lebih 150 l/dt; Sungai Kaidipang, debit kurang lebih 200 l/dt; Sungai Buko, debit kurang lebih 200 l/dt; dan Sungai Dumoga, debit kurang lebih 300 l/dt 5) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. Pengembangan sistem pembuangan air limbah terpadu antar lingkungan yang dilakukan dengan cara menggunakan sistem pengolahan air limbah sebelum masuk ke badan air penerima; b. Pengembangan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) regional di Desa Komus II Timur Kecamatan Kaidipang. Sistem pengolahan jaringan air limbah pada IPLT dilakukan dengan sistem off site; c. Pengembangan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti kawasan Rumah Sakit dan PUSKESMAS. II - 45 d. Rencana sistem jaringan drainase saluran sekunder dan drainase tersier/mikro dimaksudkan untuk menampung aliran air permukaan di kawasan permukiman dan jalan-jalan dalam sistem daerah aliran sungai; Catatan : untuk tata ruang wilayah harus menampilkan hal-hal sebagai berikut: Tabel rencana pola ruang di dalam RTRW terisi lengkap Terdapat peta rencana struktur ruang Terdapat peta rencana pola ruang Untuk kab. Bolmut belum ada tabel dan peta rencana dan pola ruang. 2.5. Sosial dan Budaya Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal dasar pembangunan, sebaliknya sumber daya yang tidak berkualitas akan menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu juga salah satu indikator keberhasilan pembangunan diukur dengan kualitas sumber daya manusia. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih tergolong rendah yakni 72,27, berada di peringkat ke-13 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara dan peringkat 182 nasional. Masih rendahnya angka partisipasi pendidikan baik APK maupun APM, rata-rata lama sekolah masih rendah, angka melek huruf. masih rendah yang diakibatkan oleh: Kondisi dan ketersedian gedung sekolah dan peralatan yang belum memadai; Penyediaan guru yang belum cukup dan belum merata terutama untuk mata pelajaran pokok seperti Matematika, Ipa, Biologi, Bahasa Inggris,dll; Strata pendidikan guru disemua jenjang pendidikan sebagian besar belum sesuai kompetensi. Masih rendahnya usia harapan hidup, masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian anak yang diakibatkan oleh : Belum Tersedianya Sarana Kesehatan Rawat Inap yang memadai terutama Rumah Sakit; Pelayanan kesehatan disemua wilayah Bolmut belum optimal karena kurang tersedianya tenaga medis ( dokter umum, dokter spesialis, perawat ) dan obat-obatan serta sarana dan prasarana lainnya; II - 46 Kondisi lingkungan pemukiman yang kurang menunjang perangkat kesehatan masyarakat yakni buruknya drainase dan ketersediaan MCK yang sangat kurang; Belum meratanya sarana kesehatan (Poskesdes) di tiap desa. Upaya pemerintah daerah untuk memacu pembangunan ekonomi membawa dampak kepada penurunan jumlah penduduk miskin yang sangat signifikan beberapa tahun terakhir. Angka kemiskinan pada tahun 2010 dapat ditekan hingga angka 14,21% dari angka 25,62% tahun 2007. Walaupun demikian angka tersebut masih jauh diatas capaian provinsi dan nasional namun komitmen pemerintah daerah untuk terus memperbaiki taraf hidup masyarakat sehingga ditargetkan angka kemiskinan pada tahun 2011 dapat dicapai hingga dibawah 10%. Sebaran penduduk miskin perkecamatan dengan prosentase tertinggi terdapat di Kecamatan Pinogaluman, sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Bintauna Catatan : belum terlihat hal-hal dibawah ini : Tabel fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA/setara) di kab./kota tersedia Tabel jumlah penduduk miskin per kecamatan Tabel jumlah rumah per kecamatan Data yang ada tidak perkecamatan. II - 47 2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah. STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KEPALA BADAN SEKRETARIAT SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG MAKRO BIDANG PERENCANAAN WILAYAH BIDANG PERENCANAAN BIDANG SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN UMUM II - 48 STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA KEPALA DINAS SEKRETARIAT SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG CIPTA KARYA BIDANG BINA MARGA SUB BAGIAN UMUM BIDANG PENGAIRAN SEKSI Pembangunan Jalan/Jembatan SEKSI Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang SEKSI Pengembangan Pengairan SEKSI Pemeliharaan Jalan/Jembatan SEKSI Pemeliharaan Pemukiman SEKSI Operasi dan Pemeliharaan Pengairan SEKSI Lab dan Pengendalian Mutu SEKSI Bangunan Gedung SEKSI Sumber Daya Air Bersih UPTD UPTD UPTD UPTD Peralatan Workshop UPTD UPTD UPTD UPTD UPTD II - 49 STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA KEPALA DINAS SEKRETARIAT SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN BIDANG PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG PELAYANAN DAN FARMASI SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG BINA KESEHATAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN SUB BAGIAN UMUM BIDANG BINA PROGRAM SEKSI Surveylan Epidemiologi Imunisasi dan Kesehatan Matra SEKSI Bina Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan SEKSI Kesehatan Gizi Masyarakat SEKSI Perencanaan dan Penyusunan Anggaran SEKSI Pengendalian Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular SEKSI Bina Keperawatan dan Kesehatan Lainnya SEKSI Kesehatan Ibu dan Anak SEKSI Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan SEKSI Penyehatan Lingkungan SEKSI Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan SEKSI Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas SEKSI Data dan Informasi UPTD II - 50 Gambar 2.6 Sistematika Kinerja SKPD Sektor Persampahan, permukiman dan Drainase Kabupaten Bolaang Mongondow Utara PERSAMPAHAN AIR BERSIH DRAINASE REGULATOR : REGULATOR : REGULATOR : BAPPEDA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DINAS KESEHATAN OPERATOR : BADAN LINGKUNGAN HIDUP BAPPEDA DINAS PEKERJAAN UMUM DINAS KESEHATAN OPERATOR : DINAS PEKERJAAN UMUM BAPPEDA DINAS PEKERJAAN UMUM OPERATOR : DINAS PEKERJAAN UMUM Catatan : belum ada hal-hal sbb: Tabel daftar peraturan terkait sanitasi Tabel pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi 2.10 Tata Ruang Wilayah Gambaran umum dalam pengembangan kawasan yang tercakup dalam sistem pemanfaatan ruang, yang mampu mendorong pengembangan peningkatan perekonomian dalam sektor Pertanian/perkebunan, Kehutanan, Pariwisata, perindustrian dan Pertambangan serta sektor lainnya yang menjadi sentra unggulan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian penting dari semua Stakeholder daerah untuk menjadi prioritas dalam hal pengembangannya, dengan demikian sumberdaya-sumberdaya tersebut perlu dipetakan dalam hal pola pemanfaatannya diatur dalam skema Tata Raung II - 51 Wilayah dengan dukungan payung hukum dalam hal ini Peraturan Daerah (PERDA), sebagai legalitas formal, agar tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan dalam suatu kawsan yang sama. Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wialayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sudah dalam tahap pembahasan yang akan menuju pada proses pengesahaan. Kebijakan RTRWN yang terkait dengan pengembangan Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupaka perwujudan dan penjabaran dari RPJMD Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dengan memperhatikan potensi dan kondisi daerah, maka untuk waktu lima tahun ke depan bagi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diharapkan akan terwujud beberapa kondisi sebagaimana yang terangkum dalam visi daerah, yaitu:“Kabupaten Padi ” Berangkat dari visi dan misi yang telah disebutkan diatas, maka untuk lima tahun ke depan tujuan pembangunan daerah adalah: “Mewujudkan Bolaang Mongondow Utara sebagai Kabupaten Padi yang mandiri dalam pangan, berdaya saing dalam agribisnis dan agroindustri sehingga tercipta kemandirian dalam segala hal dengan masyarakat yang religius dan sejahtera”. Sasaran-sasaran pembangunan ditetapkan sebagai berikut: 1. Terwujudnya kemandirian pangan dengan peningkatan produktivitas agribisnis dan agriindustri berbasis padi yang terus melakukan penyesuaian terhadap perubahan domestik dan global. 2. Terwujudnya daya saing dengan meningkatnya produktivitas di daerah melalui inovasi, investasi dan perdagangan. 3. Terciptanya kemandirian di segala bidang dengan meningkatkan efisiensi disemua sektor dan mengurangi ketergantungan terhadap fasilitas pemerintah. 4. Terus ditingkatkan suasana religius yang bernuansa agamais serta selalu mengedapankan nilai – nilai agama dan bermasyarakat serta menghilangkan faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan. 5. 2.10.1 Tercapainya masyarakat yang sejahtera. Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/Kota II - 52 Struktur Ruang wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dalam kerangka RTRW merupakan keterkaitan hirarki pemanfaatan lintas sektor dan lintas wilayah, hal tersebut dapat dilihat dari sistem prasarana wilayah terutama jarringan transportasi yang menjadi aksebilitas penting dalam menghubungkan kebutuhan daerah dengan wilayah-wilayah disekitar kabupaten dan wilayah lain diluar wilayah kabupaten. Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten serta mampu memberikan dukungan distribusi bagi wilayah tetangga diluar wilayah kabupaten. Tabel 2.25 Struktur Pusat PelayananKabupatenBolaang Mongondow Utara DalamLingkup RTRW Provinsi Sulawesi Utara Hirarki Pelayanan Sekunder B Tersier C Kota Boroko Bintauna Orde Kota II Arahan Fungsi Utama - Pusat pemerintahan Kabupaten - Perikanan tangkap - Pariwisata - Pelayanan kegiatan pertanian pangan lahan kering III - Pelayanan kegiatan perikanan tangkap Pelayanan Perkebunan Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Utara 2009-2029 Tabel 2.26 Arahan Penetapan Hirarki Kota dan Fungi Administratif Status Administratif Orde Kota Skala Pusat Pelayanan Kegiatan Boroko Ibu Kota Kabupaten III PKW Bolang Itang Ibu Kota Kecamatan III PKL Bintauna Ibu Kota Kecamatan III PKL Nama Kota/ Pusat Permukiman Sumber : RTRW Provinsi Sulawesi Utara 2009-2029 II - 53 2.10.2 Pola ruang Wilayah Kabupaten/kota Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. baik untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun budidaya. Pola ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran lebih rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang direplikasikan kedalam sistem pemanfaatan Ruang Kabupaten. 2.11 Konsep Pengembangan Wilayah Konsep Rencana Struktur Ruang Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan Kabupaten Boalaang Mongondow Utara yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara berfungsi: a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara yang memberikan layanan bagi wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; b. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; dan c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun. Pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara dan regional, yang meliputi: a. Pusat pelayanan Kabupaten Boalaang Mongondow Utara, melayani seluruh wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara dan/atau regional b. Subpusat pelayanan Kabupaten Boalaang Mongondow Utara, melayani sub-wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara. II - 54 c. Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara. 2.12 Konsep Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara berfungsi: a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara dirumuskan berdasarkan: a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; b. Dayadukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara dirumuskan dengan kriteria: a. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya; b. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW provinsi beserta rencana rincinya; c. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara yang berbatasan; II - 55 d. Memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; e. Memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; f. Menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30 % dari luas wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; g. Menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal; h. Menyediakan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Kabupaten Boalaang Mongondow Utara; dan i. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara bersangkutan; j. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah Kabupaten Boalaang Mongondow Utara yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya. Catatan : seharusnya bagian ini tata ruang wilayah ada sebelum sosial budaya, tata ruang wilayah 2.4 diganti dengan 2.10 Catatan : isi bab 2, sebaiknya lebih singkat, padat, jelas sehingga jumlah halaman lebih berkurang, disaran kan jumlah halaman hanya ±10 halaman. II - 56