BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terletak pada terletak di Bagian Selatan Provinsi Sulawesi Utara dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara ; Di bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Dumoga Barat dan Kecamatan Sangtombolang Kabupaten Bolaang Mongondow. Sebelah Timur ; Di bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Lolayan kabupaten Bolaang Mongondow dan Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Sebelah Barat ; Di bagian barat berbatasan dengan kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Provinsi Gorontalo. Sebelah Selatan ; Di bagian selatan berbatasan Teluk Tomini Dalam perspektif regional,Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berada pada posisi strategis, karena berada pada pada jalur lintas tengah Trans Sulawesi yang menghubungkan ke seluruh Provinsi di Pulau Sulawesi. Demikian pula jalur laut merupakan daerah perlintasan sekaligus stop over arus penumpang,barang dan jasa pada Kawasan Indonesia Tengah dan Kawasan Indonesia Timur,bahkan untuk kawasan Asia Pasifik. Serta sangat strategis untk pengembangan produksi perikanan di kawasan Timur Indonesia dan khususnya kawasan Teluk Tomini dengan bahan baku perikanan yang berlimpah. 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Topografi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah bervariasi antara dataran dan perbukitan.Topsoil tanah kabupaten bolaang mongondow Selatan cukup subur dan dilintasi oleh 109 sungai dan banyak anak sungai yang merupakan sumber air,baik untuk mikro hidup,air pertanian maupun air bersih. Kabupaten Bolaang mongondow Selatan mempunyai topografi wilayah berupa bukitbukit/pegunungan dengan ketinggian dari 0 sampai dengan 1.534 meter dari permukaan laut,panjang pantai 294 Km dan sebagian kecil adalah dataran rendah bergelombang serta memiliki sungai-sungai utama,sedang dan kecil.Sementara wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah 3.497,46 Km² yaitu wilayah daratan 1.615,86 Km² dan wilayah laut 1.881,60 Km². Peta 2.1 Peta Administrasi Kab. Bolaang Mongondow Selatan Gambar 2.2 Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Terhadap Provinsi Sulawesi Utara 2.1.1 Drainase Wilayah Kabupten Bolaang Mongondow Selatan dengan 5 Kecamatan mempunyai beberapa sungai yang dapat di kategorikan sungai utama, sungai sedang dan sungai kecil. Adapun sungai-sungai tersebut adalah: a. Sungai di Wilayah Kecamatan Bolaang Uki Jumlah sungai di Kecamatan Bolaang Uki adalah 15 sungai dengan panjang dan lebar dapat dilihat pada tabel berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Tabel 2.1.1 Nama Sungai di Kecamatan Bolaang Uki Panjang Jumlah Nama Desa Nama Sungai Sungai Sungai (Km) (1) (2) (3) (4) Molibagu 1 S. Molibagu 9 Toluaya 1 S. Toluaya 3 Popodu 1 S. Sumpango 2 Tolondadu I 1 S. Tolondadu 35 Tolondadu 1 S. Tolondadu 18 Tabilaa 1 S. Milongada 7 Salongo 1 S. Salongo 9 Pinolantungan 1 S. Ponii 3,7 Tangagah 1 S. Tangagah 3 Biniha Timur 1 S. Biniha 10 Duminanga 1 S. Duminanga 16 Bakida 1 S. Pantidaa 3 Sinandaka 1 S. Sinandaka 3 Soputa 1 S. Holahiyo 10 Pangia 1 S. Pangiakiki 12 Jumlah 15 Lebar Sungai (Km) (5) 19 40 4 25 40 80 30 13 25 5 48 12 22 5 11 Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2011 b. Sungai di Wilayah Kecamatan Posigadan Jumlah sungai di wilayah Kecamatan Posigadan adalah 24 sungai dengan panjang dan lebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1.2 Nama Sungai di Kecamatan Posigadan No Nama Desa (1) Jumlah Sungai Nama Sungai 1 Batuliodu (2) 2 (3) S. Botuliodu 2 Tolutu 3 S. Tolutu 3 4 5 6 Milangodaa Milangodaa Barat Sinombayuga Sakti 1 1 1 2 S. Milangodaa S. Milangodaa S. Sinombayuga S. Sakti Panjang Sungai (Km) (4) 8 8 5 3 3 30 2 3 9.35 Lebar Sungai (Km) (5) 20 20 35 10 8 150 5 20 20 7 Luwo 3 S. Luwo 8 9 10 Pilolahunga Mamalia I Mamalia II 1 1 2 S. Pilolahunga S. Mamalia S. Mamalia 11 Meyabanga 3 S. Meyambaga 12 13 14 15 Tonala 1 S. Tonala Manggadaa 1 S. Manggadaa Saibuah 1 S. Saibuah Lion 1 S. Lion Jumlah Sungai 24 Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2011. 9.35 1 4 4 20 3 2 2 2 2 2.5 3 10 9 9 20 5 5 5 150 40 5 5 2 2 7 4 30 10 30 c. Sungai di Wilayah Kecamatan Pinolosian Jumlah sungai di wilayah Kecamatan Pinolosian adalah 6 sungai dengan panjang dan lebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No 1 2 3 4 5 6 Tabel 2.1.3 Nama Sungai di Kecamatan Pinolosian Panjang Jumlah Nama Desa Nama Sungai Sungai Sungai (Km) Linawa 1 S. Linawan 3.018 Nunuk 1 S. Nunuk 4.014 Pinolosian 1 S. Pinolosian 2.560 Kombot 1 S. Kombot 3.012 Lungkap 1 S. Lungkap 1.018 Tolotoyon 1 S. Tolotoyan 1.500 Jumlah Sungai 6 Lebar Sungai (Km) 8 9 7 10 6 6 Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 20011 d. Sungai di Wilayah Kecamatan Pinolosian Timur Jumlah sungai di wilayah Kecamatan Pinolosian Timur adalah 9 sungai dengan panjang dan lebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1.4 Nama Sungai di Kecamatan Pinolosian Timur Panjang Lebar Jumlah No Nama Desa Nama Sungai Sungai Sungai Sungai (Km) (Km) 1 Iligon 1 S. Bulu Tikus 3 6 2 Posilagon 1 S. Posilagon 18 15 3 Onggunoi 1 S. Onggunoi 20 25 4 Dayow 1 S. Ubanan 3 5 Pidung 1 S. Pidung 15 10 6 Dumagin A 1 S. Dumagin 1.551 15 7 Dumagin B 1 S. Dumagin 16 50 8 Matandoi 2 S. Matandoi 3 10 S. Motompot 5 25 Jumlah Sungai 9 Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2011 e. Sungai di Wilayah Kecamatan Pinolosian Tengah Jumlah Sungai di Kecamatan Pinolosian Tengah adalah 6 sungai dengan panjang dan lebar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1.5 Nama Sungai di Kecamatan Pinolosian Tengah No Nama Desa (1) Jumlah Sungai (2) 1 Mataido 1 2 Torosik 1 3 Adow Selatan 1 4 Adow 1 5 Deaga 1 6 Tobayagan 1 Jumlah Sungai 6 Sumber : Profil Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2011 2.1.2 Nama Sungai (3) S. Mataindo S. Torosik S. Adow S. Adow S. Deaga S. Tobayagan Panjang Sungai (Km) (4) 15 17 2 5 3 5 Lebar Sungai (Km) (5) 30 25 3 11 20 25 Irigasi Di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdapat prasarana pertanian berupa lahan irigasi dengan luas potensial 4,114 Ha. Lahan irigasi yang ada di bawah kewenangan provinsi luasnya 670 Ha dan yang ada di bawah kewenangan kabupaten luasnya 3.444 Ha. Sedangkan sarana pertanian yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berupa daerah irigasi dengan luas potensial 4,873 ha dan fungsional 2,077 Ha sehingga masih dapat dikembangkan kurang lebih 2,796 Ha untuk menunjang ketahanan pangan dan diharapkan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat mencapai swasembada beras. 2.2 Demografi Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pada tahun 2010 sebanyak 57.001 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 29.818 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 27.183 jiwa. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdiri dari lima wilayah kecamatan, yaitu kecamatan-kecamatan Posigadan, Bolaang Uki, Pinolosian, Pinolosian Timur dan Pinolosian Tengah. Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah kecamatan Bolaang Uki dengan penduduk sebanyak 19.630 jiwa kemudian diikuti oleh kecamatan Posigadan dengan penduduk sebanyak 16.445 jiwa. Selanjutnya kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah kecamatan Pinolosian Tengah dengan jumlah penduduk sebanyak 5.124 jiwa. Tabel 2.2.1 Kepadatan Penduduk per Km2 Nama Kecamatan Penduduk Luas (Km2) Bolaang Uki 19.630 393.43 Posigadan 16.445 729.00 Pinolosian 9.064 285.93 Pinolosian Timur 6.738 221.87 Pinolosian Tengah 5.124 302.07 Jumlah/ Total 57.001 1.932.30 Sumber : Bolaang Mongondow Selatan dalam Angka Tahun 2011 Kepadatan 49.89 22.56 31.70 16.96 30,37 29,50 % 34.44 28.85 15.90 11.82 8.99 100 Dilihat dari luas wilayah maka kabupaten Bolaang Mongondow Selatan meliputi wilayah seluas 1.932,30 km2. Kecamatan yang wilayahnya paling luas adalah kecamatan Posigadan dengan luas wilayah 729 km2 dan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah kecamatan Pinolosian Timur dengan luas wilayah 221,87 km2. Konsentrasi penduduk paling banyak berada di wilayah kecamatan Bolaang Uki yang luas wilayahnya seluas 393,43 km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi di kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yaitu 29.50 jiwa per km2. Kecamatan Posigadan, meskipun jumlah penduduknya relatif banyak namun, wilayahnya relative luas, sehingga tingkat kepadatan penduduknya relative rendah, yaitu 23 jiwa per km2. Kecamatan Pinolosian Tengah, dengan jumlah penduduknya paling sedikit dan luas wilayahnya relative kecil yaitu 302,07 km2, maka tingkat kepadatan penduduknya paling rendah, yaitu 17 jiwa per km2. Data tentang jumlah, sebaran dan kepadatan penduduk kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menurut kecamatan dikemukakan pada Tabel 2.2.1 2.2.1 Sebaran Kepadatan Penduduk 5 Tahun Mendatang Jika dilihat perkembangan penduduk Bolaang Mongondow Selatan mulai tahun 1971, tahun 1980, tahun 1991, tahun 2001, dan tahun 2008 cenderung terjadi peningkatan yang signifikan, dan tidak pernah ada yang penurunan penduduk atau perkembangan penduduk yang tetap. Keadaan ini menggambarkan bahwa penduduk yang berdiam di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan kecil sekali untuk keluar (migrasi-out) dari wilayahnya. Kondisi ini juga menandakan bahwa ada kepastian hidup masyarakat untuk tinggal di wilayah ini, dimana potensi daerah Bolaang Mongondow Selatan dalam hal pertaniaan dan potensi kelautan sangat prospek sebagai lahan penghasilan. Gambaran perkembangan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mulai tahun 1971 sampai tahun 2008 dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar 2.2.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 1971, 1980, 1991, 2001, 2008 60000 50000 40000 57975 30000 47894 39002 20000 10000 19304 26258 0 1971 1980 1991 2001 2008 Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja PPSP, 2012 Menurut hasil pengamatan dan analisa Konsultan, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mulai tahun 1971, 1980, 1991, 2001 dan tahun 2008 sangatlah fluktuatif. Dari tahun 1971 ke tahun 1980 terjadi kenaikan sebesar 36,02%, dari tahun 1980 ke tahun 1991 terjadi kenaikan sebesar 48,53%, dari tahun 1991 ke tahun 2001 terjadi kenaikan 22,79%, dan dari tahun 2001 ke tahun 2008 terjadi kenaikan 21,05%. Dengan demikian secara umum laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan setiap 10 tahunnya adalah 32,09 %. Untuk lebih jelasnya laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.2.3 Banyak dan Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 1971, 1980, 1991, 2001, 2008 70000 21,05 % 22,79 % 60000 48,53 % 50000 36,02 % 40000 30000 39.002 47.894 57.975 2001 2008 20000 10000 19.304 26.258 1971 1980 0 1991 Sumber : Hasil Analisis Tim Pokja PPSP 2012. Dengan asumsi bahwa laju pertumbuhan penduduk adalah 3,47 % / tahun, maka perhitungan untuk memproyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan hingga tahun 2016 atau 5 tahun mendatang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier dengan persamaan : Y = bX – a di mana Y = jumlah penduduk pada tahun 2016 X = jangka waktu proyeksi 5 tahun b = 1038,75 (konstanta persamaan regresi) a = – 202924,4 (konstatnta persamaan regresi) Hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan di tahun 2016 dengan menggunakan persamaan di atas menunjukan bahwa penduduk yang mendiami kecamatan Bolaang Uki adalah yang paling tinggi, yaitu 26.661 jiwa atau 33.57 %, yang kemudian diikuti oleh kecamatan Posigadan dengan jumlah 23.397 jiwa atau 29,46 %, kecamatan Pinolosian dengan jumlah 12.365 jiwa atau 15,57 %, kecamatan Pinolosian Timur dengan jumlah 9.872 jiwa atau 12,43 %, dan yang paling terendah kecamatan Pinolosian Tengah dengan jumlah 7.124 jiwa atau 8,97 %, Berikut adalah gambar tentang tren perkembangan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tahun 2010-2016, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tahun 2010 - 2016, dan proyeksi jumlah penduduk per Kecamatan-nya tahun 2010- 2016. Gambar 2.2.4 Tren Perkembangan Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2010 – 2030 90000 80000 70000 60000 50000 40000 Y = 1038,75X – 202924,4 30000 20000 10000 0 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja PPSP, 2012 Prosentase pertumbuhan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mulai tahun 2010 sampai tahun 2030, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 2010-2030, dan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten yang dirinci per kecamatan dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini: Tabel 2.2.5 Prosentase Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Dari Tahun 2010 - 2016 No Tahun 1 2010 2 2011 3 2012 4 2013 5 2014 6 2015 7 2016 Pertumbuhan Penduduk (%) - Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja PPSP, 2012 1.77 1.74 1.7 1.68 1.65 1.62 Gambar 2.2.6 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2010 - 2016 66,000 65,000 64,000 63,000 62,000 62,798 61,000 60,000 61,759 64,876 59,000 58,000 57,000 56,000 55,000 60,721 63,837 Tahun Jumlah Penduduk 59,682 2010 2011 2010 58,643 2012 2011 2013 2014 2015 2016 58643 59682 2012 60721 61759 62798 63837 64876 2013 Posigadan Bolaang Uki Pinolosian Pinolosian Tengah 17276 17582 2015 17888 18194 18500 18806 19112 19686 20035 20384 20732 21081 21430 21779 9131 9292 9454 9616 9778 9939 10101 5260 5353 5447 5540 5633 5726 5819 2014 2016 Pinolosian Timur 7289 7418 7548 7677 7806 7935 8064 a. Proyeksi kepadatan penduduk bruto/kotor di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan di atas, dan asumsi bahwa luas Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan luas wilayah setiap kecamatannya tidak akan mengalami perubahan, maka kepadatan penduduk per kecamatan untuk 5 tahun mendatang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Pada tabel tersebut terlihat bahwa kepadatan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tahun 2010 adalah 30,35 jiwa/Km2 dan tahun 2016 menjadi 33.57 jiwa/Km2 atau ada penambahan jumlah penduduk 10,75 jiwa/Km2 per tahunnya. Berikut adalah tabel tentang proyeksi kepadatan penduduk pada setiap kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan tabel tentang proyeksi tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2010 s/d 2016. Tabel 2.2.7 Proyeksi Kepadatan Penduduk Bruto/Kotor Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2010-2016 Dirinci Per Kecamatan KEPADATAN (Jiwa/Km2) Tahun 2010 30.35 23.70 50.04 31.93 Pinolosian Tengah 17.42 2011 2012 2013 2014 2015 2016 30.89 31.42 31.96 32.50 33.04 33.57 24.12 24.54 24.96 25.38 25.80 26.22 50.92 51.81 52.70 53.58 54.47 55.36 32.50 33.06 33.63 34.20 34.76 35.33 17.72 18.03 18.34 18.65 18.96 19.27 Kab. Bolsel Posigadan Bolaang Uki Pinolosian Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja PPSP Bolsel, 2012 Pinolosian Timur 32.85 33.43 34.02 34.60 35.18 35.76 36.35 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Sebagai daerah pemekaran baru, yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2008, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan perlu melakukan penataan pengelolaan keuangan daerah dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini dilakukan agar tujuan pemekaran daerah yaitu untuk pemerataan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Mengingat daerah baru, maka penyusunan APBD Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, dimulai Tahun 2009, dan efektifnya nanti Tahun 2010. Penggunaan anggaran ini, adalah penjabaran kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagaimana diatur dalam pasal 8 butir 1,2 dan 3 UU Nomor 30 Tahun 2008, yang meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Pembahasan mengenai aspek pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan diselaraskan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Pembahasan aspek pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan terdiri atas dua bagian utama, yaitu pertama, gambaran pengelolaan keuangan daerah dimasa lalu meliputi kinerja keuangan (kinerja pelaksanaan APBD dan neraca daerah), kebijakan pengelolaan keuangan daerah (proporsi penggunaan anggaran dan analisis pembiayaan); kedua, kerangka pendanaan yang meliputi analisis pengeluaran periodik wajib,mengikat serta prioritas utama; proyeksi data masa lalu dan penghitungan kerangka pendanaan 2.3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Keuangan pemerintah daerah tidak saja mencerminkan arah dan pencapaian kebijakan fiskal guna mendorong pembangunan di kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, tetapi juga menggambarkan sejauh mana pelaksanaan tugas dan kewajiban pemerintah daerah dalam konteks desentralisasi fiskal. 2.3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Sebagai daerah pemekaran baru, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pada tahuntahun awal, ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat sangat besar. Dependensi fiskal ini digunakan untuk mengukur sejauh mana upaya pemerintah daerah pemekaran baru dapat meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk memenuhi kebutuhan fiskalnya dalam membiayai pembangunan, baik alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat maupun PAD. Dari Tabel 2.3.1, terlihat bahwa realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2009 hingga Tahun 2010 terjadi perkembangan yang signifikan. Tahun 2009, total pendapatan daerah Rp. 78,734 milyar meningkat menjadi Rp. 273,837 milyar pada Tahun 2010, atau bertumbuh 247,8 %. Untuk PAD meningkat 199,9%, dimana Tahun 2009 Rp. 858.691.776 menjadi Rp.2.575.644.253 pada Tahun 2010. Pertumbuhan realisasi PAD menunjukkan disparitas tinggi, artinya tingkat kepastiannya masih rendah. Tetapi dengan signifikannya kenaikan PAD, hal ini menunjukkan bahwa strategi dan kebijakan yang dijalankan pada tahun 2010 semakin optimal. Namun disisi lain, terlihat masih tingginya ketergantungan penerimaan daerah melalui kebijakan pemerintah pusat (dana perimbangan) khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Tahun 2009, DAU Kabupaten Bolmong Selatan hanya Rp.55.386.453.000, meningkat 218 %, menjadi Rp.176.192.095.000 pada Tahun 2010. Sedangkan DAK-nya, Tahun 2009, Rp.3.763.000.000 menjadi Rp.46.888.500.000, atau meningkat 1.146 %. Oleh karena itu, ke depan perlu dicari terobosan strategi dan kebijakan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tabel 2.3.1 Rata-rata pertumbuhan realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2009 s/d Tahun 2010 No 1. URAIAN 2009 (Rp) 2010 (Rp) PENDAPATAN 78,734,578,988.57 273,837,739,069.75 Pendapatan Asli 1.1 858,691,775.57 2,575,644,252.75 Daerah 1.1.1 Pajak daerah 42,791,995 237,491,732 1.1.2 Retribusi daerah 546,370,195 556,576,230.00 Hasil pengelolaan 1.1.3 keuangan daerah yang dipisahkan 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 269,529,585.57 1,781,576,290.75 1.2 Dana Perimbangan 68,164,194,175.00 236,502,246,387.00 Dana bagi hasil pajak 1.2.1 8,805,515,870 12,671,744,535 dari Pemerintah Pusat Dana bagi hasil bukan 1.2.2 pajak dari Pemerintah 209,225,305 749,906,852 Pusat 1.2.3 Dana alokasi umum 55,386,453,000 176,192,095,000 1.2.4 Dana alokasi khusus 3,763,000,000 46,888,500,000 Lain-lain pendapatan 9,711,693,038.00 1.3 34,759,848,430 daerah yang sah 1.3.1 Hibah 2,500,000,000 7,000,000,000 1.3.2 Dana darurat Dana bagi hasil pajak 1.3.3 3,015,518,038 4,522,895,761 dari provinsi Dana 1.3.4 11,601,822 Kontijensi/Penyesuaian Bantuan keuangan dari 1.3.5 provinsi atau pemerintah 3,000,000,000 daerah lainnya Pendapatan Lainnya 1,196,175,000 23,225,350,847 Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010 RATA-RATA PERTUMBUHAN (%) 247.8 199.9 454 1.9 561 247 43.9 258.4 218.1 1,146.0 257.9 180.0 50 1,841.6 250,000,000,000.00 Dalam Rp 200,000,000,000.00 PAD 150,000,000,000.00 Dana Perimbangan 100,000,000,000.00 50,000,000,000.00 Lain-lain… Dana… PAD 0.00 Lain-lain Pendapatan Daerah Yg Sah 2009 2010 Pendapatan Daerah Gambar 2.3.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Tahun 2009 dan 2010 Gambar 2.3.1 memperlihatkan perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Bolaang Mingondow Selatan periode Tahun 2009 - 2010. Komponen pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan merupakan sumber terbesar, kemudian disusul dana yang berasal dari lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sedangkan PAD adalah penyumbang terkecil dari komponen pendapatan daerah. Untuk melihat kinerja keuangan daerah masa lalu, dapat diukur dengan beberapa analisis rasio keuangan daerah. Analisis ini, selain memberikan gambaran kinerja keuangan masa lalu, juga sebagai dasar atau asumsi pertumbuhan komponen keuangan daerah dimasa datang. Beberapa analisis rasio keuangan daerah adalah sebagai berikut : 2.3.1.2. Analisis Rasio Kinerja Keuangan Daerah Filosofi otonomi daerah adalah mewujudkan kemandirian daerah, yang diukur antara lain melalui elemen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kondisi ini diharapkan dengan otonomi, daerah-daerah di Indonesia akan mampu melaksanakan semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan bertumpu pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang di milikinya. Analisis rasio kinerja keuangan daerah pada dasarnya adalah mengukur sejauh mana kontribusi PAD terhadap APBD. 1. Rasio Kemandirian Daerah Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dalam pelayanan kepada masyarakat. Pembiayaan ini bersumber dari wajib pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain. Tabel 2.3.2 PAD, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Tahun 2009 s/d 2010 No URAIAN 2009 (Rp) % 2010 (Rp) % Pendapatan Asli 858,691,775 1,1 2,575,644,253 0,9 Daerah (PAD) Dana dari Pemerintah 2. Pusat (Dana 68,164,194,175 86,6 236,502,246,387 86,4 Perimbangan) Dana dari Pemerintah Provinsi dan Daerah 9,711,693,038 3. Induk (Lain-lain 12,3 34,759,848,430 12,7 pendapatan daerah yang sah) Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010 1. Meskipun pertumbuhan PAD pada tahun 2010 meningkat sebesar 276.81 % namun pendapatan selain PAD meningkat juga sebesar 348.33 % sehingga menyebabkan rasio kemandirian daerah turun pada tahun 2010. Kecilnya nilai rasio ini, menunjukkan kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, keuangan daerahnya masih sangat tergantung pada pemerintah di atasnya. Perhitungan analisis rasio kemandirian daerah menunjukkan bahwa pada Tahun 2009, nilai rasio sebesar 0.011 dan pada Tahun 2010 turun menjadi 0.009. Meskipun PAD Tahun 2010 meningkat secara nominal dan pertumbuhannya mencapai 199.9 % namun dana perimbangan, nominalnya juga meningkat serta pertumbuhannya mencapai 247 %. Demikian juga dana yang berasal dari pemerintah provinsi, pertumbuhannya mencapai 257.9% pada Tahun 2010. Hal inilah yang menyebabkan rasio kemandirian daerah turun pada Tahun 2010. Kecilnya nilai rasio ini, menunjukkan bahwa kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, keuangan daerahnya masih sangat tergantung pada pemerintah di atasnya (pusat dan propinsi). 2. Rasio Efektivitas Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 atau 100 %. Namun demikian semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah semakin baik. Dari data Tabel 2.3.3 diperoleh rasio efektifitas Tahun 2009 sebesar 60.7% dan Tahun 2010 meningkat menjadi 258.31%. Peningkatan rasio efektivitas ini memberikan harapan peningkatan PAD di masa datang apabila potensi PAD terus digali dan dioptimalkan. Tabel 2.3.3 Target dan Realisasi PAD Tahun 2009 dan Tahun 2010 No. Pendapatan Asli Daerah 1. Target 2. Realisasi 2009 (Rp) 2010 (Rp) 1,414,018,000.00 997,128,517.89 858,691,775.57 2,575,644,252.75 Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas, menggambarkan atau mengukur aktivitas kegiatan di daerah. Perhitungan yang digunakan adalah debt service coverage ratio (DSCR) yaitu, perbandingan antara jumlah PAD, bagian daerah (BD) dari pajak bumi dan bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan sumber daya alam, bagian daerah lainnya serta Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi Belanja Wajib (BW), dengan penjumlahan angsuran pokok, bunga, biaya pinjaman lainnya yang jatuh tempo. Tabel 2.3.4 No PAD, Bagian Daerah, DAU, Belanja Wajib, Pokok Angsuran, Bunga dan Biaya Pinjaman Tahun 2009 s/d 2010 Uraian 1. Pendapatan Asli Daerah 2. Bagian Daerah dari : a) Pajak Bumi dan Bangunan b) BPHTB c) Penerimaan Sumber Daya Alam d) Bagian Daerah Lainnya - PPh WPOPDN - Ps 21 Dana Alokasi Umum Belanja Wajib Pokok Angsuran Bunga Biaya Pinjaman 3. 4. 5. 6. 7. 2009 (Rp) 2010 (Rp) 858,691,775.57 2,575,644,252.75 5,594,126,642.00 2,484,768,889.00 8,972,154,247.00 2,758,981,400.00 209,225,305.00 749,906,852.00 8,069,115.00 718,551,224.00 55,386,453,000 0 0 1 42,776,079.00 897,832,809.00 176,192,095,000 68,475,257,897.00 0 0 522,575,093.00 Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010 Perhitungan rasio DSCR berdasarkan data Tabel di atas menunjukkan bahwa Tahun 2010, nilai rasio sebesar 236,73. Nilai ini jauh di atas angka 2.5, (menurut PP.No.54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah, rasio DSCR yang baik adalah > 2.5). Nilai rasio DSCR kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dikategorikan baik. 4. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan untuk mengukur seberapa besar tingkat kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan PAD secara periodik. Tabel 2.3.5 PAD Kab.Bolmong Selatan Tahun 2009 dan 2010 No. URAIAN Pendapatan Asli Daerah 1. 2009 (Rp) 858,691,775.57 2010 (Rp) 2,575,644,252.75 Dari data Tabel di atas, didapatkan rasio pertumbuhan PAD sebesar 199.9 % pada Tahun 2010. Angka rasio ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, hal ini juga menggambarkan kinerja pemerintah daerah berhasil dalam memaksimalkan potensi PAD yang dimiliki. 5. Rasio Kontribusi Rasio kontribusi digunakan untuk mengetahui berapa besar kontribusi penerimaan komponen dalam PAD terhadap pendapatan asli daerah setiap tahunnya (dalam %). Dihitung dari realisasi jumlah pajak/retribusi daerah dibandingkan dengan jumlah PAD pada tahun anggaran yang sama. Tabel 2.3.6 PAD, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Tahun 2009 dan 2010 2010 (Rp) No. URAIAN 2009 (Rp) 1. Pendapatan Asli Daerah 858,691,775.57 2,575,644,252.75 2. Pajak daerah 42,791,995 237,491,732 3. Retribusi daerah 546,370,195 556,576,230 Sumber : DPPKADA Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan, 2010 Dari data Tabel di atas , dapat dihitung rasio kontribusi pada Tahun 2009, yaitu sebesar 68.6 %, sedangkan pada tahun 2010 rasio-nya sebesar 30.8 %. Angka rasio kontribusi pada Tahun 2010 menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, hal ini menunjukkan keberhasilan kinerja pemerintah daerah dalam memaksimalkan potensi PAD yang dimiliki yang berasal dari lain-lain PAD yang sah. 2.3.1.3. Neraca Daerah Neraca Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Pasal 232, ayat 5, menyatakan bahwa dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD, entitas pelaporan menyusun laporan keuangan yang salah satunya adalah neraca. Laporan keuangan berupa neraca, realisasi anggaran, aliran kas, dan catatan atas laporan keuangan, memberikan gambaran atau informasi keuangan pemerintah daerah selama satu periode. Penyajian neraca pemerintah daerah kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pada laporan keuangan, berada diantara posisi 1 Januari dan 31 Desember. Pada Buku Putih ini neraca yang disajikan menunjukkan posisi keuangan Tahun 2009 dan 2010. Laporan keuangan ini, disesuaikan dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP) yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24, yang ditetapkan pada tanggal 13 Juni 2005. Tabel 2.3.7 adalah neraca pemerintah daerah Bolaang Mongondow Selatan untuk posisi Tahun 2009 dan 2010. Selanjutnya berdasarkan Tabel ini akan dihitung rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Aktivitas, yang memungkinkan pihak-pihak terkait dapat membaca posisi keuangan daerah. Tabel 2.3.7 Neraca Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan per 31 Desember 2009 dan 2010 (dalam rupiah) URAIAN ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Piutang Piutang Lain-lain Persediaan ASET TETAP Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan ASET LAINNYA Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 2009 2010 Pertumbuhan (%) 15,223,520,212.14 7,852,329,361.11 54,473,108,849.87 49,351,401,617.85 257.82 528.49 3,613,250.00 158,110,000.00 4,275.84 1,351,700.00 675,441,451,03 6,533,245,000.00 157,539,450.00 0,00 835,137,073.01 2,506,352,175.00 1,622,107,964.00 21,904,204,795.00 1,339,880,000.00 6,599,645,925.00 3,752,438,700.00 5,567,430,170 104,500,000.00 4,540,330,000.00 0.00 125,596,376,882.00 1,931,704,600.00 35,189,931,757.89 24,605,650,934.11 38,564,718,340.00 6,611,130,000.00 18,693,243,250.00 0.00 23.64 -61.64 929.65 23.64 473.39 44.17 433.21 555.72 592.68 6,226.44 311.72 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Kemitraan dengan Pihak Kedua Aset Tak Berwujud Aset Lain-lain 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 37,127,725,007.14 180,069,487,731.87 KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Kepada Pihak Ketiga Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Utang Belanja Uang Muka dari Kas Daerah Pendapatan Diterima Dimuka Utang Bunga Utang Jangka Pendek Lainnya 522,575,094.00 522,575,094.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 522,575,093.00 1.00 1.00 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 385.00 0.00 -100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -100.00 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan Utang Dalam Negeri-Obligasi Premium (Diskonto) Obligasi Utang Jangka Panjang Lainnya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR SILPA Cadangan Piutang Cadangan Persedian Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek Pendapatan Yang Ditangguhkan 36,605,149,913.14 14,700,945,118.14 7,855,942,610.11 7,206,686,451.03 157,539,450.00 180,069,487,730.87 54,473,108,848.87 49,509,511,616.86 3,341,489,248.01 1,622,107,984.00 391.92 270.54 530.22 -53.63 929.65 522,575,093.00 0.00 -100.00 1,351,700.00 0.00 -100.00 EKUITAS DANA INVESTASI Diinvestasikan dalam asset tetap Diinvestasikan dalam asset lainnya Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang 21,904,204,795.00 21,904,204,795.00 0.00 125,596,378,882.00 125,596,378,882.00 0.00 473.39 473.39 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 37,127,725,007.14 180,069,487,730.87 385.00 JUMLAH ASET DAERAH EKUITAS DANA CADANGAN Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA Sumber : DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan,Laporan Keuangan, 2010 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam ketentuan umumnya menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan daerah tersebut. Dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD, setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja. Entitas pelaporan yang dimaksud adalah pemerintah daerah. Di lingkungan pemerintah daerah yang merupakan entitas akuntansi adalah Bendahara Umum Daerah (BUD). Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) menyusun Laporan Keuangan yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai pertanggung jawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan menyampaikannya kepada Bupati paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien dan akuntabel, analisa rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta. Dalam penerapan rasio keuangan, pemerintah daerah harus melakukan beberapa analisis rasio yang berguna untuk menila prospek, perkembangan serta kesehatan keuangan daerah. Rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang dicapai secara periodik, atau dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan pemerintah daerah dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat tetapi memilki potensi daerah yang relatif sama. Beberapa perhitungan rasio yang diminta sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, yaitu, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio aktivitas. 1. Rasio Likuiditas Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utang jangka pendeknya. Ada dua jenis rasio likuiditas yang diukur yaitu, rasio lancar (current ratio) untuk melihat kemampuan aktiva lancar yang dimiliki dalam membayar utang jangka pendek dan quick test ratio (QTR) untuk melihat kemampuan aktiva lancar minus persediaan dalam membayar utang jangka pendek. Rasio lancar (current ratio) pada Tahun 2009 sebesar 29.13 dan pada Tahun 2010 adalah sebesar 54,473,108,849.87. Nilai ini diinterprestasikan bahwa untuk setiap Rp. 1 kewajiban pada Tahun 2009 dijamin dengan Rp. 29.13 dan untuk setiap Rp. 1 kewajiban pada tahun 2010 dijamin dengan Rp. 54,473,108,849.87. Nilai rasio lancar yang besar menunjukkan pengelolaan aktiva lancar kurang bagus karena masih banyak aktiva lancar yang menganggur. Nilai quick test ratio (QTR) pada Tahun 2009 adalah sebesar 28.83, dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 28.83 aktiva lancar yang dapat cepat diuangkan, sedangkan nilai pada Tahun 2010 sebesar 39,407,128,087.73 dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin dengan Rp. 39,407,128,087.73 aktiva lancar yang cepat diuangkan. 2. Rasio Solvabilitas Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio total hutang terhadap total aset atau debt asset ratio (DAR) pada Tahun 2009 sebesar 0.01 dan Tahun 2010 sebesar 0.00. Angka rasio ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2009 persentase aktiva yang didanai dari hutang hanya sebesar 1 % dan pada Tahun 2010 tidak ada aktiva yang didanai dari hutang. Sedangkan nilai rasio hutang terhadap modal atau debt equity ratio (DER) Tahun 2009 sebesar 0.01 dan Tahun 2010 sebesar 0.00. Nilai ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2009 penyediaan dana dari hutang hanya sebesar 1 % dan pada tahun 2010 tidak ada penyediaan dana dari hutang. 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio untuk melihat tingkat aktivitas tertentu pada kegiatan pelayanan pemerintah daerah. Jenis rasio aktivitas yang digunakan untuk Pemerintah Daerah antara lain: a) Rata-rata umur piutang, yaitu rasio untuk melihat berapa lama, hari yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas), b) Rata-rata umur persediaan, yaitu rasio untuk melihat berapa lama dana tertanam dalam bentuk persediaan (menggunakan persediaan untuk memberi pelayanan publik), c) Rasio keserasian belanja, rasio ini digunakan untuk mengukur keserasian belanja yang direalisasikan oleh pemerintah daerah. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja dibagi menjadi : belanja tidak langsung dan belanja langsung. Perbandingan yang serasi adalah bila belanja langsung lebih besar dan semakin besar dibandingkan belanja tidak langsung. Nilai rata-rata umur piutang pada Tahun 2010 adalah sebesar 6.02, ini menunjukkan kecepatan pemerintah daerah dalam mengubah piutang menjadi kas adalah 6 hari. Sedangkan nilai rata-rata umur persediaan pada Tahun 2010 adalah sebesar 200.22, angka ini berarti dalam satu tahun persediaan yang dimiliki dapat diubah menjadi kas sebanyak 200.22 kali. kecepatan untuk mengubah persediaan menjadi kas. Semakin tinggi nilai rasio semakin tinggi pula Angka rasio keserasian belanja pada Tahun 2010 adalah sebesar 1.86, angka ini menunjukkan perbandingan yang serasi. Belanja langsung di masa yang datang, sebaiknya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan multiplier effect bagi perekonomian daerah. Tabel 2.3.8 memperlihatkan analisa rasio keuangan kabupaten Bolaang Mongondow Selatan selama Tahun 2009 dan Tahun 2010. Tabel 2.3.8 Analisa Rasio Keuangan No. 1 2 3 4 5 6 7 U R A I A N Rasio Lancar (current ratio) Rasio Quick (quick test ratio) Rasio total hutang terhadap total aset Rasio hutang terhadap modal Rata-rata umur piutang Rata-rata umur pesediaan Rasio Aktivitas (rasio keserasian belanja) 2009 (%) - 29.13 28.83 0.01 0.01 2010 (%) 54,473,108,849.87 39,407,128,087.73 0.00 0.00 6.02 200.22 1.86 Sumber : DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan, Tahun 2009 dan 2010 (diolah) 2..3. 2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2008, sebagai daerah otonomi baru kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memperoleh dana perimbangan, dana alokasi khusus, prasarana pemerintahan, dana hibah dari kabupaten induk dan pemerintah provinsi serta bantuan keuangan lainnya. Anggaran yang diperoleh, digunakan untuk urusan pemerintahan, mencakup urusan wajib dan urusan pilihan, terutama urusan yang secara nyata berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan unggulan daerah. 2.3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran Realisasi belanja terhadap anggaran belanja pada Tahun 2010 untuk belanja tidak langsung sebesar Rp. 81,073,221,850.00 dan belanja langsung Rp. 151,112,299,913.00. Penggunaan dana untuk belanja pemenuhan aparatur sebesar Rp. 182,436,490,959.00. Analisis proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dibandingkan realisasi anggaran belanja pada Tabel 2.9 menunjukkan prosentase sebesar 78.57 %. Tabel 2.3.9 No. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan U r a i a n Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp) Total Pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) (Rp) (b) (a) Tahun Anggaran 2009 2. Tahun Anggaran 182,436,490,959.00 232,185,521,763.00 2010 Sumber : DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan, 2008 s/d 2010 (diolah) Prosentase (a)/(b) x 100 % 1. 78.57 Melihat besarnya proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur, maka alokasi anggaran untuk pelayanan publik relatif kecil. Kemampuan alokasi dana yang relatif kecil untuk pelayanan publik dapat mengakibatkan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan sulit untuk dinaikkan. Demikian pula upaya pencapaian tujuan MDGs menjadi terhambat. Penyebab minimnya alokasi anggaran untuk pelayanan publik disebabkan karena sebagai daerah otonomi baru, titik berat kebijakan diprioritaskan pada terlaksananya peyelenggaraan pemerintahan daerah. 2.3.2.2. Analisis Pembiayaan Pendapatan daerah kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2009 dan Tahun 2010, masing-masing sebesar Rp. 78,734,578,988.57 dan Rp. 273,837,739,069.00 dengan belanja daerah masing-masing sebesar Rp. 71,912,360,468.00 dan Rp. 231,986,837,763.00. Dengan tidak adanya pengeluaran pembiayaan daerah, maka terjadi surplus sebesar Rp. 6,822,218,620.57 untuk Tahun 2009 dan surplus sebesar Rp. 41,850,901,306.75 pada Tahun 2010. Tabel 2.3.10 Defisit riil anggaran kabupaten Bolaang Mongondow Selatan No 1 U R A I A N 2009 (Rp) Realisasi Pendapatan Daerah 78,734,578,988.57 Dikurangi realisasi : 2 Belanja Daerah 71,912,360,468.00 Pengeluaran Pembiayaan 3 0.00 Daerah Surplus/ Defisit riil 6,822,218,620.57 DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan 2010 2010 (Rp) 273,837,739,069.00 231,986,837,763.00 0.00 41,850,901,306.75 Dana SILPA untuk perhitungan tahun anggaran sebelumnya yang masuk kedalam perhitungan Tahun 2009 adalah sebesar Rp. Rp. 1,066,969,089.54 dan pada Tahun 2010 Rp.7,855,942,610.11. Dana SILPA ini merupakan salah satu komponen untuk menutupi apabila terjadi defisit riil anggaran, akan tetapi pada Tahun Anggaran 2009 dan 2010 terdapat surplus dalam realisasi anggaran. Tabel 2.3.11 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Tahun 2009 dan Tahun 2010 No 1 2 3 URAIAN Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4 Penerimaan Pinjaman Daerah 5 Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah 6 Penerimaan Piutang Daerah DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan, 2010 (diolah) Proporsi Total dari Defisit Riil 2009 (%) 2010 (%) 15.64 18.77 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar, dan tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pemerintah daerah kabupaten Bolaang Mongondow Selatan belum mengalokasikan dana untuk pembentukan dana cadangan, sehingga tidak ada pencairan dana dari dana cadangan di Tahun 2009 dan 2010. Demikian juga, tidak ada penerimaan yang bersumber dari hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, seperti bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah. Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain dan daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman daerah merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, termasuk untuk menutup kekurangan arus kas. Dari Tabel 2.12 terlihat bahwa selama Tahun 2009 hingga Tahun 2010, sebagai tahun rujukan yang dijadikan bahan laporan keuangan pemerintah daerah, adanya kecenderungan peningkatan SiLPA (Sisa Lebih Hasil Perhitungan Anggaran) setiap tahunnya. Merujuk pada ketentuan pasal 62, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sumber terjadinya SiLPA berasal dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga yang belum terselesaikan hingga akhir tahun, serta sisa dana kegiatan lanjutan. Dari uraian tentang sumber terjadinya SiLPA, maka selama Tahun 2009 hingga Tahun 2010 di kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, terdapat ada 4 (empat) item yang berkontribusi bertambahnya SiLPA, yaitu : a) Pelampauan penerimaan PAD, yang secara keseluruhannya jika di rata-ratakan konstribusinya mengalami kenaikan sebesar 3.3 %. Namun jika dibandingkan dengan kondisi SiLPA tahun bersangkutan, pelampauan penerimaan PAD paling besar kontribusinya terjadi pada Tahun anggaran 2009, yaitu 3.47 %. Hal ini disebabkan karena pada Tahun 2009 jumlah SilPA jauh lebih kecil yaitu sebesar Rp. 7,889,187,610.11 dibanding Tahun 2010, yang mencapai Rp. 49,706,843,916.86. b) Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan, rata-rata kontribusinya sebesar 281.70 %, terhadap jumlah keseluruhan SiLPA. Namun nilai konstribusi maupun proporsi tahunannya, mengalami penurunan pada Tahun 2010. Penurunan ini tidak akan terjadi jika perencanaan alokasi dana perimbangan oleh pemerintah daerah yang dimuat dalam RAPBD Tahun berjalan sesuai dengan realisasi penetapan oleh pemerintah pusat. c) Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, dengan rata-rata konstribusinya sebesar 27,83 %; Jika dilihat nilai nominalnya, kontribusi terbesar terhadap SiLPA diperoleh pada Tahun anggaran 2010 yaitu sebesar Rp. 4,061,259,784.00, sedangkan menurut proporsinya, terjadi pada Tahun anggaran 2009 yaitu sebesar 47.49%. d) Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya, dengan rata-rata konstribusinya sebesar 14.70 %. Dari pertumbuhan kontribusi secara nominal dan proporsi terus meningkat. Kondisi ini, merupakan fakta kurang akuratnya perencanaan pembangunan dengan perencanaan alokasi kegiatan. Tabel 2.3.12 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 2009 No. Uraian 1 Jumlah SiLPA Pelampauan penerimaan PAD Pelampauan penerimaan dana perimbangan Pelampauan Penerimaan Lainlain pendapatan daerah yang sah Sisa pengehematan belanja akibat lainnya Kewajiban kepada 2 3 4 5 6 2010 7,889,187,610.11 % dari SiLPA 100.00 49,706,843,916.86 % dari SiLPA 100.00 273,864,090.95 3.47 1,578,515,734.86 3.18 44,273,956,428.54 561.20 1,086,118,238.00 2.19 3,746,749,761.73 47.49 4,061,259,784.00 8.17 1,066,969,089.54 13.52 7,889,167,610.11 15.87 0.00 0.00 0.00 0.00 Rp Rp pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 7 Kegiatan Lanjutan 0.00 0.00 0.00 0.00 Sumber : DPPKAD Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Laporan Keuangan 2010 (diolah) 2.3.3 Kerangka Pendanaan Pada bagian ini akan dijelaskan pengeluaran keuangan yang harus dilakukan pemerintah daerah, baik terkait dengan pembelanjaan kategori kewajiban maupun pengeluaraan pembiayaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah serta kemampuan pendapatan daerah. APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: a) pendapatan daerah, b) belanja daerah, dan c) pembiayaan daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, terdiri dari: pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah berbentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas social, fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Gambar 2.3.2 Proyeksi Penerimaan Daerah, Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama, dan Kapasitas Rill Kemampuan Daerah 400,000,000,000.00 350,000,000,000.00 Penerimaan Daerah 300,000,000,000.00 250,000,000,000.00 200,000,000,000.00 150,000,000,000.00 100,000,000,000.00 50,000,000,000.00 Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kapasitas Riil Kemampuan Daerah 0.00 Gambar 2.3.2 adalah Proyeksi Penerimaan Daerah, Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama, dan Kapasitas Rill Kemampuan Daerah kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah; Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama, adalah pengeluaran yang harus dikeluarkan atau dibayarkan, dan tidak bisa ditunda untuk tahun anggaran berikutnya; sedangkan kapasitas riil kemampuan daerah adalah selisih penerimaan daerah setelah dikurangi belanja dan pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat serta prioritas utama. Kapasitas riil Keuangan daerah selanjutnya dialokasikan untuk mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah, yang terdiri dari prioritas I dan prioritas II. Priotitas I, merupakan program pembangunan daerah yang merupakan program unggulan (dedicated) kepala daerah dalam mewujudkan visi-misi-nya. Program ini dilaksanakan sejalan dengan RPJMN dan atau amanat kebijakan nasional. Program prioritas I, berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki nilai manfaat yang tinggi serta memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian Visi “Terwujudnya Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Yang Religius, Berbudaya, Maju dan Sejahtera ”. Program prioritas II, adalah program prioritas di tingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari hasil analisis per urusan, memiliki dampak luas pada masyarakat, sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi, berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan. 2.3.3.1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Pengeluaran periodik pemerintah daerah yang dibebankan pada keuangan daerah saat RPJMD dibuat, memperlihatkan kondisi sebagai berikut : Tabel 2.3.13 Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan No A 1 2 3 4 5 6 7 B 1 2 3 4 5 C 1 2 U r a i a n Belanja Tidak Langsung Belanja Gaji dan Tunjangan Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH Belanja Bunga Belanja Bagi Hasil Belanja Tambahan Penghasilan PNS Belanja Penghasilan Lainnya Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Belanja Langsung Belanja Honorarium PNS untuk Guru dan Tenaga Medis Belanja Beasiswa Pendidikan PNS Belanja Jasa Kantor (Khusus tagihan bulanan seperti listrik, air, telepon dan sejenis) Belanja Sewa Gedung Kantor Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor (yang telah ada kontrak jangka panjang) Pembiayaan Pengeluaran Pembentukan Dana Cadangan Pembayaran Pokok Hutang T o t a l Sumber : DPPKAD Bolaang Mongondow Selatan,Laporan Keuangan, 2010 2010(Rp) 64,452,050,172.00 43,331,211,861.00 641,900,000.00 0.00 0.00 15,127,482,111.00 2,340,436,200.00 3,011,020,000.00 3,500,632,632.00 1,329,020,000.00 180,000,000.00 1,875,862,632.00 115,750,000.00 0.00 522,575,093.00 0.00 522,575,093.00 68,475,257,897.00 2.4 Tata Ruang Wilayah Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten (penataan kabupaten) merupakan terjemahan dari visi dan misi pengembangan wilayah provinsi dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah provinsi yang diharapkan. 2.4.1 TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN Terwujudnya kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai kabupaten yang berbasis agropolitan, minapolitan, dan mitigasi bencana. Meningkatkan pengelolaan potensi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai daerah pertanian, perkebunan dan perikanan di Provinsi Sulawesi Utara yang berbasis pada peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. 2.4.2 KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN Pengelolaan Kawasan Lindung untuk mencegah fungsi kerusakan lingkungan dengan cara melindungi sistem penunjang kehidupan, melindungi dan meningkatkan keaneragaman biotik, dan meningkatkan integritas ekosistim. Pengembangan Kawasan Budidaya sehingga kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan produksi (kegiatan usaha) dan pemenuhan kebutuhan permukiman. 2.4.3 STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN 2.4.3.1 Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung Strategi Pengelolaan dan Pemantapan Kawasan Lindung di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan meliputi : memantapkan kawasan hutan lindung melalui pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya; memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terutama berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan fungsi peresapan bagi air tanah; mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sesuai dengan kondisi ekosistemnya; mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; pengembalian fungsi hidrologi kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan (rehabilitasi dan konservasi); melindungi kawasan TN Bogani Nani Wartabone sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan keunikan alam; melindungi dan menjaga kawasan rawan bencana, yaitu kawasan yang sering mengalami bencana alam seperti gelombang pasang/abrasi, gerakan tanah/longsor, banjir; melindungi manusia dari ancaman bencana geologi seperti gempabumi, dan tsunami; melindungi kawasan perairan dari kerusakan oleh kegiatan budidaya, termasuk sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau kota; melindungi kawasan cagar budaya yaitu kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi, mempunyai nilai sejarah, maupun yang memiliki bentuk geologi alami yang khas; melindungi pulau-pulau kecil agar tetap lestari; memantau kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung (antara lain penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan longsor/ bencana alam) agar tidak mengganggu fungsi lindung. mengembalikan fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya bagi perlindungan kawasan yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya; menata dan mengamankan Daerah Aliran Sungai (DAS) Hulu. 2.4.3.1 Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung 2.4.3.2 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya 2.4.3.3. Strategi Pengembangan Kawasan Pertanian 2.4.3.4 Strategi Pengembangan Kawasan Perikanan 2.4.3.5 Strategi Pengembangan Kawasan Pertambangan Strategi pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yaitu : Penyiapan sarana & prasarana yang lengkap, meliputi : aksesibilitas ektern-intern, fasilitas pendukung kegiatan pertambangan, perumahan karyawan/pengelola dan pengolahan limbah ; Menciptakan lingkungan berkualitas dengan memandang kawasan pertambangan sebagai wadah kehidupan yang harus dapat mewadahi kehidupan yang berkualitas tinggi dan memiliki keterkaitan antar ruang yang efisien dan efektif sehingga kinerja operasional dapat menyesuaikan dengan proses produksi sampai pada masa pasca konstruksi ; Kawasan peruntukan pertambangan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan akan dikembangkan utamanya untuk pengelolaan potensi tambang mineral dan air tanah yang berperan dalam mendukung pengembangan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 2.4.3.7 Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Strategi pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yaitu : Pengembangan kepariwisataan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam, budaya dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi lingkungan hidup ; Penyediaan fasilitas penunjang kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia, meliputi : jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor ; Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan kegiatan sektor jasa masyarakat serta memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan ; Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya pelestarian benda cagar budaya yang bersangkutan ; Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pariwisata harus diperuntukan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup. 2.4.3.8 A. Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Fungsi dan Tujuan Pengembangan Kawasan Perumahan Kawasan peruntukan perumahan memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan/penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial serta sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga. Dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 534/KPTS/M/2001 menyatakan bahwa zona perumahan/permukiman adalah peruntukkan tanah yang terdiri dari kelompok rumah tinggal yang mewadahi perikehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya. Penetapan zona perumahan bertujuan untuk menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi, mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat dan merefleksikan pola - pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada lingkungan - lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang. B. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Perumahan Strategi pengembangan kawasan perumahan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yaitu: Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman disesuaikan dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup ; Penyiapan prasarana jalan untuk mendukung aksesibilitas ektern-intern pada kawasan peruntukan permukiman dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum ; Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama) ; Kawasan peruntukan permukiman tidak mengganggu fungsi lindung yang ada dan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam ; Menciptakan lingkungan berkualitas dengan memandang kawasan perumahan sebagai wadah kehidupan yang harus dapat mewadahi kehidupan yang berkualitas tinggi dan memiliki keterkaitan antar ruang yang efisien dan efektif. 2.4.3.9 Strategi Pengembangan Kawasan Pertambangan Fungsi dan Sasaran Pengembangan Kawasan Pertambangan Dalam pengembangan kawasan pertambangan di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain : 1. Fungsi Utama Kawasan Pertambangan Fungsi utama kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, antara lain : Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C ; Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja serta peningkatan pendidikan, kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat sekitar kawasan pertambangan ; Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan. 2. Sasaran Pengembangan Kawasan Pertambangan Sasaran pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, adalah : Tersedianya infrastruktur yang terkonsentrasi di suatu area yang relatif khusus untuk kegiatan pertambangan ; Lingkungan pertambangan tidak semata untuk kegiatan pertambangan saja, tapi juga ditata menjadi lingkungan yang dapat menarik usaha baru dengan infrastruktur yang terintegrasi dengan baik ; Memberikan jarak yang cukup dari kawasan urban guna meminimalkan eksternalitas terhadap lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat ; Menyediakan pengendalian yang terpusat dan menyesuaikan pada kondisi lokasi yang tersedia. Kawasan Rawan Bencana Alam (1) Kawasan Rawan Tanah Longsor Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan, tanah, atau material campuran tersebut bergerak ke arah bawah dan keluar lereng. Secara umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang padat dan tebal, jenis batuan (litologi) terjadinya pengikisan tanah atau erosi. Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya longsor. Lokasi rencana kawasan rawan gerakan tanah/longsor di wilayah perencanaan tersebar di sepanjang jalur jalan Trans Sulawesi bagian Selatan dan jalur jalan yang menghubungkan Molibagu dengan Dumoga. (2) Kawasan Rawan Gelombang Pasang /Abrasi Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang/topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 Km/jam. Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan terkikisnya daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi. (3) Kawasan Rawan Banjir Berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan dalam tiga kategori: (a) Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia; (b) Banjir yang disebabkan oleh meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai; dan (c) Banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan bangunan pengendali banjir. Kawasan lindung geologi di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terdiri atas Kawasan rawan gempabumi, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, dan kawasan rawan tsunami (4) Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi a. Kawasan rawan gempa bumi Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008 adalah kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI). Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Rawan Gempa Bumi adalah untuk melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat terjadinya gempa bumi maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tergolong daerah dengan tingkat ancaman “tinggi” terhadap gempabumi (Peta Indeks Ancaman Gempabumi di Indonesia, BNPB, 2010). b. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif Kawasan sempadan sesar adalah kawasan sepanjang tepi kiri dan kanan sesar. Kawasan ini sangat berbahaya karena kawasan yang sangat labil. Oleh sebab itu diperlukan rencana pengelolaan untuk pengaturan sempadan sesar agar supaya resiko bencana dapat dihindari. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif sebagaimana dikamsud dalam PP No. 26 tahun 2008 ditetapkan dengan kriteria: sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif. Menurut Peta Geologi oleh Apandi, 1977, di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki struktur sesar berarah Timur Laut – Barat Daya yang memanjang dari sekitar Tanjung Dodepo – Gunung Mogonipa dan sesar geser berarah Barat Laut – Tenggara, memanjang dari daerah sekitar Mataindo – Dumoga. Sebagian struktur sesar ini melewati kawasan hutan namun pada bagian tertentu, struktur sesar ini diprakirakan berada di kawasan permukiman. c. Kawasan Rawan Tsunami Tsunami merupakan dampak turunan dari gempabumi yang diikuti pematahan/dislokasi lantai laut/samudera yang menimbulkan pergerakan gelombang tsunami, menuju kearah darat. Gerak gelombang tersebut akan merusak segala hasil budidaya manusia di laut dan daratan pantai yang dapat terjangkau oleh gelombang tsunami tersebut. Berdasarkan Peta Indeks Risiko Bencana Tsunami di Provinsi Sulawesi Utara (BNPB, 2010), Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan termasuk dalam tingkat Risiko “Sedang” terhadap tsunami. 1.5 Sosial dan Budaya 1.5.1 Tempat/ Kegiatan Sosial Hampir semua desa/kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki tempat kegiatan social seperti Balai Pertemuan Umum (Balai Desa/ Kelurahan). Selain itu tersedia fasilitas umum baik milik pemerintah maupun milik organisasi social/yayasan yang digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan. 1.5.2 Agama Penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah penduduk yang taat beragama. Mayoritas beragama Islam dan lainnya beragama Kristen. Sarana peribadatan saat ini terdiri dari 87 unit Mesjid dan 22 unit Gereja. Tabel 2.5.1 Jumlah Penduduk menurut Agama Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Kecamatan Islam Kristen Katholik Hindu Budha Bolaang Uki Posigadan Pinolosian Pinolosian Timur Pinolosian Tengah 17.562 18.480 8.720 6.046 4.749 32 287 104 3.529 264 27 4 - 6 6 - - Jumlah/ Total 55.557 4.216 31 12 - Sumber : Bolaang Mongondow Selatan dalam Angka Tahun 2009 Sarana peribadatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mengikuti jumlah agama yang dianut oleh masyarakat. Berdasarkan data Bolaang Mongondow Selatan Dalam Angka tahun 2009 diketahui bahwa agama yang ada berjumlah 4 agama, yaitu: Kristen Protestan, Kristen Katolik, Islam, dan Hindu. Kerukunan hidup Bergama di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terbina dengan baik. Mayoritas penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menganut agama Islam, kemudian Kristen, Perkembangan di bidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan di masing-masing agama. Tempat peribadatan umat Islam berjumlah 87 mesjid, dan untuk peribadatan umat Kristiani berjumlah 22 gereja. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.5.2 Sarana Peribadatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Jumlah Tempat Ibadah Nama Islam Kristen Hindu Kecamatan Mesjid Gereja Pura Bolaang Uki 35 4 Posigadan 23 Pinolosian 15 2 Pinolosian Timur 7 13 Pinolosian Tengah 7 3 Jumlah 87 18 Sumber : Profil Kab. Bolaang Mongondow Selatan 2009 Budha Wihara - Gambar 2.5.3 Mesjid dan Gereja di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Sumber: Dokumentasi Tim Pokja PPSP Bolsel, 2012 2.4.1.4 Sarana Kegiatan Sosial Hampir semua desa yang ada di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki tempat kegiatan sosial seperti Balai Pertemuan Umum (BPU) atau Balai Desa. Selain itu tersedia juga fasilitas umum, baik milik pemerintah, organisasi sosial, dan yayasan yang digunakan untuk berbagai kegiatan kemasyarakatan. 2.4.1.5 Sarana Olah Raga Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan saat ini belum memiliki sarana dan prasarana olahraga yang memadai dan representative. Akan tetapi di beberapa cabang olahraga, yaitu di tingkat pendidikan dapat berprestasi. Saat ini yang sering dipakai sebagai sarana olahraga seperti Sepak Bola, Bola Volley, dan Bulutangkis oleh para atlit dan masyarakat adalah Lapangan Molibagu. Berikut adalah tabel dan gambar tentang sarana olahraga yang mudah dijumpai dan sering digunakan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Tabel 2.5.4 Sarana Olahraga di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan No 1. 2. 3. 4. 1.5.3 Sarana Olahraga Lokasi Lapangan Sepak Bola Lapangan Bola Volly Lapangan Lapangan Bulutangkis Molibagu Lapangan Lain-lain Sumber : Profil Kab. Bolaang Mongondow Selatan 2009 Jumlah 1 Pendidikan Sektor pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan daerah sehingga harus berupaya menjangkau seluruh pelosok desa agar dapat memperoleh pendidikan, walaupun diperhadapkan dengan berbagai masalah. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan menjangkau semua penduduk usia sekolah, pemerintah terus berupaya mencari terobosan terhadap berbagai hal yang berkaitan dan mendukung bidang pendidikan. Untuk sarana pendidikan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terbagi-bagi di beberapa kecamatan, yaitu : a. Kecamatan Bolaang Uki Terdapat 3 unit TK swasta, SD Negeri 19 unit, SD swasta 3 unit, SMP Negeri 5 unit, SMP Swasta 1 unit, SLTA Negeri 1 unit dan SLTA Swasta 1 unit. b. Kecamatan Posigadan Terdapat 7 unit TK swasta, SD Negeri 15 unit, SD swasta 1 unit, SMP Negeri 1 unit, SMP Swasta 1 unit, dan SLTA 1 unit. c. Kecamatan Pinolosian Terdapat 6 unit TK swasta, 9 unit SD Negeri, 1 unit SMP Negeri, 1 unit SMP swasta, dan 1 unit SLTA Negeri. d. Kecamatan Pinolosian Timur Terdapat 8 unit TK swasta, 3 unit SD Negeri, 1 unit SMP Negeri, 1 unit SMP swasta, dan 1 unit SLTA Negeri. e. Kecamatan Pinolosian Tengah Terdapat 10 unit TK swasta, 14 unit SD Negeri, dan 1 SMP Negeri Tabel 2.5.5 Jumlah Sekolah di Bawah Departemen Pendidikan Nasional Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Kecamatan Bolaang Uki Posigadan Pinolosian Pinolosian Timur Pinolosian Tengah Jumlah/ Total TK 11 8 6 7 5 SD 24 16 10 8 5 SLTP 7 5 2 3 1 37 63 18 SMU SMK 3 1 1 1 4 2 Sumber : Bolaang Mongondow Selatan dalam Angka Tahun 2009 Untuk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan pendidikan merupakan program prioritas pembangunan daerah di mana pemerintah daerah berupaya menjangkau seluruh pelosok desa dengan cara menyelesaikan berbagai permasalahan seperti akses, pemerataan pelayanan pendidikan, mutu pendidikan dan manajemen pelayanan pendidikan. Pendidikan melalui partisipasi sekolah dapat dilihat melalui jumlah penduduk berdasarkan usia 7-24 tahun di mana terdapat 58.64% masih bersekolah, 33,43% tidak sekolah lagi dan sebanyak 7.93% belum pernah sekolah. Berikut adalah gambar pendidikan penduduk dilihat dari partisipasi sekolah. Gambar 2.5.6 Penduduk Usia 7-24 Tahun menurut Partisipasi Sekolah Sumber : Bolaang Mongondow Selatan dalam Angka Tahun 2009 Berdasarkan perkembangan rasio murid terhadap guru tahun 2008 untuk TK, maka jumlah guru masih cukup, sedangkan untuk tingkat SD, SLTP, SMU dan SMK rasio murid terhadap guru semakin menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan guru untuk tingkat SD, SLTP, SMA dan SMK di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan merupakan hal yang mendesak. Perkembangan rasio murid terhadap guru di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat dilihat pada gambar berikut. 2.5.1.2 Sarana Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah. Dengan upaya tersebut diharapkan derajat kesehatan masyarakat yang baik akan tercapai. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar keluarga berperilaku hidup sehat dan penyediaan fasilitas seperti Puskesmas, BKIA, Posyandu, Toko Obat, Apotik, dan Tenaga Kesehatan yang terdiri dari dokter, Bidan, Perawat dan paramedis. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan telah memiliki pusat sarana kesehatan masyarakat di tiap kecamatan namun fasilitas pendukungnya masih sangat minim. Meskipun demikian, beberapa Puskesmas sudah melaksanakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan serta memiliki kendaraan operasional. Data tersebut dapat dilhat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.5.7 Rumah Sakit, Puskesmas dan Sarana Kesehatan Per Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Nama Puskesmas Molibagu Mamalia Pinolosian Adow Dumagin Sifat Pelayanan Kedudukan Kec. Bolaang Uki Kec. Posigadan Kec. Pinolosian Kec. Pinolosian Tengah Kec. Pinolosian Timur Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Jalan Jumlah Kendaraan Operasional 1 Unit Ambulance 1 Unit Ambulance Ket. Ambulance Rusak Berat Ambulance Rusak Berat Sumber : Profil Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2011: Berikut data sarana kesehatan menurut buku Profil Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2011: Kecamatan Bolaang Uki terdapat 1 (satu) Rumah Sakit Umum Daerah, 1 unit Puskesmas, 1 unit Poliklinik dan 6 unit Puskesmas Pembantu, Kecamatan Posigadan terdapat 1 unit Puskesmas dan 6 unit Puskesmas Pembantu, Kecamatan Pinolosian terdapat I unit Puskemas dan 3 unit Puskesmas Pembantu, Kecamatan Pinolosian Timur terdapat 1 unit Puskesmas dan 4 unit Puskesmas Pembantu, Kecamatan Pinlolosian Tengah terdapat 1 unit Puskesmas, 3 unit Puskesmas Pembantu 1.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Berikut ini merupakan struktur organisasi SKPD terkait dengan persampahan, air limbah dan drainase Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda, Rumah Sakit Umum Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM, PEMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN KEPALA DINAS SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG TATA KOTA BIDANG PERALATAN DAN LABORATORIUM BIDANG BINA MARGA BIDANG CIPTA KARYA BIDANG SUMBER DAYA AIR SEKSI JALAN DAN JEMBATAN SEKSI SARANA DAN PRASARANA WILAYAH SEKSI SURVEI DAN PENGENDALIAN PENGAIRAN SEKSI PENGENDALIAN TATA RUANG SEKSI PERALATAN DAN PERBENGKELAN SEKSI PEMUKIMAN DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN SEKSI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR SEKSI KEBERSIHAN TAMAN DAN MAKAM SEKSI LABORATORIUM SEKSI PEMADAM KEBAKARAN SEKSI OPERASI DAN KEMITRAAN SEKSI PEMELIHARAAN PERAWATAN DAN LEGER JALAN SEKSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DAN BINA LEMBAGA U P T D BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN KEPALA DINAS SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG PENANGGULANGAN MASALAH KESEHATAN BIDANG PELAYANAN KESEHATAN SEKSI PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN PENYAKIT DAN WABAH SEKSI KEFARMASIAN, PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN U P T D SUB BAGIAN UMUM DAN PERLENGKAPAN SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN BIDANG PROMOSI KESEHATAN DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG PERENCANAAN KESEHATAN SEKSI BINA KESEHATAN KELUARGA SEKSI PEMBINAAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JPKM SEKSI PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN SEKSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DAN KEPERAWATAN SEKSI PENGEMBANGAN MEDIA, PENYEBARLUASAN INFORMASI DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN SEKSI EVALUASI DAN ANALISIS DATA KESEHATAN BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIS DAERAH ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BAGIAN TATA PEMERINTAHAN BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN BAGIAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGIAN PEREKONOMIAN BAGIAN PEMBANGUNAN ASISTEN ADMINISTRASI UMUM BAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT BAGIAN TATA USAHA PIMPINAN STAF AHLI BAGIAN UMUM SUBBAGIAN PEMERINTAHAN UMUM SUBBAGIAN KELEMBAGAAN, KEPEGAWAIAN DAN ANALISA FORMASI JABATAN SUBBAGIAN BINA KESRA SUBBAGIAN INVESTASI DAN PEREKONOMIAN RAKYAT SUBBAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM DAN PENGENDALIAN SUBBAGIAN PROTOKOL DAN DOKUMENTASI SUBBAGIAN TATA USAHA BUPATI DAN WAKIL BUPATI SUBBAGIAN UMUM DAN KEUANGAN SUBBAGIAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA SUBBAGIAN TATA LAKSANA JARINGAN DOKUMENTASI ARSIP DAN PERPUSTAKAAN SUBBAGIAN REHABILITASI SOSIAL SUBBAGIAN SARANA PEREKONOMIAN SUBBAGIAN PELAPORAN SUBBAGIAN INFORMASI DAN PEMBERITAAN SUBBAGIAN TATA USAHA SEKRETARIS DAERAH SUBBAGIAN PERLENGKAPAN SUBBAGIAN OTONOMI DAERAH SUBBAGIAN PERUNDANG-UNDANGAN, BANTUAN HUKUM DAN HAM SUBBAGIAN BINA HUBUNGAN ANTAR UMAT BERAGAMA SUBBAGIAN URUSAN RUMAH TANGGA BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN KEPALA SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PROGRAM DAN PELAPORAN BIDANG ANALISIS PENCEGAHAN DAN DAMPAK LINGKUNGAN BIDANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PEMULIHAN SUBBIDANG TEKNIS ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN SUBBIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN SUBBIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN KAPASITAS SUBBIDANG PEMULIHAN KUALITAS SUB BAGIAN KEUANGAN