34 Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1999 PENGARUH INFUS LEMPUYANG PAHIT (ZZNGZBER AllrZARICANS BL.) TERHADAP DIARE BUATAN PADA TIKUS PUTIH BUDINURATMI*, YUNASTUTIN*, DIA ABSTRAKTelah dilakukan penelitian diare menggunakan minyak jarak 2 ml pada tikus putih. lnfus lempuyang pahit diberikan 1 jam sebelum pemberian minyak jarak, sebagai pembanding digunakan loperamide serta air suling sebagai kontrol. Dari hasil penelitian ternyata pada dosis 10% dan 40% terlihat adanya efek antidiare. lnfus 40% efek antidiarenya mendekati pembanding loperamide. PENDAHULUAN Hewan Digunakan tikus putih galur Wistar dari Puslitbang Penyakit Tidak Menular Badan Litbangkes, jenis kelamin betina dan bobot badan rata-rata 200 gram. Sebelum percobaan, hewan diadaptasi selama 1 minggu dalam kandang. Cara * Menggunakan rancangan acak sempurna dengan 5 perlakuan dan 4 x ulangan. * Percobaan menggunakan 5 kelompok dosis masing-masing 8 ekor dengan 4 x ulangan. Sebelum percobaan hewan dipuasakan 1 malam. * Bahan diberikan dengan kelompok dosis sebagai berikut: Kelompok A infhs lempuyang pahit 10% 100 mg/100 g bb Kelompok B infus lempuyang pahit 20% 200 mg/100 g bb Kelompok C infus lempuyang pahit 40% 400 md100 q bb Kelompok D loperamide 0,12 mgl g) Kelompok E akuades (kontrol) ~embeiianinfis lempuyang pahit secara oral I ~ L I I U gUbb * 1jam setelah pemberian bahan percobaan, tikus dibuat dime dengan minyak jarak (oleum ricini) 2 mL per oral tikus. * 1 jam setelah pemberian minyak jarak dilakukan observasi selama 5 jam dengan interval waktu pengamatan 30 menit. * Selama pengamatan, hewan tidak diberi makan dan minum. * Diare pada tikus didefinisikan sebagai tinja cair atau lembek yang berbeda dengan tinja normal, yaitu kering, keras dan berbentuk * Jika timbul diare pada interval waktu yang ditentukan, maka data ini dicatat sesuai dengan konsistensi tinja yaitu : diare ) tinja tinja lembek tanda (+), diare tinja cair tanda (Hdiare normal tanda (0) dan tidak timbul diare tanda (-). Dilakukan analisis data dengan Anova dan LSD. D IARE mempakan penyakit yang sering terjadi pada anak balita sampai orang dewasa tergantung pada penyebabnya Lebih dari 80% keiadian diare disebabkan oleh infeksi kuman. Secara stederhana n diare dapat disebabk,an adanya kontraksi alat pencernaan bagian bawah, yaitu lambung;usus besa~ .dm usus k ecil sehingga yang keluar pada rektum anus faeces encer. Banyak . .. . . ... Obat rnoaern yang berKhasiat sebagai obat antlmorallrasdime tidak boleh digun akan karen a mempun!yai efek samping yang berat d aI rnenyebabk;m kematian, misalny a loperamide bentuk tetes dru1 sirup (l,2). Pada urnumnya pc:nelman 01 bat tradisic~ n a luntuk antidiare in hewan plercobaan s<?bagaimodel. Secara dilakukan rr~enggunaki in vivo, diar.e pada hev{an percobilan dipacu dengan memberikan . . nninyak jara k, secara in vitro mlemakai sediaan usus terisolasi. roses hipermortilitas Jadi mekanisme diare (iapat terjad I IISUS (1). 1 bclrlpuyarlg p a l ~\.crngruer ~~ Dl \ urrrurrtiurr~"1.1 L G I I I I ~ S US~U ~U Zingiberaceae, secara empirik dapat mengobati demam, reumatik, sakit perut stomatik, desentri, kepala pusing, kurang nafsu makan, cacing gelang, cacing kremi. Tunas yang masih muda biasanya untuk lalap makan. Pada rimpang;lempuyang pahit me1ngandung minyak atsiri 0,6% komponen ultamanya seskuiterpen'keton, saponin dan flavonoid (3,4,5). Dari penelitian 118 tanaman yang secara empirik berkhasiat sebagai obat antidiare, 39 tanaman telah diketahui manfaat farmakologinya Untukmenambah datapenelitian, telah dilakukan penelitian pengamh infus lempuyang pahit terhadap diare buatan pada tikus putih. BAHAN DAN CARA I Lempu:yang pahit segar diperoleh dar i pedaganl jamu di maran F - . . Jak.arts dan telah-dilakuk :an identifikasi..terlebi . . ih lebih di Herbarium Bogoriense. Kimpang dicuci berslh dan dipotongpotong, dikeringkan dalam oven pada suhu 45°C sampai kering, kemudian digiling menjadi serbuk halus. lnfus dibuat sesuai Farmakooe Indonesia ( 1). Pemberian dosis berdasarkan harga I,D,, secaraI intra perit.onial pada mencit. Diibuat sediaan dengan 1cadar lo%, 20% dan 40% lempuj{angpahit. Bahan pembuat diare 1nenurut mcetoda P. Bsns (6) men~ggunakanminyak jarak (oleum . . .,, . ," a .pembanding digunakan rrcinr) aosls L mL per oral'... n ~ u saeoagal . loperamid dosis 0,12 mg/I 00 g bb. Semua bahan diberikan secara oral dengan volume dosis 1 mLI100 g bb. \ HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Rata-rata frekuensi diare selarna pengamatan (5 jam) dengan 4 x ulangan. Ulangan Perlakuan I 11 Ill IV A. lnfus lempuyang pahit 100 rng1100 g bb 4 3 3 4 0, lnfus lempuyangpahit 2 3 3 2 C. Infus lempuyang pahit 400 mgl100 g bb 1 2 3 1 D. Loperamid 0,12mg/100g bb 1 2 2 1 6 1.5+0,57 E. Akuades 6 5 5 7 23 5.75+0,06 , - . * - Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Jakarta 200 rng1100 g bb 1 mu100 g bb Volume 5 Nomor 1 Tabel 2. 35 Warta Tumbuhan Obat Indonesia Jurnlah (dalam Persen) hewan Yang dare selama Pengamatan (5 jam) dengan interval 60 menit. PadaTabel 1 pemberian infus rimpang lempuyang pahit untuk setiap kelompok dosis, dibanding dengan kelompok dosis yang diberi akuades (kontrol) terlihat pengaruh yang nyata terhadap frekuensi diare, makin besar dosis makin berkurang diare. Dengan kata lain pemberian infus lempuyang pahit dosis lo%, 20% dan 40% dengan volume pemberian 1 mL1100 g bb menunjukkan adanya hubungan dosis dan efek, yaitu semakin besar dosis yang diberikan semakin terlihat nyata efek antidiare, walaupun tidak sekuat efek dari loperamid 0,12 mgI100 g bb. Perbedaan efek antidiare antar kelompok A (infus 10%) dibanding kelompok B (infus 20%) kelompok C (infus 40%) dan kelompok D (obit pembanding) tidak menunjukkan perbedaan efek antidiare yang nyata (tidak signifikan) pada P = 0,01%. PadaTabel2 terlihat kelompok hewan yang diberi infus dosis 10% dan dosis 20% dapat menahan diare selama 2 jam, sedangkan kelompok hewan yang diberi infus dosis 40% dan kelompok hewan yang diberi pembanding loperamid dapat menahan diare selama 3 jam setelah pemberian minyak jarak, tetapi dilihat dari konsistensi bentuk tinja infus 40% lempuyang pahit tidak sekuat loperamid dosis 0,12 mgI100 g bb. Jika dilihat dari jumlah hewan yang diare atau persentase diare selarna pengamatan (5 jam) terlihat kelompok hewan yang diberi infus 40% atau dosis 400 mg/l00 g bb, kekuatannya hampir sama atau mendekati dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap frekuensi diare dengan kelompok hewan yang diberi loperamid 0.12 mg/l00 g bb. Dalam ha1 ini dapat dikatakan infus lempuyang pahit dosis 400 mgI100 g bb merupakan dosis yang mempunyai efek paling besar terhadap percobaan diare buatan selama pengamatan (5 jam). Pada kelompok hewan tikus putih yang diberi akuades sebagai kontrol selama pengamatan, persentase diare bertambah sampai dapat mencapai 100% pada jam ke 5, sehingga dapat diambil kesimpulan minyak jarak yang diberikan dapat bekerja selama 5 jam pengamatan. LD,, lempuyang pahit 48,88 (45,61-53,59) mg/lO g bb i.p. mencit. Jika diekstrapolasikan ke oral tikus = 342 160 m a g ini lebih besar dari 15.000 mglkg oral tikus. Menurut kriteria Gleason, M.N. (1969) lempuyang pahit digolongkan ke dalam zat yang "practically non toxic" (7). Infus 40% lempuyang pahit (dosis 400 mg/100 g bb) = 1185 LD,, oral tikus dengan volume pemberian 1 mL1100 g bb merupakan dosis yang masih aman dipakai, tetapi merupakan infus paling pekat untuk dapat masuk dalam sonde lambung dan dosis paling besar untuk lambung tikus, karena dosis lebih besar tidak mungkin dapat diberikan dalam bentuk infus. Maka untuk mendapatkan hasil yang efektif lempuyang pahit sebagai obat antidiare perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, misalnya dalam bentuk ekstrak. KESIMPULAN Pemberian infus rimpang lempuyang pahit (Zingiber amaricans BI.) konsentrasi 10% 20% dan 40% secara oral dengan volume 1 mLllOO g bb pada tikus memperlihatkan adanya efek antidiare. Efek antidiare infus 40% mendekati pembanding loperamid. DAFTAR PUSTAKA 1. Wahjoedi B, Winarno MW. Farmakologi tanarnan obat antidiare. Warta Perhipba edisi 2.1995;8-10. 2. Rusdi Ismail.Arah PenelitianTanaman Obat Antidiare, Warta Perhipba edisl 3.1995;8-9. 3. Departernen Kesehatan RI. Jakarta. Vademekurn Bahan Obat Alarn. 1989. 4. Sjamsuhidajat SS, Johny RH. lnventaris Tanaman Obat II. Dep.Kes. RI, Badan Litbangkes Jakarta. 1994. 5. MardisiswojoS, Radjakmangun Sudarso H. Cabe puyang Warisan Nenek Moyang I dan PT Karya Wreda. Jakarta, 1975. 6. P Bass et al. A Novel Antidiarrheal Agent The Journal Pharmacologyand Experimental TherapeuticaGL.70 vol. 180, 1973. 7. B Dzulkarnain. Yun Astuti, Nurendah PS. Keamananldaya racun tanarnan obat Indonesia. Artikel Xnjauan Kepustakaan, Cerrnin Dunia Farmasi Edisi Khusus Cermin Dunia Kedokteran.1996:27:5-12.