antidiare

advertisement
ANTIDIARE
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fitoterapi
Disusun oleh:
Fitriani Annisa A.M.
1106106842
PROGRAM MAGISTER HERBAL
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
ANTIDIARE
1. Diare
1.1 Definisi Diare
Diare berasal dari bahasa Yunani dan Latin, dia artinya melewati dan rheein yang
berarti mengalir. Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan pencernaan yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya dan berulangulang yang disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi feses menjadi lembek
atau cair dibandingkan dengan biasanya tergantung dari individu.
1.2 Etiologi Diare
Diare yang terjadi pada orang dewasa biasanya bersifat ringan dan cepat
sembuh. Balita dan anak-anak (terutama dibawah umur tiga tahun) mempunyai
resiko yang besar terjadinya dehidrasi.
a. Diare Akut
Diare karena infeksi merupakan penyebab yang paling sering terjadi.
Diare infeksi terjadi disebabkan oleh makanan dan air yang terkontaminasi
masuk melalui rute fecal-oral. Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri seperti Escherichia coli, Shigella sp., Salmonella sp., Vibrio cholera,
virus, amuba seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan dapat pula
disebabkan oleh toksin bakteri seperti Staphylococcus aureus, Clostridium
welchii yang mencemari makanan. Diare akut noninfeksius biasanya
disebabkan oleh obat, toksin, penyalahgunaan laksatif, intoleransi makanan,
defisiensi laktase, diabetes melitus, dan malabsorpsi.
b. Diare Kronik
Diare kronik terjadi jika diare berlangsung lebih dari 14 hari. Penyebab
yang paling sering adalah gangguan gastrointestinal, sindrom malabsorpsi, dan
obat (termasuk penyalahgunaan laksatif). Pada diare kronik, bentuk feses yang
cair mungkin tidak dijumpai. Diare kemungkinan bersifat intermiten atau
persisten.
1.3 Patofisiologi Diare
Pada proses normal, sekitar 9 L cairan akan melewati saluran pencernaan
setiap hari. Jumlah ini melingkupi 2 L asam pencernaan, 1 L saliva, 1 L empedu, 2
L asam pankreas, 1 L sekresi usus, dan 2 L sisanya akan diserap. Sembilan liter
cairan ini, hanya sekitar 150-200 mL yang akan sampai dan ada di dalam tinja
setelah semua proses penyerapan selesai.
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan proses patofisiologinya yaitu
osmotik, sekretori, inflamasi, dan perubahan motilitas. Diare osmotik terjadi
akibat asupan dari bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi dengan baik, tetapi
bahan tersebut larut dalam air sehingga akan menyebabkan retensi air dalam
lumen usus. Penyebab terbanyak adalah intoleransi laktosa dan penyerapan
antasida yang mengandung magnesium.
Diare sekretorik terjadi akibat peningkatan sekresi ion-ion dalam lumen usus
sehingga terjadi peningkatan jumlah cairan intralumen. Obat-obatan, hormon, dan
toksin dapat menyebabkan aktivitas sekretorik ini.
Diare inflamasi atau eksudat terjadi akibat perubahan mukosa usus sehingga
proses absorpsi terganggu dan menyebabkan peningkatan protein dan zat lain
dalam lumen usus disertai retensi cairan. Adanya darah atau leukosit dalam tinja
biasanya mengindikasikan proses inflamasi. Diare dari peradangan pada usus
misalnya kolitis ulseratif adalah diare akibat proses inflamasi.
Peningkatan motilitas usus menyebabkan penurunan waktu kontak antara
makanan yang akan dicerna dengan mukosa usus sehingga terjadi penurunan
reabsorpsi dan peningkatan cairandalam tinja. Diare terjadi akibat perubahan
motilitas biasanya dipertimbangkan setelah mekanisme diare yang lain tidak
memungkinkan. Diare yang berhubungan dengan sindrom iritasi usus adalah
akibat perubahan motilitas.
2. Tanaman Obat Antidiare
2.1 Psidii Folium (daun jambu biji)
a. Kandungan kimia daun jambu biji antara lain :
 Avicularin
 Guaijavenin
 Amritosida
 asam krataegolat
 asam luteioat
 asam argamolat
 kuersetin
 tanin
 minyak atsiri
 flavonoid
 ursolat
 oleanolat
 karoten
 vitamin B1, B2, B3, B6
 vitamin C
 resin
b. Efek Farmakologi
 Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan kuman
dengan mengganggu proses terbentuknya membran dan atau dinding
sel.
 Tanin mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang
menciutkan atau mengerutkan usus sehingga gerak peristaltik usus
berkurang. Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara
mengendapkan protein. Efek antibakteri tanin antara lain melaui :
reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau
inaktivasi fungsi materi genetik.
 Kuersetin menunjukkan efek antibakteri dan antidiare dalam
mengendurkan otot polos usus dan menghambat kontraksi usus.
 Adnyana (2004) aktivitas antibakteri (penyebab diare) ekstrak etanol
daun jambu biji daging buah putih dan jambu biji daging buah merah
(Psidium guajava L., Myrtaceae) terhadap bakteri Escherichia coli,
Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella typhi dan uji
antidiare dengan metode proteksi terhadap diare imbasan-minyak jarak
dan metode transit intestinal pada mencit. Ekstrak etanol daun jambu
biji daging buah putih memiliki kemampuan hambat bakteri yang lebih
besar daripada jambu biji daging buah merah (KHM terhadap
Escherichia coli (60 mg/ml vs >100 mg/ml), Shigella dysenteriae (30
mg/ml vs 70 mg/ml), Shigella flexneri (40 mg/ml vs 60 mg/ml), dan
Salmonella typhi (40 mg/ml vs 60 mg/ml). Tidak terdapat perbedaan
bermakna pada konsistensi feses, berat total feses, waktu munculnya
diare, lamanya diare, dan kecepatan transit usus untuk kedua ekstrak
uji dibandingkan dengan kelompok kontrol. Frekuensi defekasi mencit
yang diberi ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih 150
mg/kg bb pada menit ke180-240 menunjukkan perbedaan bermakna
dibanding kelompok kontrol (p<0,05).
c. Dosis : 2,5-4,5 g (daun kering) atau 15-30 g (daun segar).
d. Kontraindikasi, efek yang tidak diinginkan, dan interaksi obat : belum
diketahui.
2.2 Curcuma domesticae Rhizoma (rimpang kunyit)
a. Kandungan kimia antara lain:
 Essential oil (3-5%) : α- dan β-tumerone (sumber aroma), artumerone,
α- dan γ-atlantone, curlone, zingiberene, curcumol.
 Kurkuminoid (3-5%) : termasuk kurkumin, demethoxy kurkumin,
bidemethoxy kurkumin.
b.
Efek Farmakologi
 Essential oil mempunyai efek sebagai anti-inflamasi yaitu dengan
menghambat pelepasan mediator inflamasi.
 Hastuti ( 1997) ekstrak air rimpang kunyit dengan konsentrasi 15%
memiliki efek antidiare yang signifikan pada tikus putih jantan dewasa
galur Charles River yang telah diinduksi oleum ricini.
c. Kontraindikasi : tidak boleh digunakan oleh penderita saluran empedu,
penggunaan oleh penderita batu empedu harus dibawah pengawasan dokter;
kunyit tidak boleh digunakan selama kehamilan.
d. Dosis harian : 1,5-3 gram
e. Efek samping : keluhan lambung dapat terjadi setelah penggunaan lama atau
dalam kasus overdosis.
2.3 Granati Pericarpium (kulit buah delima)
a. Kandungan kimia :
 alkaloid (peletierina, metil- peletierina, pseudo- peletierina, isopeletierina, dan metil-iso peletierina);
 tanin ± 20%; asam elagitanin (granatin B);
 punikalagin;
 punikalin;
 asam ursolat;
 triterpenoid.
b.
Efek Farmakologi
Feri (2007) dilakukan penelitian uji efek antidiare ekstrak etanol kulit buah
delima putih terhadap mencit jantan galur Swiss Webster secara in vivo. Ada 5
kelompok pengujian, yaitu pengujian dengan Loperamid HCL 1,5 mg/kgBB
sebagai kontrol positif, pengujian dengan larutan CMC Na 0,5% sebagai
kontrol negatif, pengujian dengan ekstrak etanol kulit buah delima putih dosis
0,625 g/kgBB, 1,25 g/kgBB dan 2,5 g/kgBB diberikan secara peroral. Oleum
ricini sebagai penginduksi diare. Parameter dalam penelitian ini yaitu, waktu
pertama kali terjadi diare, frekuensi buang air besar yang encer, jangka waktu
berlangsungnya diare dan frekuensi buang air besar yang normal. Data yang
diperoleh dianalisis dengan ANOVA (Analysis of variance) satu jalan,
dilanjutkan uji LSD (Least Significant Difference) dengan taraf kepercayaan
95. Hasil uji LSD data waktu pertama kali diare, frekuensi buang air besar
yang normal dan jangka waktu berlangsungnya diare, pemberian ekstrak
etanol kulit buah delima putih dosis 2,5 g/kgBB berbeda tidak bermakna
(p>0,05) dengan kontrol positif. Untuk data frekuensi buang air besar yang
encer menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol kulit buah delima putih
dosis 0,625 g/kgBB, 1,25 g/kgBB dan 2,5 g/kgBB berbeda bermakna dengan
kontrol negatif (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan ekstrak etanol kulit buah
delima putih mempunyai efek antidiare.
c. Efek samping : Tingginya tingkat kandungan tanin dalam obat dapat
menyebabkan iritasi lambung.
d. Dosis harian 60 ml.
e. Overdosis menyebabkan muntah, termasuk muntah darah, kemudian pusing,
menggigil, gangguan penglihatan, kolaps dan kematian mungkin melalui
kegagalan pernapasan. Kebutaan total (amaurosis) bisa terjadi dalam beberapa
jam atau beberapa hari.
2.4 Polyanthi Folium (daun salam)
a. Kandungan kimia :
 minyak atsiri
 Saponin
 Flavonoid
 Alkaloid
 Polifenol
 Tanin
 vitamin A
 vitamin C
 vitamin E
b. Efek Farmakologi
Hidayati, Milasari (2010) efek antidiare ekstrak etanol 50% daun salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp) terhadap mencit jantan yang diinduksi
oleum ricini. Hewan uji 25 ekor mencit dibagi 5 kelompok, masing- masing
kelompok 5 ekor. Setiap mencit mendapat perlakuan peroral. Kelompok I
diberi loperamid HCl 0,0015 g/kgBB (kontrol positif), kelompok II diberi
CMC Na 0,5% (kontrol negatif), kelompok III, IV, dan V diberi ekstrak etanol
50% daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp) dosis 0,625; 1,25; 2,5
g/kgBB. Data parameter waktu pertama kali diare, jangka waktu
berlangsungnya diare, frekuensi feses encer, dan frekuensi feses normal yang
diperoleh dianalisis dengan ANAVA (Analisis of Variance) 1 jalan
dilanjutkan uji LSD (Least Significant different) dengan taraf kepercayaan
95%. Ekstrak etanol 50% daun salam dosis 0,625 dan 2, 5 g/kgBB belum
berefek antidiare, sedangkan dosis 2,5 g/kgBB berefek antidiare karena
mempunyai perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif(p<0,05) pada
keempat parameter uji efek antidiare. Selain itu, pada dosis 2,5 g/kgBB juga
mempunyai efek hampir sama (p>0,05) dengan kontrol positif.
c. Dosis harian : 20 gram
d. Kontraindikasi, efek yang tidak diinginkan, dan interaksi obat : belum
diketahui.
3. Contoh Produk di Pasaran
Komposisi :
 Attapulgite
 Karbon aktif
 Ekstrak Psidii Folium (daun jambu biji)
 Ekstrak Curcumae domesticae Rhizoma (rimpang kunyit)
 Coicis semen (biji jali)
 Ekstrak Chebulae Fruktus (buah mojokeling)
 Ekstrak Granati Pericarpium (kulit buah delima)
DAFTAR PUSTAKA
Fleming, T., et al (Ed). 2000. PDR for Herbal Medicines. Montvale, New Jersey:
Medical Economics Company, Inc.
Anonim. 2000. Acuan Sediaan HerbaL Edisi Pertama. Jakarta : Ditjen POM-Depkes
RI.
Sugiarto, N.F. 2008. Uji Antidiare. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Hidayati, Milasari. 2010. Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol 50% Daun Salam
(Syzygium polyanthum [Wight.] Walp) terhadap Mencit Jantan yang Diinduksi
Oleum Ricini. Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Feri, A. 2007. Efek Antidiare Ekstrak Etanol Kulit Buah Delima Putih (Punica
granatum Linn.) pada Mencit Jantan Galur Swiss Webstar. Skripsi. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Adnyana, I.K., et al. (2004). Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan
Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare. Acta Pharm. Ind. 29(1):19-27.
Download