Uang Kertas, Bretton Woods, Petrodollar, Suriah dan Perang Dunia Ketiga Pada zaman dahulu, manusia berdagang menggunakan uang logam untuk berjual-beli. Ada yang terbuat dari emas, perak, tembaga, dan logam lainnya. Namun, pada abad ke-16, Tukang Emas (mayoritas beragama yahudi) di Eropa menawarkan tempat penyimpanan uang logam emas dan perak bagi penduduk Eropa saat itu. Setiap uang logam yang disimpan, si tukang emas (goldsmith) memberikan berupa nota sertifikat atau banknotes (uang kertas) kepada si pemilik uang logam dengan nominal yang sesuai dengan uang logam yang tersimpan. Dari sinilah asal usul Bank dan Uang Kertas !!! Banyak masyarakat saat itu menyimpan emasnya dalam Bank, hingga akhirnya masyarakat tidak lagi menggunakan uang logam emas dan perak dalam bertransaksi, tapi menggunakan kertas sertifikat tadi dalam berjual-beli di pasar. Karena mereka berpikir kertas sertifikat tadi sama berharganya dengan uang logam mereka. Tahun 1694, Bank of England didirikan untuk menggalang dana demi King Willian III dalam rangka melawan Perancis. Bank tersebut kemudian mulai menerbitkan nota untuk depositonya (simpanan). Nota ini awalnya ditulis tangan dan ditanda-tangani oleh kasir banknya. Namun nota ini akhirnya ditandatangani oleh ketua kasir bank (Chief Cashier). Pada abad ke-18, nilai nominal pada kertas itu diberi simbol “£”, yakni poundsterling. Pada tahun 1853, nota atau uang kertas tadi tidak lagi ditanda-tangai oleh ketua kasir, karena mesin cetak (printer) ditemukan dan mengambil alih dalam pencetakan uang. Namun, pencetakan uang kertas telah melebihi cadangan emas yang tersimpan dalam Bank of England, karena saat itu Inggris sedang berperang dengan Perancis. Inilah yang dilakukan Bank-bank di eropa saat itu, terutama Bank of England, mereka mencetak uang kertas melebihi jumlah emas yang tersimpan. Ketika terjadi kekacauan dunia pada abad 18 dan 19, berlanjut hingga Perang Dunia 1 dan Dunia 2, Negara Super Power Inggris Raya melemah, dan digantikan oleh Amerika Serikat sebagai Negara superpower berikutnya, karena Amerika Serikat merupakan pemenang mutlak Perang Dunia 1 dan 2 dan kita semua tahu penyebab utamanya yang tidak lain adalah kekuatan bom atom yang meluluh lantakkan dua kota besar Jepang. Pada tahun 1944, Amerika Serikat mengadakan konferensi di Bretton Woods, New Hampshire, dan mengundang sejumlah Negara- negara dunia. Kemudian konferensi ini melahirkan sebuah sistem yang disebut Sistem Bretton Woods. Dari konferensi ini, lahirlah organisasi internasional seperti International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia (World Bank), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dalam sistem ini, disepakati bahwa US Dollar digunakan dalam transaksi perdagangan dunia (Fixed Exchange Rate), dan US Dollar dapat dijadikan cadangan divisa. Bretton Woods Monetary Conference, July 1-22, 1944 Oleh karena itu, anda harus punya US Dollar agar bisa transaksi dalam Pasar Internasional, dan mata uang lain tidak bisa. Namun, cara mendapatkan USDollar, suatu negara harus menukar emas yang dimiliki dengan US Dollar kepada Amerika Serikat. Dan nilai emas berdasarkan USDollar saat itu adalah: US$ 35 = 1 Ons Emas Kemudian, negara-negara dunia memberikan emasnya kepada AS melalui lembaga IMF atau World Bank dan peraturan ini ditetapkan bagi negara yang ingin menjadi Anggota IMF. Kemudian IMF memberikan emas tersebut kepada The Federal Reserve (Bank Sentral AS). Achmad Soekarno (Presiden Indonesia Pertama) sempat memanggil para ulama dan bertanya kepada ulama tentang uang kertas ini. Para ulama menjawab, uang kertas ini bisa digunakan dan halal “jika” dapat ditukarkan dengan emas. Namun kenyataan tidak demikian, Soekarno dan ulama tadi tertipu bahwa uang kertas ini mengalami inflasi (pengurangan nilai). Karena untuk menjadi anggota IMF, Indonesia harus menyetorkan emas yang dimiliki, dan IMF terus mengintervensi politik Indonesia dengan menawarkan utang (juga dengan bunga), serta negara Malaysia yang merdeka karena diberikan wewenang oleh Inggris. Soekarno langsung membawa Indonesia keluar dari IMF, World Bank, dan PBB. “Go to the hell with your aid”, enyahlah ke neraka dengan bantuanmu, suara lantang Soekarno kepada bantuan IMF. Tidak hanya itu, Soekarno juga bekerja sama dengan John F. Kennedy untuk menggunakan logam mulia sebagai mata uang. Benar, John F, Kennedy sempat berpidato sebelum terbunuh, bahwa melalui Executive Order 11110 (terbit 4 Juni 1963), dia ingin AS menggunakan perak sebagai basis US Dollar, dan mengecam tindakan The Federal Reserve serta CIA yang berkonspirasi dalam memperbudak rakyat Amerika Serikat. Tindakan JFK ini mengancam The Fed, selaku Bank Sentral yang sahamnya dimiliki oleh swasta, dan 22 November 1963, dia pun akhirnya dibunuh oleh CIA. Ketika negara-negara dunia menukarkan emasnya dengan US Dollar agar bisa ikut dalam Pasar Internasional (Fixed Exchange Rate), maka otomatis jumlah emas Amerika Serikat bertambah. Sedangkan mata uang negara lain didasari dengan nilai US Dollar dan cadangan emas yang makin berkurang. Sebagai penggagas Bretton Woods, sistem ini sangat menguntungkan Amerika Serikat karena USDollar menjadi standar perhitungan. Pada saat itu, pemerintah AS berjanji untuk membolehkan pertukaran setiap US Dollar yang dimiliki oleh negara manapun dengan emas yang tersimpan di Fort Knox, Amerika. Fort Knox Akan tetapi, lama-kelamaan Amerika kesulitan untuk memenuhi cadangan emas setiap kali mencetak (mem-print) dollar. Amerika sendiri sangat membutuhkan dollar karena Amerika terlibat perang dalam invasinya ke Negara Vietnam pada tahun 1960an yang membutuhkan banyak biaya. Secara perlahan kesepakatan ini dilanggar oleh Amerika, tentu lebih mudah mencetak dollar daripada mendapatkan emas. The Fed (Federal Reserve) lah yang memiliki wewenang dalam mencetak uang Dollar, bukan Departemen Keuangan AS. Di sinilah letak keanehannya, wewenang pencetakan uang diberikan pada pihak swasta, yakni The Fed (lembaga Yahudi Eropa) yang seharusnya berada dalam wewenang pihak Pemerintah. Pada akhirnya The Fed mencetak dollar melebihi cadangan emas yang dimilikinya. Akibatnya, terjadi krisis kepercayaan masyarakat dunia terhadap US Dollar. Hal tersebut ditandai dengan peristiwa penukaran US Dollar secara besar-besaran oleh negara-negara Eropa. Perancis, pada masa pemerintahan Charles de Gaulle, negara yang pertama kali menentang hegemoni US Dollar dengan menukarkan sejumlah 150 juta US Dollar dengan emas. Charles de Gaulle Tindakan Perancis ini kemudian diikuti oleh Spanyol yang menarik sejumlah 60 juta dollar AS dengan emas. Praktis, cadangan emas di Fort Knox berkurang secara drastis. Ujungnya, secara sepihak, Amerika membatalkan Bretton Woods System melalui Dekrit Presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971, yang isinya antara lain, USD tidak lagi dijamin dengan emas. ‘Istimewanya’, dollar tetap menjadi mata uang internasional untuk cadangan devisa negara-negara di dunia. 2 tahun kemudian, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan global akan US Dollar, sistem lain diciptakan yang disebut “Sistem Petrodollar”. Pada tahun 1973, terjadi sebuah kesepakatan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat. Henry Kissinger, Sekretaris Negara Amerika Serikat saat itu menemui Raja Faisal untuk mengusulkan sebuah perjanjian, yaitu setiap pembelian barrel minyak dari Arab Saudi harus dibayar dengan US Dollar. Berdasarkan perjanjian ini, negara manapun yang berusaha membeli minyak dari Arab Saudi harus menukar terlebih dahulu mata uang negara mereka dengan USD. Dalam mewujudkan kesepakatan ini, Amerika Serikat memberikan jaminan keamanan bagi ladang minyak Arab Saudi dari tetangga mereka, termasuk Israel. Henry Kissinger (Kiri), Raja Faisal (Tengah) “Siapa yang bisa mengendalikan pasokan makanan, maka dia bisa mengendalikan orang-orang; siapa yang bisa mengendalikan energi (oil), maka dia bisa mengendalikan benua; siapa yang bisa mengendalikan uang, maka dia bisa mengendalikan dunia”Henry Kissinger, 1973 Tahun 1975, negara-negara anggota OPEC juga sepakat untuk menjual minyak mereka berdasarkan US Dollar dengan imbalan pertukaran senjata dan perlindungan militer. Sistem Petrodollar ini, atau secara sederhana dikenal sebagai sistem “oil for dollars”, secara langsung meningkatkan kebutuhan dunia akan Dollar AS. Dan tentu saja, karena permintaan minyak dunia meningkat, maka meningkat pula permintaan Dollar AS. Sekali lagi, kebijakan ini sangat menguntungkan Amerika Serikat sekaligus menambah kekuatan sebagai negara super power. Sejak saat itulah minyak bumi telah menggantikan peranan emas dan perak sebagai mata uang dunia. Petrodollar Begitulah bagaimana cara mereka berusaha mengendalikan dunia. Namun, usaha mereka tidak selalu berjalan lancar. Banyak juga yang menentang agenda mereka, tidak hanya dari kalangan umat Islam, tapi juga dari non-Muslim. Pertanyaannya, setelah pencetakan uang tidak lagi berdasarkan jumlah emas yang tersimpan. Bagaimana cara The Federal Reserve, selaku Bank Sentral AS memenuhi permintaan dunia akan US Dollar, yang mana semakin bertambah produksi minyak, maka semakin tinggi pula permintaan US Dollar ? Gedung Perkantoran Federal Reserve Bank Fractional Reserve Banking System Tahun 1960an, Bank Sentral Amerika, The Federal Reserve menerbitkan sebuah dokumen atau buku yang berjudul “Modern Money Mechanics”. Tujuan dari dokumen itu adalah untuk menjelaskan proses dasar pembuatan uang kertas USDollar dalam sebuah Sistem yang disebut “Fractional Reserve Banking”. Proses pencetakan uang dengan berbagai terminologi atau istilah perbankan. Lebih sederhananya begini: ~~ Ketika Pemerintah Amerika Serikat membutuhkan US$10 milyar, maka mereka menghubungi Federal Reserve. Pemerintah AS harus menerbitkan surat obligasi (surat jaminan) dan memberikannya kepada The Federal Reserve. Surat obligasi itu harus dicantumkan nominal senilai US$10 milyar. Setelah The Fed menerima surat obligasi tersebut, The Fed kemudian membuat sebuah nota atau cek yang bernilai US$10 milyar dan memberikannya kepada Pemerintah AS. Nota atau cek tadi masih belum bisa berfungsi sebagai uang. The Fed memberikan nota tersebut kepada pemerintah AS tidak “gratis”, melainkan dalam bentuk “utang”. Oleh karena itu, sampai detik ini, negara peringkat pertama yang paling besar utangnya adalah Amerika Serikat. Setelah mendapat nota Federal Reserve itu, Pemerintah AS kemudian menyimpannya dalam akun Bank Komersial atau Lembaga Keuangan seperti World Bank dan IMF. Dan dengan penyimpanan ini, nota-nota tadi berubah menjadi uang sah, dan menambah 10 US$10 milyar kedalam saldo Amerika Serikat. Karena zaman semakin canggih, transaksi “obligasi-nota Federal Reserve” tersebut bisa terjadi secara elektronik. Tanpa kertas sama sekali. Pada kenyataannya, hanya 3% cadangan uang Amerika yang berbentuk fisik (kertas), 97% sisanya hanya berbentuk digital. Sekarang, surat obligasi Pemerintah dibuat sebagai alat utang atau jaminan. Jadi, uang diciptakan dari utang. Uang = Utang Kini, US$10 milyar tadi berada dalam akun Bank komersial atau IMF atau World Bank. Anggap saja AS menyimpannya di IMF. Di sini menariknya. Karena, berdasarkan peraturan “Fractional Reserve Banking”, deposito (tabungan) US$10 milyar tadi menjadi bagian dari cadangan bank, seperti deposito lainnya. Dan sesuai ketentuan dalam “Modern Money Mechanics”, setiap bank (Bank non-Bank Sentral, seperti BNI, Mandiri, BRI, Bank Panin, dll) harus memiliki cadangan dana min 10% dari deposito (tabungan) yang dimilikinya. Dengan kata lain, semua uang yang tersimpan dalam bank tersebut, 10% nya harus ditahan oleh bank dan tidak boleh digunakan sedikitpun. Itu artinya, dari setiap deposito US$10 milyar, 10%nya atau US$1 milyar harus ditahan sebagai cadangan wajib dan tidak boleh digunakan oleh bank. Sedangkan 90% sisanya atau US$9 milyar boleh digunakan oleh Bank, baik untuk dipinjamkan sebagai utang (berbunga tentunya), investasi, membeli saham atau hal lainnya. *Membeli saham? teringat zaman Susilo Bambang Yudhoyono, yang mana tabungan nasabah Bank Century digunakan tanpa izin, dan bangkrut. hmmm* Kita anggap Pemerintah Amerika menyimpan uang US$10 milyar tadi ke dalam IMF. Dan Pemerintah Amerika mencairkan US$3 milyar untuk digunakan dalam negara atau membuat proyek pembangunan. Jadi, sisa US$6 yang bisa digunakan IMF untuk dipinjamkan kembali, dan US$1 harus disimpan dan tidak boleh digunakan. Lalu negara Indonesia meminjam dana kepada IMF. Kemudian IMF menyediakan pinjaman (dengan bunga) sebesar US$6 milyar. Ingat, seseorang, negara atau perusahaan swasta tersebut harus menyerahkan “jaminan harta” (Aset) agar Bank Komersial, IMF, atau World Bank bersedia mencairkan pinjaman! Kemudian Indonesia membuat akun baru dan menyimpan US$4 milyar tadi di IMF. Kini otomatis jumlah “cadangan wajib” IMF bertambah karena ada akun baru, dan 10% dari akun tabungan tersebut tidak boleh digunakan IMF. Kini, jumlah “cadangan wajib” IMF berjumlah Saldo awal akun Amerika = US$10 milyar. Karena peraturan perbankan “Fractional Reserve Banking”, maka 10% dari saldo awal ditahan Bank, yaitu US$1 milyar. Saldo awal akun Pemerintah Indonesia tadi US$6 milyar. Maka 10% nya adalah US$0,6 milyar yang harus ditahan bank dan tidak boleh digunakan. US$ 1milyar+ US$ 0,6milyar = US$ 1,6milyar. Begitu seterusnya cara kerja Sistem Perbankan, luar biasa bukan ?. Dan suatu Bank Komersial akan “bangkrut” jika cadangannya (yang 10% setiap akun tadi) habis digunakan dalam pasar saham atau semua nasabah beramai-ramai menarik seluruh isi tabungannya! Lalu, bagaimana caranya suatu negara misalnya Negara Indonesia mendapatkan USDollar agar bisa membeli (impor) minyak dan gas Negara-negara OPEC?. Jawabannya adalah dengan meminjam langsung kepada IMF, World Bank, atau Lembaga Keuangan lainnya yang memiliki US Dollar. Lantas, bagaimana cara pemerintah Indonesia dalam mencetak Rupiah? Sistem pencetakan Rupiah sama halnya dengan yang dilakukan oleh AS. Akan tetapi, pemerintah Indonesia menerbitkan surat obligasi dan memberikannya kepada Bank Indonesia (BI). Dan perlu diingat bahwa selain Pemerintah, pihak lain juga bisa membuat “surat obligasi”. Namun, hanya pihak tertentu yang bisa karena peraturannya ketat sekali. Pihak-pihak penerbit obligasi itu biasanya terdiri atas: Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European Investment Bank) atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank). Pemerintah suatu negara Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah . Lembaga pemerintah. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta. Dan lain-lain. Apakah Bank Indonesia juga dimiliki oleh swasta? Iyaa, Bank Indonesia selaku Bank Sentral Republik Indonesia, sahamnya dimiliki swasta dan tidak lagi dikendalikan oleh Pemerintah Indonesia. Privatisasi bank sentral Indonesia dimulai pada tahun 1999, sejak BJ. Habibie menandatangi surat perjanjian yang tertera pada “Undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia”. Seperti ini sebagian isi dalam undang-undang tersebut: Menimbang: d. bahwa untuk menjamin keberhasilan tujuan memelihara stabilitas nilai rupiah diperlukan bank sentral yang memiliki kedudukan yang independen; Berdasarkan pernyataan di atas, Bank Indonesia menjadi lembaga Independen, dan bukan lembaga pemerintah. Bab I, Ketentuan Umum. Pasal 1 no 8: Peraturan Bank Indonesia adalah ketentuan hukum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan mengikat setiap orang atau badan dan dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia; Berdasarkan pernyataan di atas, peraturan dalam Bank Indonesia tidak lagi diatur oleh pemerintah Republik Indonesia. Pasal 4, ayat 2 : Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. Pasal 4, ayat 3 : Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini. Pasal 7 : Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Pasal 8 : Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut : a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; c. mengatur dan mengawasi Bank. Pasal 9, ayat 1 : Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. Pasal 9, ayat 2 : Bank Indonesia wajib menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana pun dalam rangka pelaksanaan tugasnya. Anda bisa lihat sendiri dari isi pasal di atas, Pemerintah Indonesia tidak lagi bisa mengendalikan keuangan Indonesia. Jangankan pemerintah, Allah SWT saja tidak bisa ikut campur dalam kebijakan BI berdasarkan pasal di atas. Apakah ini bukan syirik?. Jelas, dalam agama Islam, segala sesuatunya telah diatur berdasarkan hukum dalam Al-Qur’an dan Hadits, terutama berkaitan dengan ekonomi. Privatisasi inilah yang membuat Soeharto enggan menandatangani perjanjian ini. Oleh karena itu, dia berusaha dilengserkan dari jabatannya agar perjanjian ini terlaksana. Zionist melalui anggotanya, yakni George Soros, mengobrakabrik mata uang Negara Asia Tenggara pada tahun 1998. Bahkan, Rupiah mencapai Rp.16.800/dollar AS pada Juni 1998. Dengan melemahnya Rupiah, ekonomi Indonesia hancur, maka politik pun ikut hancur, kemudian “colour revolution” bisa diterapkan untuk melengserkan Soeharto. Bisa saja Soeharto bersikeras mempertahankan jabatannya karena masih banyak TNI yang loyal kepadanya. Namun jika itu terjadi, Indonesia akan bernasib sama dengan Irak, Libya, dan negara lainnya yang hancur akibat kekuatan zionist. Takdir berkata lain, sudah nasib Indonesia terus diperbudak, dan para Ulama Islam Indonesia buta akan hal ini! Pandangan Islam terhadap sistem moneter tersebut. Dari zaman Nabi Adam [as] sampai Nabi Muhammad [saw], beriburibu tahun Allah SWT mengutus hambanya untuk memberi petunjuk kepada umat Manusia, firman Allah SWT yang terakhir turun adalah mengenai Riba. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orangorang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”Al Qur'an Surah Al-Baqarah, 2 Ayat 278-281 Pernyataan tegas dalam Al-Qur’an bahwa Allah SWT dan RasulNya akan memerangi siapapun yang melakukan Riba. Siapapun yang melakukan Riba akan menjadi musuh Allah SWT dan RasulNya. Ini sungguh pernyataan yang sangat menakutkan bagi orang-orang yang mau berpikir. Lantas, bagaimana status uang kertas dan sistem moneter tersebut dalam Islam? Abdullah bin Umar telah membeli seekor unta betina sebagai pertukaran untuk empat ekor unta dan telah mengaturkan supaya empat unta tersebut diantar kepada pemiliknya di Rabdhah. (Muwatta, Imam Malik) Abu Sa’id Al Khudriy ra berkata: Bilal datang menemui Nabi Muhammad [saw] dengan membawa Kurma Barni (jenis Kurma terbaik) maka Nabi [saw] berkata kepadanya: “Dari mana Kurma ini ?” Bilal menjawab: Kami memiliki Kurma yang jelek lalu kami jual dua sha’ Kurma tersebut dengan satu sha’ Kurma yang baik agar kami dapat menghidangkannya kepada Nabi [saw]. Maka saat itu Nabi [saw] berkata: “Celaka celaka, ini benar-benar Riba. Janganlah kamu lakukan seperti itu. Jika kamu mau membeli Kurma maka juallah Kurmamu dengan harga tertentu kemudian belilah Kurma yang baik ini” (Shahih Bukhari, 2145) 1 ekor Unta Betina >< 4 ekor unta —— Tunai/tidak tunai, ini tidak Riba 1 sha’ Kurma bagus >< 2 sha’ kurma jelek —- Tunai, ini Riba Mengapa? sebab unta tidak berfungsi sebagai mata uang, sedangkan Kurma berfungsi sebagai mata uang. Mata uang seperti emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan kurma, garam dengan garam, atau gula dengan gula, harus ditukarkan dengan takaran yang sama dan dilakukan dengan tunai. Abu Sa’id Al Khudriy [ra] berkata: Rasulullah [saw] bersabda: “emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum ditukar dengan gandum, jewawut ditukar dengan jewawut, kurma ditukar dengan kurma, garam ditukar dengan garam, (tidak mengapa) jika sama takarannya dan langsung serah terima (tunai). Barangsiapa melebihkan atau lebih, maka ia telah melakukan praktek riba, baik yang mengambil atau yang memberi.” (Shahih Muslim, 2971) Namun, apabila emas ditukar dengan perak, perak ditukar dengan emas, tidak mengapa walaupun takarannya berbeda. Seperti hadits berikut: Abu Bakrah [ra] berkata: Rasulullah [saw] bersabda: “Janganlah kalian berjual beli emas dengan emas kecuali dengan jumlah yang sama, perak dengan perak kecuali dengan jumlah yang sama dan berjual belilah emas dengan perak atau perak dengan emas sesuai keinginan kalian” (Shahih Bukhari, 2029) Apa hubungannya dengan uang kertas? Bukankah pertukaran antara US Dollar dengan mata uang negara lain tidak sama takarannya?. Pada tanggal 23 september 2016, kurs Rupiah dan US Dollar adalah Rp.13.000/US Dollar. Ini jelas tidak sama takarannya, dan uang kertas saat ini tidak lagi berbasis emas dan dapat menyebabkan “Inflasi”. Ini jelas perbudakan dunia yang dilakukan oleh AS kepada seluruh umat manusia. Sebab, mereka menciptakan uang dari kertas dan hampa udara, dan uang itu mampu membeli apa saja. Status uang kertas saat ini jelas “haram”. Apakah saat ini, para Ulama Islam terutama di Indonesia mengetahui akan hal ini? ini pertanyaan yang sungguh memalukan. Jangan harap mereka mengetahuinya. Bahkan MUI saja menghalalkan uang elektronik. Menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan. Press conference true money yang diresmikan oleh ketua MUI “TrueMoney menjadi uang elektronik pertama di Indonesia yang mengantongi sertifikat ini. Kalau ada produk sejenis menggunakan Syariah, kami belum berikan sertifikat,” ungkap Ketua Umum MUI, Ma’ruf Amin. “Sejak 1992 telah mulai ada bank syariah. Dan ini menjadi yang pertama dan satu-satunya yang ada di Indonesia saat ini,” kata Ma’ruf dalam konferensi pers di kantor Witami Tunai Mandiri, Generali Tower, Jakarta, Senin (28/3/2016). | http://economy.okezone.com/ “Layanan ini memberi kemudahan masyarakat kepada masyarakat bertransaksi, terutama mereka yang tidak memiliki akun perbankan,” kata Maruf Amin. | http://www.republika.co.id/ Timur Tengah Karena US Dollar terus kehilangan nilainya, beberapa negara produksi minyak mulai mempertanyakan kebijakan tentang menerima uang kertas yang tak berharga ini sebagai transaksi minyak dunia. Beberapa negara akhirnya menjauh dari sistem petrodollar ini. Seperti Iran, Suriah, Venezuela, dan Korea Utara. Selain itu, beberapa negara lain memilih untuk menggunakan mata uang mereka sendiri untuk transaksi minyak seperti negara anggota BRICS, yakni Russia, China, dan India. Sedangkan Irak yang pernah berusaha menentang hagemoni US Dollar dihancurkan, Irak menyatakan akan menjual minyak menggunakan Euro, bukan US Dollar. Sejak saat itu dilancarkan segala propaganda media, Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein (Alm) diinvasi atas tuduhan kerja sama dengan teroris, memiliki senjata pemusnah massal, dan atas pembantaian saat invasi Kuwait. Pada akhirnya, Irak hancur akibat serangan koalisi AS, Barat, dan Negara Teluk, sedangkan Saddam Hussein dijatuhi hukuman gantung. Hukuman gantung Saddam Hussein Lain hal dengan Muammar Ghadafi (Alm), orang yang sangat blakblakan menyatakan akan menjual minyak Libya dengan Emas dan menerapkan kebijakan ini terhadap negara-negara tetangga di Benua Afrika. Zionist langsung ketar-ketir dan tak tinggal diam, propaganda terhadap Ghadafi pun dilancarkan, Colour Revolution dijalankan, terjadi revolusi di Libya. Barat kemudian mendukung mundurnya rezim diktator negara Libya karena pada saat itu Timur Tengah mengalami yang namanya “Arab Spring”. Bukan itu saja, melalui salah satu Ulama Islam pun, yakni Sheikh Yusuf Qaradhawi, Ulama Ikhwanul Muslimin, mengeluarkan fatwa untuk menentang pemerintahan Ghadafi. “Saya katakan pada saudara dan anak-anak saya yang menjadi tentara dan perwira di Angkatan Darat Libya untuk tidak taat ketika pemerintah memberi perintah untuk membunuh rakyat menggunakan pesawat tempur. Saya kini mengeluarkan fatwa mendesak tentara dan perwira yang bisa membunuh untuk membunuh Muammar Ghadafi.” Yusuf Qaradhawi Yusuf al Qaradawi Pada akhirnya, Ghadafi wafat ditangan rakyatnya sendiri, kini Libya hancur lebur oleh serangan NATO dan para teroris, orang yang memimpin Libya menjadi boneka Barat. Banyak teroris seperti ISIS, Al-Qaeda berada di Libya. Setelah pihak Ikhwanul Muslimin menentang rezim Khadafi, Libya kini dilupakan dan dibiarkan luluh lantah. Apa daya, tugas Yusuf Qaradhawi dkk sudah selesai di Libya, saatnya kini berfokus ke Suriah. Alm Muammar Khadafi yang dibunuh oleh rakyatnya sendiri Di Suriah dilancarkan lagi propaganda Sunni-Syiah, dan menuduh rezim Assad membantai rakyat Sunni di Suriah. Tentu saja konflik Suriah berawal dari demonstrasi (Colour Revolution) untuk menurunkan rezim diktator. Setelah Suriah mulai dilanda konflik, dilancarkanlah isu Sunni-Syiah. Teroris ISIS, Jabhal Nusrah, FSA, dan afliasi pemberontak laiinnya menerima pasokan senjata dari AS. Tidak cukup disitu saja, ulama-ulama Wahabi serta Qaradawi dkk pun mengeluarkan fatwa untuk melengserkan rezim Assad yang telah membantai rakyat Sunni di Suriah. Organisasi HAM seperti “White Helmet” pun memainkan perannya di kota-kota Suriah, dengan membuat propaganda bahwa rezim Assad menggunakan senjata kimia terhadap rakyat Suriah, padahal ini semua adalah Fitnah. Begitu pula dengan Russia, organisasi White Helmet di Suriah memfitnah Russia karena serangan Pesawat Tempur Russia menyerang penduduk sipil kota Aleppo, padahal itu adalah serangan teroris dan pemberontak. Masalah Suriah sangatlah rumit, bukan sebatas ‘petrodollar’ saja, tapi juga masalah kepentingan zionist lainnya. Yaitu: 1. Suriah tidak bersedia menandatangani kesepakatan Jalur Pipa Gas yang melalui Suriah, dari Qatar menuju Eropa 2. Bank Sentral Suriah berada dalam kendali pemerintah, bukan Rothschild 3. Suriah tidak punya hutang kepada IMF 4. Suriah tidak mengimpor maupun memproduksi GMO’s 5. Suriah sangat menentang agenda New World Order 6. Suriah memiliki ladang minyak 7. Suriah sampai saat ini satu-satunya negara arab yang belum berdamai dengan Israel 8. Suriah selalu mengirim bantuan militer ke Palestina 9. Wilayah Suriah masuk kedalam incaran The Greater Israel (Yinon Plan). Proxy war terhadap Suriah diiringi dengan kebijakan konsisten AS yang telah mendominasi energi kaya Timur Tengah, apalagi sejak AS mampu menerapkan pressure terhadap minyak produksi yang akan dijualkan dalam bentuk dollar AS sehingga memperkuat mata uang mereka, juga sangat tergantung pada kekuatan mereka untuk memproyeksikan kekuatan militer, sebagaimana telah terbukti oleh konsentrasi berat pangkalan militer di Timur Tengah. Namun AS tidak selalu berhasil mencapai tujuan yang diinginkan, misalnya invasi ke Irak, yang seharusnya bisa mengontrol penuh atas sumber minyak penting, tapi karena musuh Saddam Hussein merupakan sekutu alami Iran, dengan demikian Irak akan bergerak ke ranah pengaruh Iran. Tampaknya jadi motivasi penting bagi AS yang notabene sekutunya Arab Saudi dan Qatar yang juga memiliki alasan tersendiri untuk melemahkan Iran. Meskipun Suriah bukanlah produsen utama minyak, satu penjelasan tertentu yang mempertimbangkan mengapa Suriah menjadi target adalah penemuan pada tahun 2007 cadangan gas alam terbesar yang diketahui berada di Teluk Persia, yang mana kemudian dibagi antara Iran dan Qatar. Qatar kemudian membangun proyek jalur pipa gas yang melewati Suriah menuju Turki dan Eropa. Sedangkan Iran membangun proyek jalur pipa gas yang disebut PARS Pipeline. Proyek pipa gas Qatar-Turki belum juga dibangun di Suriah, sedangkan proyek pipa gas Iran PARS sudah mencapai pinggiran kota Damaskus yang bentar lagi akan selesai. Sementara itu beberapa tahun terakhir ini Uni Eropa telah cemas atas ketergantungan sumber energi, dan akhirnya memulai proyek pipeline Nabucco pada tahun 2009, yang mana berawal dari laut Kaspia (Azerbaijan) melalui kaukasus, Turki, dan menuju Eropa dengan harapan mengurangi ketergantungan Uni Eropa terhadap gas alam Rusia. Awalnya Uni Eropa berharap pemasok (sumber) gas alam berasal dari Irak, , Turkmenistan dan Mesir. Namun proyek Nabucco tersendat beberapa bulan lalu dikarenakan masalah sengketa. Sementara saingannya ‘Gazprom pipline’ yakni jalur pipa gas dari Rusia menuju Eropa yang juga melintasi Laut Hitam melalui rute menuju Eropa telah sukses dibangun. Tak dapat dipungkiri lagi, kalau konflik Suriah adalah pertempuran memperebutkan Gunung Emas Sungai Efrat. Gunung Emas yang dimaksud adalah energi (minyak dan gas) yang kini dipertarungkan, yakni Jalur Pipa Gas yang dapat memelihara kelangsungan hidup Sistem Petrodollar. Jika Uni Eropa bersedia membeli gas Russia, maka Uni Eropa tidak memerlukan lagi US Dolar untuk dipakai dalam transaksi, sebab tentu saja Rusia akan menerapkan kebijakan menggunakan mata uang Ruble (mata uang Russia). Permintaan USD pun menurun, dan tentu saja, ini kan melemahkan status AS sebagai negara super power. Pertarungan ini akan mengakibatkan 99 dari 100 orang akan meninggal, kemungkinan Perang Dunia Ketiga (Al-Malhamah) pecah di kota Aleppo (Armageddon). Rasulullah bersabda: “Hari Kiamat tak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat mengering dan menyingkapkan Gunung Emas. Orangorang saling membunuh untuk memperebutkannya. Setiap 99 dari 100 orang akan terbunuh, namun masing-masing dari mereka berkata, ‘Barangkali aku yang menjadi orang yang selamat itu ” (H.R Muslim) Dan kebenaran itu bagaikan butiran bintang di langit yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya untuk menjadi menjadi petunjuk arah bagi para manusia. Tidak akan ada kebengkokan dalam sebuah kebenaran dan tentu saja hanya hati yang bisa melihat, hati yang mendengar dan hati yang berusaha untuk memahami, yang akan dapat mengenal dan menemukan kebenaran tersebut dibalik fitnah dan penipuan ilusi peradaban modern yang mereka anggap sebagai sebuah kemajuan. Semoga Tuhanku menyempurnakan petunjukNya yang lurus kepada kami agar kami lebih dekat (kebenarannya) daripada ini semua. Insya Allah Sumber : Sheikh Imran N. Hosein – Larangan Riba Didalam Al Quran dan Sunnah https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Bretton_Woods https://ftmdaily.com/preparing-for-the-collapse-of-the-p etrodollar-system/ http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/u… https://www.arrahmah.com/read/2011/02/24/11112-yusuf-qar adhawi-keluarkan-fatwa-untuk-melawan-gaddafi.html https://en.wikipedia.org/wiki/Nabucco_pipeline MUI Terbitkan Sertifikat e-Money Syariah | http://inet.detik.com/read/2016/03/… MUI Resmikan E-Money Syariah Pertama | http://economy.okezone.com/read/201… TrueMoney Witami Raih Sertifikat eMoney Syariah dari MUI | http://www.republika.co.id/berita/e… Kantongi Sertifikat MUI, e-Money Siap Kuasai ASEAN | http://bisnis.news.viva.co.id/news/… e-Money Syariah Pertama Resmi Hadir di Indonesia | http://tekno.liputan6.com/read/2469… Sumber cadangan gas: World Proven Natural Gas Reserves by Country | http://www.opec.org/library/Annual%20Statistical%20Bul letin/interactive/current/FileZ/XL/T32.HTM Iran reserve of natural gas http://en.apa.az/azerbaijan_energy_and_industry/bp-iranranks-first-for-gas-reserves-third-for-oil-reserves.html BP, Statistical Review of World Energy 2014 | http://www.bp.com/content/dam/bp/pdf/Energy-economics/st atistical-review-2014/BP-statistical-review-of-worldenergy-2014-full-report.pdf U.S. Crude Oil and Natural Gas Proved Reserves | http://www.eia.gov/naturalgas/crudeoilreserves/ Statistic energy review of natural gas sectioin | http://www.bp.com/liveassets/bp_internet/globalbp/global bp_uk_english/reports_and_publications/statistical_energ y_review_2011/STAGING/local_assets/pdf/natural_gas_secti on_2012.pdf Gaas pipelines to Europe by 2018 | http://tass.com/infographics/7275 Rio Esvaldino