1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergolakkan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pergolakkan politik dunia semakin memanas, Amerika Serikat dengan
para sekutunya terus menerus melakukan propaganda palsu dan rekayasa untuk
mempertahankan superioritasnya di dunia, tuduhan, fitnah, dan ancaman secara
sepihak ditujukan ke negara-negara yang berseberangan dengan kebijakan
politiknya. Beberapa negara bahkan menempati urutan pertama dalam daftar
negara yang harus dikucilkan. Para pemimpinnya menjadi target utama operasi
A.S. mereka dituduh sebagai poros kejahatan, anti HAM, pendukung teroris dan
diktator.
Apatahlagi setelah runtuhnya Uni Soviet, A.S. semakin kehilangan daya
nalar sehatnya. Hasrat politik hegenominya untuk menguasai dunia dengan
menggunakan kekuatan militer telah mendapatkan kecaman dan kutukan
masyarakat internasional. Para aktivis HAM telah memberikan gelar kepadanya
sebagai “Champion of Humandistraction” dalam mengubah tatanan dunia baru
menjadi new word disorder.
Kebijakannya yang otoriter dan mengundang pro dan kontra di dalam
maupun luar negeri, terlihat pada Invasinya terhadap Irak. Dengan menggunakan
alasannya untuk mencari dan menghancuran senjata pemusnah masal. Sedangkan
tujuannya tak lain hanyalah sekedar ingin mempertontonkan superioritasnya
kepada dunia, bahwa ia adalah makhluk predator abad modern. Dari sanalah Ia
1
sangat membutuhkan bahan bakar yang cukup, terutama kebutuhan akan minyak
agar dapat menggerakan kekuatannya, dengan memiliki kekuatan lebih maka
terciptalah hukum rimba yang dijadikannya sebagai kebijakan utamanya.
Pemimpin sebuah negara akan tetap menjadi sekutunya selama masih
berkiblat ke Gedung Putih. Saddam Husein merupakan sekutu terpenting dalam
perang Irak-Iran, berubah menjadi musuhnya setelah ia menolak untuk didikte.
Kasus yang sama menimpa pemimpin Revolusi Libya, Muammar Qaddafi dan
Presiden Panama.
Terlihat dengan Revolusi Al-Fatih September 1969 yang dipimpin
Muammar Qaddafi yang merupakan sumber pemicu utama kemarahan A.S.
setelah tumbangnya rezim Raja Idris Sanusi yang merupakan boneka Amerika
sejak kemerdekaan Libya, dari sinilah ia merasakan kehilangan sekutunya di
Afrika Utara. Karena dengan memiliki Minyak mentah dan juga merupakan salah
satu negara penghasil minyak terbesar, Amerika tak lagi mendapatkan asupan
minyak dari Libya. Selain itu dengan berani Qaddafi mengeluarkan kebijaknnya
yaitu dengan menutup pangkalan-pangkalan militer Amerika, Inggris, dan Italia
dan membangun Libya baru dengan kemampuannya sendiri.
Dengan semua itu Qaddafi menjadi momok yang menakutkan dan trouble
maker bagi A.S dan sekutunya. Ia mulai dikucilkan oleh masyarakat internasional
akibat propaganda palsu AS sebagai pemimpin negara berkembang dengan SDM
yang rendah, Libya tak mampu melakukan conter attack. Ia betul-betul menjadi
victim/mangsa trial by press. Nama Qaddafi dengan Libyanya sangat identik
dengan teroris dan pendukung gerakan separatis di negara berkembang.sampai-
2
sampai sekutu AS di Liga Arab pun menjaga jarak dengan Qaddafi agar bisa
mempertahankan kursi kepemimpinan mereka.
Kolonel Muammar Qaddafi yang merupakan pemimpin rakyat Libya pada
revolusi September 1969 dan juga pengarang Teori Dunia Ketiga, memang figur
paling kontroversial di zaman modern. Bagi dunia Barat, terutama bagi media
massanya, Qaddafi adalah penjahat pengganggu perdamaian, gembong teroris dan
sekutu dekat komunis Rusia. sedangkan bagi para penguasa Arab konservatif,
Qaddafi adalah ‘si Libya gila’1 dan seorang komunis yang ateis. Namun ada yang
berbeda pada jutaan rakyat tertindas di Asia, Afrika dan Amerika Latin, mereka
malah beranggapan Qaddafi adalah seorang pahlawan, pemimpin dalam
perjuangan revolusi melawan imperialisme, eksploitasi dan rasisme. Singkatnya,
Qaddafi adalah sosok yang dicintai sekaligus dibenci, dipuji dan dicaci, dan yang
paling penting, seorang politisi dengan gaya yang meledak-ledak yang menolak
untuk bermain dalam peraturan-peraturan diplomasi internasional biasa.
Kepribadian dan penampilan intelektual Muammar Qaddafi terbentuk di
gurun, dimana kecermatan dan kesederhanaan kehidupan daerah ini menjadi
kerangka
dasar
yang
melahirkan
dan
mengembangkan
Qaddafi.
Jadi,
ketegasannya dalam menggunakan pendekatan sederhana serta langsung terhadap
Islam sebagai sebuah keyakinan agama dan sistem nilai adalah bagian menyeluruh
dari karakternya sebagai orang gurun. Di sisi lain, karakter ini pula yang menjadi
titik celaan Qaddafi oleh para pemimpin relijius dan pergerakan muslim
tradisional, serta menjadi senjata ampuh bagi lawan-lawannya diantara para
1
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar
Qadhdhafi, (Bogor : Humaniora Press, 1991). Hal. 9.
3
propaganda mereka baik di Timur maupun di Barat. Sementara itu, dimensi
keagamaan dari pemikiran Qaddafi pantas menerima perhatian yang cukup karena
dimensi ini memberikan dasar serta kerangka ideologi dan kehidupan Qaddafi dan
kehidupan publiknya dalam segala bidang.
Libya sendiri merupakan negara di pusat bagian utara Afrika. Di sebelah
utara dibatasi oleh laut, di timur oleh Mesir dan Sudan, di selatan Chad dan
Nigeria, sedang dibagian barat oleh Aljazair dan Tunisia. Oleh karena lokasinya
yang strategis, Libya di masa lalu selalu menjadi sasaran para penakluk. Bangsabangsa yang pernah menduduki sepanjang pantai laut tengah di antaranya :
Polinesia, Yunani, Romawi, dan Italia. Italia adalah penyerbu terakhir yang
datang pada tahun 1911.2
Gerakan perlawanan dalam menghadapi ekspansi Barat (Italia) di Libya
mengambil bentuk tarekat yaitu organisasi sufi (mistik) dengan nama tarekat
Sanusiyah yang didirikan oleh Muhammad bin Sanusi (1790-1885). Pengaruh
tarekat Sanusiyah di kalangan anggotanya sangat besar. Kabilah-kabilah yang
saling bermusuhan di Sahara dan penduduk Badui di Cyrenaica. Berhasil
dipersatukan. Ketika Muhammad bin Sanusi meninggal, pemimpin tarekat di
gantikan oleh puteranya Muhammad Al-Mahdi.3
Perjuangan Sanusi melawan Italia mendapat dukungan dari beberapa
negara Islam, termasuk Turki. pada Tahun 1915 Italia bergabung dengan pihak
sekutu dalam perang dunia I melawan Jerman, Austria, dan Turki. Ketika pihak
2
J. Robert. Wegs, Erope Since 1945 : A Concise History, (New York : St. Matrin’s
Press). Hal. 112.
3
John Gunther, Inside Africa, (New York : Harper & Brother, 19995), hal. 166.
4
sekutu menang, Sayyid Ahmad (pemimpin tarekat Sanusiyyah saat itu ) yang
mendapat dukungan dari Turki, terpaksa meninggalkan Libya dan pemimpin
sementara diserahkan kepada saudara sepupunya yaitu Sayyid Idris. Pada tahun
1918, Sayyid Idris mengadakan perjanjian dengan Italia dan ia mengakui
kedaulatan Italia di Libya. Sebagai imbalannya Idris memperoleh hak otonomi di
daerah-daerah pedalaman. Pemimpin-pemimpin Arab di Tripoli dan Cyrenaica
kemudian mengakui Sayyid Idris sebagai Amir atau Pemimpin seluruh Libya.
Dalam hal ini Idris menerima pengangkatan itu, akan tetapi terpaksa mengungsi
ke Mesir karena Italia akan merencanakan aksi militer.
Pada tahun 1942, tentara Inggris dan Prancis memasuki Libya. Inggris
menguasai daerah Tipolitania dan Cyrenaica Prancis di Fezzan. Satu tahun
kemudian orang-orang Italia berhasil diusir dari Libya oleh tentara Inggris dan
Perancis, Sayyid Idris kembali lagi ke Cyrenaica yang kemudian menjadi raja
Idris I di Libya di bawah kekuasaan pemerintah militer Inggris dan Perancis. Pada
konfrensi Postdam tahun 1945 yang dihadiri oleh Inggris, Perancis, Unisoviet, dan
Amerika Serikat, Inggris mengusulkan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Libya dan hal tersebut mendapat persetujuan.4
Sayangnya sejak awal pemerintahannya, negara ini sudah lemah dan
kerajaan mempunyai kekuatan yang sering disalahgunakan. Sementara itu para
perwira muda dilanda rasa tidak puas terhadap pemerintahan kerajaan yang
konservatif dan diliputi korupsi. Rasa ketidakpuasan itu diwujudkan dalam suatu
peristiwa pengambilalihan kekuasaan pada tanggal 1 september 1969 di bawah
4
Lilian Craig Harris, Libya Qadhdhafi’s Revolution and The Modern State, (Colorado
wetview Press, 1986). Hal. 9
5
kepemimpinan Muammar Qaddafi. Mereka berusaha membentuk suatu negara
Republik dan menyatakan bahwa Libya akan mengikuti cita-cita semangat dan
mengumumkan tiga tujuan utamam yaitu kebebasan, sosialisme dan persatuan
Muammar Qaddafi sendiri dibesarkan dalam suatu dunia, dimana agama
dan politik saling terjalin tak terpisahkan. Keluarganya dan lingkungan
disekitarnya selalu mengacu pada warisan-warisan agama, leluhur yang saleh,
sejarah perjuangan melawan kolonialisme Eropa. Akan tetapi Muammar Qaddafi
sendiri tidak bermaksud untuk membentuk suatu negara berdasarkan Islam yang
diperbaharui, tetapi tujuan utamanya adalah bagaimana kontribusi pemikiran
maupun tindakannya itu dapat berarti bagi masyarakat Libya khususnya dan
masyarakat Arab pada umumnya. Seperti apa yang dikembangkan oleh seorang
pemimpin negara di Mesir yaiut Jamal Abdul Naser.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang Kontribusi Muammar Qaddafi
khususnya perannya di masa Revolusi Libya ini, penulis merasa perlu
membahasnya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Kontribusi Muammar
Qaddafi Terhadap Revolusi Di Libya” sehingga dapat memberikan gambaran
lebih jauh mengenai perpolitikan di Libya.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sedikit banyaknya kita telah mengenal Muammar Qaddafi baik pemikiran
atau tindakannya, yang banyak membawa dampak positif bagi kemajuan
perkembangan dunia Islam dalam berbagai hal. Tentu saja ini merupakan
pembahasan yang luas oleh itu penulis mencoba membatasi tulisan ini pada
6
masalah kontibusi Muammar Qaddafi terhadap revolusi Libya kemudian
berdasarkan pembatasan masalah tersebut penulis merumuskan masalah sebagai
berikut bagaimanakah kontribusi Muammar Qaddafi terhadap revolusi Libya ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui secara jelas sosok pribadi Muammad Qaddafi serta
pemikiran tindakannya terutama yang berkaitan dengan masalah politik.
2. Untuk mengetahui dengan jelas kontribusi pemikiran politik Muammar
Qaddafi terhadap revolusi Libya.
3. Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi masyarakat.
Demikian pula bagi penulis merupakan suatu sarana untuk menumbuhkan
ilmu pengetahuan serta meningkatkan khazanah ilmu pengetahuan.
Khususnya pada bidang pemikiran politik Islam.
D. Metode Penelitian dan Tekhnik Penulisan
Untuk kajian ini, penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif,
yaitu yang akan memberi gambaran secara obyektif masalah yang dikaji.
Adapun tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan (Library Research), yaitu penelahaan terhadap berbagai literatur
dengan memanfaatkan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan
informasi yang tersedia. Baik melalui literature-literatur yang mendukung,
kumpulan makalah-makalah serta artikel-artikel yang telah dipublikasikan dan di
7
dokementasikan dari instansi-instansi terkait yang ada relevansinya dengan
penyusunan skripsi ini. Sumber-sumber tersebut dapat dikatagori ke dalam data
primer dan data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah karya-karya yang
berasal dari Qaddafi sendiri yang berkaitan dengan kontribusi pemikiran
politiknya terhadap revolusi Libya. Sedangkan data sekunder adalah berdasarkan
tulisan-tulisan orang tentang Qaddafi, baik mengenai pemikirannya maupun
kondisi sosial-politik pada masa itu khususnya di Libya.
Tekhnik penulisan data dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis.
Dalam penulisan ini, penulis mengacu pada Pedoman Akademik Fakultas
Usuludin dan Filsafat, UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2003.
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
Bab pertama Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penulisan,metode pembahasan dan tekhnik
penulisan serta sistematika penulisan.
Bab kedua Biografi Muammar Qaddafi. Bab ini akan mengulas mengenai
biografi Qaddafi yang meliputi, latar belakang Muammar Qaddafi, masa remaja
Muammar Qaddafi dan latar belakang pendidikan dan aktivitas Qaddafi.
Bab ketiga kondisi Umum Sosial Politik Libya. Pada bab ini penulis
mencoba membahas mengenai gambaran singkat mengenai revolusi Libya itu
8
sendiri di masa pra revolusi, di masa revolusi Libya itu sendiri maupun pasca
revolusi.
Bab empat Pemikiran dan Peran Muammar Qaddafi Dalam Perpolitikkan
di Libya serta hubungannya dengan negara-negara Arab dan Internasional. Bab
ini adalah berupa tinjauan analisis: pemikiran politik Muammar Qaddafi, Peran
Muammar Qaddafi pada revolusi Libya serta hubungan Qaddafi dengan negaranegara Arab dan Internasional.
Bab lima penutup. Bab ini berisi kesimpulan. Skripsi ini pada urutannya
akan diakhiri dengan daftar bacaan sebagai rujukan dalam penjelasannya.
9
BAB II
BIOGRAFI MUAMMAR QADDAFI
A. Latar Belakang Mu’ammar Qaddafi
Menelusuri karakteristik dan juga latar belakang dari Muammar Qaddafi
yang memiliki kelahirannya di daerah gurun terbentang daratan luas padang pasir
yang tidak memliki batas dinding dan pintu. Mayoritas masyarakat Badui di sana
mempunyai cara tersendiri dalam mempertahankan kehidupannya. Mereka tidak
mempercayakan kepada orang lain dan selalu mawas diri terhadap segala sesuatu
yang ada di sekeliling mereka. Tatkala mereka ingin keluar menuju padang pasir,
maka dengan kepercayaan mereka pada diri sendiri yang akan selalu dipegangnya.
Keuletan telah menjadi kualitas karakter dan tabiatnya.
Peradaban Mesir Kuno dan Mesopotamia telah dilahirkan di tepi-tepian
sungai Nil dan kedua sungai lainnya. Kedua peradaban itu berdekatan dengan
padang pasir dimana mereka hidup dan beradab. Di padang pasirlah seorang rasul
revolusioner telah mendengar (perintah Tuhan) yang menyuruhnya agar
mengahadapi kezaliman dan penindasan seorang raja yang tirani.
Pembentukan karakter penghuni padang pasir tidak terlepas dari pengaruh
lingkungannya itu sendiri yaitu kesederhanaan yang datang dari ketidaktentuan
hidup, keramahtamahan yang didasari oleh keinginan untuk saling membagi, juga
tabiat untuk merampas dan menjarah akibat bagi panjangnya kemarau
berkepanjangan.
10
Itulah ciri dan karekteristik padang pasir yang telah membentuk dan
mempengaruhi sifat-sifat keras dan tak kenal kompromi bagi kaum laki-laki dan
kaum wanita. Di padang pasirlah seorang Mu’ammar Qaddafi dilahirkan,
kemudian mendapat impiannya menjadi seorang pemimpin negara. Pada masa
kecilnya ia menunjukkan kelebihan yang tidak dimiliki oleh anak-anak sebayanya.
Ia adalah sosok yang serius, pendiam dan mempunyai sifat ingin tahu. Raut
wajahnya memancarkan senyum yang khas. Mu’ammar adalah putra tunggal dan
keluarga yang hidup di padang pasir nan jauh dari hiruk pikuk perkotaaan. Ia
jarang sekali terlihat bermain dengan saudara-saudara sepupunya melainkan selalu
tenggelam dalam pemikiran-pemikiran yang ia selalu impikan.5
Mengetahui riwayat hidup Muammar Qaddafi merupakan salah satu
bagian dari upaya memahami sejarah Libya. Perjalanan hidupnya adalah proses
pembentukkan karakter beliau yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
gaya kepemimpinannya.
Muhammad Abu Minyar al-Qaddafi lebih dikenal dengan sebutan
Mua’mmar al-Qadhdhafi, dilahirkan di Sirte, Tripolitania pada tahun 1942.6 suku
Qadafa, Berber merupakan asal-usul Mua’ammar Al-Qaddafi dimana mereka
memiliki kebanggaan tersendiri karena merasa keturunan Nabi Muhammad.
Berbeda dengan keluarga Sanusi yaitu Raja Libya sebelum di bawah
kepemimpinan Qaddafi, meskipun mereka juga merupakan keturunan yang serupa
5
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar
Qadhdhafi, (Bogor : Humaniora Press, 1991). Hal. 17-18.
6
Lilian Craig Harris, Libya Qadhdhafi Revolution and The Modern State,
(Colorado:Westview, 1986), Hal. 45.
11
tetapi tidak pernah mencari pembenaran pada kesalehan leluhur yang
menurunkan.7
Orang tua Mu’ammar Al-Qaddafi, Abu Minyar dan Aisyah al-Qadhdhafi
adalah seorang pedagang dan kehidupannya masih berpindah dari tempat satu ke
tempat lainnya (nomaden). Oleh karena itu Mu’ammar Al-Qaddafi dilahirkan
dalam sebuah tenda perkemahan. Pada masa pendudukan Italia, Abu Minyar juga
ikut berjuang dalam merebut kemerdekaan Libya. dengan penuh pengorbanan dan
berbagai
kesulitan
dalam
keuangan,
orang
tua
Mu’ammar
Qaddafi
mengirimkannya ke sekolah Qur’an pada usia sepuluh tahun dan disinilah ia
memperoleh pendidikan formal agama yang pertama. Seperti sebagian besar
saudaranya lainnya, di waktu kecil dia menjadi seorang pengembala, tetapi
ayahnya melihat kecerdasan anaknya dan memasukannya ke sekolah Al-Qur’an.
Dengan alasan agar kelak anaknya memahami pedoman hidupnya.
B. Masa Remaja Mu’ammar Qaddafi
Meskipun Ayahnya adalah seorang yang buta huruf akan tetapi ia selalu
memikirkan masa depan anaknya agar bisa mengenyam pendidikan formal. Sang
ayah memutuskan untuk memanggil seorang guru dari kota untuk mengajarkan alQur’an kepada anaknya yang berusia 7 tahun bersama sepupunya. Selama
pengajiannya Mu’ammar selalu menunjukkan semangat yang luar biasa tingginya
dalam belajar. Ketika umurnya beranjak sembilan tahun, ia dikirim untuk
melanjutkan sekolah dasarnya ke Sirte yang berjarak 30 km dari rumahnya.
7
Lisa Anderson dalam Jhon L. Espito, “Islam Qadhdhafi”, dalam Dinamika Kebangunan
Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 1987). Hal. 165.
12
Karena tidak mempunyai cukup uang untuk tinggal di asrama Mu’ammar memilih
untuk menginap di sebuah mesjid. Setiap akhir pekan ia pulang berlibur ke
rumahnya dengan berjalan kaki dan keesokkan harinya harus kembali lagi ke
sekolah. Ia hanya memerlukan 4 tahun saja untuk menyelesaikan pendidikan
dasarnya yang semestinya ditempuh dalam 6 tahun.
Empat tahun kemudian ketika ia berumur 14 tahun, keluarganya
memutuskan untuk berpindah ke Sabha, kota utama yang terletak di dalam
wilayah Fezzan. Perpindahan tersebut dimaksudkan agar si pemuda itu mendapat
kesempatan melanjutkan pendidikan menengahnya. Di masa muda Mu’ammar
gemar dalam mendengarkan cerita-cerita perjuangan rakyatnya melawan penjajah
dari ayahnya. Ia selalu meminta ayahnya berulang-ulang. supaya menceritakan
bagaimana para pejuang bangsa Libya termasuk kakeknya gugur dalam melawan
para penjajah untuk meraih kemerdekaan dan bagaimana ayahnya terluka dalam
perang dunia I. Setiap kali mendengarkan cerita itu Mu’ammar pula selalu
bertanya pada ayahnya, “siapa yang menjadi pemimpin ayah pada saat itu
?’orang-orang Turki”,bapaknya menjawab berulang-ulang dengan keteguhannya.
Si pengembala kecil ini melihat bahwa satu-satunya penyebab dari kemeralatan
rakyatnya adalah disebabkan oleh kehadiran kaum asing, yang keberadaannya
hanyalah mengeksploitasi rakyat Libya. Ia selau bermimpi dalam tidurnya tentang
pertualang yang baru, tentang perjuangan yang baru melawan kolonialisme,
perjuangan untuk meraih kebebasan melalui revolusi agung. Masa muda
Mu’ammar menyerupai kesuksesan revolusi Mesir pada tahun 1952 dan
perjuangan rakyat Algeria melawan Kolonialisme Perancis dengan itu di Sirtelah
13
tempat dimana pemikiran-pemikiran politiknya muncul dan mulai melebarkan
sayapnya.
Pada masa remajanya, Mu’ammar Qaddafi selalu disegani oleh kawankawannya di sekolah menengah di Sirte karena semangatnya yang menggebugebu dalam mempelajari ilmu politik, dan kemampuannya untuk menggairahkan
semangat para pelajar dengan gaya pembicaraannya yang berkobar-kobar karena
sering mendengarkan pidato-pidato beberapa pemimpin negara khususnya
pemimpin negara Mesir Gamal Abdul Naser. Ia memanfaatkan isu-isu politik dan
kejadian-kejadian yang aktual sebagai momentum yang tepat dalam aksi
berdemonstrasi. Revolusi Algeria, pecobaan bom atom atas Sahara oleh Perancis,
pembunuhan bangsawan Lumumba dan pemutusan persatuan Suriah dan mesir
pada tahun 1961 merupakan sebagian contoh-contohnya.8
C. Latar Belakang Pendidikan & Ativitas Mu’ammar Qaddafi
Di masa remajanya, Qaddafi sama seperti dengan remaja lainnya. Ia dapat
mengenyam pemdidikan, walaupun menjalaninya berpindah-pindah dari satu kota
ke kota lainnya karena krisis ekonomi keluarga yang di alaminya. Ketika sekolah
menengah, Qaddafi mengagumi tokoh Presiden Mesir, Gamal Abdel Naser
memasuki. Tatkala Perang Suez berkecambuk pada 1956, dia mengorganisasi
demonstrasi untuk mendukung Mesir. Kelompok pertama organisasi yang
melakukan kudeta 1969 ini diciptakan olehnya pada 1958. tanggalnya tidak pasti.
8
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar
Qadhdhafi, (Bogor : Humaniora Press, 1991).19.
14
Tetapi dalam periode tersebut, dia jelas terlibat aktif dalam kegiatan politik yang
menentang campur tangan Barat di Dunia Arab. Karena alasan politik, dimana
pada tahun ketiga di sekolah menengah tersebut, dia diusir dari Fezzan tempat
sekolahnya karena telah terbukti membentuk suatu komite pusat dan mengadakan
pertemuan-pertemuan rahasia di antara teman-teman sekelasnya untuk membahas
ide-ide Jamal Abdul Naser serta menyusun sebuah rencana untuk menggulingkan
raja Idris. Lalu ia berpindah bersama keluarganya ke daerah pesisir Mishrata. dan
memasuki Akademi Militer Benghazi pada 1964, di sana ia mengorganisasi
struktur pertama gerakan bawah tanah yang membawanya menuju kekuasaan.9
Di Misrata sendiri merupakan tempat pertama kali ia membentuk
pergerakan sipil politik yang di dalamnya pegawai, guru dan para professional
dari berbagai penjuru negeri. Pergerakan ini bertujuan untuk terbebas dari
keterlibatannya dalam sebuah partai atau pilihan ideologi. Dengan kata lain ini
merupakan pergerakan bangsa Libya yang murni baik dari segi maksud maupun
tujuannya, bahkan mencapai persatuan kebangsaan Arab sebagai tujuan utamanya.
Persatuan Bangsa Arab memang merupakan impiannya. Jelas sekali demi tercapai
impian tersebut ia berusaha mencurahkan sekuat tenaganya.
Di Misrata juga Qaddafi menyadari bahwa jalan satu-satunya untuk
membebaskan negerinya dari eksplotasi eksternal maupun korupsi internal adalah
dengan cara revolusi yang akan menumbangkan kekuasaaan rezim Raja Idris dan
menata kembali masyarakat atas dasar prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan
pembagian kekayaan secara merata. Ia kemudian meminta kepada beberapa
9
Jhon. L. Espito, Ensiklopedi Oxpord Dunia Islam Modern Jilid III, (Bandung, Mizan,
2001). Hal. 41.
15
sahabat-sahabat sekolahnya untuk bergabung dalam membentuk kekuatan
separatis militer, dan seterusnya adakan menjadi permulaan pembentukkan korps
petugas-petugas persatuan pembebasan. Sesuai dengan nama korps, yang terdapat
di dalamnya adalah orang-orang penting maka mereka mempunyai komitmen
yang tinggi dalam Persatuan Bangsa Arab umumnya.10
Pada 1964 ia memasuki Akademi Militer Benghazi, di sana ia
mengorganisasi struktur pertama gerakan bawah tanah yang membawanya menuju
kekuasaan. Pada pertemuan umum pertama itupun gerakan Mu’ammar Qaddafi
tahun 1963 (gerakan rahasia sekelompok siswa sekolah menengah yang dipimpin
oleh Mu’ammar Qaddafi) yang mampersatukan para pengikut dari Sabha, Misrata,
dan Tripoli diputuskan bahwa Mu’ammar Qaddafi dan dua orang lainnya akan
belajar di Akademi Militer Benghazi. Hal itu dilakukan guna membentuk inti
Persatuan Perwira Bebas (Free Unionist Officer) yang tujuan jangka panjangnya
ialah memungkinkan dilaksanakannya kudeta yang memperoleh cukup dukungan
dari kalangan militer.11
Mu’ammar Qaddafi lulus dari Akademi Militer pada tahun 1965, sebelum
lulus ia pernah mengikuti latihan militer di Turki. Kemudian ia dikirim ke Inggris
untuk mempelajari kode-kode sandi di Beaconfield. Sebuah akademi militer
Buckinghamshire, Inggris. Hal itu sangat bermanfaat dalam perencanaan dan
pelaksanaan kudetanya. Sekembalinya ke Libya ia belajar di Universitas
Benghazi. Segera sesudah kudeta diumumkan ia telah memperoleh gelar sarjana
10
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar
Qadhdhafi, (Bogor : Humaniora Press, 1991). Hal. 21-22.
11
Lilian Craig Harris, Libya Qadhdhafi Revolution and The Modern State,
(Colorado:Westview, 1986), Hal. 46
16
muda dalam bidang sejarah, walaupun tampaknya ia tidak memenuhi syarat
lulus.12 Sebagian waktunya dipergunakan untuk mengumpulkan dukungan bagi
kemungkinan suatu pengambil alihan kekuasaan.
Persatuan Perwira Bebas yang terdiri dari dua bebas anggota (Mu’ammar
Al-Qaddafi sebagai pimpinan, Abdus Salam Jalud, Mukhtar Abdullah al-Qiruri,
Basir Sagir Hawwadi , Abdul Muin al-Tah al-Huni, Mustafa Kharrubi, Khuwaildi
Hamidi, Muahammad Najm, Awad Ali Hamzah, Abu Bakar al-Muqaryat)
memutuskan bahwa telah tiba saatnya untuk bertindak. Setelah mendengar
pengumuman bahwa sekelompok perwira muda tersebut akan dikirim ke Inggris
pada tanggal 2 September 1969 untuk menjalani kursus-kursus sandi, maka hal
tersebut telah merangsang lahirnya rencana terakhir. perwira-perwira bebas itu
kemudian bergerak pada tanggal 1 September 1969. 13
12
Lisa Anderson dalam Jhon L. Espito, “Islam Qadhdhafi”, dalam Dinamika
Kebangunan Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 1987). Hal. 166.
13
J.a. Allan, “Libya”, The Experienceof Oil, (Colorado : wesview Press, 1981), Hal. 305.
17
BAB III
KONDISI UMUM SOSIAL POLITIK LIBYA
A. Gambaran Singkat Libya Pra Revolusi
Dalam konstitusi Oktober tahun 1951 disebutkan, bentuk negara Libya
adalah federasi yang bercirikan monarki; kepala negara dipimpin oleh seorang
raja. Raja mempunyai kewenangan penuh merancang kebijakan-kebijakan
starategis negara. Namun, otoritas negara tersebut mengakibatkan tipisnya
partisipasi politik publik dalam menentukan masa depannya, Raja Idris yang
setelah kemerdekaan Libya dinobatkan sebagai pemimpin mulai enggan
menyerahkan kursi kepemimpinan nasional kepada pihak di luar garis
keturunannya sehingga semasa Idris berkuasa, para perwarisnya Idris disiapkan
untuk menggantikannya.14
Sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara, raja berhak membentuk
badan eksekutif dan legislatif yang bertugas membantu kelancaran roda
pemerintahan. Setidaknya negara federasi, kekuasaan lembaga eksekutif berada di
tangan
seorang
Perdana
Menteri
yang
disetujui
dan
diangkat
raja
bertanggungjawab kepada raja pula tentunya. Masih dalam kekuasaaan lembaga
eksekutif, di samping Perdana Menteri, raja membentuk pula Dewan Menteri.
Walaupun Dewan Menteri terbentuk atas inisiatif raja, tanggungjawab mereka
bukan kepada raja melainkan kepada Dewan Perwakilan. Posisi Dewan
Perwakilan itu menurut sistem bikameral sedikit lebih rendah dari Senat yang
14
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2000, Hal. 253.
18
menjadi simbol lembaga perwakilan di tingkat nasional. Anggota Senat masa Idris
berjumlah delapan orang yang merupakan perwakilan tiap-tiap tiga propinsi tetapi
empat orang anggota Senat dipilih raja; anggota senat tersebut memiliki hak veto
menolak undang-undang dan keputusan lembaga perwakilan yang berada di
bawahnya. Kewenangan tingkat propinsi dijalankan oleh pemerintah dan dewan
perwakilan tingkat daerah. Ibukota negara Libya berkedudukan di Tripoli.
Perkembangan politik Libya selepas kemerdekaan tahun 1951 banyak
diwarnai oleh faktor-faktor kesejarahan. Beberapa faktor itu melatarbelakangi
timbulnya perbedaan orientasi politik antar daerah serta ambiguitas pemerintahan
monarki Libya. Sekurangnya terdapat tiga persoalan yang dapat teridentifikasi
seiring dengan melekatnya faktor sejarah politik dalam negeri Libya.
1. setelah pemilihan umum berlangsung pada 19 Februasi 1952, partaipartai politik dihapuskan termasuk Partai Kongres Nasional yang
secara gencar mengkampanyekan perlawanan terhadap kebijakan
bentuk negara federal.
2. rasa nasionalisme tidak sekuat ikatan primodial yang berkembang
nyaris
di
semua
tempat,
membawa
dampak
konflik
antara
pemerintahan pusat dan daerah.
3. pewaris kerajaan secara kuantitatif dirasa sangat kurang. Melihat
gelembung tiga persoalan tersebut kian membesar Idris merencanakan
suksesi kepemimpinan dengan menyerahka, kekuasaan kepada
saudaranya berusia enam puluh tahun, sayang sebelum terlaksana
19
saudara Idris terlebih dahulu wafat, Idris kemudian memilih Hasan arRida sebagai penggantinya.
Kebijakan luar negeri yang diambil Idris cenderung pro Barat. Pada tahun
1953, Libya menyepakati perjanjian persahabatan selama 20 tahun dan beraliansi
dengan Inggris; berdasarkan kesepakatan persahabatan kedua negara, Inggris
berhasil membangun pangkalan militer sebagai kompensasi dari bantuan
keuangan dan militer yang diberikan kepada Libya. Setahun kemudian, sama
seperti Inggris, pangkalan militer, kesepakatan Amerika Libya tersebut
diperbaharui tahun 1970. instalasi militer Amerika yang paling strategis pada
periode lima puluhan dan awal enam puluhan adalah pangkalan udara Wheerlus
terletak dekat Tripoli. Sejumlah wilayah Libya digunakan oleh Inggris maupun
Amerika untuk latihan perang. Selain Inggris dan Amerika Serikat, Libya juga
menjalin persahabatan dengan Perancis, Italia, Turki dan Uni Soviet kendatipun
Libya menolak bantuan keuangan dari Uni Soviet.15
Sikap politik lunak Libya kepada Barat ternyata menghasilkan keuntungan
ekonomis. Pihak Barat menyanggupi memberikan paket bantuan melalui jalur
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Devisi Bantuan Tekhnis PBB menyatakan kesediaan
menyalurkan bantuan ke Libya untuk meningkatkan pembangunan sektor
pertanian dan pendidikan, bantuan lain datang dari Amerika Serikat dan Inggris.
Arus bantuan luar negeri yang mengalir ke Libya berangsur mendongkrak kondisi
perekonomiannya, tetapi yang patut dicatat, bahwa Libya menjadi negara sangat
15
Libya Country Profile www. Memory. Loc gov/cgi-bin/query/r?frd.
20
bergantung pada uluran tangan asing sehingga justru menempatkannya di daftar
negara miskin.
Kondisi ekonomi Libya agaknya mengalami perubahan di tahun 1959.
Tahun 1959 merupakan saat-saat ketika para Prospector (tim penilai potensi
sumber daya alam suatu negara) Esso yang nantinya beralihan nama pengganti
nama Exxon menemukan ladang minyak di Zalan, kawasan Cyrenaica. Setelah
itu, menyusul banyak ditemukan kandungan-kandungan minyak di Libya,
membuat sektor perdagangan Libya bergerak cepat. Libya memperoleh
keuntungan pajak perdagangan minyak sebesar 50% selebihnya dibagikan pada
pemegang saham perusahan-perusahan minyak. Letak geografis Libya yang dekat
dengan Eropa sangat menguntungkan, sebab Libya mempunyai akses langsung
menuju pasar Eropa. Selain itu, kualitas minyak Libya cukup bagus dan
kompetitif. Industri minyak telah menaikkan derajat ekonomi Libya dari miskin
menuju negara makmur.
Kemajuan industri minyak yang menyumbang kemajuan ekonomi Libya
telah memberikan inspirasi pemerintah untuk menyusun rencana pembangunan.
Maka, pada periode enam puluhan pemerintah Libya mengumumkan Rencana
Pembanguna Lima Tahunan yang pertama, dimulai tahun 1963-1968. sisi negatif
’booming’ minyak itu adalah kurangnya perhatian pemerintah pada sektor
agrikultur. Ketika ‘booming’ minyak Libya, situasi politik relatif stabil, tetapi
ternyata bentuk pemerintahan federal mulai menunjukkan gejala inefisien dan
tidak praktis. Pada bulan April 1963, Perdana Menteri Muhi ad Din
mengumumkan perombakkan bentuk negara yang semula federasi berubah
21
menjadi kesatuan yang tetap memakai monarki sebagai pusat kekuasaan politik,
arah semua kebijakan disentralisasikan ke pusat. Atas perubahan ini, sepuluh
propinsi baru segera dibentuk; masing-masing propinsi dikepalai seorang
gubernur yang diangkat oleh pemerintah pusat.
Dalam hubungan regional, Libya mampu menjaga keharmonisan
hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga. Bahkan, Libya termasuk
satu dari tiga puluh anggota pendiri organisasi persatuan Afrika yang eksis di
tahun 1963, kemudian pada bulan November tahun 1964 bersama Maroko,
Aljazair dan Tunisisa membentuk Badan Permusyawaratan yang khusus unutk
membahas persoalan kerjasama ekonomi antar negara Arika Utara. Kendati pun
Libya mendukung gerakan-gerakan oposisi, termasuk gerakan kemerdekaan di
Moroko dan Al-Jazair, peran Libya dalam konflik Arab-Israel yang menanas
sekitar tahun lima puluhan dan awal emam puluhan tidak terlalu signifikan.
Ancaman politik dalam negeri Libya tampak mengemuka sebagai respon
dari seruan nasionalisme Gamal Abdul Naser. Generasi muda Libya mulai
terprovokasi dengan ideologi yang dilancarkan Gamal. Memperhatikan besarnya
gelombang anti agitasi Barat yang menggejala di Libya, pemerintah segera
mengambil tindakan, Libya meminta agar pangkalan-pangkalan Barat terutama
Amerika dan Inggris dievakuasi meskipun masa tinggalnya belum jatuh tempo
sesuai perjanjian. Tahun 1966, sebagian besar angkatan bersenjata Inggris ditarik,
langkah evakuasi instalasi militer asing belum selesai sepenuhnya hingga bulan
Maret 1970.
22
Reaksi keras masyarakat Libya atas perang Arab-Israel terjadi di Tripoli
dan Benghazi. Mereka yang terdiri dari kaum intelektual, buruh kapal serta
pekerja tambang minyak terlibat dalam aksi kekerasaan saat berdemonstrasi.
Kantor-kantor perusahaan minyak asing serta kedutaan Amerika Serika dan
Inggris menjadi sasaran amuk masa, sedangkan anggota minoritas Yahudi
diserang. Nyaris semua orang-orang Yahudi yang tinggal di Libya diusingkan,
pemerintah mengupayakan pengendalian keadaan. Usai peristiwa demonstrasi
yang dibarengi perilaku anarkis itu muncul pemikiran di sebagian kelompok
masyarakat unutk melakukan modernisasi dan efisien pemerintahan.
Pemerintahan Idris secara umum memang mendukung gerakan-gerakan
reformasi di Arab tetapi dalam konflik Arab-Israel, tidak banyak yang dilakukan
Libya, hanya saja Libya tercatat menyetujui pemberian subsidi ekonomi kepada
Mesir, Syiria dan Jordan yang sempat dikalahkan Israel, dinyatakan dalam
Konferensi Tingkat Tinggi tahun 1967 di Khourtom. Sementara itu Libya juga
melemparkan gagasan agar negara-negara Arab produsen minyak bersatu
menaikkan harga jual minyak di pasar dunia untuk menekan aksi Israel. Di balik
kepemilikan Libya pada negara-negara Arab, pemerintah Idris ternyata
berhubungan erat dengan Barat.
Aspirasi masyarakat Libya yang menginginkan perubahan politik
diungkap oleh Idris, sesuai pembentukkan negara Libya tahun 1963, Idris
mempromosikan ide nasionalisme. Meskipun demikian, Idris adalah putera daerah
Cyrenaican, sudah tentu kepentingan-kepentingan politik Idris akan selalu
difokusikan pada pengembangan tempat asalnya. Lemahnya legitimasi politik
23
Idris di belahan wilayah Libya ikut berperan mendorong keberanian rakyat
melontarkan kritik atas kebijakan luar negeri Idris yang cenderung ke Barat.
Rakyat Libya terdidik, mulai mencium deviasi penyelenggaraan pemerintahan
pusat karena keuntungan minyak yang seharusnya terdistribusi secara merata
kepada mereka ternyata terhenti. Kelompok masyarakat elite mencurigai para
petinggi negara yang melakukan korupsi dan menyalahgunakan jabatan.
Kelompok tersebut yang tersebar ke berbagai profesi terutama sipil dan militer
mulai berfikir untuk menyelengserkan pemerintahan Idris.
Dan pada akhir 1960-an usia Raja Idris yang hampir 80 tahun, dan kondisi
kesehatannya yang melemah. Hal demikian berpengaruh buruk terhadap
perfoermance
kepemimpinannya.
Begitu
juga
merajalelanya
korupsi
di
lingkungan istana membangkitkan ketidakpuasan dikalangan rakyat Libya.
Sementara itu telah lahir seorang figur kharismatik di Mesir, Gamal Abdul
Naser, yang banyak dikagumi masyarakat Arab termasuk Libya. Kalangan muda
banyak yang menginginkan adanya perubahan. Libya membutuhkan seorang
pemimpin yang lebih agresif dan lebih mampu beradaptasi dengan perubahan
jaman dan suhu politik Timur Tengah yang kian panas sebagai akibat konflik
Arab-Israel 1967.
Menjelang terjadinya Revolusi 1969, ada tiga kelompok (diluar kelompok
Qaddafi) yang memiliki rencana menggulingkan Raja Idris: (1) Perwira Militer
24
senior, (2) personil business dan professional, dan (3) anggotanya adalah kepala
staff dan penasehat istana.16
B. Gambaran Singkat Libya di Masa Revolusi
Kolonel Qaddafi mempunyai pandangan berbeda antara revolusi dan
kudeta. Kudeta merupakan kesempatan terbaik untuk menggantikan sebuah rezim
yang berkuasa, meskipun tidak hanya lebih dari sekedar pergantian kekuasaan dari
sebuah kediktatoran kepada kediktatoran yang lain. Sedangkan dalam arti yang
kontras revolusi adalah penataan kembali secara menyeluruh sebuah masyarakat
menurut rencana dan idealis yang baru. Dalam kata lain revolusi sesungguhnya
sebagaimana istilah tersebut menunjukkan kembalinya kepada permulaan yang
baru di dalam sejarah sebuah negara.
Revolusi Libya yang terjadi pada tanggal 1 September 1969 merupakan
salah satu hal yang sangat luar biasa pada masa kini. Itu merupakan kejadian
internal dan internasional, tradisonal dan novel dalam keinginan dalam sebuah
perubahan. Revolusi Libya bisa disebutkan juga sebagai revolusi ‘Al-Fatih’, dari
namanya itu mengekspresikan sebuah simbol, yang arti dan tujuan dari sebuah
revolusi. Al-Fatih secara harfiah artinya ‘Pembuka’ atau ‘penakluk’. Artinya
adalah permulaan atau penghantar kepada era baru. Dalam pandangan Kolonel
Qaddafi serta pengikutnya adalah memerangi keterbelakangan, ketidakpedulian,
kemiskinan. Pertama atau hari pembuka (fatih) pada bulan september dimana
revolusi terjadi, bagi masyarakat Libya hal tersebut bukan dianggap suatu hari
16
Harris, Lilian Craig, Libia: Qaddafi’s Revolution & The Modern State, (Colorado:
Westview, 1986), Hal. 12.
25
yang spesial, tetapi merupakan hari dimana awal yang baru bagi sejarah mereka,
hari yang tidak akan pernah mati. Maksud tersebut diungkapkan secara dramatis
di dalam slogan ‘al-fatih abadan’(al-fatih untuk selamanya).17
Adanya kharisma Naser di Mesir pada tahun 1960-an merebak ke Libya
dan berhasil merebut simpati rakyat Libya. Nasionalisme Arab yang diusungnya
mampu membakar semangat kebangsaaan yang terkoyak sejak penjajahan Barat
dan runtuhnya kekhalifahan Othoman. Bagi banyak rakyat Libya, ideologi Naser
telah membuat mereka kecewa dengan pemimpinnya sendiri yang justru ada di
bawah bayang-banyang Barat yang ditengarai sebagai pendukung Israel.
Tidaklah heran kemudian revolusi 1969 tidak disertai dengan pertumpahan
darah dan perlawanan berarti dari rakyat Libya. Momen kudeta Qaddafi sangat
tepat, yaitu ketika bangkitnya nasionalisme Arab dan memuncaknya kekeceweaan
terhadap Raja mereka. Meskipun rakyat merasakan kemakmuran ekonomi sejak
diketemukannya minyak, banyak kalangan menilai Raja tidak mendistribusikan
kekayaan negara secara adil. Redupnya pamor Raja Idris juga disebabkan
ketidakberdayaanya memberantas korupsi di kalangan pejabat tinggi negara serta
merebaknya kebiasaan menjilat kepada keluarga istana.
Para pencetus gagasan revolusi militer Libya yang dimotori oleh the Free
Unitarian Officer Movement (Gerakan Kesatuan Pekerja untuk Pembebasan)
awalnya dikomunikasikan secara rahasia. Mereka bergerak bergerilya dari satu
tempat ke tempat lain untuk mematangkan rencana kudeta; biaya pergerakan
inipun dipikul bersama-sama, para anggota rela menyisihkan sebagian gaji mereka
17
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar
Qadhdhafi, (Bogor : Humaniora Press, 1991). Hal. 27-28.
26
untuk disumbangkan. Dengan memakai metode nomad, selain kerahasiaan
pergerakan terjaga, mereka berkesempatan memasarkan ide revolusi kepada
masyarakat umum yang kebetulan tidak menemukan wadah penyalur aspirasi
mereka. Pejabat-pejabat tinggi militer yang menaruh simpati atas gerakan ini
direkrut.
Pada bulan Januari 1969, isu-isu tentang rencana gerakan revolusi telah
meluas di masyarakat. Terlebih saat pemimpin revolusi memastikan apakah the
Free Unitarian Officer Movement telah sukses memegang kendali di semua unit
angkatan bersenjata dan apakah mereka juga bisa mengumpulkan sejumlah
informasi penting personel, kekuatan militer serta amunisi yang dibutuhkan untuk
kelanjutan proses revolusi.18
Awalnya, revolusi direncanakan pada bulan Maret 1969, namun beberapa
kali ditunda. Tanggal 12 Maret ditangguhkan karena penyanyi popular Mesir,
Umi Kulsum, hendak mengadakan konser di Tripoli dalam rangka dukungan
terhadap organisasi perlawanan Palestina, Al-Fatah, dan konser itu sendiri
mendapat banyak dukungan dari para pejuang nasionalis Arab. Beberapa hari
kemudian dibulan yang sama sebenarnya revolusi sudah akan dilancarkan pada
tanggal 24 Maret 1969, Revolusi Libya belum juga menuai sukses karena
ketidaksiapan anggota pergerakan Tripoli. Dan selanjutnya di bulan Agustus,
rencana kudeta lagi-lagi dibatalkan karena pemerintah sedang giat-giatnya
melakukan investigasi intelegen militer. Para pejabat militer dan sipil, dan
setidaknya satu komplotan lain yang juga merencanakan revolusi, nampaknya
18
Amien Rais, Politik dan Pemerintahan di Timur Tengah, (Yogyakarta: Studi Sosial
PAU-UGM, 1988) Hal. 152.
27
telah mencium rencana para “Perwira Bebas” (The Free Unitarian Officer
Movement).19
Revolusi menuai hasilnya pada tanggal 1 September 1969. kunci
keberhasilan revolusi Libya terletak pada empat alasan: pertama, kerahasiaan
persiapan revolusi, kedua: kebulatan tekad The Free Unitarian Officers20 untuk
mencapai kemenangan atau mati, ketiga: dukungan dan sambutan oleh seluruh
lapisan masyarakat, keempat: kecepatan mengambilalih kendali kekuatan militer
pribadi raja.
Pada saat terjadinya revolusi, Raja Idris sedang berada di Ankara, Turki,
untuk berlibur. Dia tidak mampu berbuat sesuatu untuk menyelamatkan
monarkinya. Meskipun sempat meminta bentuan Inggris supaya dia dapat kembali
memimpin Libya tetapi Inggris tidak menyanggupinya. Di lain pihak, Muammar
Qaddafi, kolonel muda yang masih berusia 27 tahun, dalam waktu singkat
berhasil merebut hati rakyat Libya. Mayoritas rakyat nampaknya sudah menerima
kepemimpinan Qaddafi. Terhadap Raja Idris Pengadilan Rakyat bahkan
menjatuhkan hukuman mati di Absentia.21
Muammar Qaddafi kemudian mengumumkan pembentukkan republik
Arab Libya dan menjanjikan kebebasan, persatuan, persamaan serta keadilan
sosial. Qaddafi menyatakan bahwa revolusi tidak dimaksudkan untuk menentang
19
Harris, Lilian Craig, Libia : Qadhafi’s Revolution & The Modern State, (Colorado :
Westview, 1986), Hal. 15.
20
Penamaan kedua penyebutan terhadap The Free Unitarian Officer dan Free Unionist
Officer tidaklah ada perbedaan keduanya mengandung arti yang sama yaitu Gerakan Kesatuan
Pekerja dan Pembebasan.
21
Muscat, Frederic, Muammar Qadhafi, (Jakarta : Beunebi Cipta, 1988). Hal. 204.
28
negara manapun, perjanjian dan hukum internasional, tetapi hanya merupakan
masalah internal Libya.
Pada minggu-minggu pertama usai revolusi, sejumlah sipil moderat dan
perwira tentara ditunjuk menduduki posisi kabinet. Pada bulan Desember 1969
terjadi konfrontasi antara Free Unionist Officers dan Kabinet ketika Perdana
Menteri dan sejumlah Menteri Kabinet dituduh merencanakan perebutan
kekuasaan. Mereka kemudian ditangkap dan keesokan harinya semua kekuasaan
diserahkan kepada Revolusionary Command council (RCC) yang para anggotanya
berasal dari Free Unionist Officers tepatnya pada 1 September 1969, kemudian
membentuk pemerintahan di bawah Dr. Mahmud al-Magrebi, Qaddafi menjadi
Presiden Libya dengan Abdul Jallud sebagai orang kedua dalam struktur
kekuasaan Libya.22
Pemerintahan baru Libya menegaskan bahwa identitas negeri sebagai
bagian dari negara Arab dan agama resminya adalah Islam. Libya tetap
melanjutkan pelarangan terhadap keberadaan partai-partai politik. Libya menolak
tegas
mempublikasikan
penafsirannya
paham
sosialis
Arab
yang
mengintegrasikan prinsip Islam dengan reformasi sosial, ekonomi dan politik.
Libya telah mengubah penampilan politiknya yang semula terkesan negara
tradisional konservatif dan menjadi nasionalis radikal.
22
Amien Rais, Politik dan Pemerintahan di Timur Tengah, (Yogyakarta: Studi Sosial
PAU-UGM 1988), Hal. 152.
29
C. Gambaran Singkat Libya Pasca Revolusi
Bentuk pemerintahan Libya berdasarkan Undang-undang Jamahariyah
memiliki kesamaan makna dengan republik, dalam ayat (1) disebutkan, Libya
adalah negara Arab, demokratis dan republik yang menempatkan kedaulatan
tertinggi di tangan rakyat. Masyarakat Libya adalah bagian dari negara-negara
Arab. Tujuan mereka adalah kesatuan Wilayah Libya termasuk bagian Afrika.
Sejak penghujung 1987, kepala negara, kepala pemerintahan dan panglima
angkatan bersenjata Libya dijabat oleh Muammar Qaddafi yang berperan besar
melakukan revolusi militer.
Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif dijalankan oleh Kongres Rakyat
Umum (General People’s Congres) yang bersidang beberapa kali dalam
setahun.23 Kongres Rakyat Umum menggantikan Dewan Komando Rakyat yang
menjadi Dewan Rakyat Umum, mengangkat Perdana Menteri dan Menterimenteri. Tugas lainnya adalah membuat kebijakan-kebijakan umum negara.
Keanggotaan Kongres Rakyat Umum berjumlah 1000 orang berasal dari wakil
dewan rakyat, kongres rakyat dan dewan revolusi yang lebih rendah (tingkat
propinsi dan daerah). Kepemimpinan Kongres Rakyat Umum dipusatkan di
Sekretariat Jenderal yang dipimpin seorang sekretaris jenderal. Fungsi kabinet
dijalankan oleh Dewan Rakyat Umum.
Setelah gubernuran dilarang pada tahun 1975, Libya dibagi dalam tujuh
sampai sepuluh distrik-distrik militer (jumlahnya sangat bervariasi sesuai dengan
organisasinya). Setiap distrik militer dibagi lagi ke dalam beberapa daerah
23
Muammar Qaddafi, Menapak Jalan Revolusi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000) Hal.
89-94.
30
setingkat kabupaten dan kotamadya, kemudian dibagi lagi dalam kapasitas
wilayah desa atau kota.
Sejak revolusi 1969, hukum Islam telah menggantikan undang-undang
lainnya. Sistem hukum Libya menganut pula peradilan privat, kriminal dan
perdagangan. Di Libya terdapat peradilam perorangan (privat), Peradilan
Revolusioner dan Peradilan Militer yang menangani persoalan politik.
Keberadaan partai politik dilarang. Organisasi masa hampir semua diarahkan ke
Arab Sosialist Union.
Peran Pemerintahan terhadap perekonomian Libya pada rezim Qaddafi
sangat dominan. Salah satunya adalah sebagai pengontrol perusahan-perusahan
minyak asing bahkan menasionalisasi perusahaan-perusahaan minyak, contohnya
pada tahun 1974, Libya menasionalisasi perusahaan Shell. Sebelumnya, Pada
bulan November 1969, telah menasionalisasi seluruh bank milik asing termasuk
Arab Bank, Banco di Roma dan Barclay’s bank.24 Fasilitas umum juga dikuasai
oleh negara seperti perusahaan penerbangan, komunikasi, bangunan, dan lainnya.
Lebih radikal lagi setelah Qaddafi mengeluarkan “Buku Hijau”.
Qaddafi mengeluarkan “buku hijau” pada tahun 1977, merupakan filosofi
politik dan ekonomi Qaddafi. Di dalamnya berisi gagasan-gagasan tentang pokokpokok pemerintahan dan kritik keras terhadap keberadaan partai politik. Sampai
sekarang tidak ada partai politik di Libya. Akan tetapi Qaddafi tetap paling
menentukan di Libya, berhubung bukan saja ia menjabat sebagai sekretaris
jenderal Majelis Rakyat Umum (General People’s Congress), melainkan juga
24
David E. Long dan Bernard Reich, (Ed) The Government and Politics of the Middle
East and North Africa, (United States of America: Weatview Press, 2002). Hal. 376.
31
tetap menjabat presiden. Hal ini karena adanya legitimasi Qaddafi di Libya begitu
tinggi yang didapat oleh popularitas dan kepercayaan masyarakat Libya
terhadapnya.
32
BAB VI
PEMIKIRAN DAN PERAN MU’AMMAR QADDAFI DALAM
PERPOLITIKAN DI LIBYA
A. Pemikiran Politik Mu’ammar Qaddafi
Jika dilihat letak pentingnya Pemikiran Politik Qaddafi lebih didasarkan
pada teori yang telah diuraikan dari pada prestasi praktisnya, pada “ Teori
Universal Ketiga” yang ditulisnya dalam Buku Hijau terdiri atas tiga bagian yang
diterbitkan pada 1975, 1978, dan 1980 yang memperlihatkan konsepsinya tentang
politik, ekonomi, dan sosial.
Dalam filsafat politiknya, Qaddafi menganggap masyarakat memiliki
struktur konsentris dari kumpulan minimal (keluarga) hingga kumpulan global
(bangsa); bangsa diperoleh oleh budaya, agama, dan bahasa; penduduk adalah
subyek politik yang lebih mulia dibandingkan yang lain. Negara bukanlah suatu
hasil alam sedangkan pertalian sosial dapat sewajarnya berubah menjadi identitas
nasional yang sadar. Demokrasi harus mengungkapkan kekuatan sejati bangsa.
Oleh karena itu, harus ada pemerintahan yang bersifat langsung dari rakyat dan
partisipatif tanpa pendelegasian kekuasaan. Karena Qaddafi beranggapan
demokrasi pada saat sekarang tidaklah langsung dari rakyat. Akan tetapi, melalui
badan perwakilan yang dianggap sebagai kekuasaan diktatoral dari sekelompok
minoritas yang nantinya dijelaskan lebih jauh lagi pada pandangannya di
pembahasan tentang demokrasi. Inilah premis-premis Jamahiriyah. Menurut
Qaddafi, bentuk pemerintahan ini harus diekspor ke luar Libya, pertama di Dunia
33
Arab. Oleh karena itu, percobaan Qaddafi untuk membentuk federasi dengan
negara Arab (Sudan, dan Suriah pada 1970; Mesir dan Sudan pada 1971; Mesir
pada 1972; Tunisia pada 1974; Cad pada 1981; Maroko pada 1984) dapat
mempunyai arti penting meskipun gagal. Percobaan ini tidak hanya untuk
mewujudkan gagasan Nasser tentang persatuan Arab, tetapi juga awal dari era
baru massa, yakni era Jamahiriyyah. Propaganda Qaddafi, terutama di Afrika,
menekankan peran Arab sebagai unsur antikolonialisme, dan kewajiban etis untuk
membagi kekayaan dan sumber daya dengan merata. Meskipun tidak diterapkan
di Libya sendiri, model ini memiliki teoritis yang penting yang terlihat dalam
gerakan fundamentalis yang berkembang sekarang.
Masyarakat ideal yang dicita-citakan oleh Qaddafi menolak perjuangan
kelas dan berdasarkan solidaritas. Dalam pandangan ini martabat individu adalah
esensial. Tidak ada yang dapat memaksa manusia untuk jatuh ke dalam kondisi
perbudakan, karena itu dia menolak pekerjaan berdasarkan upah. Secara tak sadar
mempromosikan masyarakat “borjuis kecil”, aspek sosial dari teorinya telah
meraih sukses di dalam negeri; dia membantu unsur masyarakat yang kurang
beruntung, seperti wanita dan kaum muda untuk mengambil peran yang lebih
aktif. Sebagian dukungan untuk kebijakannya di Libya berdasarkan kebijakan ini.
Masalah kekayaan secara logis berkaitan dengan gagasan Qaddafi tentang
masyarakat. Kebutuhan primer harus dipenuhi dan dalam makna ini, mungkin
34
dibicarakan pendekatan sosialis pada ekonomi. Kesetaraan ekonomi adalah
tujuannya.25
Karena pemikiran Qaddafi lebih terletak pada tulisannya dalam Buku
Hijau maka di sini penulis mencoba menjelaskan pemikirannya dari bab I
(Demokrasi), bab II (pembahasan masalah Ekonomi), dan bab III (Pembahasan
masalah Sosial).
A. 1. Demokrasi
Seperti yang telah ditulis oleh Qaddafi pada Buku Hijaunya bahwa bentuk
pemerintah adalah masalah terpenting yang dihadapi masyarakat. Di sini ia
menggambarkan ke dalam tingkat yang lebih rendah dari interaksi manusia yaitu
keluarga. Dan tingkat yang lebih tinggi seperti negara dan bangsa modern.
Qaddafi sendiri memandang masyarakat belum bisa menemukan semua bentuk
final terhadap masalah demokrasi. Dan ia menyatakan lebih jauh lagi bahwa
semua bentuk pemerintahan modern adalah hasil perjuangan dengan berbagai
bentuk dan ideologi awal kekuasaan. Walaupun perjuangan itu berlangsung secara
damai, tetapi lebih banyak dengan aksi kekerasan di antara kelas-kelas sosial,
partai politik, aliran agama dan individu-individu di antara satu sama lain. Yang
pada akhirnya akan menghasilkan kemenangan untuk satu partai atas lainnya,
yang berakhir dengan kekalahan rakyat atau kekalahan bagi demokrasi sejati. Dan
perjuangan itupun mencapai pada kebangkitan demokrasi parlementer.
25
John L. Esposito, Ensiklopedi Oxpord Dunia Islam Modern Jilid III, (Bandung: Mizan,
2001). Hal. 42.
35
Di sini pula ia masih menganggap demokrasi perwakilan sebagai
demokrasi yang salah, baginya sistem perwakilan pemerintahan tidak lain adalah
kekuasaan diktatoral sekelompok minoritas terhadap mayoritas atau sebaliknya.
Seperti 51 persen penduduk memilih seseorang dan 49 persen tidak memilihnya,
maka 49 persen rakyat akan ditolak haknya untuk diwakili oleh seorang yang
dapat diterima oleh mereka. Selanjutnya iapun menganggap kampanye pemilu
hanya sebagai bentuk penghasutan rakyat karena hanya kelompok kaya yang bisa
memasukinya.26
Qaddafi juga menyatakan di dalam Buku Hijaunya bahwa:” hendaknya
tidak ada perwakilan atas nama rakyat, perwakilan adalah sebuah penipuan.
Pernyataan itu mengartikan bahwa demokrasi adalah kedaulatan langsung bagi
rakyat. Bukan kedaulatan perwakilan, sementara perwakilan nasional ataupun
parlemen didirikan melalui distrik, melalui partai politik atau koalisinya, atau
melalui penunjukan. Dari sinilah terletak demokrasi yang salah atau keliru
baginya. Karena anggota dari majelis perwakilan yang hanya mewakili partai atau
koalisi mereka. Dan bukan mewakili rakyat.
Ia sendiri melihat banyak partai, baik parpol, agama atau sosial,
merupakan penghalang bagi kemajuan. Sama halnya dengan suku atau kelompok
agama. Yang membedakan mereka terletak pada hubungan darah. Walaupun
keduanya bersumber dari rakyat yang memiliki kepentingan yang sama, seperti
pendidikan, keyakinan atau ideologi. Mereka semua bergabung kepada suatu
26
Muammar Al-Qaddafi, The Green Book, (Tripolli: Mateu Cromo). Hal. 5-6.
36
partai atau kelompok aksi dan bukanlah semata-mata mengabdi kepada rakyat
tetapi hanyalah ingin mencari kepentingan pribadi.
Selanjutnya Qaddafi juga menganggap partai politik adalah sebuah
kegagalan demokrasi. Karena partai-partai politik merupakan bentuk terakhir dari
kekuasaan. Apatahlagi dengan adanya persoalan kekuasaan partai minoritas yang
menjadi lebih buruk dengan keberadaan partai yang semakin beragam. Karena
dengan adanya peningkatan kuantitas partai politik hanya akan menghasilkan
kenaikan intensitas perebutan kekuasaan pula. Hal yang demikian partai yang
berusaha mendapat kekuasaan sering mengakibatkan kerusakan berbagai hal yang
telah dicapai oleh rakyat, yang akan mendapatkan kekuatan politik bagi dirinya
sendiri.
Ada sebuah jawaban terhadap masalah demokrasi yang merupakan bentuk
pemerintah di dalam Buku Hijaunya yaitu komite dan kongres. Ia menyatakan: “
kongres rakyat hanya satu-satunya cara untuk mencapai demokrasi kerakyatan.
Semua bentuk pemerintahan yang berlaku di dunia saat ini tidak demokratis
sampai mereka beralih kepada sistem ini. Kongres rakyat sendiri merupakan akhir
perjalanan panjang pencarian rakyat terhadap demokrasi.
Bentuk pemerintahan itu merupakan eksperimen baru dalam demokrasi
yang bersandarkan pada “kedaulatan rakyat secara langsung” yang telah disahkan
di bulan Maret 1977, sebagai dasar dari sistem politik dalam “ Persatuan Rakyat
Arab-Libya Sosialis. Bentuk negara Libya itu secara resmi diumumkan kepada
dunia dalam sebuah iklan satu halaman penuh di “Christian Science Monitor”
37
pada tanggal 7 April 1977, kata terakhir dari fase yang panjang ini bukan berarti
“kiri”, tetapi “Republik Sosialis”.
Pemberian nama baru itupun dimaksudkan untuk membedakan Libya dari
sebuah negara republik yang dipimpin seorang presiden. Di dalam negara yang
disebut juga Jamahir (rakyat atau masa) itu, setiap orang adalah penguasa, dan
tidak ada budak, pembantu ataupun orang yang diremehkan. Struktur masyarakat
baru Libya pun cukup komplek dan agak tidak praktis. Dikarenakan bentuk
pemerintahannya masih dalam masa percobaan.27
Pada tahun yang sama Qaddafi mengeluarkan dektrit yang berisi larangan
adanya partai politik, termasuk Arab Socialist Union (ASU) yang didirikan oleh
Qaddafi tahun 1971. sebagai sarana partisipasi politik, dan sesuai dengan buku
hijau jilid pertama, Qaddafi kemudian membentuk Komite Rakyat, Komite
Umum Rakyat, Kongres Rakyat (parlemen lokal), dan Kongres Umum Rakyat.
Qaddafi sendiri menjabat sebagai Sekretariat Jenderal Kongres Umum Rakyat dan
tetap sebagai kepala negara, dan biasanya disebut sebagai “pemimpin” atau
“saudara kolonel”. Diakhir tahun 1977, Qaddafi membentuk Komite Revolusi
(Lijan thawriya).
Kongres rakyat pada dasarnya merupakan badan legislatif yang bertugas
mengesahkan hukum dan membuat rekomendasi yang diteruskan kepada komite
untuk dilaksanakan. Komite bisa diartikan badan eksekutif yang menjalankan
pemerintahan dan Komite sendiri diawasi oleh kongres lokal yang menunjuk
mereka. Setiap komite menunjuk sekretaris jenderal dan dua pembantu sekretaris
27
Muammar Al-Qaddafi, The Green Book, (Tripolli: Mateu Cromo). Hal. 11-16.
38
jenderal. Seluruh sekretaris secara bergiliran menjadi anggota kongres umum
nasional. Anggota setiap organisasi, persatuan pekerja atau professional, sindikat,
persatuan pelajar dan yang semacamnya, juga memiliki perwakilan di kongres
umum nasional. Sementara itu, keberadaan komite atas dasar keputusan kongres
lokal, tidak memiliki wewenang politik sendiri.
Memang cukup komplek struktur politik demikian, hal ini dirancang untuk
memberikan peluang kepada setiap anggota masyarakat, baik laki-laki maupun
perempuan, untuk ikut serta dalam demokrasi langsung itu. Keputusan diambil
bukan melalui pemungutan suara tetapi atas persetujuan umum. Karena itu rapat
seringkali berlangsung agak lama sebelum keputusan diambil. Ini mungkin
merupakan satu alasan mengapa menjadi sulit untuk melibatkan banyak rakyat
Libya dalam sistem tersebut. Namun, karena menghormati Kolonel Qaddafi dan
para pengikutnya yang terus bertambah terutama di kalangan pemuda, harga
birokrasi yang tidak efektif serta pendidikan rakyat yang prosesnya memakan
waktu lama ini tetapi dihargai.
Qaddafi sendiri mengharapkan bahwa baik kekuasaan legislatif maupun
eksekutif di semua tingkatan akhirnya akan berada di tangan seluruh rakyat.
“Definisi demokrasi yang usang, yang menganggap bahwa demokrasi adalah
pengawasan rakyat terhadap pemerintahan, akan digantikan oleh definisi yang
benar, yaitu demokrasi adalah pengawasan rakyat terhadap diri mereka sendiri.
39
A. B. Pembahasan Masalah Ekonomi
Secara umum dunia dewasa ini dikuasai oleh dua kekuatan yang di wakili
oleh kekuatan sistem Kapitalis dan Marxis. Qaddafi sendiri berpendapat bahwa
dunia dari waktu ke waktu hanya berusaha menukar suatu ideologi atau sistem
dengan ideologi atau sistem yang lain, tetapi tidak merubah realitas. Melihat dari
dua kekuatan tersebut Kapitalis dan Marxis, keduanya memang tampak berbeda
satu sama lainnya, tapi pada kenyataanya mereka adalah dua sisi mata uang.
Keduanya mengeksplotasi rakyat, tak peduli dengan melalui banyak majikan
seperti pada sistem Kapitalis, atau hanya melalui satu majikan seperti pada sistem
Marxis. Keadaannya selalulah sama, kaum buruh dibayar dengan upah tertentu
atas pekerjaan mereka, baik pekerjaan untuk perusahaan pribadi atau pun untuk
negara sebagai satu-satunya majikan.
Negara kaum Marxis didirikan melalui penggunaan kekerasan yang tak
terhitung. Kekerasan tersebut digunakan untuk memisahkan seseorang dari
kehidupan tradisionalnya, dan mengkondisikannya kembali sebagai sebuah robot.
Pada akhirnya tidaklah dapat dipungkiri bahwa rakyat, cepat atau lambat,
akan memberontak melawan sistem tersebut. Indikasinya adalah terjadi di
Hungaria, Yugaslavia dan Polandia.
Sistem Komunis dan Kapitalis sama saja baik dalam hal kepemilikan
rakyat, pemerintahan dan negara. Keduanya memiliki angkatan bersenjata dan
polisi, yang digunakan sistem Kapitalis untuk melindungi kepentingan golongan
kaya, dan oleh sistem Marxis untuk melindungi partai berkuasa. Akhirnya dalam
kedua sistem tersebut rakyatlah yang bekerja keras tanpa mampu mengurusi
40
urusan sendiri. Mereka malah diatur oleh administrasi atau pribadi yang mewakili
Negara, atau perusahan pribadi yang eksploitatif.28
Dari inilah Qaddafi mencoba untuk memulai pembicaraannya mengenai
persoalan ekonomi dengan sebuah kritik tajam terhadap semua sistem ekonomi
yang berlaku di dunia saaat ini. Ia menyatakan bahwa meskipun telah ada
tindakan-tindakan seperti keamanan sosial, penetapan upah minimum, pengaturan
jam kerja, hak untuk berunjuk rasa, serta pembatasan atau penghapusan
kepemilikikan pribadi, persoalan terpenting tetap tak terpecahkan. Persoalan
tersebut adalah kebebasan manusia. Keadilan memang telah diraih melalui
perbaikan semacam sistem yang ada. Tetapi hubungan antar buruh atau teknisi
dengan produsen tetap merupakan hubungan antara pelayan dan majikan saja.
Semua perbaikan dalam hal ini tak lebih dari tindakan setengah hati, yang lebih
mencirikan kedermawanan dibandingkan pengakuan akan hak buruh.
Pada dasarnya para buruh memang diberikan upah sesuai dengan barang
yang mereka hasilkan. Mereka tidak diizinkan untuk mengkonsumsi barang
mereka sendiri karena mereka telah menjual haknya untuk memperoleh upah yang
rendah. Qaddafi memberikan pendapat bahwa ia yang memproduksi barang harus
menjadi konsumen produknya dan walaupun ada kemungkinan peningkatan
pendapatan buruh, tetap saja mereka dalam jalan perbudakan. Dari itu seluruh
peningkatan dalam upah atau keamanan kerja tak lebih sebagai hadiah
kedermawanan dari si kaya kepada buruhnya. Hanya ketika pemilikan berada di
tangan rakyat, yang diatur oleh kongres dan komite yang berasal dari rakyat yaitu
28
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar
Qadhdhafi, (Bogor : Humaniora Press, 1991). 72-74.
41
mereka sendiri, disinilah para buruh menjadi mitra dan bukan pencari nafkah.
Dewasa ini para buruh semata-mata hanya melayani negara mereka, atau bisnis si
kaya, atau partai politik yang telah merampas kedaulatan dan kekayaannya.
Karena itulah, pemecahan final masalah tersebut adalah menghilangkan pencarian
nafkah sehingga dapat membebaskan manusia dari perbudakannya.
Dalam penyelesaian masalah ekonomi sosialis, Muammar Qaddafi
menjelaskan dalam Buku Hijau dengan mengemukakan kerja sebagai pengukur
upah (dikenal sebagai nilai kerja). Peristiwa ekonomi umum yang terjadi yaitu
para pekerja mendapatkan gaji dan jaminan sosial lainnya, padahal hal itu hanya
merupakan sumbangan yang diberikan oleh orang kaya atau pemilik badan
usaha.29
Qaddafi juga menyadari bahwa taraf kehidupan pekerja sejak Revolusi
Industri menanjak naik secara dramatis. Pekerja-pekerja itu kemudian
memperoleh pembagian waktu kerja yang pasti, uang lembur, tempat tinggal,
pembagian keuntungan, keikutsertaan dalam menejerial, asuransi dan hak-hak
lainnya. Perubahan-perubahan drastis juga terjadi dalam hal kepemilikan termasuk
pemindahan kepemilikan dari swasta ke negara.
Kendatipun perubahan signifikan telah bergulir, hubungan dasar antara
pekerja-seorang yang gaji dan pengusaha pihak yang menggaji masih
menyisahkan bentuk perbudakan. Bahkan, di negara manapun yang mempunyai
usaha
ekonomi
dan
pendapatan
yang
semestinya
dikembalikan
untuk
kesejahteraan masyarakat pekerja. Seseorang yang membantu proses produktif
29
Muammar Qaddafi, The Green Book, (Tripolli: Mateu Cromo). Hal. 73.
42
yang mendatangkan keuntungan pihak lain kebanyakan masih tetap menghadapi
dilema perbudakan. Solusi yang diterapkan Qaddafi yaiu dengan melarang sistem
penggajian. Titik perhatiannya diarahkan pada kontribusi para pemetik
keuntungan (pengusaha) dalam proses produktif, buruh seharusnya dianggap
sebagai mitra dalam proses itu, bukan pelaksana semata (budak), sehingga
diharapkan akan tercapai pembagian keuntungan yang sama (berimbang) terhadap
hasil produksi.
Qaddafi mempercayai bahwa manusia tidak dapat bebas jika seseorang
mengendalikan apa yang dibutuhkannya untuk mencapai hidup yang lebih baik.
Oleh karena itu, menurut Qaddafi, setiap individu harus mempunyai satu rumah
sendiri, satu kendaraan dan pendapatan. Selanjutnya, Qaddafi menjelaskan,
individu-individu
tidak
dapat
menjadi
buruh
karena
orang
lain
akan
mengendalikan pendapatannya. Mereka juga tidak diperkenankan memiliki rumah
lebih dari satu untuk disewakan, alasannya dengan menyewakan barang berarti
mereka telah mengintervensi kebutuhan primer orang lain. Menurut Qaddafi,
tujuan aktivitas ekonomi individu yang legitimate adalah mereka mampu
memuaskan kebutuhan pribadi tanpa menggantungkan nasib pada pihak di luar
dirinya; teori Qaddafi ini juga menafikan adanya perolehan keuntungan surplus.
Qaddafi menyatakan, keuntungan dan uang pada akhirnya menghilang seiring
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Pada proklamasi konstitusi tahun 1969 telah diperkenalkan kepemilikan
publik, yang merupakan dasar pengembangan masyaraka dan kepemilikan swastasepanjang dalam berusaha tidak eksploitasi. Penerapan pandangan-pandangan
43
baru Qaddafi tentang kepemilikan itu telah dimulai beberapa bulan setelah
sosialisasi The Green Book bagian kedua. Pada bulan Mei 1978, sebuah ketentuan
hukum diundangkan yang isinya memberikan hak tiap-tiap penduduk Libya untuk
mempunyai satu rumah atau sepetak tanah yang diatasnya dapat didirikan
bangunan. Kepemilikan rumah lebih dari satu dilarang negara, karena dahulu
umumnya rumah-rumah penduduk itu disewakan. Sejak usia memperingati hari
jadi revolusi militer Libya ke-9, Qaddafi mengumumkan, sudah saatnya kaum
buruh terbebas dari perbudakan, mereka adalah mitra dalam proses produktif
dengan mengambilalih kebutuhan produksi yang dijalankan swasta maupun
negara. Konsekuensinya, perusahaan-perusahaan di Libya dikendalikan oleh
Dewan Rakyat Baru. Masih seputar pendapat Qaddafi melawan eksploitasi adalah
larangan aktifitas perdagangan retail. Pemimpin Libya menyarankan para
pedagang retail untuk masuk ke wilayah pertanian dan kontruksi. Akan tetapi
hasil sekilas dari adanya perubahan tersebut adalah economi chaos dan penurunan
tingkat produksi.
Qaddafi memegang prinsip melarang gagasan kepemilikan swasta atas
tanah. Dengan menggambarkan perbedaan antara kepemilikan dan pemanfaatan.
Qaddafi menjelaskan, tanah merupakan harta milik semua masyarakat. Setiap
warga dan perwarisnya berhak untuk menggunakan tanah sebagai alat pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Tanah itu milik mereka yang bersedia menggarapnya.
Menyewa pekerja sawah tidak diperbolehkan karena akan menyuburkan
eksploitasi.
44
Pada dasarnya cita-cita Muammar Qaddafi tentang ekonomi sosialisme
secara keseluruhan untuk menghapus efek eksploitasi masa lalu dan menempatkan
Libya dalam tuntunan untuk mendapatkan masa depan masyarakat yang sanggup
mencukupi kebutuhannya sendiri dalam bidang pertanian, industri, dan
pendidikan. Perhatiannya pada sosialisme intinya adalah bersifat kemanusiaan.
Lebih tepatnya dia percaya bahwa Arab Libya tidak dapat mencapai tujuan
nasionalnya kecuali apabila kondisi materi mareka adalah sedemikian rupa
sehingga mereka dapat memberikan kontribusinya kepada perjuangan nasional.30
Kenyataannya yang ada adalah sekelompok minoritas menguasai
kekuasaan tanah dan hal ini akan menjadi kendala bagi kemajuan. Karena semua
warga negara harus ikut serta dalam kejayaan negerinya. Sosialisme Libya adalah
sesuatu keadaan alam di mana semua warga berada dalam posisi untuk
mengembangkan potensi mereka sehingga apabila semua kelas yang tertindas
tidak lagi tertindas maka ketika itu mereka dapat bersia-siap membuka jalan ke
arah kemajuan dan persatuan.31
A. C. Pembahasan Masalah Sosial
Pada bagian pemikiran yang ketiga ini merupakan bagian yang paling
penting dan menarik karena terlihat paling teoritis. Di sini ia menampilkan teori
30
W.B Fiser, “Libya”, Dalam TheMiddle East and North Africa, (London: Europe
Plication Limited, 1993). Hal. 667.
31
Harris, Lilian Craig, Libia : Qadhafi’s Revolution & The Modern State, (Colorado :
Westview, 1986), Hal. 68.
45
dasarnya dengan cara yang sama yaitu masih menggunakan teori-teorinya dalam
bidang ekonomi dan politik.
Lebih awal Qaddafi menjelaskan masalah struktur masyarakat, ia
menuturkan bahwa komponen dasar struktur masyarakat manapun adalah adat
(‘urf) dan pemahaman agama yang mendalam. Urf dapat diartikan sebagai
identitas kesukuan atau kebangsaan (qawmiyah). Jika adat adalah keseluruhan dari
kebiasaan-kebiasaan, maka identitas suku harus dianggap sebagai sintetis dari
elemen-elemen tersebut. Dalam sejarah bangsa, elemen-elemen ini menghasilkan
perbedaan kepribadian kultural dan histories. Di atas pandangan ini, Qaddafi
memulai diskusi dengan mengatakan,”satu-satunya penggerak sejarah manusia
adalah faktor sosial dan kesukuan”. Faktor-faktor sosial ini membentuk hubungan
dasar diantara unit-unit masyarakat utama, dari keluarga kepada suku dan
selanjutnya kepada bangsa. Faktor sosial adalah faktor terpenting dalam sejarah.
Tujuan utama yang terdapat dalam semua gerakan sejarah adalah
kemerdekaan suatu masyarakat atau suku bangsa dari kekuasaan orang lain. Jadi
pergerakan sosial selalu merupakan gerakan kemerdekaan, gerakan yang
bertujuan merealisasikan identitas esensial dari kelompok yang kalah atau
tertindas. Gerakan modern pada waktu itu sekaligus bersifat kebangsaan
sebagaimana gerakan kesukuan atau kemasyarakatan. Mereka adalah gerakan
pembebasan yang akan tetap bertahan hingga setiap kelompok suku, masyarakat
atau bangsa terbebaskan dari pengendalian oleh semua. Ini berarti, dalam
pandangan Qaddafi,” bahwa dunia sekarang sedang melewati suatu periode
46
revolusi bersejarah yang mncerminkan perjuangan kebangsaan, dan bertujuan
mendukung kebangsaan.32
Gerakan revolusioner yang bersifat kesukuan atau kebangsaan adalah
gerakan sosial yang tepenting dan terkuat, karena gerakan tersebut bersumber
kepada identitas suku dan bangsa. Bagi Qaddafi identitas kesukuan merupakan
dasar fundamental bagi kelangsungan keberadaan suatu bangsa. Karena itu, dalam
hal ini mungkin berguna untuk menganalisa pandangan Qaddafi yang dinyatakan
dalam Buku Hijaunya, yaitu pandangan mengenai qawmiyah (identitas kesukuan)
dan umamiyah (nasionalisme multisuku atau internasionalisme).
Sebuah qawm adalah sekelompok orang atau bangsa yang memiliki
bahasa, sejarah dan warisan budaya yang sama. Kata ‘qawmiyah’ derivatif dari
qawm yang berarti nasionalisme yang dipahami di Barat. Istilah dan konsep
nasionalisme inipun yang dipahami oleh Barat pada dasarnya berasal dari budaya
Arab klasik.
Sedangkan kata Ummah berarti komunitas masyarakat yang memiliki
tujuan, kepercayaan atau nasib yang sama. Bentuk jamak dari ummah adalah
umam, yang kemudian menjadi umamiyah, umamiyah sebagai ideologi dianggap
oleh Qaddafi sebagai alat imperalisme kapitalis dalam usahanya untuk menguasai
dunia. Seperti pernyataan yang ada pada Buku Hijau menyatakan bahwa “gagasan
tentang internasionalisme (umamiyah) sesungguhnya adalah suatu bentuk baru
neo-imperialisme”.33 Ideologi ini tidaklah menghormati kebangsaan, suku dan
batas geografi orang lain, dan bersandar pada prinsip ‘kekuatan dan kebenaran’.
32
33
Muammar Qaddafi, The Green Book, (Tripolli: Mateu Cromo). Hal. 86.
Muammar Qaddafi, The Green Book, (Tripolli: Mateu Cromo). Hal. 87.
47
Jadi bangsa yang mengadopsi ideologi ini akan menggunakannya untuk
merampas kekayaan bangsa lain dengan alasan bahwa bangsa tersebut, secara
tekhnologi tidak mampu mengeksploitasi kekayaan alam mereka sendiri, dan
karenanya harus mempercayakannya kepada mereka yang bisa melakukannya.
Setelah itu di dalam Buku Hijau itupun mengomentari lebih jauh menolak
umamiyah atau konsep aturan internasional yang berdasarkan hanya kepada
identitas agama umum. Demikian adanya kecenderungan baru dari kelompok
keagamaan dan kesukuan yang mengusung internasionalisme sebagai identitas
dunia, yang pada akhirnya tak dapat dipungkiri akan membawa kepada
“kehancuran peradaban dan penghilangan banyak entitas sosial.”
Dengan demikian Qaddafi menyatakan bahwa bangsa apabila kehilangan
identitas kesukuannya akhirnya akan hilang. Paling tidak, bangsa itu akan
bertahan sebagai minoritas tertindas. Iapun beranggapan identitas kesukuan dan
kesetiaan yang dilahirkannya adalah ibarat gaya gravitasi. Dimana ketika gaya itu
hilang, ’galaksi’ yang menghubungkan kelompok-kelompok kesukuan akan
hancur. Hal ini karena, kata Qaddafi,”Gaya gravitasi yang mempererat ikatan
sosial adalah rahasia dari keberlangsungan eksistensi masyarakat.”
Selanjutnya menurutnya, satu-satunya saingan dari faktor sosial umum
adalah faktor agama. Agama dapat memberikan jalan lain untuk mempersatukan
rakyat. Ia pun mampu mempersatukan kelompok dengan latar belakang budaya
dan suku yang berbeda. Tapi pada akhirnya faktor sosial akan berlaku atas agama.
Ia pun menyimpulkan,” bagi setiap masyarakat (qawm), mempunyai agama
48
mereka sendiri.”ia menambahkan,”ini adalah harmoni sejati yang dibutuhkan
masyarakat.
Walaupun
ia
mempunyai
komitmen
yang
sangat
teguh
dalam
menyebarkan Islam, ia pun tetap menggunakan logikanya dengan menyatakan
bahwa prinsip utama adalah setiap orang haruslah memiliki agamanya masingmasing. Hal ini berseberangan yang menciptakan kenyataan sehat dan dapat
menimbulkan perselisihan dalam masyarakat yang berlatar berlakang suku sama.
Solusi baginya adalah kesetiaan terhadap prinsip alamiah yaitu bagi setiap orang
agama meraka. Dengan demikian ada kesesuaian antar faktor sosial dan agama
yang menghasilkan keselarasan.aturan dalam kehidupan masyarakat akan tercipta
dengan baik, yang memperkenankan agama untuk tumbuh dalam cara yang sehat
dan masuk akal.34
Selanjutnya Qaddafi juga menyatakan bahwa salah satu ikatan yang kuat
dalam masyarakat adalah perkawinan. Menurutnya perkawinan menjadi prinsip
dasar kebebasan manusia, karena di dalam masyarakat dengan latar belakang suku
dan agama yang sama, perkawinan membantu menopang kesatuan dan
pertumbuhan sosialnya. Karenanya, bagi individu keluarga adalah lebih penting
dibandingkan negara.
Setelah keluarga, unit sosial yang penting adalah suku. Sekalipun hampir
semua masyarakat modern tidak lagi bersifat kesukuan, Qaddafi yakin bahwa
suku menjadi unit utama seluruh masyarakat. Ia pun beranggapan bahwa suku
adalah sebuah keluarga yang tumbuh sebagai hasil penciptaan. Lebih jauh lagi dia
34
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar
Qadhdhafi, (Bogor : Humaniora Press, 1991). Hal. 87.
49
menyatakan bahwa sebuah bangsa kenyataanya adalah suku yang tumbuh melalui
proses yang juga tumbuh dan terbagi ke dalam banyak cabang. Dimana ikatan
yang sama menghubungkan keluarga juga menghubungkan suku, bangsa bahkan
dunia.
Di sini ia sedikit menyimpulkan bahwa manusia sebenarnya hidup
berdasarkan identitas kesukuan dan kebangsaan. Kebangsaan adalah bentuk
kesukuan, dan kesukuan berasal dari ikatan keluarga. Tetapi kekuatan ikatan ini
berkurang lambat laun dari unit masyarakat terkecil menuju unit masyarakat
terbesar.
Setelah itu dalam pembahasan ini Qaddafi juga mengambil unsur dalam
masyarakat untuk memperjelas teorinya. Dalam hal ini ia membahas sifat, hak dan
kedudukan perempuan di tengah masyarakat. Ia menganggap bahwa laki-laki dan
perempuan keduanya adalah sama-sama manusia dan setiap perbedaan kepada
mereka adalah merupakan tindakan penindasan yang tidak bisa dibenarkan. Yang
membedakannya yaitu bahwa masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam
masyarakat.35
Selanjutnya ia pun mengatakan bahwa dengan mengabaikan peran sebagai
ibu dan menukar perannya dengan pusat perawatan bayi akan menurunkan derajat
kemanusiaan dan media alamiah ekspresi mereka. Sang ibu dan rumahnya adalah
tempat perlindungan alamiah bagi seorang anak. Karena itu, dengan mengirim
anak ke tempat perawatan anak adalah kekerasan terhadap anak dan menjauhkan
anak dari kebebasan alamiahnya.
35
Ayoub, Mahmoud, Islam dan Teori Dunia Ketiga : Pemikiran Keagamaan Muammar
Qadhdhafi, (Bogor : Humaniora Press, 1991). Hal. 91.
50
Pandangan Qaddafi mengenai perempuan terlihat tradisional. Dimana
mereka harus terlihat feminim dan cantik. Dengan demikian setiap pekerjaan yang
membutuhkan kekuatan fisik atau pekerjaan kotor yang menutupi kecantikan
perempuan adalah tindakan penindasan.
Sedangkan ketidakada perbedaan antara laki-laki dan perempuan menurut
Qaddafi terletak pada hak dan kebebasannya. Perempuan tidaklah seharusnya
dipaksa untuk dinikahi atau bercerai tanpa persetujuan mereka, atau menguasakan
melalui otoritas berwenang. dan mereka pun bebas dan mempunyai hak dalam
menentukan keduanya. Dan ia pun meramalkan bahwa revolusi dunia akan
mengakhiri seluruh keadaan sosial dan ekonomi yang memaksa perempuan
melakukan pekerjaan laki-laki, dan supaya mereka memperoleh hak yang sama.
B. Peran Mu’ammar Qaddafi Pada Revolusi Libya
Peran yang tampak pada Qaddafi dari awal revolusi Libyanya di tahun
1969 tepatnya pada tanggal 18 September, ia memulai dengan menuliskan garis
besar progaram politiknya, pada bulan berikutnya, dia memerintahkan kekuatan
militer asing untuk meninggalkan wilayah Libya dan menyerukan kenetralan dan
persatuan nasional dan Arab. Bebarapa bulan kemudian, tiang-tiang utama
ekonomi (bank, klinik, minyak, dll) dinasiolisasikan. Qaddafi sempat bertemu
dengan Naser beberapa sebelum kematian Naser (28 September 1970) dan
menurut pendapat publik, dia menjadi ahli waris alami Nasserisme; partai-partai
politik dilarang dan pada Juni 1971 Uni Sosialis Arab didirikan.
51
Pada kemangkatan Nasser dalam usianya ke lima puluh dua tahun,
Qaddafi menciptakan suatu kekosongannya dengan memberikan konsep
pemikiran yaitu disini ia menggabungkan nasionalisme Arab dan sosialisme
dengan fundamentalisme Islam menurut caranya sendiri. Qaddafi mengibarkan
bendera sosialisme Arab dan menggantungkan amat berat sekali kepada alasan
Islam untuk pengesahan pembaharuan-pembaharuan dan untuk menegaskan PanArab sebagai pemimpin Pan-Islam. Selama tujuh puluhan, baik dalam maupun
luar Libya, ”Republik Arab Libya”, dipandang sebagai negara Arab-Islam.
Pengumuman-pengumuman pada masa permulaan dari pemerintahan baru itu
menempatkan Libya pada jalan sosialisme Arab yang dibenarkan oleh Islam.
Membedakan
dirinya
dari
Marxisme,
Qaddafi
mengumumkan
bahwa
kebijaksanaanya sosial dari negara adalah sosialisme Islam:”suatu sosialisme yang
terpancar dari agama Islam yang sebenarnya dan juga dari Al-Qur’an. Sekalipun
dipengaruhi begitu kuat oleh pemikiran Naser, Qaddafi berjalan di luar garis
kepahlawanannya dengan penegasan komponen Islam pada ideologinya.36
Dari sinilah Pada 1971, Qaddafi mencoba memperkenalkan kembali
hukum Islam di Libya. Hukum pidana sepanjang kanonik (”batas-batas” dari
Allah) diperlakukan dimana potong tangan bagi pencurian, hukum rajam bagi
perzinaan. Berbagai peraturan Islam lainnya mengenai pengumpulan zakat dan
larangan rente-Bank diumumkan. Walau bagaimanapun, pelaksanaannya masih
terbatas, meskipun bunyi pidato dan aktivitas sedemikian rupa, sepanjang
kenyataan, jikalau diteliti lebih ketat, meskipun gembar-gembor pemerintah Libya
36
Jhon. L. Esposito, Islam dan Politik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990). Hal. 218-219.
52
dan kehebohan mass-media Barat sedemikan rupa, hukum Islam itu masih tetap
samar secara relatif bagi masyarakat Libya. Apa yang menjadi lebih jelas ialah
corak Islam yang berbeda dari apa yang pernah diperkenalkan. Bukan mengikuti
thariqat As-Sanusiyah dan bukan pula Islam menurut pandangan para ulama, akan
tetapi penafsiran Qaddafi sendiri yang bersifat ideosinkretis mengenai Islam.
Pada 1973, langkah-langkah pertama “revolusi rakyat’ dilakukan dan
proses ini berakhir dengan proklamasi Jamahiriyah Libya Sosialis Arab.
Jamahiriyah dimaksudkan menjadi sistem pemerintahan yang baru; menempatkan
kedaulatan di tangan rakyat, Jamahiriyah diungkapkan dengan struktur komite
yang cukup rumit, yang mewakili badan negara pengambil keputusan dan
pelaksanaan. Akibatnya, perpecahan muncul antara kekuasaan dan revolusi yang
sebelumnya bersatu.37
Pada awal tahun 1970-an ini pula Mu’ammar Qaddafi mulai membuang
semua jabatan pemerintahannya. April 1974 sebuah keputusan dikeluarkan yang
menyatakan dirinya bebas dari fungsi politis, administratif dan protokoler,
sehingga ia bisa berkonsentrasi pada pengembangan ideologi revolusionernya.
Setelah memastikan saat yang tepat untuk melaksanakan teori politik dan
ekonominya (tahun 1976), Mu’ammar Qaddafi mengambil tampuk pimpinan di
Dewan Komando Revolusioner dengan mengumumkan dalam perayaan Hari
37
Jhon. L. Espito, Ensiklopedi Oxpord Dunia Islam Modern Jilid III, (Bandung, Mizan,
2001). Hal. 41.
53
Nasional 1 September bahwa Dewan Komando Revolusi akan diganti Kongres
Umum Rakyat.38
Hal ini dilakukan karena Mu’ammar Qaddafi ingin memanfaatkan
kesempatan agar kelompok-kelompok lain yang saling berlomba menduduki
posisi pemerintahan dapat memberi simpati kepadanya. Tujuannya agar mereka
tidak mendapat basis kekuatan yang besar dan selain itu Mu’ammar Qaddafi juga
ingin mempertahankan kewenangannya.
Kongres Umum Rakyat sendiri merupakan pertemuan kongres rakyat,
komite rakyat, dan kalangan profesi untuk membuat keputusan kongres rakyat. Di
antara tugas-tugas KUR adalah sebagai berikut:
- Membuat keputusan-keputusan kongres yang diambil melalui sidangsidang biasa dan luar biasa.
- Menyiapkan agenda yang dibuat oleh kongres inti rakyat.
- Mengawasi, menilai, dan memilih anggota-angota Komite Umum
Rakyat.
Adapun tugas-tugas Kongres Inti Rakyat adalah sebgai berikut:
- mengeluarkan Undang-Undang di berbagai bidang.
- Membuat dan merekomendasi perjanjian-perjanjian yang dibuat antara
Libya dengan negara-negara lain.
- Memperluas hubungan Libya dengan negara-negara lain.
- Meletakkan kebijaksanaan umum dalam berbagai bidang.
- Pemperluas posisi Libya terhadap gerakan-gerakan politik dunia.
38
W.B Fiser, “Libya”, Dalam TheMiddle East and North Africa, (London: Europe
Plication Limited, 1993). Hal. 667.
54
- Meningkatkan kualitas komitet rakyat, memantau, mengawasi dan
mengevaluasi.
Dan ada juga yang disebut dengan Komite Rakyat merupakan komite yang
menggerakan semua sektor, instansi, badan/lembaga, kemaslahatan umum,
perusahan-perusahan dan unit-unit administrasi lainnya yang ada di Libya, atau
bisa diartikan juga badan pelaksana ketentuan-ketentuan Kongres Rakyat.39
Sesudah 1977, terdapat dua unsur penting lain: penggantian kebijakan
yang kaku dan represif di dalam negeri dengan sikap yang lebih moderat terutama
dalam ekonomi; dan kegagalan kebijakan luar negeri Libya (dalam kasus Cad,
misalnya). Masalah kedua ini menjadikan kecilnya peran yang dimainkan oleh
Libya di Dunia Arab meskipun Qaddafi secara berkala dicap oleh Amerika Serikat
sebagai musuh simbolis yang harus dihancurkan dengan segala cara. Tanggapan
Amerika Serikat ini kurang-lebih akibat dukungan aktif Qaddafi kepada terorisme
internasional oleh kelompok, seperti Pasukan Republik Irlandia, Basque, dan
kelompok-kelompok Palestina radikal.40
C. Hubungan Qaddafi Terhadap Negara-Negara Arab dan Internasional
C.1.
Hubungan Qaddafi – Negara-Negara Arab
Hubungan Qaddafi dengan negara-negara Arab lainnya diwarnai dengan
upaya-upaya menciptakan persatuan, meskipun ide untuk itu tidak selalu datang
dari Libya saja. Pada bulan Desember 1969, Libya, Sudan, dan Mesir berusaha
39
W.B Fiser, “Libya”, Dalam TheMiddle East and North Africa, (London: Europe
Plication Limited, 1993). Hal. 667.
40
Jhon. L. Espito, Ensiklopedi Oxpord Dunia Islam Modern Jilid III, (Bandung, Mizan,
2001). Hal. 41.
55
mendirikan sebuah federasi. Disamping untuk memformalkan kesetiaan terhadap
prinsip-prinsip persatuan Arab, rezim baru di Libya ini juga hendak mendongkrak
legitimasi domestik atas pemerintahan Qaddafi, dengan cara menjalin hubungan
dengan Naser, seorang pemimpin terpenting di dunia Arab dalam pandangan
masyarakat Libya. Federasi Republik Arab (dengan Mesir dan Syiria) terus
dipertahankan oleh Libya untuk mempererat aliansinya dengan Mesir, terutama
setelah kematian Naser, Qaddafi berusaha mengambil alih posisi Naser, dan
konsekwensinya meningkatkan legitimasi dirinya di dalam negeri.
Tahun 1974, Qaddafi dan Pimpinan Tunisia mengumumkan pembentukan
Uni Libya-Tunisia setelah sebelumnya Qaddafi dan Presiden Tunisia Habib
Bourguiba melakukan pembicaraan. Keduanya berniat untuk menjadikan single
state, republik Islam Arab. Rencana ini adalah usulan dari Tunisia dalam upaya
menjauhkan Libya dengan Mesir. Ketika hubungan Libya dengan Mesir
memburuk pasca perang Arab-Israel tahun 1973, Libya mendesak Tunisia. Akan
tetapi rencana itu mendapat tentangan dari dalam negeri Tunisia dan Aljazair.
Tahun 1975, Libya dan Aljazair menandatangani pakta pertahanan
bersama, Hassi mas’ud Treaty, yang memastikan Libya sebagai sekutu regional.
Hubungan kedua negara tampak pada Juli 1977, ketika Mesir menyerang Libya
dan menghancurkan instalasi radar Soviet di daerah perbatasan Libya-Mesir,
dimana Aljazair memberikan dukungan kepada Libya dan pemboman dihentikan.
Sebagai imbalannya, Libya mendukung Aljazair yang sedang konflik dengan
Maroko dalam persoalan Sahara Barat.41
41
Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Bahrulhm, 1990). Hal. 344.
56
Tahun 1981 merger dengan Chad dalam upaya mengakhiri perang antara
keduanya. Libya juga ingin memastikan dominasinya atas Chad bagian Utara.
Merger
Libya-Chad
memperburuk
hubungan
dengan
Aljazair.
Aljazair
menandatangani Treaty of Brotherhood dan Concord tahun 1983 dengan Tunisia
dan Mauritania, dengan tidak menyertakan Libya.
Pada tahun 1984 Libya dan Maroko membentuk The Arab-African
Federation, sebagai reaksi diisolasi Libya dan protes kepada Raja Hasan yang
melakukan kontrol terhadap Sahara bagian barat.
Pada tanggal 25 Maret 1987, Qaddafi mengakui pemerintahan Presiden
Hisene Habre (Chad) dan beberapa hari kemudian pejabat-pejabat tinggi Libya
menemui presiden tersebut di Addi Abeda, Ethiopis. Konflik perbatasan dengan
Chad tentang Jalur Aozou akan dipecahkan dengan cara yang khusuk dan penuh
tanggungjawab. Pada tahun yang sama Libya juga berusaha memperbaiki
hubungannya dengan Mesir dan Tunisia. Libya membebaskan tahanan-tahanan
Tunisia serta menarik pasukannya, baik dari perbatasannya dengan Tunisia
maupun Mesir.42
Tahun 1989, Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, dan Mauritania
mengumumkan pembentukan Uni Arab Maghrib (UMA). Uni tersebut
dimaksudkan untuk membangun integrasi ekonomi dengan model Uni Eropa.
Negara-negara Maghrib ingin meperluas pasar mereka, dan menemukan sebuah
outlet alternatif bagi persoalan ketenaga kerjaan. Mereka mendirikan perusahanperusahan bersama, dan proyek-proyek sektor manufaktur contohnya. Libya
42
Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Bahrulhm, 1990). Hal. 344.
57
menjadi satu-satunya negara yang mampu menyerap surplus regional. Negara ini
telah diuntungkan karena perdagangan semakin meningkat. Orang-orang Libya
dengan mudah dapat berbelanja barang –barang di Tunisia, terutama yang tidak
dapat mereka temukan di Libya. Libya merupakan partner utama dalam investasi
the Arab Maghrib Bank, dan mempunyai sejumlah proyek gabungan dengan para
tetangganya, termasuk Mesir, di bidang pertanian, transportasi, komunikasi dan
lain-lain.
Terkait dengan persoalan Konflik Arab-Israel, Libya tidak pernah
konfromi dalam pendiriannya menentang Zionisme sebagai nasionalisme agressif,
dan mendukung kelompok-kelompok radikal di Palestina. Meskipun dia banyak
memberikan bantuan dana kepada PLO, seringkali dia tidak sependapat dengan
sikap pemimpin PLO, Yasser Arafat, Qadhdhafi juga menentang inisiatif
perdamaian 1993 antara Israel dan Palestina. Namun pada tahun 1993 dia
mengirimkan 200 orang Libya untuk berkunjung ke Jerusalem dan mengundang
orang-orang Yahudi untuk datang ke Libya.43
C.2. Hubungan Libya-AS (1969-2004)
Hubungan Libya-Amerika Serikat sejak Revolusi September 1969
diwarnai konflik dan ketidak percayaan kedua belah pihak terhadap satu sama
lainnya. Hal ini dapat dipahami karena Qaddafi sejak awal mempersepsikan
Amerika Serika sebagai “penjahat”, yang mempunyai misi mendominasi dunia,
43
Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Bahrulhm, 1990). Hal. 344.
58
dan sebagai pendukung Zionisme.44 Bagi pihak Amerika Serikat sendiri, Qaddafi
adalah sosok pembangkang yang seringkali menentang kebijakan-kebijakannya di
Timur Tengah, terutama terkait dengan masalah Palestina-Israel. Faktor-faktor
lain penyebab keretakan hubungan kedua negara tersebut adalah beralihnya
haluan ekonomi Libya ke arah Sosialisme, isu senjata nuklir, isu terorisme, dan
kedekatan hubungan Libya-Unisoviet.
Perseteruan Libya-Amerika Serikat dimulai tahun 1970 ketika Qaddafi
meminta pangkalan militer asing hengkang dari Libya, yaitu pangkalan Inggris
dan Amerika. Setelah dilakukan dialog, Amerika Serikat terpaksa menarik semua
tentaranya dari Libya, menyusul pasukan Inggris yang beberapa bulan telah
melalui.
AS tampaknya sangat “tersinggung” dengan sikap Qaddafi. Beberapa
kejadian yang kemudian semakin memperburuk hubungan AS-Libya, antaralain:
penghentian bantuan militer AS kepada Libya, perjanjian persahabatan Libya-Uni
Soviet (1973), klaim Qaddafi atas perairan Teluk Sidra (1973), dan penyerangan
terhadap kedutaan besar AS di Tripoli (1979).45
Pada masa kepresidenan Ronald Reagan, AS melakukan tekanan-tekanan
diplomasi, ekonomi, dan militer dengan lebih keras, antara lain: Dua Jet Amerika
Serikat menembak jauh dua jet Angkatan Udara Libya diatas laut mediterenia
(1981); Amerika menuduh Libya sebagai otak pengeboman the West Berlin
descotheque (1983); Amerika menjatuhkan sanksi ekonomi dengan menghentikan
44
Harris, Lilian Craig, Libya : Qadhafi’s Revolution & The Modern State, (Colorado :
Westviw, 1986), Hal. 83.
45
Sihbudi, Riza, Islam, Dunia Arab, Iran : Bara Timur Tengah, (Bandung : Mizan,
1991). Hal. 97.
59
impor minyak dari Libya, dan ekspor alat-alat teknologi ke Libya (1985);
Amerika membekukan seluruh asset Libya di Amerika (1986); Amerika Serikat
melanggar Piagam PBB dan hukum internasional ketika pesawat-pesawat AS
memborbadir target-target sipil di teluk Sirte dan sebuah boat penjaga pantai yang
sedang melakukan perjalanan rutinnya (1986); Amerika Serikar menembak jatuh
2 pesawat MIG-23 Libya oleh 2 Pesawat Tomcat F-14 dengan 2 Peluru kendali
sparrow dan sidewider.46
Eskalasi konflik Libya-AS di bawah Reagen terutama di picu oleh persepsi
yang tumbuh di Barat bahwa Libya terlibat dalam mempromosikan terorisme
internasional. Keyakinan ini meningkat dengan adanya statemen-statemen
sejumlah politisi penting Libya. Kuatnya persepsi tersebut juga disebabkan oleh
sikap keras Libya untuk berperan sebagai pemimpin anti-imperalis dan pendukung
semua gerakan pembebasan, terutama di Timur Tengah dan Afrika. Di tahun
1980, 1982, 1984, Libya terlibat dalam sejumlah pembunuhan dan upaya-upaya
pembunuhan di London, Athena, Roma, Viena, dan di Amerika Serikat.47
Pada
awal-awal
pemerintahan
George
Bush
(1989),
Qaddafi
mengungkapkan hastratnya untuk memperbaiki hubungannya dengan AS. Dia
meminta AS mengakhiri boikotnya terhadap ekspor minyak Libya dan
mengembalikan personel AS ke Libya untuk menjalankan operasi minyaknya.
Pada tahun yang sama, Libya juga menyatakan kenginginannya untuk membuka
46
Harris, Lilian Craig, Libya : Qadhafi’s Revolution & The Modern State, (Colorado :
Westviw, 1986), Hal. 83.
47
Slughet, Petter & Marion, The Times Guide to The Middle East, (London : Times
Books, 1991), Hal. 177.
60
pembicaraan bilateral denga pemerintahan Bush, dan menormalkan kembali
hubungan Libya- AS atas dasar saling menghormati.48
Pemerintahan Bush menanggapi tawaran Qaddafi dengan tekanan
diplomatik dan militer, terutama terkait dengan isu pengembangan senjata kimia.
Bush mengungkapkan keprihatinannya karena Libya tengah memproduksi
mustard dan gas syaraf. Dia mengancam akan melakukan serangan militer ke
Libya kalau Qaddafi tidak menghentikan proyek senjatanya. Dan sebagai
dukungan terhadap tuntutan supaya Libya menyerahkan dua tersangka
pengeboman Pan AM 103, pemerintahan Bush turut menyambut Resolusi Dewan
Keamanan PBB yang menjatuhkan embargo terhadap Libya.
Di pertengahan 1990-an Amerika Serikat kembali menekan Libya dengan
mengeluarkan keputusan akan memberi sangksi kepada perusahaan-perusahaan
non-Amerika yang berinvestasi di Libya.49 Alasannya terkait dengan tuduhan
mengembangkan senjata pemusnah masal. Keputusan ini juga ditujukan kepada
Iran. Namun demikian, Mayoritas negara-negara Eropa tidak mendukungnya.
Sampai akhir dekade 1990-an, tidak nampak tanda-tanda membaiknya
hubungan AS-Libya. Meskipun Presiden Clinton menyambut penyerahan dua
warga negara sebagai syarat dicabutnya Embargo PBB, tetapi AS tetap
memberlakukan sangsi ekonominya terhadap Libya.
Keseriusan Libya untuk memperbaiki hubungannya dengan AS akhirnya
membuahkan hasil setelah ditahun 2004 ini Embargo Ekonomi AS terhadap Libya
48
John, Ronald Bruce St, The Middle East Journal, Volume 58. No. 3.(Musim Panas
2004), Hal. 37.
49
David. E. Long & Bernand, The Government and Politics of Middle East and North
Africa, (Colorado : Wstview Press, 2002). Hal. 388.
61
dicabut. Libya telah menunjukkan sikap kooperatifnya dengan AS dan PBB
dengan mengijinkan PBB menginfeksi dan melucuti senjata pemusnah masalnya,
dan membayar ganti rugi secara materi kepada keluarga korban Lockerbi. Dalam
pidato kenegaraanya tahun ini, Bush mengatakan bahwa sikap kooperatif Libya
untuk memusnahkan semua senjata pemusnah masalnya merupakan salah satu
buah dari preemptive-strikes AS ke Irak.
C.3.
Hubungan Libya Dengan Negara-Negara Eropa Barat
Meskipun sejak awal berkuasa telah dikenal anti pengaruh Barat, Qaddafi
terus mengintensifkan hubungan dagangnya dengan negara-negara Erapa. Apalagi
ketika hubungan Libya dan AS memburuk, Eropalah yang menjadi tujuan utama
ekspor dan impor barang. Di antara negara Eropa yang menjadi sasaran ekspor
dan impor adalah Italia, Jerman, Spanyol, Prancis, dan Inggris.
Kendatipun demikian, hubungan Libya dengan Negara-Negara Eropa
Barat tak urung diwarnai ketegangan. Dengan Inggris, benih-benih konflik sudah
ada sejak masa-masa awal pemerintahan Qaddafi, yaitu ketika Qaddafi meminta
pangkalan militer Inggris hengkang dari Libya. Di tahun 1984, hubungan
diplomatik Libya-Inggris terputus karena Libya dituduh sebagai pelaku
penembakkan seorang polisi wanita, Yvonne Fletcher, di London.50
Peristiwa lain yang paling berpengaruh terhadap memburuknya hubungan
kedua negara ini adalah peristiwa pengeboman pesawat Pan AM 23 di Lockerbie
(1988), di mana banyak di antara penumpangnya adalah warga Inggris. Libya juga
50
W.B Fiser, “Libya”, Dalam TheMiddle East and North Africa, (London: Europe
Plication Limited, 1993). Hal. 667.
62
dituduh Inggris sebagai pihak yang bertanggungjawab atas penembakan seorang
polisi wanita di depan kedutaan Libya di Inggris. Bersama dengan AS, Inggris
adalah negara yang sangat berperan dalam mendorong PBB untuk menjatuhkan
embargo terhadap Libya. Di tahun 1996, Inggris diduga menjadi dalang usaha
pembunuhan terhadap Qaddafi.51
Inggris kembali membuka hubungan diplomatiknya dengan Libya di tahun
2000, dengan harapan dapat kembali memulihkan hubungan bilateralnya dengan
Libya.
Libya berseteru dengan Perancis karena dituduh terlibat dalam
pengeboman pesawat UTA milik Perancis tahun 1989, yang meledak di Nigeria.
Empat warga Libya yang menjadi tersangkanya dinyatakan bersalah in absentia
oleh pengadilan Perancis. Atas peristiwa ini, Perancis meminta PBB untuk
mengeluarkan resolusinya. Perancis, bersama AS dan Inggris, turut mendorong
diberlakukannya sanksi PBB atas Libya.
Di tahun 1996, Muammar Qaddafi mengirim surat kepada Presiden
Perancis, menyatakan kesediaanya untuk bekerja sama dalam menuntaskan kasus
peledakan UTA. Beberapa bulan kemudian, hakim Perancis, Le Borgir, pergi ke
Libya untuk melakukan investigasi. Sejak itu, Libya-Perancis terus melakukan
beberapa kali pembicaraan hingga akhirnya terjadi kesepakatan. Di tahun 1999
Libya-Perancis mencapai kesepakatan tentang penyelesaian insiden UTA. Libya
membayar $ 33 juta sebagai konpensasi terhadap keluarga korban. Sejak peristiwa
itu, Perancis cukup berperan dalam proses pencabutan sanksi PBB atas Libya.
51
W.B Fiser, “Libya”, Dalam TheMiddle East and North Africa, (London: Europe
Plication Limited, 1993). Hal. 667.
63
Negara Eropa yang nilai ekspor-importnya tertinggi adalah Italia. Dari
negara yang pernah menjajah ini, Libya mengimpor banyak bahan pangan.
Disamping mengekspor minyak, Libya di Italia membeli 2300 pom bensin di
tahun 1993
Pada pertengahan 1990-an, negara-negara Eropa menentang rencana
Amerika untuk memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahan asing yang
menanamkan investasi pada sektor minyak di Libya dan Iran. Tak dapat
dipungkiri, proses pencabutan embargo PBB banyak dibantu oleh negara-negara
Eropa. Dan segera setelah sanksi PBB dicabut pada tahun 1999, negara-negara
Eropa meningkatkan hubungannya dengan Libya.
C.4.
Hubungan Libya-Uni Soviet
Meskipun sering mengkritik ideologi komunis, dan yakin Uni Soviet
merupakan “imperalist power”, Qaddafi tak pelak beralih ke Uni-Soviet, seiring
semakin buruknya hubungan Libya-Amerika Serikat. Kenapa ke Soviet? Pada saat
jamuan makan malam di Uni Soviet Jalloud, Perdana Menteri Libya, menegaskan
bahwa Libya memerlukan Militer Uni Sovet dan dukungan politik supaya dapat
lepas dari isolasi yang diciptakannya di Afrika Utara. Di samping itu, Semakin
dekatnya hubungan Mesir dan Amerika Serikat telah membuat posisi Libya
terancam di antara dua api. Libya menurut Jalloud, “under pressure from
imperalist and reactionary forces”. 52
52
Halley, P. Edward, Qadhafi & The U. S. Since 1969, (New york : Praeger, 1984). Hal.
60.
64
Kesepakatan Libya dan Uni Soviet didasarkan atas beberapa kesamaan
kepentingan, di antaranya adalah terkait dengan bantuan terhadap Palestina dan
penentangan terhadap Israel dan Amerika Serikat. Di samping itu, keduanya juga
mulai merencanakan kerja sama ambisius di bidang ekonomi, sains, teknik, dan
militer.
Kendatipun demikian, dalam penyelesaian kasus Palestina Libya dan Uni
Soviet memiliki perbedaan. Uni Soviet di tahun 1970-an menawarkan tiga poin
perencanaan: pertama, penarikan Israel dari seluruh teritorial yang didudukinya
sejak tahun 1967; kedua, pengakuan terhadap hak-hak sah rakyat Palestina,
termasuk pembentukan negara Palestian; ketiga, jaminan keamanan dari seluruh
negara, termasuk Israel, terhadap wilayah Palestina. Sedangkan dari pihak
Qaddafi hanya ada satu poin: “hancurkan Israel”.
Libya bukan satu-satunya negara Timur Tengah yang mendapatkan senjata
dari Uni Soviet, namun nilai pembelian senjatanya dari Uni soviet paling tinggi,
tiga kali lipat dari Aljazair, dan delapan kali lebih besar dari Mesir. Walhasil,
Libya, bersama Irak, kemudian menjadi sekutu terkuat Uni Soviet di tahun 1970an.
Para analis menunjukkan bahwa Uni Sovet mulai mengangkut
persenjataan perang ke Libya di pertengahan tahun 1970, bukan hanya karena
kesal setelah dicampakkan oleh Mesir, tetapi negara ini ingin turut mencicipi uang
penjualan minyak Libya. Patut diperhatikan, sejumlah kesepakatan Uni Soviet
65
dengan negara-negara penghasil minyak hampir selalu disimpulkan atas dasar
materi.53
Jalinan Libya dengan Uni Soviet berimbas positif terhadap hubungan
Libya dengan negara-negara komunis lainnya. Libya mengakui Jerman Timur
(1973) dan Korea Utara (1974). Pada tahun 1974, Libya membangun hubungan
diplomatik dengan Rumania dan menandatangani beberapa kesepakatan bilateral.
Pada tahun 1975, Libya mengakui Vietnam Utara. Presiden Libya juga kemudian
menjadi akrab dengan Presiden Kuba, Fidel Castro.
Meskipun menolak permintaan Uni Sovet untuk membangun pangkalan
militernya di Libya tahun 1979, Qaddafi acapkali memberi peringatan kepada
Barat bahwa dia akan memberi perlakuan istimewa kepada Uni Sovet apabila
Barat terus mengancamnya. Angkatan Laut Soviet telah menikmati akses ke
pelabuhan Libya, dan Qaddafi mengijinkan pesawat-pesawat Uni Soviet terbang
dari pangkalan-pangkalan udara Libya dalam rangka memonitor aktivitas
angkatan laut NATO, dan menggunakan pangkalan-pangkalan Libya dalam “air
supply operations” di Afrika.54
Di tahun 1986 Qaddafi telah menyadari bahwa Uni Soviet tidak dapat lagi
diandalkan sebagai partner utamanya dikarenakan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi Libya dalam berinteraksi dengan negara-negara Barat. Akibatnya, Libya
53
William Zartman, A.g. kluge, “Heroic Politics: The Foreign Policy of Libia,” dalam
“The Foreign Policies of Arab States” Korani, Baghat and Dessouki, Ali. E. Hallai. (Colorado :
Westview Press, 1993). Hal.. 250.
54
Harris, Lilian Craig, Libya : Qadhafi’s Revolution & The Modern State, (Colorado :
Westviw, 1986), Hal. 97.
66
bersiap-siap untuk meninggalkannya.55 Hubungan Libya-Soviet juga menjadi
memburuk disebabkan Libya mulai sering menunggak utangnya. Sejak tahun
1992 Rusia menghentikan penjualan senjatanya kepada Libya sebagai
penghormatannya kepada sanksi PBB.
55
Slughet, Petter & Marion, The Times Guide to The Middle East, (London : Times
Books, 1991), Hal. 181.
67
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan bahasan-bahasan pada Bab I. II, III dan IV, tentang kontribusi
Muammar Qaddafi dalam revolusi Libya, kini penulis kemukakan beberapa
kesimpulannya antara lain:
1. Konsepsi Muammar Qaddafi tentang politik, ekonomi dan sosial yang
tertuang dalam buku hijaunya yang terdiri atas tiga bagian,
diterbitkan pada 1975, 1978 dan 1980.
2. Perannya setelah terjadinya revolusi Libya memberikan kebijakan
dengan mengusir kekuatan asing yang berada di wilayahnya,
menyerukan persatuan nasional dan memberikan konsep
pemikirannya dengan menggabungkan nasionalisme Arab dan
sosialisme dengan fundamentalisme Islam menurut caranya
sendiri.
3.kebijakannya dalam memperkenalkan kembali hukum Islam di Libya
pada tahun 1971. Hukum Islam yang masih samar secara relatif bagi masyarakat
Libya. Corak Islam yang berbeda dari apa yang pernah diperkenalkan. Bukan
mengikuti Thariqat As-Sanusiyah dan bukan pula Islam menurut pandangan para
ulama, akan tetapi penafsiran Qaddafi sendiri yang bersifat ideosinkretis
mengenai Islam.
4.Qaddafi menggantikan Dewan Revolusi Rakyat dengan Kongres Umum
Rakyat
dan
juga
membentuk
Komite
Rakyat
menggunakan sistem pemerintahan yang agak rumit.
68
dengan
5.Hubungannya dengan Negara-Negara Arab dalam mempersatukan
kekuatannya dengan membentuk berbagai persatuan Uni Arab,
kemudian juga hubungannya dengan AS sejak revolusi memang
sudah diwarnai konflik dan ketidakpercayaan dari kedua belah
pihak yang berakhir dengan sikap kooperatifnya terhadap
kebijakan AS dan PBB menginfeksi dan melucuti senjata
pemusnah massal, sedangkan hubungan dengan Negara-Negara
Eropa Barat yang menjadi tujuan utama ekspor dan impor
barang ketika hubungan Libya dan AS memburuk dan terakhir
hubungannya dengan Uni Soviet terutama keperluaanya
terhadap kekuatan Militer dan dukungan politiknya dalam
melepaskan diri dari isolasi yang diciptakannya di Afrika Utara.
Dari beberapa hubungannya dengan berbagai negara-negara itu
menjadikan perhatian dunia Internasional terhadap kebijakankebijakan yang diambil oleh Qaddafi.
69
70
Download