File - Siti Suroyalmilah

advertisement
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugusan
karboksil, suatu istilah yang berasal dari karbonil dan hidroksil. Gugusan yang
terikat pada gugusan karboksil dalam asam karboksilat bisa gugus apa saja,
bahkan bisa gugus karboksil lain. Dalam asam karboksilat gugus -COOH
terikat pada gugus alkil (-R) atau gugus aril (-Ar). Meskipun yang mengikat
gugus –COOH dapat berupa gugus alifatik atau aromatic, jenuh atau tidak
jenuh, tersubstitusi atau tidak tersubstitusi sifat yang diperlihatkan oleh gugus
–COOH tersebut pada dasarnya sama. Di samping terdapat asam yang
mengandung satu gugus karboksil (asam monokarboksilat), diketahui juga
terdapat asam yang memiliki dua gugus karboksil (asam dikarboksilat) dan
tiga buah gugus karboksil (asam trikarboksilat). Perbedaan banyaknya gugus –
COOH ini tidak mengakibatkan perubahan sifat kimia yang mendasar. Asam
karboksilat tergolong asam lemah karena hanya sedikit terionisasi dalam air.
Pada saat kesetimbangan, sebagian besar asam berada dalam bentuk molekul
yang tidak terionisasi. Konstanta disosiasi, Ka, asam karboksilat, dimana R
sebagai gugus alkil, adalah 10-5 atau kurang.
Derivat asam karboksilat merupakan turunan asam karboksilat, dimana
ditinjau dari strukturnya senyawa yang diperoleh dari hasil pergantian gugus –
OH dalam rumus struktur RCOOH oleh gugus –NH2, -OR, atau –OOCR.
Dalam derivat asam karboksilat ini lebih spesifik membahas halida asam,
anhidrida asam, ester, amida, dan nitril. Semua turunan asam karboksilat
1
mempunyai gugus fungsi asil (RCO-) atau aril (ArCO-) dan bila dihidrolisis
menghasilkan asam karboksilat. Adanya gugus karbonil menyebabkan turunan
asam karboksilat bersifat polar, dan kepolaran ini yang berpengaruh terhadap
sifat-sifat yang ada pada turunan asam karboksilat. Agar lebih memahami
mengenai senyawa asam karboksilat dan turunannya serta pengujiannya maka
disusunlah makalah ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa memahami
senyawa asam karboksilat dan turunannya serta pengujiannya.
2
BAB II PEMBAHASAN
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus
karboksil, –COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah
gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan
kimia yang unik dan untuk asam karboksilat. Asam organik yang paling penting
adalah asam-asam karboksilat. Gugus fungsinya adalah gugus karboksil,
kependekan dari dua bagian yaitu gugus karbonil dan hidroksil. Rumus asam
karboksilat dapat dipanjang dan atau dipendekkan seperti :
Ciri-ciri asam karboksilat:
-
Mengandung gugus COOH yang terikat pada gugus alkil (R-COOH) maupun
gugus aril (Ar-COOH).
-
Kelarutan sama dengan alkohol.
-
Asam dengan jumlah C 1 – 4 : larut dalam air.
-
Asam dengan jumlah C = 5
: sukar larut dalam air.
-
Asam dengan jumlah C > 6
: tidak larut dalam air.
-
Larut dalam pelarut organik seperti eter, alkohol, dan benzen.
-
TD asam karboksilat > TD alkohol dengan jumlah C sama.
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus
karboksil, –COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah
gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan
kimia yang unik dan untuk asam karboksilat.
3
Asam format terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan
sebagainya (juga sedikit dalam urine dan peluh). Sifat fisika: cairan, tak berwarna,
merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia: asam
paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida.
Asam asetat (CH3COOH) sejauh ini merupakan asam karboksilat yang paling
penting diperdagangan, industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam
asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam
asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7ºC, titik didih
80ºC), dengan bau pedas menggigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak
pelarut organik.
Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah:
1. Reaksi Pembentukan Garam
Garam organik yang membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik
padatannya, NaCl dan KNO3 adalah garam organik yang meleleh pada temperatur
tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang terjadi adalah:
HCOOH + Na+ → HCOONa + H2O
2. Reaksi Esterifikasi
Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R
dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung antara asam
karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya adalah:
RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O
3. Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat
seperti asam sulfat, CrO3, panas. Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat
lambat.
4. Pembentukan Asam Karboksilat
4
Beberapa cara pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat
dikelompokkan dalam 3 cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam karboksilat,
reaksi oksidasi, reaksi Grignat (Fessenden, 1986).
Asam karboksilat, dengan basa akan membentuk garam dan dengan alkohol
menghasilkan eter. Banyak dijumpai dalam lemak dan minyak, sehingga sering
juga disebut asam lemak. Pembuatannya antara lain melalui oksidasi alkohol
primer, sekunder atau aldehida, oksidasi alkena, oksidasi alkuna hidrolisa alkil
sianida (suatu nitril) dengan HCl encer, hidrolisa ester dengan asam, hidroilisa asil
halida, dan reagen organolitium (Wilbraham, 1992).
Derivat asam karboksilat ialah senyawa yang menghasilkan asam karboksilat
apabila dihidrolisis. Tidak seperti aldehida dan keton, turunan dari asam
karboksilat mengandung gugus yang tinggal, gugus elektronegatif yang dapat
hilang sebagai anion (X- atau RCO2-) atau sebagai anion terprotonasi (ROH atau
R2NH). Dan perlu diketahui bahwa semua derivat mengandung gugus asil, RCO-,
kecuali nitril.
Dalam derivat asam karboksilat mengandung gugus pergi yang terikat pada
karbon asil, sedangkan aldehida dan keton tidak. Biasanya reagensia mengadisi
pada gugus karbonil dari keton atau aldehida, tetapi mensubstitusi pergi tersebut
dalam derivat asam. Spektra nomor dari derivat asam karboksilat memberikan
sedikit informasi mengenai fungsionalitas dibandingkan dengan spektra
inframerah yang memberikan lebih banyak informasi mengenai tipe gugus
fungsional.
1. Halida asam
Absorpsi inframerah karbonil dari klorida asam dijumpai pada frekuensi yang
sedikit lebih tinggi daripada resapan untuk derivat asam lainnya. Klorida asam
adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Reaktivitas turunan asam
karboksilat ditentukan oleh kebasaan gugus perginya. Basa yang lemah
bersifat
lebih
elektronegatif,
selain
itu
kecil
kemungkinannya
menyumbangkan elektronnya pada karbon karbonil levat efek resonansi. Ion
5
halida adalah basa sangat lemah karena asam konjugasinya adalah asam kuat.
Oleh karena itu, asam halida lebih reaktif dibandingkan turunan asam
karboksilat lainnya (Usman, 2013). Fluorida, kloridaq, bromida dan iodida
asam semuanya bereaksi serupa. Karena klorida asam yang paling populer
dari halida asam, maka diskusi dibatasi hanya mengenai senyawa ini.
a) Tatanama klorida asam
Halida
asam diberi nama menurut nama asam karboksilat induknya,
dengan imbuhan asam-at diubah menjadi –il klorida.
b) Pembuatan klorida asam
Klorida asam dapat diperoleh langsung dari asam karboksilat induk
melalui reaksi dengan tionil klorida (SOCl2) atau zat penghalogen
lainnya, seperti PCl3.
c) Reaksi kloridada asam
Halida asam merupakan yang paling reaktif diantara semua derivat asam
karboksilat. Oleh karena itu ketika terikat pada karbon positif dari gugus
karbonil, ion ini lebih mudah ditukargantikan dari pada bila terikat pada
karbon alkil.
1) Reaksi dengan alkohol
Klorida asam bereaksi dengan alkohol untuk menghasilkan ester dan
HCl dalam suatu reaksi yang beranologi langsung hidrolisis. Biasanya
HCl segera dibuang dari dalam campuran reaksi setelah terbentuk, dan
piridina ditambahkan sebagai penyapu HCl.
2) Reaksi dengan amonia dan amina
Produk organik dari reaksi adalah suatuamida.
3) Reaksi dengan senyawa organologam
Suatu halida asam bereaksi dengan keanekaragaman nukleofil,
termasuk
senyawa
organologam.
Seperti
reagensia
grignard
(Fessenden, 1986).
6
2. Anhidrida
Pada umumnya anhidrida menunjukkan peak karbonil rangkap dalam
spektrum inframerahnya (Usman, 2013). Asam anhidrida mempunyai dua
molekul asam karboksilat di mana sebuah molekul airnya dihilangkan.
(Anhidrida berarti ”suatu senyawa tanpa air”). Misalnya dua molekul asam
etanoat dan menghilangkan satu molekul air maka didapat anhidrida etanoat
(nama lama: anhidrida asetat).
a) Tata Nama Anhidrida
Pemberian nama untuk anhidrida asam cukup mengambil nama asam
induk, dan mengganti kata "asam" dengan "anhidrida". "Anhidrida" berarti
"tanpa air". Dengan demikian, asam etanoat akan menjadi anhidrida
etanoat; asam propanoat menjadi anhidrida propanoat, dan seterusnya.
Untuk anhidrida asam yang tidak simetri penamaanya dilakukan secara
alfabetik.
b) Pembuatan Anhidrida
Salah satu pengeculian, anhidrida asam tidak dapat dibentuk langsung dari
asam karboksilat induknya, tapi harus dibuat dari derivat asam karboksilat
yang lebih reaktif. Ada dua cara pembuatan anhidrida, yang pertama
menggunakan klorida asam dan suatu karboksilat. Yang kedua dengan
mengolah asam karboksilat dan anhidrida asam asetat, reaksinya
reversibel. Letak kesetimbangan dapat di geser ke kanan dengan
menyuling asam asetat segera setelah asam ini terbentuk.
c) Reaksi Anhidrida
Anhidrida asam tidak bereaksi dengan natrium klorida atau natrium
bromida hal ini karena ion halida merupakan basa yang lebih lemah dari
pada ion karboksilat. Karena dengan adanya ion halida sebagai basa yang
lebih lemah, akan mengusir substituen dari intermediate tetrahedral.
Anhidrida asam bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan suatu asam
karboksilat, dengan air membentuk dua karboksilat yang sama dan dengan
amina membentuk suatu amida dan ion karboksiat. Dalam setiap reaksi,
7
adanya nukleofil akan dilepaskan proton karena merupkan basa yang lebih
kuat dari pada ion karboksilat. Pada reaksi antara amina dengan anhidrida,
dua senyawa ekuivalen dari amina atau satu amina ditambah dengan amina
tersier seperti piridin harus digunakan untuk bereaksi dengan proton yang
dihasilkan dari reaksi.
1) Reaksi Anhidrida Asam dengan Amonia dan Amina Primer
Amonia dan amina primer masing-masing mengandung sebuah gugus NH2. Pada amonia, gugus ini terikat pada sebuah atom hidrogen
sedangkan pada amina primer terikat pada sebuah gugus alkil
(disimbolkan dengan "R" pada gambar berikut) atau pada sebuah
cincin benzena (Fessenden, 1986).
Sifat-sifat fisik anhidrida asam
Untuk menjelaskan sifat-sifat anhidrida asam, dapat diambil contoh
anhidrida etanoat sebagai anhidrida asam sederhana. Anhidrida etanoat
merupakan cairan yang tidak berwarna dengan bau yang sangat mirip
dengan asam cuka (asam etanoat). Bau ini timbul karena anhidrida etanoat
bereaksi dengan uap air di udara (dan kelembaban dalam hidung)
menghasilkan asam etanoat kembali.
 Kelarutan dalam air
Anhidrida etanoat tidak bisa dikatakan larut dalam air karena dia
bereaksi dengan air menghasilkan asam etanoat. Tidak ada larutan cair
dari anhidrida etanoat yang terbentuk
 Titik didih
Anhidrida etanoat mendidih pada suhu 140°C. Titik didih cukup tinggi
karena memiliki molekul polar yang cukup besar sehingga memiliki
gaya dispersi van der Waals sekaligus gaya tarik dipol-dipol. Akan
tetapi, anhidrida etanoat tidak membentuk ikatan hidrogen. Ini berarti
bahwa titik didihnya tidak sama tingginya dengan titik didih asam
8
karboksilat yang berukuran sama. Sebagai contoh, asam pentanoat
(asam yang paling mirip besarnya dengan anhidrida etanoat) mendidih
pada suhu 186°C (Ouelette, 1995).
3. Ester
Absorpsi inframerah karbonil dari ester alifatik sekitar 1740 cm-1 (5,75 m),
tetapi ester terkonjugasi menyerap pada frekuensi sedikit lebih rendah. Ester
adalah salah satu senyawa organik yang sangat berguna, dapat diubah menjadi
anekaragam senyawa lain. Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk
melalui penggantian satu atau lebih atom hidrogen pada gugus hidroksil
dengan suatu gugus organik. Ester banyak dijumpai dalam alam misalnya
lemak dan lilin. Ester atsiri menyebabkan dalam banyak buah dan parfum
(Usman, 2013).
Nama, bau, dan titik didih
Nama trivial
Struktur
Bau
T.d.˚C
metil asetat
CH3CO2CH3
Enak
57,5
propil asetat
CH3CO2CH2CH2CH3
seperti
buah 102
pear
isobutil propionat
CH3CH2CO2CH2CH(CH3)
seperti rum
137
seperti
220
2
metil salisilat
gandapura
(wintergreen)
Citarasa sintetik jarang dapat menyamai citarasa alamiah yang sesungguhnya.
a) Tata Nama Ester
Nama suatu ester terdiri dari dua kata yang pertama nama gugus alkil yang
terikat pada oksigen ester, yang kedua berasal dari nama asam
9
karboksilatnya, dengan menghilangkan kata asam (inggris: -ic acid
menjadi –ate).
b) Pembuatan Ester
Dalam hal ini terdapat beberapa metode untuk memenuhi perubahan
bentuk tersebut, termasuk reaksi SN2 dari suatu anion karboksilat dengan
suatu alkil halide primer. Ester dapat juga disintesis melalui reaksi
substitusi asil nukleofilik dari asam karboksilat dengan alkohol. Fischer
and Speier menemukan (1895) bahwa ester secara sederhana dihasilkan
dari pemanasan asam karboksilat dalam suatu larutan alkohol yang
mengandung sejumlah kecil katalis asam kuat. Hasil yang baik pada reaksi
esterifikasi Fischer, tetapi kebutuhan untuk penggunaan alkohol berlebih
sebagai pelarut membatasi metode untuk sintesis ester metil, etil dan
propel (Fessenden, 1986).
c) Reaksi Ester
Suatu ester bereaksi dengan air membentuk suatu asam karboksilat dan
alkohol. Ini merupakan suatu contoh reaksi hidrolisis – suatu reaksi
dengan air yang mengubah satu senyawa menjadi dua senyawa. Suatu
ester bereaksi dengan alkohol membentuk ester baru dan alkohol baru. Ini
merupakan contoh reaksi alkoholisis. Reaksi alkoholisis tertentu ini
disebut juga reaksi transesterifikasi sebab satu ester dirubah menjadi ester
lain.Hidrolisis dan alkoholisis dari suatu ester merupakan reaksi sangat
lambat sebab air dan alkohol merupakan nukleofil lemah dan ester
memiliki gugus pergi yang sangat basa. Hidrolisis dan alkoholisis ester
dapat dikatalisis dengan asam. Kecepatan hidrolisis dapat ditingkatkan
dengan ion hidroksida dan kecepatan alkoholisis dapat ditingkatkan
dengan basa konjugasi (RO¯) dari alkohol reaktan.
Ester juga bereaksi dengan amina membentuk amida. Reaksi dengan
amina mengubah satu senyawa menjadi dua senyawa yang disebut
aminolisis. Sebagai catatan bahwa aminolisis dari ester membutuhkan
hanya satu ekuivalen amina, tidak seperti aminolisis dari suatu asil halida
atau asam anhidrida, yang membutuhkan dua ekuivalen. Reaksi dari ester
10
dengan amina tidak selambat reaksi dari ester dengan air dan alkohol,
sebab amina merupakan nukleofil yang lebih baik. Ini merupakan
keuntungan sebab kecepatan reaksi dari reaksi ester dengan amina tidak
ditingkatkan dengan asam atau HO¯ atau RO¯.
Ester dapat disintesis dengan mereaksikan asam karboksilat dan alkohol
menggunakan katalis asam yang disertai pemanasan. Pembuatan ester
dengan cara demikian disebut esterifikasi Fischer. Reaksi esterifikasi
Fischer merupakan reaksi kesetimbangan (reversibel), sehingga untuk
mendapatkan
hasil
ester
yang
banyak
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan alkohol berlebih (Matsjeh, 1993). Namun demikian, reaksi
ini tidak berlaku untuk asam lemak tak jenuh rantai panjang karena katalis
asam sulfat adalah zat pengoksidasi kuat sehingga asam lemak tersebut
akan teroksidasi/pecah, oleh karena itu penangananya harus hati-hati.
Sedangkan bila menggunakan asam klorida sebagai katalis, makaalkohol
yang digunakan harus benar-benar kering dan asam kloridanya anhidrat
Disamping itu, reaksi etserifikasi ini juga terbatas untuk asam karboksilat
rantai panjang, dimana makin panjang rantai atau makin besar gugus
karboksilat tersebut maka reaksi makin lambat dan sulit terbentuk
(Morrison and Boyd, 1987).
4. Amida
Posisi resapan gugus karbonil suatu amida beranekaragam dan tergantung
pada sejauh mana pengikatan hidrogen antara molekul-molekul. Spektrum
inframerah dari suatu amida cair murni menunjukkan suatu peak yang disebut
pita amida I. Dalam amida ini dibedakan dengan amida primer, amida
sekunder, dan amida tersier. Amida adalah senyawa yang sangat tidak reaktif,
karena protein terdiri dari asam amino yang dihubungkan oleh ikatan amida.
Amida tidak bereaksi dengan ion halida, ion karboksilat, alkohol, atau air
karena dalam setiap kasus, nukleofil yang masuk adalah basa lemah dari
11
gugus pergi amida. Amida dapat digunakan untuk identifikasi asam yang
berbentuk cair, untuk sintesis nilon, dan formamida berbentuk cair, sebagai
pelarut (Usman, 2013).
a) Tata nama Amida
Suatu amida ialah suatu senyawa yang mempunyai suatu nitrogen trivalen
yang terikat pada suatu gugus karbonil. Suatu amida diberi nama dari
nama asam karboksilat induknya, dengan mengubah imbuhan asam ....-oat
(atau -at) menjadi –amida.
b) Pembuatan Amida
Amida disintesis dari derivat asam karboksilat dan amonia tau amina yang
sesuai.
c) Reaksi Amida
Seperti ester amida dapat dihidrolisis dalam larutan asam amupun basa.
Dalam kedua hal ini, asam dan basa adalah pereaksi, bukan katalis, dan
harus digunakan dengan angka banding molar 1:1, atau berlebih. Reduksi
amida dengan litium alumunium hidrida mengubah gugus karbonil
menjadi –CH2; produknya adalah amina. Natrium borohidrida tidak
mereduksi amida (Fessenden, 1986).
5. Nitril
Resapan CN dijumpai dalam daerah ikatan rangkap tiga dari spektrum
inframerah dan dengan intensitas antara medium ke lemah. Nitril merupakan
senyawa organik yang mengandung rangkap 3 antara atom karbon dan
nitrogen. Gugus fungsional dalam nitril adalah gugus siano (Usman, 2013).
a) Tata nama nitril
Dalam sistem IUPAC, banyaknya atom karbon menentukan induk
alkananya, nama alkana itu diberi akhiran –nitril. Pemberian nama dengan
menggantikan imbuhan asam –at menjadi akhiran –nitril, atau –onitril.
b) Pembuatan Nitril
12
Ion CN- merupakan nukleofil yang baik unruk menukarganti SN2 suatu
ion halida dari suatu alkil halida. Reaksi ini merupakan jalur utama
menuju nitril; akan tetapi karena adanya reaski eliminasi, rendemen tinggi
hanya diperoleh dengan halida alkil primer dan dengan rendemen renda
dengan halida alkil sekunder.
c) Reaksi Nitril
Nitril dikelompokkan dalam derivat asam karboksilat karena hidrolisisnya
menghasilkan
asam
karboksilat.
Nitril
dapat
dihidrolisis
dengan
memanaskannya dengan asam atau basa berair (Fessenden, 1986).
Derivat asam karboksilat yang terdiri dari halida asam (klorida asam), anhidrida,
ester, amida, dan nitril dapat dibedakan dari sifat hidrolisis dengan air. Anhidrida
mudah terhidrolisis dalam larutan berair membentuk asam karboksilat. Klorida
asam merupakan senyawa reaktif yang mudah terhidrolisis secara cepat dengan
air. Hasil hidrolisis diperoleh asam karboksilat dan asam klorida. Senyawa ester
dihidrolisis pada suasana netral. Tetapi pada kondisi asam atau basa mudah
terhidrolisis menjadi asam karboksilat dan alkohol. Untuk amida tidak mengalami
hidrolisis pada keadaan netral. Hidrolisis dapat terjadi pada sushu tinggi dan
konsentrasi asam yang pekat. Hasil dari hidrolisis berupa asam karboksilat dan
amina.
Klorida asam, anhidrida, ester, dan amida dapat dideteksi dengan reaksi
hidroksilamin. Hasil reaksi ini berupa asam hidroxamik yang bisa direaksikan
dengan ferri klorida membentuk senyawa komplek berwarna merah kebiru-biruan.
Klorida asam dan anhidrida bereaksi dengan hidroksil amin secra cepat dalam
suasana asam sedang ester dalam kondisi asam tidak dapat bereaksi dengan
hidroksil amin. Amida hanya dapat bereaksi dengan hidroksil amin apabila
direfluks menggunakan pelarut titik didih tinggi. Untuk dapat membedakan
kompleks FeCl3 dari asam hidroxamik dan fenol, maka sebelum dilakukan test ini
perlu terlebih dahulu dideteksi adanya fenol. Keberadaan fenol dalam campuran
ini dapat mengacaukan warna senyawa kompleks yang diperoleh apakah dari
fenol atau dari asam hidroxamik. Jika terdapat fenol dalam senyawa ini, maka test
ini
tidak
dapat
dilakukan
(Rosilawati,
2014)
13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Asam karboksilat mengandung gugus karboksil (-COOH) yang terdiri dari
sebuah gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil.
2. Derivat asam karboksilat menghasilkan asam karboksilat apabila
dihidrolisis.
3. Derivat asam karboksilat terdiri dari halida asam, anhidrida, ester, amida,
dan nitril.
4. Klorida asam, anhidrida, ester, amida, dan nitril dapat dibedakan dari sifat
hidrolisis dengan air.
5. Klorida asam, anhidrida, ester, dan amida dapat dideteksi dengan reaksi
hidroksilamin.
6. Hasil dari reaksi hidroksilamin berupa asam hidroxamik yang bila
direaksikan dengan ferri klorida membentuk senyawa komplek berwarna
merah kebiru-biruan.
14
15
16
Download