BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat pemeliharaan sapi bali yang diternakkan oleh masyarakat di Bali dibedakan atas : lahan sawah, tegalan, perkebunan dan hutan. Pemeliharaan sapi bali di Bali masih tradisional dan banyak melibatkan peternak kecil. Bagi masyarakat kecil memelihara sapi bali hanya dianggap sebagai tabungan bukan sebagai bisnis. Hal tersebut menyebabkan pakan yang diberikan hanya berasal dari lingkungan sekitarnya. Disamping itu lahan produktif digunakan untuk menanam tanaman pangan, sedangkan tanaman pakan sapi hanya di lahan nonproduktif. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas pakan yang didapat tidak maksimal (Suwiti et al., 2012). Pemberian hijauan saja tidak akan mencukupi kebutuhan nutrisi mineral, karena tidak semua unsur mineral yang dibutuhkan sapi bali terdapat pada pakan yang tumbuh di suatu lahan. Dalam hal ini ketersediaan mineral dipengaruhi oleh lahan atau tanah. Mineral sangat berperan untuk proses fisiologis tubuh, proses enzimatis dan hormon, perbaikan sel, sebagai katalis dan regulator, reproduksi serta kekebalan tubuh yang diperankan oleh sel darah putih (leukosit) (McDonald, 2010). Ketersediaan mineral dalam tanah terbukti berbeda – beda pada setiap tipe lahan, sehingga berpengaruh terhadap kandungan mineral pada sumber pakan yang diberikan kepada ternak, dalam hal ini sapi bali. Suwiti et al (2012) menyatakan, sapi bali di Bali mengalami penyakit defisiensi mineral makro (P, K 1 2 dan Cl) serta defisiensi mineral mikro (Zn, Mn dan Cu). Sebagian mikro mineral berperan dalam pembentukan darah, seperti mineral Fe berperan dalam pembentukan sel darah merah, terutama dalam pembentukan hemoglobin. Sedangkan mikro mineral seperti Zn, Mn, Se dan Cu sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk sistem kekebalan tubuh, baik secara humoral ataupun seluler (Arthington, 2006; Ahola et al., 2010). Demikian penting peran mineral dalam sistem pertahanan, terutama proses hematopoiesis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan pemberian mineral pada pakan sapi bali di berbagai tipe lahan tempat pemeliharaan. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Apakah jumlah pemberian mineral pada pakan berpengaruh terhadap persentase neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit sapi bali? b. Apakah tipe lahan tempat pemeliharaan berpengaruh terhadap persentase neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit sapi bali? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian mineral pada pakan dan tipe lahan tempat pemeliharaan terhadap persentase neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit sapi bali. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai pengaruh pemberian mineral pada pakan dan tipe lahan pemeliharaan terhadap persentase neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit sapi bali. 3 1.5. Kerangka Konsep Keberadaan mineral dalam tubuh sapi bali sangat diperlukan, karena sangat berpengaruh terhadap respon imun. Kurangnya kadar mineral darah sapi bali dapat menyebabkan gangguan berupa penurunan produksi sel leukosit, penurunan fungsi sel, penurunan sekresi sel leukosit (seperti antibodi dan sitokin) (Arthington, 2006). Untuk mengetahui keadaan imunitas dari hewan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penghitungan jumlah total leukosit dan hitung jenis leukosit (diferensial leukosit) (Dharmawan, 2002). Penghitungan jenis leukosit darah adalah untuk mengetahui persentase dari masing – masing leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit). Faktor yang berpengaruh terhadap jumlah leukosit darah meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu umur hewan, bangsa, spesies, kebuntingan, estrus dan digesti. Faktor eksternal meliputi infeksi, pendarahan, keracunan, tumor, leukemia, trauma, agen fisik, agen kimiawi, gangguan hemopoietik, shock anafilaksis, stress, gangguan sumsum tulang (degenerasi, depresi, deplesi dan detruksi) dan kaheksia karena defisiensi nutrisi (Dharmawan, 2002). Defisiensi tersebut disebabkan kandungan mineral sumber pakan di lingkungan tempat pemeliharaan sapi bali ketersediaan rendah (Suwiti et al., 2012). Keadaan tersebut disebabkan oleh faktor kondisi tanah (dipupuk atau tidak), jenis tanah tipe lahan tempat pemeliharaan sapi bali dan jenis tanaman yang tumbuh pada lahan tertentu (Darmono, 2007). diberikan tambahan mineral pada pakan sapi bali. Oleh karena itu perlu 4 1.6. Hipotesis Hipotesis yang dapat ditarik adalah sebagai berikut a. Jumlah pemberian mineral pada pakan berpengaruh terhadap persentase neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit sapi bali. b. Tipe lahan tempat pemeliharaan berpengaruh terhadap persentase neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit sapi bali.