peranan leukosit sebagai anti inflamasi alergik dalam tubuh

advertisement
PERANAN LEUKOSIT SEBAGAI ANTI INFLAMASI ALERGIK DALAM TUBUH
Dr. ZUKESTI EFFENDI
Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Dewasa ini penyakit alergi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana
Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang
perkembangan, pencegahan dan pengobatan alergi maupun penyakit-penyakit, yang
berhubungan dengan alergi.
Von Pirquet (1906), memperkenalkan istilah alergi untuk suatu keaadaan
yang disebabkan oleh reaksi imunoligik spesifik. Yang ditimbulkan oleh allergen
sehingga pada umumnya dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap
benda asing, leukosit sangat berperan.
Dengan berkembangnya biologi molekuler dewasa ini para ahli imunologi
mengungkapkan pada keadaan alergi akan dilepas mediator-mediator inflanlasi oleh
sel system imun. Dalam menghadapi penyakit-penyakit yang didasari iflanlasi alergi,
seperti asma bronchial, rinitis alergika, dermatitis urtikaria, alergi obat, alergi
makanan maupun alergi dari toksin bakteri yang menyerang ginjal (glomerulonepritis
chronis yang disebabkan toksin stretococus), untuk ini perlu penaganan yang serius.
Mediator-mediator inflamasi yang dilepas akan menyebabkan kontraksimotot polos,
meningkatkan sekresi mukos, meningkatkan aliran darah, meningkatkan permea
bilitas kapiler dan pengerahan sel-sel inflamasi, kesemua kejadian ini disebut
“inflamasi alergik". Sel-sel darah yang berperan dalam kejadian inflamasi alergik ini
adalah sel darah putih atau leukosit dengan turunanya; neutrofil, basofil, aosinofil,
limfosit, mastosit makrofag, sel plasma, sel epitel dan lain-lain, akhir-akhir ini para
ahli mengungkapkan pula keterlibatan mediator inflamasi TNF. Neuropeptida, IL-2.
Histologi leukosit
Leukosit adalah sel darah Yang mengendung inti, disebut juga sel darah
putih. Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9000
sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis,
bilakurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel
darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel
kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih
banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau
eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral
basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis
leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya).
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid
dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos
antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah
4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai
12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel
 2003 Digitized by USU digital libraray
1
darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun
persentase khas dewasa tercapai.
Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya
persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah
harus diambil.
Neutrofil
Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, selsel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um,
satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik
(0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pinkoleh campuran
jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua :
- Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
- Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal
(protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria,
apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis
depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil
dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam
penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses
fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil
berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin dinding sel
bakteri dan menghancurkannya.
Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti streptolisin toksin streptokokus
membran granula-granula neutrofil pecah, mengakibatkan proses pembengkakan
diikuti oleh aglutulasiorganel- organel dan destruksi neutrofil.
Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu melakukan
glikolisis baik secara arrob maupun anaerob. Kemampuan nautropil untuk hidup
dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan, karena mereka dapat membunuh
bakteri dan membantu membersihkan debris pada jaringan nekrotik. Fagositosis oleh
neutrfil
merangsang
aktivitas
heksosa
monofosfat
shunt,
meningkatkan
glicogenolisis.
EOSINOFIL
Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um
(sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, Retikulum endoplasma
mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang
dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam,
katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai
pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih
selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi,
ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek
antigen dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan
mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah
oleh proses-proses Patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah
eosinofil darah dengan cepat.
BASOFIL
Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti
satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil
terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya
 2003 Digitized by USU digital libraray
2
ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki tampak
lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan
keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini
dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai
hubungan kekebalan.
LIMFOSIT
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit
darah.Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti
padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali,
sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna ungu
dengan Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribisom. Klasifikasi lainnya
dari limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada
permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos
seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya. Lirnfosit
dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar
disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan
limfosit sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar getah bening dan
akan tampak dalam darah dalam keadaan Patologis, pada sel limfosit besar ini inti
vasikuler dengan anak inti yang jelas. Limfosit-limfosit dapat digolongkan
berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat
imunologisnya, siklus hidup dan fungsi.
MONOSIT
Merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,
diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau
lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda.
Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap momosit
Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian
kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil.
Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak
mitokondria. Apa ratus Golgi berkembang dengan baik, ditemukan mikrofilamen dan
mikrotubulus pada daerah identasi inti.
Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga
tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan
mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk
imunoglobulin dan komplemen.
Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk
kedalam jaringan penyambung. DaIam darah beberapa hari. Dalam jaringan
bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan
interaksi sel-sel immunocmpetent dengan antigen.
PERKEMBANGAN LIMFOSlT DALAM PROSES IMMUN
Seperti kita ketahui bahwa limfosit yang bersikulasi terutama berasal dari
timus dan organ limfoid perifer, limpa, limfonodus, tonsil dan sebagainya. Akan
tetapi mungkin semua sel pregenitor limfosit berasal dari sum-sum tulang, beberapa
diantara limfositnya yang secara relatif tidak mengalami diferensiasi ini bermigrasi ke
timus, lalu memperbanyak diri, disini sel limfosit ini memperoleh sifat limfosit T,
kemudian dapat masuk kembali kedalam aliran darah, kembali kedalam sum-sum
tulang atau ke organ limfoid perifer dan dapat hidup beberapa bulan atau tahun.
Sel-sel T bertanggung jawab terhadap reaksi immune seluler dan mempunyai
reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal antigen asing. Limfosit lain tetap
diam disum-sum tulang berdiferensiasi menjadi limfosit B berdiam dan berkembang
 2003 Digitized by USU digital libraray
3
didalam kompertemenya sendiri. Sel B bertugas untuk memproduksi antibody
humoral antibody response yang beredar dalam peredaran darah dan mengikat
secara khusus dengan antigen asing yang menyebabkan antigen asing tersalut
antibody, kompleks ini mempertinggi fagositosis, lisis sel dan sel pembunuh (killer
sel atau sel K) dari organisme yang menyerang. Sel T dan sel B secara marfologis
hanya dapat dibedakan ketika diaktifkan oleh antigen. Tahap akhir dari diferensiasi
sel-sel B yang diaktifkan berwujud sebagai sel plasma. Sel plasma mempunyai
retikulum endoplasma kasar yang luas yang penuh dengan molekul-molekul
antibody, sel T yang diaktifkan mempunyai sedikit endoplasma yang kasar tapi
penuh dengan ribosom bebas.
Pengertian Antigen dan Antibodi
Substansi asing yang bertemu dengan system itu bekerja sebagai antigen,
anti-melawan, + genin menghasilkan. Contohnya jika terjadi suatu substansi terjadi
suatu respon dari tuan rumah, respon ini dapat selular, humoral atau keduanya.
Antigen dapat utuh seperti sel bakteri sel tumor atau berupa makro molekul, seperti
protein, polisakarida atau nucleoprotein. Pada keadaan apa saja spesitas respon
imun secara relatif dikendalikan oleh pengaruh molekuler kecil dari antigendetenniminan antigenic untuk protein dan polisakarida, determinan antigenic terdiri
atas empat sampai enam asam amino atau satuan monosa karida. Jika komplek
antigen Yang memiliki banyak determinan misalnya sel bakteri akan membangkitkan
satu spectrum respon humoral dan selular.
Antibodi, disebut juga imunoglobulin adalah glikkoprotein plasma yang
bersirkulasi dan dapat berinteraksi secara spesifik dengan determinan antigenic yang
merangsang pembentukan antibody, antibody disekresikan oleh sel plasma yang
terbentuk melalui proliferasi dan diferensiasi limfosit B.
Pada manusia ditemukan lima kelas imunoglobulin, Ig.G, terdiri dari dua
rantai ringan yang identik dan dua rantai berat yang identik diikat oleh ikatan
disulfida dan tekanan non kovalen. Ig G merupakan kelas yang paling banyak
jumlahnya, 75 % dari imunoglobulin serum IgG bertindak sebagai suatu model bagi
kelas-kelas yang lain.
Terjadinya respon imun dari tubuh.
Kepekaan tubuh terhadap benda asing (antigen 0 akan menimbulkan reaksi
tubuh yang dikenal sebagai Respon imun Respon imun ini mempunyai dampak positif
terhadap, tubuh yaitu dengan timbulnya suatu proses imunisasi kekebalan tubuh
terhadap antigen tersebut, dan dampak negatifnya berupa reaksi hypersensitifitas.
Hypersensitifitas merupakan reaksi yang berlebihan dari tubuh terhadap antigen
dimana akan mengganggu fungsi sistem imun yang menimbulkan efek protektif yaitu
merusak jaringan.
Proses kerusakan yang paling cepat terjadi berupa degranulasi sel dan
derifatnya (antara lain sel basofil, set Mast dan sel plasma) yang melepaskan
mediator-mediatonya yaitu histamin, serotonin, bradikinin, SRS=A, lekotrin Eusinohil
chemotactic Factor (ECF) dan sebagainya. Reaksi tubuh terhadap pelepasan
mediator ini menimbulkan penyakit berupa asthma bronchial, rhinitis aIergika,
urtikaria, diaree dan bisa menimbulkan shock. Secara lambat akan terjadi reaksi
kerusakan jaringan berupa sitolisis dari sel-sel darah merah sitotokis terhadap organ
tubuh seperti ginjal (glomeruloneftitis), serum siknesdermatitis kontak, reaksi
tuberculin dan sebagainya, rheumatoid arthritis. coom dan gell membagi 4 jenis
sesitifitas, dimana dapat dilihat apa yang terjadi pada sel-sel leukosit.
Pada type I (padareaksi anafilaktik) terjadi antigen bergabung dengan IgE
(imunoglobin tipe E-antibodies tipe E) yang terikat pada mast sel -sel basofil dan sel
plasma. Reaksi terhadap tubuh terjadi dalam beberapa menit.
 2003 Digitized by USU digital libraray
4
Pada type II (pada reaksi sititoksik) dimana antigen mengikat diri pada
membran sel, yang pada penggabungan anti gen mengikat IgG atau IgM yang bebas
dalam cairan tubuh akan menghancurkan sel yang mengikat anti gen tersebut.
Reaksi ini terdapat pada tranfusi darah, anemia hemolitika.
Pada Type III ( reaksi artrhus ) merupakan reaksi anti gen dan antibody
komplek dimana gen bergabung dengan IgG atau IgM menjadi suatu komplek, yang
mengikat diri antara lain sel-sel ginjal, paru-paru dan sendi.
Terjadilah aktifitas dari komplemen (komplemen protein dalam darah) dan pelepasan
zat-toksis. Ditemui pada glomerulo nephritis, serum scness, rheumatk arthritis.
Type IV ( delayed ), antigen merupakan sel protein atau sel asing yang
bereaksi dengan limfosit, limfosit melepaskan mediator aktif yaitu limfokin, terjadi
reaksi pada kulit, reaksi pada tranplantasi, reaksi tuberculin dan dermatitis kontak.
Imonopatogenesis.
Pada Imunopatologi menjelaskan bahwa reaksi alergi diawali dengan tahap
sensit, kemudian diikuti reaksi ale yang terlepas dari sel-sel mast (mastosit) dan
atau sel basofil yang berkontak ulang dengan allergen spesifiknya (IS hizaka, Tomiko
dan Ishizaka 1971). Saat ini lebih jelas terutama pada rhinitis alergika diketahui
terdiri dari dua fase (Kaliner 1987, Lichtensin 1988, pertama reaksi alergi fase cepat
(RAFC,immediet phas-allergic reaction), berlangsung sampai satu jam setelah
berkontak alergan kedua, reaksi alergis fase lambat (RAFL, Late phase allergic
reaction) yang berlangsung sampai 24 jam bahkan sampai 48 jam kemudian,
dengan puncak reaksi pada 4 – 8 jam pertama.
1. Tahap Sensitasi
Pada awal reaksi alergis sebenarnya dimulai dengan respon pengenalan
alergan/antigen oleh sel darah putih yang dinamai sel makrofag, monosit (Brown
dkk, 1991) dan atau sel denritik (Mc William, 1996) Sel-sel tersebut berperan
sebagai sel penyaji (antigen presenting cells, sel APC) dan berada dimukosa (dalam
dimukosa hidung), antigen/allergen yang menempel pada permukaan mukosa
ditangkap oleh sel APC, setelah melalui proses internal dalam sel APC, dari malergen
tersebut terbentuk fragmen pendek peptida imunogenik, Frakmen ini bergabung
dengan molekul HLA = kelas II @B heterodimer dalam endoplasmic reticullum sel
APC. Penggabungan yang terjadi akan membentuk komplek peptide-MHC-class II
(mayor histocompatibility comlolex class II) yang kemudian dipresentasikan
dipermukaan sel APC; kepada salah satu limfosit T yaitu Holper-T cell (klon T-CD4 +,
dimana Tho), jika selanjutnya tho ini memiliki molekul reseptor spesifik terhadap
molekul komplek peptide –MHC-II maka akan terjadi penggabungan kedua molekul
tersebut.
Akibat selanjutnya sel APC akan melepas sitokin Salah satunya Interkulin - I
(IL-I),sitokin akan mempengaruhi limfosit jenis T-CD4 + (Tho) yang jika sinyal
kostimulator (pro-inflamotori second Signal) induksinya cukup memadai, maka akan
terjadi aktivasi dan proliferasi sel Tho menjadi Th2 dan Th1; sel ini akan
memproduksi sitokin yang mempunyai spectrum luas sebagai molekul
imunoregulator, antara lain interleukin-3 (IL-3), IL-4, IL-5 dan IL-13. Sitokin IL-4
dan IL-13 akan ditangkap resepiornya pada permukaan limfisit B istirahat (resting B
sel), sehingga terjadi aktivasi limfosit B. Limfosit B ini memproduksi imunoglobulin E
(IgE), sedangkan IL-13 dapat berperan sendiri dalam keadaan IL-4 rendah (Naclerio
dkk, 1985, Geha, 1988), sehingga molekul IgE akan melimpah dan berada di
mukosa atau peredaran darah.
2. Reaksi Alergis
Molekul IgE yang beredar dalam sirkulasi darah akan memasuki jaringan dan
akan ditangkap oleh reseptor IgE yang berada pada permukaan sel metacromatik
 2003 Digitized by USU digital libraray
5
(mastosit atau sel basofil), sel ini menjadi aktif. Apabila dua light chain IgE berkonta
dengan allergen spesifiknya maka akan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel)
mastosit/basofil dan akibainya terlepas mediator-mediator alergis. Reaksi alergis
yang segera terjadi akibat histamin tersebut dinamakan reaksi alergi fase cepat
(RAFC )yang mencapai puncaknya pada 15-20 menit pada paparan alergen dan
berakhir pada sekitar 60 menit kemudian.
Sepanjang RAFC mastosit juga melepaskan molekul-molekul kemotaktik
(penarik sel darah putih ke organ sasaran). Reaksi alergis fase cepat dapat berlanjut
terus sebagai reaksi alergi fase lambat (RAFL) sampai 24 bahkan 48 jam kemudian
(Kaliner 1987. Lichtenstein 1988). Tanda khas RAFL adalah terlihatnya pertambahan
jenis dan jumlah sel-sel inflamasi yang berakumulasi (berkumpul) di jaringan
sasaran.
Sepanjang RAFL (creticos 1998) sel eosiinofil aktif akan melepas berbagai
mediator, antara lain basic protein, leukotriens cytokines, Sedangkan basofil akan
melepas histamin, leukotriens dan cytokines. Disamping itu berbagai sel
mononuclear akan melepas histamin releasing factors (HRFs) Yang akan memacu
mastosit dan basofil dan melepas histamin lebih banyak lagi.
Sepanjang reaksi alergi fase cepat (RAFC) dan reaksi alergi fase lambat
(RAFL) sel-sel inflamasi dilepaskan sebagai prodak protein yang merupakan hasil
kenerja DNA sel-sel inflamasi tersebut yang dapat dibagi dalam tiga jenis, Gran dkk
1991;Bocher dkk; Coffman 1994 schleimer dkk 199.
Durham and Till 1998 Greticos 1998; Nel dkk 1998.
Mediator-mediator
mastosit / basofil dan eosinofil, histamin, prostaglandin,
Leukotrien, ECFA,(eosinofi chemotactic factorof anaphylactic) NCFA (Neutrophil
chematactic factor of anaphylactic), dan kinin. Mediator yang berasal dari sel
eosinofil. PAF,LTB4,C5a kemoaktraktan. LTC4 PAF, ECP;. Molekul-molekul sitokin
inductor/stimulator/aktivalator RIA yang terdiri atas, IL-44 dan IL-33 yang
mempengaruhi limfosit B dalam memproduksi IgE. IL-3 dan IL-4 mempengaruhi
basofil memproduksi histamin. LTs dan sitokin-sitokin. IL-3 dan IL-5 mempengaruhi
sel eosinofil dalam memproduksi protein-protein basa LTs dan sitokin. HRFs yang
mempengaruhi mastosit dan basofil melepas histamin lebih banyak lagi. IL-4
mempengaruhi epitel, IL-13 mempengaruhii endotel dalam memproduksi VCAM
(Vascular cell adhesion molecule). Molekul-molekul activator/survival sel eosinofil,
GM=CSF dan IL-3
IL-3 dan IL-5 (inerleukin-3 dan interleukin-5)
Fibronektin
Molekul sitokin kemoaktraktan bagi sel eosinofil.
IL-5
IL-3.GM=CSF,IL-8
Lain-lain
Interaksi EOS aktif dan epitel mukosa hidung membentuk IL-8, RNTES dan
GGM=CSF. Molekul-molekul protein utama produk sel-sel inflamasi, sel endotel dan
mukosa yang berperan langsung menimbulkan alergi adalah antara lain; histamin,
leukotrien, prostak landing, kinin, platelet e activating factor (PAF), sitokin dan
kimokin.
Histamin,
dapat
menggunakan
H2
reseptor-mediated-antiinflmnatoriyactivity meliputi inhibisi penglepasan enzin lisosomal neutrfil, inhibisi
pelepasan histamin dari leukosit perifer, dan aktivasi suppressor T-lymllocytes (
Metcalfe et al, 1981, cit White 1999). Histamin menggunakan efeknya pada berbagai
sel seperti sel oto polos, neuron, sel-sel kelenjar (endokrin dan Eksokrin, sel-sel
darah, dan sel-sel sistem imun (pearce 1991, cit White 1999), Histamin merupakan
vasodilator, konstruktor otot polos, stimulsn pennabilitas vaskuler yang kuat,
 2003 Digitized by USU digital libraray
6
stimulan sekresi kelenjar mukosa saluran nafas dansekresi kelenjar lambung. (White
1999). Leukotrien diproduksi oleh berbagai sel inflanlasi seperti mastosit basofil,
eosinofil, neutrofil dan monosit.
Prostaglandin, berasal dari pecahan arachodonic acid membran sel yang
paling banyak diproduksi oleh mastosit paru-paru PGD2 (White 1999). Seperti kita
ketahui bahwa efek biologis dari prostaglandin adalah, memodulasi kontraksi otot
polos, penurunan permeabbilitas vaskuler, rasa gatal dan nyeri, dan agregasi serta
degranulasi platelet.(trombosit).
Kinin merupakan hormon peptida yang kuat terbentuk de novo dalam cairan
tubuh dan jaringan sepanjang inflamasi. Tiga jenis-jenis kinin yang penting dalam
tubuh adalah bredykinin, kallilidin (Iysbradykinin) dan met-lys bradykinin. Pada
reaksi inflamasi alergi dalam hidung kinin sangat banyak ditemukan. Platelet
activating factor (PAF) merupakan sebuah ether-linked phospholipid. PAF diproduksi
oleh mastosit, macrofag dan eosinofil. Aktifitas biologisnya meliputi pletelet aktivasi
neutrofil,dan kontraksi otot palos, PAF juga merangsang akumulasi eosinofil ke
permukaan endothelium yang merupakan langkah awal pengerahan eosinofil
kedalam jaringan. PAF memacu eosinofil untuk melepas berbagai protein basa yang
menyebabkan peningkatan kerusakan mukosa (terutama oleh MBP) dan
menyebabkan peningkatan ekspresi low-affiniti IgE reseptors pada eosinofil dan
monosit. PAF banyak dibentuk oleh sel eosinofil yang dapat menarik sel eosinofil
lainya memasuki jaringan. Sitikin (cytokine) memainkan peran yang penting
sepanjang reaksi alergi fase lambat, mastosit adalah sumber dari sitokin multifungsi
( Bradding et al 1996) cit White 1999 antara lain:
1. Aktifitas sel-sel inflasi (makrofag, selT, sel B dan eosinofil) diatur oleh IL=1, IL-4,
IL-5, IL-6, TNF- dan GM=CSF.
2. Pertumbuhan dan proliferasi sel B, dan pertumbuhan sel-T-helfer ditingkatkan
oleh IL-1.
3. IL-2 memacu proliferasi limfosit T dan aktivasi Limfosit B
4. IL- menyebabkan diferensiasi limfosit B menjadi IgE sekresing plasmasel dan
bersama TNF-@ meninkatkan pengaturan ekpresi high-dan low affinity IgE
reseptor pada sel-sel APC.
5. IL-5 menyebabkan aktivasi limfosit B, diferensiasi dan pemanjangan umur
eosinofil.
PENUTUP
Leukosit dan turunannya merupakan sel dan struktur dalam tubuh manusia
yang didistribusikan keseluruh tubuh dengan fungsi utamanya melindungi organisme
terhadap invasi dan pengrusakan oleh mikro organisme dan benda asing lainnya.
Sel-sel limfosit ini, mempunyai kemampuan untuk membedakan dirinya sendiri
(makromolekuler organisme sendiri) dari yang bukan diri sendiri (benda asing) dan
mengatur penghancuran dan inaktivasi dari benda asing yang mungkin merupakan
molekul yang terisolasi atau bagian dari mikro organisme Semua leukosit berasal
dari sum-sum tulang. kemudian mengalami kematangan pada organ limfoid lainnya.
 2003 Digitized by USU digital libraray
7
KEPUSTAKAAN
1. Junguera, Lcarlos : Basik Histologi edition 8 1977.
2. C. Roland leeson, M.D, Ph.D: Textbook of Histology edition V 1990.
3. Iwin Sumarman, Strategi Rasional Pengelolaan Rinitis Alergis Perenial Buku
naskah Simposium Penanganan Alergi Secara Rasional Padang 2000.
4. Rusdi Aziz DR. Peranan hyposensitisasi alamiah pada pengobatan rasional
terhadap kasus alergi.
Naskah symposimll Penanganan Allergi Secara Rasional Padang 2000
5. Karnen Baratawijaya Immunologi Dasar. Didalam Soepannan Sarwono Waspadji,
edisi Ilmu penyakit Dalams, edisi 2. Jakarta: GayaBaru 1996.
 2003 Digitized by USU digital libraray
8
Download