MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Organisasi Teori Organisasi: Organisasi Informal Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 08 Kode MK Disusun Oleh 42008 Drs.Gufroni Sakaril, M.M Abstract Kompetensi Membahas tentang pengertian, sifat, faktor penyebab terbentuknya, kelebihan dan kekurangan, serta peran PR dalam pengelolaan organisasi informal Mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang arti pentingnya organisasi informal dan implikasinya bagi komunikasi organisasi 73 Pengantar Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam kelompok-kelompok. Pembahasan kali ini membicarakan tentang organisasi informal yang ada dalam organisasi formal. Keberadaan kelompok-kelompok karyawan/individu dalam suatu organisasi formal dapat terbentuk karena beberapa faktor, seperti faktor sosiologis, psikologis, dan budaya. Secara sosiologis karena seringnya interaksi di antara mereka. Secara psikologis dapat terjadi karena adanya kesamaan hobi, kesukaan, dan sebagainya, sedangkan kesamaan budaya dapat terjadi karena kodratnya manusia yaitu adanya kenyamanan berkomunikasi bila bertemu dengan sesamanya, seperti sama-sama berasal dari daerah yang sama, sama dalam pendidikan di sekolah atau kampus yang sama. Namun terbentuknya organisasi informal, dalam konteks public relations adalah keberadaan kelompok tersebut harus dikelola untuk tujuan positif yaitu tercapainya tujuan dan cita-cita organisasi. Pengertian, Sifat dan Faktor Terbentuknya Organisasi baik formal maupun informal dibentuk oleh orang-orang karena untuk alasan-alasan tertentu. Seorang pakar bernama Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan mengapa orang memilih untuk berorganisasi: a. Alasan Sosial (social reason), sebagai “zoon politicon ” artinya mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi. b. Alasan Materi (material reason), melalui bantuan organisasi manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri yaitu: 1) Dapat memperbesar kemampuannya 2) Dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi. 3) Dapat menarik manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah dihimpun. Komunikasi Informal adalah komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi atas dasar kehendak pribadi, tanpa memperhatikan posisi/kedudukan mereka dalam organisasi. Informasi dalam komunikasi informal ini mengalir ke atas, ke bawah, atau secara horizontal, dan ini terjadi jika komunikasi formal kurang memuaskan anggota akan informasi yang diperlukan. Komunikasi informal disebut juga bdengan grapevine (desas desus) cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang, atau kejadiankejadian di luar dari arus informasi yang mengalir secara resmi. Namun walaupun informasinya bersifat informal, 2016 74 Komunikasi Organisasi Drs. Gufroni Sakaril,M.M Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id grapevine ini bermanfaat bagi organisasi. Bagi pimpinan grapevine dapat menjadi masukan tentang perasaan karyawannya, sedangkan bagi sesame karyawan komunikasi informal ini bisa menjadi saluran emosi mereka. Agar komunikasi berjalan efektif maka diperlukan jaringan komunikasi (network) baik yang bersifat formal maupun informal. Kebutuhan sosial merupakan salah satu diantara motivasi pekerjaan yang paling kuat dan memaksa. Orang-orang yang membentuk organisasi akan berlaku sebagai anggota kelompok, dan keanggotaanya ini akan membentuk perilaku kerja dan sikapnya terhadap organisasi dan pekerjaan. Kelompok ini dapat menjalankan pengendalian yang jauh lebih kuat terhadap anggotanya dari pada yang dilakukan oleh pucuk pimpinan. Oleh karena pucuk pimpinan hanya dapat mencapai tujuannya hanya dengan bekerja sama melalui orang-orangnya, maka pucuk pimpinan juga harus bekerja melalui kelompokkelompok ini. Terbentuknya suatu kelompok informal dapat ditimbulkan oleh banyak faktor, diantaranya: adanya rasa kebersamaan, adanya identifikasi diri, adanya tengertian perhatian dari sesama anggota kelompok, adanya petunjuk tentang tingkah laku yang dapat diterima, adanya kesempatan untuk berinisiatif dan berkreatif, adanya bantuan dari sesama anggota dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya dan adanya perlindungan terhadap semua anggota kelompok. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Organisasi Informal memiliki ciri-ciri : lepas, fleksibel, tidak terumuskan, spontan. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar, maupun tidak sadar. Kerapkali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan-hubungan antara para anggota, bahkan tujuantujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal : Arisan ibu-ibu, orang-orang di kendaraan umum, sekumpulan penonton yang menyaksikan sepak bola, dan sebagainya. Menurut J. Winardi organisasi informal memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakan dari organisasi formal, yaitu : 2016 75 Komunikasi Organisasi Drs. Gufroni Sakaril,M.M Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu dimana seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. 2. Sifat hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. 3. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. 4. Organisasi informal, merupakan kumpulan antar perseorangan tanpa tujuan bersama yang disadari, meskipum pada akhirnya hubungan-hubungan yang tak disadari itu untuk tujuan bersama. 5. Dalam organisasi formal, tiap unsure organisasi mempunyai kedudukan tugas dan fungsi-fungsi yang tegas. sedangkan didaam organisasi informal, kedudukan serat fungsinya tampak kabur. (J Winardi, 2003:9). Struktur Intern Kelompok Demi kelestarian kelompok untuk maju ke arah terwujudnya tujuan mereka dan untuk memberikan perlindungan serta dukungan bagi kebutuhan anggotanya, maka kelompok informal ini memerlukan adanya suatu struktur intern. Struktur disini berarti seperangkat karakteristik yang bersifat khas yang mana akan menentukan hubungan diantara anggotanya. Seperangkat karakteristik ini adalah: adanya kepemimpinan di dalam kelompok, adanya standard tingkah laku kelompok, adanya sikap dan nilai-nilai kelompok, adanya tekanan untuk mengikuti, dan terdapatnya sistem status. Organisasi informal adalah hubungan pribadi dalam organisasi yang mempengaruhi putusan di dalam organisasi tersebut tetapi ditiadakan dari skema formal dan tidak panggaruh dengan struktur formal organisasi. Organisasi informal tumbuh karena berbagai faktor baik ekstern (pendidikan, umur, senioritas, jenis kelamin, latar belakang etnis dan kepribadian), maupun intern (jabatan, upah, jadwal kerja, mobilitas, dan simbol status). Organisasi informal membentuk klik, status dan peranan, norma dan sanksi serta metode kerja sendiri lain dengan aturan formal. Organisasi informal dapat bermanfaat bagi pribadi anggota dan organisasi, namun juga dapat membahayakan organisasi dan dapat berkembang dalam berbagai bentuk. Seperti halnya organisasi formal, organisasi informal juga memiliki struktur tersendiri. Struktur inilah yang membedakan antara dua jenis organisasi tersebut. 2016 76 Komunikasi Organisasi Drs. Gufroni Sakaril,M.M Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Adapun struktur organisasi informal, yaitu : 1. Organisasi informal adalah hubungan pribadi dalam organisasi yang mempengaruhi putusan di dalam organisasi tersebut tetapi ditiadakan dari skema formal dan tidak panggah dengan struktur formal organisasi. 2. Organisasi informal tumbuh karena berbagai faktor baik ekstern (pendidikan, umur, senioritas, jenis kelamin, latar belakang etnis dan kepribadian), maupun intern (jabatan, upah, jadwal kerja, mobilitas, dan simbol status) 3. Organisasi informal membentuk klik, status dan peranan, norma dan sanksi serta metode kerja sendiri lain dengan aturan formal. 4. Organisasi informal dapat bermanfaat bagi pribadi anggota dan organisasi, namun juga dapat membahayakan organisasi. 5. Organisasi informal berkembang dalam berbagai bentuk. Jenis-jenis Kelompok Informal Pada umumnya di dalam suatu organisasi formal disamping terdapat kelompokkelompok formal juga terdapat kelompok-kelompok informal. Menurut jenisnya kelompok informal ini dapat dibedakan ke dalam: a. Horizontal Cliques. Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang sama dan bekerja dalam bidang yang sama. b. Vertical Cliques. Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berada pada tingkatan manajemen yang berbeda-beda, akan tetapi dalam suatu bidang yang sama. c. Random Cliques. Yaitu kelompok informal yang keanggotaannya terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai tingkatan manajemen dan yang berasal dari berbagai bidang. Selain itu, menurut Hicks organisasi informal dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder : 1. Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu. 2. Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat 2016 77 Komunikasi Organisasi Drs. Gufroni Sakaril,M.M Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya Komunikasi Di Dalam Kelompok Informal Salah satu ciri khas dari sistem komunikasi yang terdapat dalam kelompok informal adalah komunikasi melalui cara “Grapevine” (selentingan). Disamping itu, komunikasi juga dapat dilakukan melalui memorandum, ekspresi wajah, serta kode-kode lainnya. Komunikasi ini dapat dilakukan setiap saat disembarang tempat dan dilaksanakan secara berantai dalam waktu yang singkat dan selalu mendapatkan perhatian yang seksama. Kemampuan untuk menginterpretasikan informasi sangat peka sekali dan cenderung adanya kesamaan dalam segi persepsinya. Hal ini terjadi dikarenakan kesamaan dalam hal sikap dan nilai-nilai kelompok. Kelebihan dan Kelemahan Sebagai suatu organisasi atau kelompok, tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan organisasi informal, antara lain : 1. Dapat berfungsi sebagai pembangkit dukungan bagi tujuan organisasi formal. 2. Melengkapi arus komunikasi dalam organisasi/perusahaan melalui jalur-jalur komunikasi tambahan yang bersifat tidak resmi. 3. Pemersatu dan memberi ketenangan pada individu yang menjadi pengikutnya. 4. Dapat menjadi sarana pelepasan ketegangan, tempat curahan hati, lobi dan negosiasi, sehingga dapat memperlancar tujuan organisasi. 5. Dapat member dan mempengaruhi dukungan terhadap kekuasaan, dalam arti member kompensasi terhadap manajer yang kurang memiliki kapabilitas. Sedangkan kelemahan organisasi informal, antara lain : 1. Cenderung lemah atau kurang mampu bertahan terhadap perubahan. 2. Ketimpangan dalam kualitas atau kemampuan kelompok yang tidak seimbang dengan tuntutan organisasi formal. 3. Sifat pesan komunikasi desas desus yang dapat berkonsekuensi negative seperti destruktif, ketidakpastian dan penyimpangan. 4. Cenderung mementingkan kelompoknya. Karena hubungan personal yang kuat, maka memberi peluang nepotisme dan kolusi dalam kekuasaan, dan kewenangan dalam manajemen. 2016 78 Komunikasi Organisasi Drs. Gufroni Sakaril,M.M Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Peranan PR dalam Pengelolaan Organisasi Informal Dalam memberdayakan publik internal bahwa mereka dapat memberi pengaruh dan kontribusi terhadap citra positif atau pun citra negatif organisasi, PR mesti menanamkan budaya untuk menjunjung citra yang baik pada setiap anggota organisasi. Tiap anggota organisasi harus menyadari bahwa mereka merupakan “PR tidak resmi” organisasi di mana sikap, tingkah laku, perbuatan dan ucapannya akan selalu mendapat sorotan pihak luar yang dapat mempengaruhi organisasi. Menciptakan budaya organisasi bahwa tiap anggota organisasi adalah “PR tidak resmi” organisasi tidaklah mudah. Namun demikian, PR dapat memberikan perannya sebagai berikut: 1. Menumbuhkan perasaan committed pada diri tiap anggota bahwa mereka dapat memberikan sumbangan terbaiknya baik organisasi. 2. Menumbuhkan rasa percaya diri pada tiap anggota bahwa mereka dapat mewujudkan tujuan organisasi yang berkualitas. 3. Menumbuhkan rasa bangga pada tiap anggota bahwa mereka memiliki andil yang besar dalam mencapai tujuan organisasi. 4. Menumbuhkan rasa turut memiliki bahwa tiap anggota organisasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari organisasi. 5. Menumbuhkan rasa loyalitas yang tinggi pada tiap anggota bahwa mereka memperoleh perhatian yang layak dari pihak manajemen organisasi. Untuk keperluan tersebut, PR harus secara terus menerus melakukan pembinaan hubungan komunikasi yang harmonis dengan publik internalnya. PR dapat menerapkan dua mekanisme pedekatan komunikasi kepada publik internal, yaitu pendekatan secara personal dan pendekatan secara institusional. Dalam kaitan hubungan dengan kelompok/organisasi informal, PR harus lebih mengedepankan pendekatan secara personal, yaitu komunikasi antarpribadi. Rhenald Kasali menyebutnya dengan cara managing by walking (mbw). Pembinaan hubungan komunikasi ini dapat dilakukan melalui pemberian informasi yang jujur dan terbuka dengan memandang publik internal sebagai bagian dari tujuan organisasi bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pola hubungan komunikasi ini berarti komunikasi yang dilakukan PR bersifat informatif dan persuasif. Komunikasi PR yang bersifat informatif dan persuasif tersebut, menurut Abdurrachman (1993) dapat dilakasanakan dengan cara: 1. Tertulis, yaitu menggunakan surat-surat, papers, buletin, brosur, dan lain-lain. 2. Lisan, yaitu mengadakan briefing, rapat-rapat, diskusi, ceramah, dan sebagainya. 2016 79 Komunikasi Organisasi Drs. Gufroni Sakaril,M.M Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Conseling, yaitu menyediakan beberapa anggota staf yang telah mendapat latihan atau pendidikan untuk memberikan nasehat-nasehat kepada para karyawan, turut memecahkan persoalan pribadi mereka, atau mendiskusikannya bersama mereka. 2016 80 Komunikasi Organisasi Drs. Gufroni Sakaril,M.M Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Abdurrahman, Oemi, 1990, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Arni Muhammad. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara Hatch, Mary Jo, 1997, Organization Theory, Modern, Symbolic, and Postmodern Perspectives, New York: Oxford University Press Inc. Jefkins, Frank, 1988, Public Relations Techniques, London: Heinemann Professional Publishing Ltd. -------------------, 1998, Public Relations, Great Britain: Pearson Professional Ltd. Kasali, Rhenald, 1992, Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. ---------------, “The End of Classical Public Relations, The Rise of Pop Public Relations”, Hand-out Seminar 50 tahun IISIP Jakarta, 4 Desember 2003. Mahmudi, Marwan, “Penerapan Marketing Public Relations”, Jurnal Kampus Tercinta, IISIP Jakarta, No. 10 Tahun III, April – Agustus 1999. --------------, “Peranan Public Relations dalam Menciptakan Citra Positif Organisasi”, Majalah Ilmiah WIDYA, Kopertis Wilayah III – Jakarta, No. 171 Tahun XVI, Desember 1999 Pace, R. Wayne & Don F. Faules, 2006, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, cetakan keenam, penerjemah: Deddy Mulyana, Amstrong, M., 1993, How to be an Even Better Manager, third edition, London: Kogan Page Limited. ---------------, 1993, Handling Conflict and Negotiation, London: Kogan Page Limited. Ruslan, Rosady, 1997, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Stoner, James A.F., 1992, Manajemen, Jilid I dan II, Jakarta: Erlangga. 2016 81 Komunikasi Organisasi Drs. Gufroni Sakaril,M.M Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id