“SYAIR IKAN TERUBUK” SEBAGAI SALAH SATU BENTUK SEJARAH MELAYU RIAU ABAD KE 19 Oleh : Nadhira Putri Ananda Syair Ikan Terubuk adalah sebuah kumpulan Syair Melayu yang diciptakan pada abad ke 19, berupa media lisan tanpa diketahui siapa penciptanya. Terdiri dari 285 bait, karya besar yang menjadi masterpiece ini membentangkan kehidupan habitat ikan di dalam air, baik air laut maupun air tawar secara lengkap. Ada dua versi Syair Ikan Terubuk:Syair Ikan Terubuk dan Puyu-puyu, yaitu versi yang dalam hal ini pemahaman versi mengarah kepada tradisi dan versi tulisan. Versi tulisannya di perpustakaan nasional RI di Jakarta dan versi lisannya ada pada masyarakat pendukungnya, di Riau ada di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak. Syair Ikan Terubuk tidak saja popular di daerah asalnya, tetapi juga dikenal secara luas di Riau maupun daerah-daerah lainnya di Sumatera, khususnya daerah yang berlatar belakang budaya Melayu. Diceritakan adalah seekor ikan Terubuk di lautan Melaka yang jatuh cinta kepada seekor Ikan Puyu-puyu ketika sedang berenang ke hulu sungai. Sejak pertemuan itu, ia selalu terbayang bayang akan kecantikan dari Ikan Puyu-puyu. Makin lama badannya makin kurus dan ia tidak pernah lagi memikirkan rakyatnya. Hal ini menyebabkan menteri-menterinya sangat susah hatinya. Mereka lalu sepakat untuk mengahadap baginda Ikan Terubuk untuk menanyakan hal ihwalnya. Setelah mengetahui alasan kenapa Ikan Terubuk bersedih hatinya, serempak semua menteri-menterinya sepakat untuk mendukung Ikan Terubuk. Atas dasar itulah, lalu Ikan Terubuk menyiapkan pasukan-pasukannya untuk menyerang kerajaan Ikan Puyu-puyu apabila Puteri Ikan Puyu-puyu tidak menerima dirinya. Tetapi tanpa diketahui Ikan Terubuk, ternyata adalah Belut yang berkhianat karena kasihan kepada Ikan Puyu-puyu. Belut menyampaikan niat Ikan Terubuk kepada Ikan Tilan, yang merupakan salah satu prajurit Ikan Puyu-puyu. Setelah mendengarkan kabar tersebut, Ikan Tilan langsung mengabarkan kepada Puteri Ikan Puyu-puyu. Puteri Puyu-puyu sangat susah hatinya mendengar berita itu. Sebetulnya dia tidak merasa keberatan menerima pinangan Ikan Terubuk, hanya saja alasan mereka berlainan bangsa dan cara hidup yang berbedalah yang membuat Ikan Puyu-puyu tidak dapat menerima Ikan Terubuk. Untung bagi Ikan Puyu-puyu karena rakyatnya juga mendukungnya. Mendengar itu, senanglah kembali hatinya dan ia memohon pertolongan Dewa. Tak lama setelah itu, hujan lebat pun datang. Setelah agak reda datanglah nenek moyang Ikan Puyu-puyu yang menyelamatkan Ikan Puyu-puyu beserta rakyatnya dengan cara menanamkan sebatang kayu pulai sehingga Ikan Puyu-puyu dan rakyatnya dapat melompat ke puncak pohon sehingga kolam menjadi kosong dan sunyi. Alangkah terkejutnya Ikan Terubuk begitu ia dan pasukannya sampai, tidak dijumpainya Ikan Puyu-puyu dan lainnya. Hanya ada Ikan Belida yang mengatakan kalau Ikan Terubuk dan pasukannya harus pulang karena tidak akan dijumpainya Ikan Puyu-puyu. Akhirnya, Terubuk pulang dengan tangan hampa dan hati yang hancur karena keinginannya mempersunting puteri Puyu-puyu sebagai isteri tidak tercapai. Secara politik, rangkaian Syair Ikan Terubuk menggambarkan bahwa kerajaan Terubuk yang perkasa itu adalah Kerajaan Melaka dan kerajaan Puyu-puyu itu adalah Kerajaan Siak. Kerajaan Malaka yang besar dan termahsyur itu mempunyai daerah takluk yang luas. Karenanya ia merasa bebas melakukan apa saja. Namun menghadapi Kerajaan Siak yang kecil ia gagal, karena Siak mampu menempatkan dirinya secara tepat. Salah satu versi lagi menyebutkan kisahnya sekitar pinangan Putera Mahkota Melaka terhadap Putri Siak yang tidak berhasil. Dapat disimpulkan bahwa Syair Ikan Terubuk adalah kesadaran bahwa hal yang kecil ternyata menyimpan kekuatan besar. Perbedaan status (sosial, kultural dan kepercayaan) dipentingkan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah dikemudian hari. Serta penjelasan persoalan-persoalan hubungan kultural di sepanjang Selat Malaka dan sejarah Melayu. Syair Ikan Terubuk sebagai sumber rujukan rekayasa tentang masa depan Riau sebagai kawasan perdagangan transit secara internasional dengan wilayah darat dan lautan. Selain itu terkandung pula nilai nilai kasih sayang, keberanian, kegigihan, keyakinan, kerjasama, kesetiaan pada pimpinan, serta sifat kemuliaan terhadan Sang Pencipta. Sumber : Balitbang Provinsi Riau: “SYAIR IKAN TERUBUK” REKONSTRUKSI SEJARAH MELAYU RIAU ABAD ke 17 dan 19. 2002. Pekanbaru. http://wisatabengkalisriauindonesia.wordpress.com/cerita-rakyat-2/lagenda-ikan-terubuk/