LTM PEMICU 3 MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT, KESEIMBANGAN ASAM-BASA, INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN Wiranty Ramadhani 0706260723 A. KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT Cairan Tubuh Sebanyak 2/3 dari total cairan tubuh (40% dari berat badan) terdiri dari cairan intrasel (CIS), sementara sisa 1/3 (20% dari berat badan) merupakan cairan ekstrasel (CES). Seperempat dari CES (5% berat badan) terdapat dalam pembuluh darah sebagai plasma. Gejala sirkulatorik dan neurologik, pemeriksaan fisik, dan uji lab (sodium dalam urin dan serum, nitrogen urea serum, kreatinin serum) dapat mengidentifikasi tempat terjadinya kehilangan cairan (intrasel/ekstrasel). Cairan Tubuh Total (dalam %tase terhadap BB), terkait umur dan jenis kelamin Age Male Female 18–40 60% 50% 41–60 60–50% 50–40% Over 60 50% 40% Elektrolit Serum Normal values and mass conversion factors.1 Normal Plasma Values Mass Conversion Na+ 135–145 mEq/L 23 mg = 1 mEq K+ 3.5–5 mEq/L 39 mg = 1 mEq Cl– 98–107 mEq/L 35 mg = 1 mEq HCO3– 22–28 mEq/L 61 mg = 1 mEq Ca 8.5–10.5 mg/dL 40 mg = 1 mmol Phosphorus 2.5–4.5 mg/dL 31 mg = 1 mmol Mg 1.6–3 mg/dL 24 mg = 1 mmol Osmolality 280–295 mosm/kg ... 1Ca and Mg are measured as their total concentration. Ca ion concentration is about half the total calcium concentration, while Mg ion concentration is about two-thirds the total magnesium concentration. Nilai Rujukan Normal Untuk Elektrolit Serum dan Analit Gas Darah pH [H+] CO2 total PCO2 PO2 Saturasi O2 Arteri 7,36-7,44 44-36 nmol/L 19-25 nmol/L 38-42 mmHg 85-100 mmHg ≥ 95% PO2 Vena 7,31-7,41 41-31 nmol/L 23-30 nmol/L 35-40 mmHg 35-40 mmHg 70-75% PO2 Na+ K+ ClHCO3Anion gap Osmolalitas serum 135-148 mEq/L 3,5-5,3 mEq/L 98-106 mEq/L 19-25 mEq/L 12-18 mEq/L 285-310 mOsm/kg H2O Ketidakseimbangan cairan dapat terjadi akibat defisiensi air, defisiensi garam, maupun gabungan dari keduanya. 1. Defisiensi Air Dapat disebabkan oleh: a. Penurunan intake : pada pasien dengan penurunan/kehilangan kesadaran, pasca-operasi, anoreksia, obstruksi gastrointestinal b. Peningkatan output : banyak berkeringat, penyakit ginjal, diabetes insipidus, penggunaan diuretik. Patofisiologi: penurunan intake atau peningkatan output CES hipertonik CIS mengalir ke CES penurunan CIS & peningkatan kadar elektrolit di intrasel kompensasi tubuh: ginjal mengekskresi elektrolit. Manifestasi: haus, kulit dan mukosa kering, urin pekat. Pemeriksaan laboratorium: menunjukkan peningkatan osmolalitas plasma, peningkatan hematokrit, dan peningkatan konsentrasi parameter kimia (ureum, kreatinin). 2. Defisiensi Garam Dapat disebabkan oleh: muntah, diare, dan penyakit endokrin. Patofisiologi: defisiensi garam & CES hipotonik cairan mengalir ke intrasel cellular oedema. Pemeriksaan laboratorium: penurunan konsentrasi elektrolit, penurunan volume plasma, penurunan urine spesific gravity. B. KESEIMBANGAN ASAM-BASA Kadar ion hidrogen dalam cairan tubuh dipertahankan dengan 3 cara: 1. Sistem buffer Terdiri atas larutan asam lemah dan basa konjugasinya. Contoh: H2CO3 H+ + HCO3Dalam tubuh yang paling berpengaruh dalam plasma ialah sistem bikarbonat. Karena itu dalam rumus Henderson-Haselbach dituliskan: pH = pK + log [HCO3-] [H2CO3] pH akan tetap normal bila perbandingan HCO3- : H2CO3 = 20 : 1 2. Regulasi pernapasan dengan mengatur kadar pCO2 plasma (homeostasis respiratorik) Pada asidosis metabolik konsentrasi HCO3- menurun. Untuk mempertahankan perbandingan HCO3- : H2CO3 = 20 : 1 maka paru-paru harus menurunkan pCO2 dengan meningkatkan pengeluaran CO2 yaitu dengan respirasi yang cepat dan dalam disebut pernapasan Kussmaul. Sebaliknya pada keadaan alkalosis metabolik pengeluaran CO2 dihambat dengan melakukan pernapasan yang lambat dan dangkal. 3. Reabsorpsi bikarbonat yang difiltrasi di ginjal dan ekskresi ion hidrogen sebagai asam titrasi ( titratable acidity) dan garam amonium (homeostasis ginjal). Peran ginjal dalam keseimbangan asam-basa adalah dengan: 1. Mengatur pengeluaran bikarbonat di urin 2. Mempertahankan kadar bikarbonat plasma dengan mengeluarkan asam yang diproduksi tubuh dan membentuk bikarbonat baru yang diserap ke dalam darah. GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA Asidosis Respiratorik akibat peningkatan CO2 yang disebabkan hiperkapnea Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi peningkatan pembentukan H2CO3 yang kemudian berdisosiasi dan menyebabkan peningkatan H+. Hal-hal yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain: penyakit paru, penekanan pusat pernapasan oleh otan atau penyakit, gangguan saraf atau otot yang mengurangi kemampuan otot pernapasan, atau bahkan sekedar menahan napas. Alkalosis Respiratorik karena penurunan CO2 Terjadi pengeluaran berlebihan CO2 dari tubuh akibat hiperventilasi. Jika ventilasi paru meningkat melebihi kecepatan produksi CO2, CO2 yang dikeluarkan akan terlalu banyak. Akibatnya, H2CO3 yang terbentuk berkurang dan H+ menurun. Asidosis Metabolik akibat penurunan HCO3Disebabkan oleh: 1. 2. 3. Produksi ion hidrogen oleh sel secara berlebihan, dapat terjadi pada a. Peningkatan metabolisme akibat demam, kejang, distres pernapasan, dll. b. Gangguan metabolisme normal yang menyebabkan peningkatan asam organik, misalnya pada: - hipoksia jaringan akibat hipoperfusi, misalnya pada dehidrasi yang menyebabkan metabolisme anaerobik dengan hasil asam laktat dan asam piruvat. - Ketosis akibat kelaparan, diabetes melitus, keracunan salisilat. - Keracunan alkohol Kehilangan bikarbonat secara berlebihan melalui air kemih atau tinja (misalnya pada diare) Kegagalan ginjal untuk mengekskresi kelebihan asam, dapat disebabkan oleh menurunnya filtrasi glomerulus atau oleh disfungsi tubulus. Alkalosis Metabolik karena peningkatan HCO3Adalah kondisi reduksi H+ plasma yang disebabkan oleh defisiensi relatif asam-asam non-karbonat, sering muncul dari hal-hal berikut: 1. Muntah: menyebabkan pengeluaran abnormal (berlebihan) H+ dari tubuh akibat hilangnya getah lambung yanga asam. Selama proses pencernaan, asam hidroklorida disekresikan ke dalam lumen lambung. Selama sekresi HCl lambung, bikarbonat ditambahkan ke plasma. Ion HCO3- yang dinetralisasi oleh H+ sewaktu sekresi cairan lambung kemudian ini pada akhirnya direabsorpsi kembali ke dalam plasma, sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penambahan netto HCO3- ke plasma dari sumber ini. Namun, saat terjadi pengeluaran asam dari tubuh saat muntah, terjadi penurunan H+ plasma dan tidak ada lagi reabsorpsi H+ untuk menetralisasi HCO3- tambahan yang masuk ke dalam plasma ketika terjadi sekresi lambung, sehingga meningkatkan HCO3- plasma. (Pada kasus muntah ”lebih dalam”, HCO3- di getah pencernaan yang disekresikan ke dalam usus bagian atas mungkin ikut keluar bersama muntah, sehingga malah menimbulkan asidosis). 2. Ingesti obat-obat alkali (seperti NaHCO3 yang dalam larutan terurai menjadi Na dan HCO3-): digunakan untuk mengatasi keasaman berlebihan lambung bila berlebihan, tambahan HCO3- akan diserap dari saluran pencernaan dan meningkatkan HCO3- plasma. UJI IMBANG ASAM-BASA Pemeriksaan Analisis Gas Darah a. pH darah b. basa buffer c. ekses basa (BE) d. pCO2 e. bikarbonat standar f. bikarbonat aktual g. total kadar CO2 C. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN Table 1-4. Reference Ranges for Complete Blood Cell Count at Various Ages Age RBC (× 106/cu mm) Hb (g/dL) Hct (%) MCV (fL) MCH (pg) RDW (%) Newborn 4.1–6.7 15.0–24.0 44–70 102–115 33–39 13.0–18.0 1–23 mos 3.8–5.4 10.5–14.0 32–42 72–88 24–30 11.5–16.0 2–9 yrs 4.0–5.3 11.5–14.5 33–43 76–90 25–31 11.5–15.0 10–17 yrs Males 4.2–5.6 12.5–16.1 36–47 78–95 26–32 11.5–14.0 Females 4.1–5.3 12.0–15.0 35–45 78–95 26–32 11.5–14.0 >18 yrs Males 4.7–6.0 13.5–18.0 42–52 78–100 27–31 11.5–14.0 Females 4.2–5.4 12.5–16.0 37–47 78–100 27–31 11.5–14.0 Mean platelet volume = 6.0–9.5 fL for all age groups. Platelets = 150,000–450,000/cu mm for all age groups. Mean corpuscular hemoglobin concentration = 32–36 gm/dL for all age groups. Table 1-5. Reference Ranges for White Blood Cell Count (WBC) at Various Ages (Differential Count in Absolute Numbers) Age WBC (×1,000/cu mm) Total Neutrophils* Segs Bands Lymphs Monos Eos Baso Newborn 9.1–34.0 6.0–23.5 6.0–20.0 <3.5 2.5–10.5 <3.5 <2.0 <0.4 1–23 mos 6.0–14.0 1.1–6.6 1.0–6.0 <1.0 1.8–9.0 <1.0 <0.7 <0.1 2–9 yrs 4.0–12.0 1.4–6.6 1.2–6.0 <1.0 1.0–5.5 <1.0 <0.7 <0.1 10–17 yrs 4.0–10.5 1.5–6.6 1.3–6.0 <1.0 1.0–3.5 <1.0 <0.7 <0.1 >18 yrs 4.0–10.5 1.5–6.6 1.3–6.0 <1.0 1.5–3.5 <1.0 <0.7 <0.1 Segs = segmented neutrophils; Bands = band neutrophils; Lymphs = lymphocytes; Monos = monocytes; Eos = eosinophils; Baso = basophils. *Total Neutrophils = Segs + Bands. Source: Clinical Laboratories of Children's Hospital of Buffalo. Pemeriksaan Fisik tampak sakit berat apatis Tingkat kesadaran: compos mentis sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik. apatis pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya. delirium penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-ronta. somnolen/letargi keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, namun bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali. sopor/stupor keadaan mengantuk yang dalam, dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat (misal: nyeri) walau tidak terbangun sempurna, dan tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik. semi-koma penurunan kesadaran yang tidak memberikan respon terhadap rangsang verbal dan tidak dapat dibangunkan sama sekali; refleks kornea dan pupil masih baik; respon terhadap nyeri tidak adekuat. koma penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap rangsang nyeri. TD 100/60 mmHg Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa Kategori Normal Sistolik < 120 mmHg Diastolik (dan) < 80 mmHg Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg - - - - Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg Nadi 116/menit Frekuensi normal sekitar 80 kali/menit. Bila <60 kali/menit = bradikardia, sementara >100 kali/menit = takikardia. Napas 36x/menit Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah 16-24 kali/menit. < 16 kali/menit = bradipnea > 24 kali/menit = takipnea pernapasan dalam hiperpnea asidosis atau anoksia pernapasan dangkal hipopnea gangguan susunan saraf pusat sesak napas = dispnea, henti napas = apnea Suhu 39° Suhu tubuh yang normal berkisar antara 36° - 37°C, dimana pagi hari mendekati 36°C dan sore hari 37°. Peningkatan suhu tubuh secara bermakna terjadi pada keadaan demam, yang merupakan suatu respon pertahanan tubuh (melawan infeksi). Suhu diatur oleh pusat suhu di hipotalamus. Pemeriksaan jantung dan paru normal Pemeriksaan Laboratoris Yang dinilai Hemoglobin (Hb) Hematokrit Leukosit Trombosit Ureum Kreatinin Natrium Kalium Chlor Analisa gas darah a. pH b. pO2 Pada Pemicu 8 g/dL 23 % 10.600/µL 80.000/µL 200 mg/dL 7 mg/dL 140 mEq/L 5 mEq/L 100 mEq/L a. b. 7,25 100 mmHg Nilai Rujukan 13,5 – 17,5 g/dL 42 – 52 % 4.000 – 10.500/µL 150.000 – 400.000/µL 5-20 mg/dL 0,6-1,3 mg/dL (laki-laki) 135-148 mEq/L 3,5-5,3 mEq/L 98-106 mEq/L Interpretasi Rendah Rendah Normal Rendah (turun) Tinggi Tinggi (naik) Normal Normal Normal a. 7, 35-7, 45 b. 85-100 mmHg a. Asidosis (asam) b. Normal c. d. e. pCO2 HCO3 saturasi O2 c. d. e. 20 mmHg 8 mEq/L 98 % c. 35-45 mmHg d. 22–28 mEq/L e. ≥ 95% PO2 c. Rendah (turun) d. Rendah (turun) e. Normal Kesimpulan: Pasien diduga menderita asidosis metabolik. DAFTAR PUSTAKA Alatas H, Tambunan T, Trihono PT, dan Pardede SO. Buku Ajar Nefrologi Anak edisi 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2002. McPhee SJ, Papadakis MA, dan Tierney LM. Current Medical Diagnosis & Treatment. Lange – Mc Graw Hill; 2008. [CDROM] Sacher RA. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. Setiyohadi B dan Subekti I. ”Pemeriksaan Fisis Umum”. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 22-4. Wallach J. Interpretation of Diagnostic Tests, 8th edition. Wolters Kluwer – Lippincott William & Wilkins. [CD-ROM]