Studi Kota Kupang

advertisement
PEN DANAAN AKSI-AKSI PERU BAHAN I KLIM
UNTUK PERKOTAAN DI I N D ONESIA
Studi Kota Kupang
1
TIM PENYUSUN
Penulis :
HENRIETTE IMELDA
Editor :
FABBY TUMIWA
Desain & ilustrasi :
MARTIN DIMA
This document is an output from a project commissioned through the Climate
and Development Knowledge Network (CDKN). CDKN is a programme funded
by the UK Department for International Development (DFID) and the Netherlands Directorate-General for International Cooperation (DGIS) for the benefit
of developing countries. The views expressed and information contained in
it are not necessarily those of or endorsed by DFID, DGIS or the entities
managing the delivery of the Climate and Development Knowledge Network,
which can accept no responsibility or liability for such views, completeness or
accuracy of the information or for any reliance placed on them.
The Climate and Development Knowledge Network (“CDKN”) is a project
funded by the UK Department for International Development and the Netherlands Directorate-General for International Cooperation (DGIS) and is led and
administered by PricewaterhouseCoopers LLP. Management of the delivery
of CDKN is undertaken by PricewaterhouseCoopers LLP, and an alliance of
organisations including Fundación Futuro Latinoamericano, LEAD Pakistan,
the Overseas Development Institute, and SouthSouthNorth.
2
KUPA NG
PEN DANAAN AKSI-AKSI PERU B AHAN I K LIM
U NT UK PERKOTAAN DI I N D O NESI A
Studi Kota Kupang
3
1
KOTA
DAN
PERUBAHAN
IKLIM
Kota memiliki daya tarik bagi
orang-orang untuk datang bekerja dan tinggal untuk mengakses
berbagai fasilitas publik yang
lebih baik seperti sekolah, sarana
kesehatan, fasilitas pendidikan
tinggi, dan juga kesempatan ekonomi. Kota-kota di ASEAN tumbuh
dengan total populasi lebih dari
630 juta orang di tahun 2015,
dan akan terus tumbuh hingga
660 juta penduduk di tahun
2020, sampai 720 juta orang di
tahun 20301.
4
Tabel 1. Populasi di beberapa kota di negara-negara ASEAN (2015)
POPULASI D ALAM
JUTA PE N D UD UK (2015)
K OTA
NEGA RA
Manila
Filipina
12.9
Jakarta
Indonesia
10.3
Bangkok
Thailand
9.3
Ho Chi Minh
Vietnam
7.3
Kuala Lumpur
Malaysia
6.8
Singapura
Singapura
5.6
Yangon
Myanmar
4.8
Sumber: ASEAN up 2
Tantangan meningkatnya populasi
membuat kota menghadapi tantangan
untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi
penduduknya, memastikan layanan
publik tersedia secara cukup dan
berkualitas, sekaligus mengendalikan
pemanfaatan ruang-ruang untuk berbagai kebutuhan.
Urbanisasi dan perubahan iklim
memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Urbanisasi membuat kebutuhan energi meningkat sehingga
peran kota sebagai sumber emisi gas
rumah kaca semakin relevan. Perubah-
an iklim juga mengancam infrastruktur perkotaan seperti jalan, jembatan,
pembangkit listrik, dan sebagainya.
Ancaman lain, seperti kenaikan muka
air laut, dan cuaca ekstrim meningkatkan resiko bencana iklim seperti banjir
dan kekeringan yang mengancam kehidupan dan aktivitas warga kota.
Kajian yang dilakukan oleh IESR
dan Perkumpulan Pikul, bersama
dengan Germanwatch tentang potensi
pendanaan perubahan iklim di tingkat
kota, mengambil lokasi di kota Kupang, NTT.
Population growth and rural exodus in Southeast Asia, diambil dari http://aseanup.com/
inforgraphic-top-cities-urbanization-asean
2
Largest and fastest growing cities in ASEAN, diambil dari http://aseanup.com/infographictop-cities-urbanization-asean
1
5
PERUBAHAN I KLI M D I KOTA K U PA N G : DA M PA K DA N S O LU S I
BE NCANA I KLI M – D A MPA K PRIMER DA N S EKU NDER
B E N C AN A P ERUBA HA N IKL IM
E F E K B I O–F I SI K
Kenaikan muka air laut
Banjir di daerah pesisir
Angin kencang
Kerusakan bangunan dan infrastruktur pantai
• Tenggelamnya
sumur-sumur
dan septik tank
• Air menggenang
tanpa drainase
• Air terkontaminasi
• Kerusakan tanaman
Hujan tak
menentu/
kekeringan
6
3
Bencana perubahan iklim dan dampaknya terhadap
kota Kupang, Kota Kita & UNDP-SCDRR, 2015
D AM PAK P R I M E R
DA MPAK SE K UN D E R
• Kerusakan ekosistem
pantai seperti bakau
• Abrasi dan hilangnya
tanah pesisir
• Kerusakan sarana fisik
dan properti di pesisir
• kemiskinan
• Gangguan ekonomi pada permukiman,
pelabuhan, dan aktivitas pariwisata
• Gangguan sistem jalan yang menyebabkan
kerugian ekonomi
• Kerusakan usaha dan
rumah tangga karena
kerugian ekonomi
• Masyarakat pantai
kehilangan rumah
• Masyarakat kehilangan
tempat
• Penurunan hasil
tangkapan nelayan
• Dampak pada industri perikanan
dan pasar lokal
• Meningkatnya biaya hidup
• Penyakit karena
air dan penyakit
karena nyamuk
• Kerusakan
properti dan
infrastruktur
• Serangan panas
pada lansia
• Penurunan
Persediaan
makanan lokal
• Penurunan
ketersediaan air
• Penurunan hasil panen
• Penurunan ketersediaan
makanan lokal dan dampak
pada si miskin
• Penurunan ketersediaan air,
meningkatkan harga air
• Gangguan ekonomi
• Migrasi pendatang baru dari
daerah pedesaan
3
7
Kupang akan menghadapi kenaikan
kejadian cuaca ekstrim, seperti curah
hujan yang lebih intens dengan periode musim hujan yang lebih pendek
(Faqih, D.J., dan Geru, 2015). Cuaca
ekstrim ini mengakibatkan banjir di
sejumlah lokasi. Adapun musim hujan
yang pendek mengakibatkan kekeringan pada sejumlah sumber mata air
dan surutnya ketinggian air sumur.
Hasil dari proyeksi iklim menyatakan bahwa kota Kupang akan
mengalami musim kering ekstrim
yang lebih sedikit, sebagaimana yang
dialami oleh wilayah lain di Nusa
Tenggara Timur. Namun, kejadian
musim hujan ekstrim akan meningkat frekuensinya, dari 20 tahun sekali
menjadi 10 tahun sekali (Boer, Faqih,
Perdinan & Situmorang, 2015).
Menurut Kajian Kerentanan Perubahan Iklim kota Kupang, terdapat
ancaman kejadian hidrometeorologi,
berupa: angin kencang (badai), abrasi
di wilayah pesisir, banjir, dan tanah
longsor. Kajian ini juga menyatakan
bahwa kota Kupang rentan terhadap
bencana iklim slow-onset, seperti
kekeringan.
Kekeringan ini akan mengurangi
ketersediaan air tawar, yang berdam-
pak pada akses penduduk kota pada
air minum. Saat ini, terdapat 38%
dari populasi kota Kupang yang dapat
mengakses air melalui pipa air minum. Walau demikian, distribusi air
yang ada saat ini dinilai tidak handal,
karena masyarakat hanya dapat menikmati layanan air tersebut dua atau
tiga hari dalam seminggu.
55
MW
S OLU S I MI T I G A S I DA N A DA P TA S I
D I KOTA K U PA N G
K
upang memiliki dua sumber
emisi gas rumah kaca: penggunaan energi (termasuk
transportasi dan listrik) dan limbah
sampah kota. Konsumsi energi di kota
Kupang meningkat setiap tahunnya.
Sebagian besar energi listrik dihasilkan
dari pembangkit listrik berbahan bakar
fosil seperti batubara dan minyak diesel. Kebutuhan listrik di Kupang dan
sekitarnya, mencapai 55 MW.
8
Kegiatan Mitigasi: pengunaan kompor biomassa yang hemat energi,
penggunaan biogas digester sebagai
pengganti minyak tanah, portable
solar-powered water desalinator, solar home system (SHS), pengolahan
sampah melalui kegiatan 3R dan
bank sampah, penggantian lampu
hemat energi pada lampu penerangan jalan dan pemasangan on-grid
metering, perluasan ruang terbuka
hijau, dan monitoring kualitas udara
dari pencemaran kendaraan bermotor. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan bukan hanya oleh pemerintah,
tapi juga oleh swasta dan kelompok
masyarakat sipil.
Kegiatan adaptasi: pengolahan sampah dengan reduce, reuse, recycle
(3R), pengomposan, urban farming di
tingkat rumah tangga, pembangunan
infrastruktur pengendalian banjir dan
tanah longsor, rehabilitasi dan konservasi mangrove di pesisir, konservasi
dan rehabilitasi daerah tangkapan air,
pengendalian penggunaan air tanah
melalui monitoring dan perijinan penggunaan air tanah, sistem distribusi
air bersih di musim kering, tindakan
pencegahan kebakaran, pemberdayaan ekonomi lokal, pemberdayaan
ekonomi pesisir, pemetaan wilayah
kebencanaan dan rencana kontingensi
kebakaran, serta pemberdayaan masyarakat miskin. Kegiatan-kegiatan ini
juga dapat dilakukan oleh pemerintah
kota dan aktor-aktor lainnya.
Sampah kota Kupang juga menjadi
sumber gas rumah kaca, di mana kota
Kupang masih menggunakan sistem
open dumping di tempat pembuangan
sampah akhir (TPA). Volume sampah
domestik kota Kupang mencapai 382
m 3/hari, tetapi hanya 268 m 3/hari
sampah domestik yang terangkut dan
dibuang ke TPA.
Terdapat beberapa aksi adaptasi
dan mitigasi perubahan iklim yang
dapat dilakukan di kota Kupang:
9
RP
265–565
triliun
2
2030
aksi mitigasi
RP
70–100
triliun
2010 – 2050
aksi adaptasi
244
RP
triliun
2010 – 2020
aksi mitigasi RAN GRK
BIAYA
UNTUK
AKSI-AKSI
PERUBAHAN
IKLIM
B
iaya yang diperlukan untuk
melakukan aksi-aksi perubahan iklim secara global
bervariarisi. Untuk aksi mitigasi,
peningkatan biaya (incremental cost)
yang diperlukan hingga tahun 2030
mencapai Rp 265–565 triliun per tahun. Untuk aksi adaptasi, biaya yang
diperlukan diperkirakan akan mencapai Rp 70–100 triliun per tahun di
rentang waktu 2010–2050.
Pelaksanaan aksi mitigasi RAN
GRK sesuai dengan Perpres 61/2011
diperkirakan mencapai Rp 244 triliun
sepanjang 2010-2020.
10
Tabel 2. Estimasi biaya untuk implementasi aksi mitigasi perubahan iklim dalam
RAN GRK (2010–2020)
S EK TOR
A KS I- A KS I INTI
( TRIL IUN RUP IA H)
AK SI - AK SI PE N D UK UN G
(TRI LI UN RUPI AH)
Kehutanan dan gambut
94,65
6.955,54
Energi dan transportasi
48,36
2.286,10
Pertanian
36,80
882,10
Industri
1,00
1.290,00
Limbah
44,71
4.949,52
Lainnya
-
2,13
225,52
18,49
TOTAL
Sumber: BKF 4
Tabel 3. Estimasi biaya untuk implementasi aksi adaptasi perubahan iklim yang tercantum
dalam RAN API (2010-2020)
D AN A YAN G D I PE RLUK AN
(TRI LI UN RUPI AH)
S EK TOR /S UB -S E K TOR
1. Ketahanan ekonomi, termasuk ketahanan
pangan dan kemandirian energi.
176,60
2. Ketahanan sistem kehidupan, termasuk
kesehatan, permukiman, infrastruktur.
193,76
3. Ketahanan ekosistem.
428,12
4. Ketahanan daerah khusus, termasuk
perkotaan, pesisir, dan pulau-pulau kecil.
5. Sistem pendukung.
40,29
1,53
TOTAL
840,31
Sumber: Bappenas 5
4
Syurkani Ishak kasim, Ph.D. Climate Finance: Experience from Indonesia. Badan Kebi-
jakan fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Disampaikan melalui presentasi
tanggal 31 Maret 2016
5
Bappenas. Institusi Pendanaan dan Strategi Pendanaan Kegiatan Adaptasi Perubahan
Iklim di Indonesia. Disampaikan pada FGD IESR tanggal 26 Juli 2013
11
3
RAGAM
PENDANAAN
IKLIM
$
PEN DANAAN PERU BAHA N I K L I M
DI TI NG KAT I NTER NA S I ONA L
Pendanaan perubahan iklim tersedia
di tiga level: internasional, nasional,
dan lokal. Pendanaan perubahan
iklim di tingkat internasional misalnya adalah Global Environmental
Facility (GEF), Green Climate Fund
(GCF), dan Adaptation Fund (AF).
GEF dapat mendanai melalui beberapa skema: (i) Full-sized project,
dengan nilai investasi lebih dari USD
2 juta, yang dapat diakses oleh Pemerintah dan Kelompok Masyarakat Sipil; (ii) Medium-sized project, dengan
nilai investasi kurang dari USD 2
juta, dapat diakses oleh Pemerintah
dan Kelompok Masyarakat Sipil; (iii)
Untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat ‘enabling’; (iv) Kegiatan-kegiatan
dengan pendekatan programatik; dan
(v) Melalui Small Grants Program
dengan investasi maksimum senilai
USD 50.000.
Green Climate Fund (GCF) saat
ini merupakan pendanaan perubahan
iklim dengan jumlah dana terbesar di
antara pendanaan internasional lainnya. GCF beroperasi melalui dua jendela kegiatan: (i) kegiatan-kegiatan
pengurangan emisi (mitigasi perubahan iklim) dan (ii) aktivitas-aktivitas
yang meningkatkan ketahanan (adaptasi perubahan iklim). GCF memiliki
lima kerangka investasi yang mengakomodasi delapan area hasil (results
area). Kerangka investasi dan area
hasil inilah yang merupakan panduan
bagi GCF untuk menyalurkan dananya.
Dana GCF ini hanya dapat diakses
oleh lembaga-lembaga yang terakreditasi terhadap GCF, baik melalui direct
access maupun international access.
12
Energy
generation
and access
Transport
Reduced
emissions
from
Forest
and
land use
Buildings,
cities,
industries
and
appliances
Climatecompatible cities
Sustainable
low-emission
climate-resilient
agriculture
Scaling up finance
for forest and
climate change
Enhancing
resilience in small
island developing
States (SIDs)
Health,
food and
water
security
Livelihoods
of people and
communities
Increased
resilience
of
Ecosystems
and
ecosystem
services
Infrastructure
and built
environment
Transforming
energy generation
and access
Gambar 1: Kerangka investasi dan area hasil dari GCF’.
13
Sumber: Green Climate Fund
P E N DA NA A N P E RU BA H A N I K L I M
D I T I N G K AT NA S I O NA L
Adaptation Fund (AF) merupakan
pendanaan internasional yang dikhususkan untuk aksi-aksi adaptasi
perubahan iklim, yang bersifat hibah.
Walau demikian, hanya lembaga-lembaga yang terakreditasi pada Adaptation Fund yang dapat mengakses
dana tersebut.
Sumber Dana
Hibah dari
luar negeri
Dana perwalian
Pendanaan perubahan iklim di tingkat nasional dapat terbagi menjadi
tiga sumber: pendanaan yang berdasarkan anggaran pemerintah pusat,
melalui dana perwalian (trust fund),
atau melalui institusi pendanaan seperti PT SMI.
Instrumen
Pendanaan
Pencatatan
dalam APBN
Penentuan
Alokasi
Dana sektoral
Pendapatan
hibah
Dana dekonsentrasi
Kewenangan
pemerintah
pusat
Dana
tugas pembantuan
Belanja
K/L
Pinjaman
Pajak
Penerimaan Negara
Bukan Pajak
Penerimaan dalam
negeri lainnya
Penerusan hibah
Penerimaan
dalam
dan
luar negeri
Hibah daerah
Penerusan
pinjaman
DAK PE
Urusan
pemerintah
daerah
Dana insentif kinerja
Tranfer ke daerah
Gambar 2: Pendanaan melalui anggaran pemerintah pusat
6
Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan Fiskal,
Kementerian Keuangan. Instrumen Pendanaan di Indonesia untuk Perubahan Iklim. Disampaikan pada FGD IESR tanggal 18 Agustus 2015.
6
14
PENDANAAN M ELA LU I I N D ON E S I A C L I M AT E CH A N G E T RU S T F U N D ( I C C T F )
Agreement
DONORS
ICCTF
(BAPPENAS)
Register /
Open Account
Ministry
of
Finance
BANK MANDIRI
(Fund Manager)
Fund Transfer
Implementing CSO / University / Private*
Beneficiaries:
Line
Ministries
Beneficiaries:
Local
Govt
Beneficiaries:
Local
Community
Sumber: ICCTF
Gambar 3: Skema pendanaan perubahan iklim melalui ICCTF
15
PEN DANAAN MELA LU I P T S M I
KEBUTUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH
PENINGKATAN CREDIT WORTHINESS PROYEK INFRASTRUKTUR DAERAH
Bantuan teknis dan dukungan kepada Pemda untuk
meningkatkan kemampuan / kapasitas dan kesiapan
proyek-proyek termasuk:
• Pelatihan
• Capacity building
• Pemilihan dan prioritas proyek
• Penyusunan modalitas pembiayaan
PELAYANAN UNTUK
PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR
DAERAH
• Dukungan kepada Pemda dalam penyusunan
rencana investasi/pembiayaan proyek
• Dalam hal proyek KPS, memberikan dukungan dalam penyiapan proyek dan pendampingan pada proses pelelangan investasi
PENDAMPINGAN
UNTUK PERCEPATAN
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DAERAH
PEMBIAYAAN KEPADA PEMDA (financial closing)
PEMBIAYAAN KEPADA PEMDA
Pembiayaan secara langsung kepada Pemda berdasarkan proyek infrastruktur prioritas di daerah
Gambar 4: Upaya PT SMI untuk meningkatkan kelayakan Pemda dan proyek infrastruktur
di daerah (Urban Development)
7
PT SMI. Pendanaan Perubahan Iklim untuk Perkotaan. Disampaikan pada FGD IESR
tanggal 18 Juli 2016
7
16
CO-FINANCING
MODEL
Refund/
Donor
INTERMEDIARY
PT
SMI
FUND
MANAGEMENT
CAPACITY
BUILDING
Refund/
Donor
Structure
the project
& manage
TA Grant
Refund/
Donor
Co-financing
Training
Coordinator
Fund
Assign for
fund manager
Loan
repayment
Loan
repayment
Fund management
PT
SMI
Loan
Fund
disbursement
Loan
repayment
RE
Projects
PT
SMI
Loan/TA
RE
Projects
Special/
Esc. Account
Loan
revolving
Loan/Grant
RE
Projects
Gambar 5: Bentuk kerja sama PT SMI dengan lembaga internasional dalam melakukan
pembiayaan dan pengembangan proyek
8
PT SMI. Pendanaan Perubahan Iklim untuk Perkotaan. Disampaikan pada FGD IESR
tanggal 18 Juli 2016
8
17
PENDANAA N P E RU BAHA N I K L I M D I TI N G K AT LO K A L
APBN (70%)
APBD
PAD (27%)
Kelompok
Masyarakat
Sipil
Koperasi
PEMBIAYAAN
AKSI-AKSI
PERUBAHAN
IKLIM
DI KOTA
KUPANG
Swadaya
CSR
Swasta
Kredit bank
Lainnya
Technical Assistance
Crowd Funding
Gambar 6: Potensi sumber pendanaan perubahan iklim di kota Kupang
Tabel 4: Pajak dan retribusi daerah kota Kupang
PAJ AK D AN R E TR I B US I DA ERA H
E STI MASI B I AYA
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) /
Pajak Properti
Rp. 6.5 milyar (2016)
Pajak Air Tanah
Rp. 120 juta (2016)
Pajak Bahan Galian Golongan C
(pasir, batu, dan kerikil)
Rp. 915 juta (2016)
Total Retribusi (layanan parkir,
pelayanan sampah/kebersihan,
pengujian kendaraan bermotor,
penyedotan kakus, dan lain-lain)
Rp. 7,522 juta (2015)
Pajak Penerangan Jalan
Rp. 18 milyar/tahun
18
1. Melalui pengaturan institusi dan
sistem penganggaran dan perencanaan yang digunakan untuk perencanaan pembangunan yang reguler;
4
CELAH
PENDANAAN
PERUBAHAN
IKLIM DI
IND ONESIA
2. Memiliki dana perwalian.
Terdapat dua pilihan untuk melakukan hal ini:
1. Mengarusutamakan perubahan iklim
di dalam perencanaan pembangunan
daerah, sehingga dapat memastikan
adanya pendanaan di tingkat lokal.
Mengarusutamakan perubahan iklim di
dalam perencanaan pembangunan daerah dapat dilakukan dengan cara menyusun perencanaan berdasarkan data
ilmiah terkait dengan potensi dampak
perubahan iklim yang akan terjadi 5,
10, atau 25 tahun yang akan datang;
TATA KELOLA
Tata kelola di tingkat kota, dapat dipastikan jika ada koordinasi yang kuat
dari intermediaries untuk menyalurkan pendanaan kepada kegiatankegiatan yang tepat, yang idealnya
mendukung implementasi dari perencanaan pembangunan yang rendah
karbon dan tahan terhadap dampak
perubahan iklim, yang disusun oleh
pemerintah daerah.
Untuk dapat memastikan hal ini,
pemerintah daerah dapat menetapkan
suatu badan yang memiliki kapasitas
untuk mengelola dana, bisa dijadikan sebagai pilihan. Walau demikian,
badan ini juga harus diberikan mandat dan juga butuh untuk memiliki
kapasitas untuk mengelola dan mengkoordinasikan investasi perubahan
iklim di area tersebut.
Hal ini dapat dilakukan dengan
dua cara:
19
2. Pendanaan akan dilakukan melalui anggaran non-pembangunan atau
sumber-sumber pendanaan lain yang
mungkin.
K E C U K U PA N
Walaupun pendanaan perubahan iklim
memiliki banyak sumber, namun yang
harus ditanyakan adalah apakah dana
tersebut cukup untuk membantu
suatu wilayah untuk bisa beradaptasi
terhadap dampak perubahan iklim,
atau berkontribusi pada pembangunan yang rendah karbon.
Pemerintah Kota Kupang melalui
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan telah menghitung estimasi kebutuhan pendanaan
yang diperlukan kota Kupang untuk
memenuhi kebutuhan air dan sanitasi
di kota Kupang hingga tahun 2020.
K E B UTUHA N P ENDA NA A N UNTUK S A NITA S I D I K OTA K UPAN G
Drainase
Pengelolaan air limbah
Sampah
120
100
Milyar Rupiah
80
60
40
20
0
2015
2016
2017
Tahun
2018
2019
Gambar 7: Kebutuhan pendanaan untuk sanitasi di Kota Kupang
CEL A H P ENDA NA A N S A NITA S I UNTUK KOTA K UPAN G
Kesenjangan pendanaan
Kebutuhan pendanaan
Pendanaan yang tersedia (APBD)
120
100
Milyar Rupiah
80
60
40
20
0
2015
2016
2017
-20
Tahun
Gambar 8: Celah pendanaan sanitasi untuk kota Kupang
20
2018
2019
EFEKTI VI TAS
Efektivitas pendanaan perubahan
iklim dapat dilakukan melalui kebijakan perubahan iklim di tingkat
perkotaan dan juga tingkat sektoral
yang akan dilakukan di perkotaan.
Di tingkat kota, Pemerintah Kota
perlu memiliki kerangka yang
mengintegrasikan perubahan iklim
di dalam perencanaan pembangunan jangka menengah, dimana
batasan administratif dikenal, dan
memiliki regulasi pendukung untuk melaksanakan aksi mitigasi dan
adaptasi pada pembangunan Kota.
Adanya kajian kerentanan dan rencana aksi kota untuk perubahan
iklim akan mempermudah integrasi
perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan daerah.
21
5
MENGATASI
CELAH
PENDANAAN
PERUBAHAN
IKLIM
AKSES DAN MOBI L I S A S I
PEN DANAAN PERU BAHA N I K L I M
Terdapat berbagai sumber pendanaan
untuk kegiatan-kegiatan perubahan
iklim di tingkat lokal, salah satunya
adalah program-program yang diwajibkan untuk Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) atau pun perusahaan-perusahaan lainnya, dalam bentuk Corporate Social Responsibility
(CSR). Walau demikian, belum ada
regulasi yang menyatakan bahwa Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) juga harus memobilisasi dana CSR.
Walau demikian, ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh
pemohon dana, sebelum dapat mengakses dana tersebut. Syarat-syarat
tersebut adalah:
1.Proposal program / kegiatan yang
dapat diimplementasikan dan dapat mendukung pencapaian pem-
bangunan daerah yang bertujuan
untuk menciptakan pembangunan
beremisi rendah namun memiliki
ketahanan kehidupan. Proposal
tersebut harus disusun berdasarkan kebutuhan daerah.
2.
Untuk mengakses pendanaan
di tingkat internasional, entitas
yang mengakses harus memiliki
fiduciary standard dan environmental and social safeguards yang
robust sebagai bagian dari kelengkapan (modalities) institusi, dapat
ditetapkan.
ALOK A S I P E N DA NA A N
P E RU BA H A N I K L I M
Mengalokasikan pendanaan perubahan iklim erat hubungannya dengan
memiliki definisi yang jelas mengenai pendanaan perubahan iklim,
khususnya di tingkat perkotaan. Hal
ini akan membantu kota dalam memilah mana pendanaan yang diperuntukkan bagi perubahan iklim dan
mana pendanaan yang bukan untuk
perubahan iklim.
Pendanaan perubahan iklim juga tidak terbatas oleh pendanaan yang disediakan atau digunakan oleh pemerintah
pusat saja, namun juga oleh aktor-aktor
lain seperti kelompok masyarakat sipil,
pemerintah daerah, akademisi, dan
juga pendanaan dari pihak swasta.
Beberapa kebutuhan pendanaan
yang teridentifikasi di kota Kupang
22
adalah pendanaan-pendanaan untuk
perubahan iklim serta peningkatan
kapasitas, terutama dalam penyusunan studi kelayakan (feasibility study)
dan juga kajian kerentaan (vulnerability assessment).
PEL APORAN DAN P E N G U K U R A N
DAMPAK PENDANAA N
PERUBAHAN I KLI M
Untuk melakukan pelaporan dan pengukuran dampak pendanaan perubahan iklim, perlu dikembangkan sebuah
sistem yang disebut dengan sistem
MRV (Monitoring, Reporting and Verifying). MRV dapat disusun jika terdapat
definisi yang jelas mengenai apa yang
dimaksud dengan pendanaan perubahan iklim, serta mengenai jenis-jenis
kegiatan yang dapat didanai dengan
pendanaan perubahan iklim. Perlu juga
disepakati, sumber-sumber mana saja
yang dapat menyalurkan pendanaan
perubahan iklim. Misalnya, perlu ada
kesepakatan apakah pendanaan dari
CSR atau Kelompok Masyarakat Sipil
untuk kegiatan-kegiatan perubahan
iklim, dapat disebut sebagai pendanaan perubahan iklim. Atau, pendanaan perubahan iklim hanya dibatasi pendanaan yang bersumber dari
pemerintah saja. Karakteristik MRV
yang diharapkan muncul adalah saat
terdapat kejelasan mengenai definisi,
serta memuat informasi seperti jenis
kegiatan, sumber pendanaan, dan
siapa yang melakukan implementasi kegiatan tersebut. Sistem ini
dapat dibangun di nasional sebagai
kerangka, namun, pemerintah kota
juga harus melakukannya dengan
modifikasi yang disesuaikan dengan
kondisi kota.
$
23
$
6
REKOMENDASI
KAJIAN
PENDANAAN
PERUBAHAN
IKLIM UNTUK
KOTA KUPANG
Kajian ini memberikan rekomendasi
untuk mendirikan sebuah institusi
pendanaan yang mengelola dana
perwalian (trust fund), di mana seluruh potensi pendanaan perubahan
iklim yang ada di tingkat kota Kupang
akan bermuara. Institusi inilah yang
nantinya akan mengelola dana yang
masuk, mengalokasikannya, serta
melakukan pemantauan, pelaporan
dan verifikasi terhadap penggunaan
dana tersebut.
24
KUPANG CLIMATE CHANGE TRUST FUND
Small scale renewable
electricity, Clean cooking
fuel & technology, Energy
efficiency, Urban land
use, waste management
NGO
Small Grant
Project Development
(30%)
Capacity
Building
Small Grant
Adaptation/Resilience
Window (30%)
Capacity
Building
Small Grant
Mitigation Window
(40%)
Increase local resiliency
on CC, CC adaptation
on food & water, Climate
related disaster prevention
Community
Pre-FS, FS,
Technical studies
Private
LGUs
Gambar 9: Usulan kegiatan yang dapat dibiayai oleh Kupang Climate Change Trust Fund
TECHNICAL ASSISTANCE FACILITY
FS
Detail FS
Bankable Project
Proposal
Project Proposal
DAK
APBD
APBN
Bank
Gambar 10: Cara Kupang Climate Change Trust Fund akan mendukung pendanaan perubahan
iklim untuk perkotaan
25
Revolving Fund
Study/Pre FS
Kajian ini merupakan bagian dari studi yang dilakukan
di tiga negara, Filipina, India, dan Indonesia, dengan
judul “Exploring Innovative Ways of Financing for Climate
Compatible Development in Asian Cities”. Kajian di kota
Kupang merupakan hasil kerja sama antara IESR dan
Perkumpulan Pikul, yang berbasis di kota Kupang.
26
27
Institute for Essential Services Reform
(IESR)
Mampang Prapatan VIII.
Komplek Bappenas No R-13
Jakarta, 12790, Indonesia
Tel. +62-21-7992945
Fax +62-21-7996160
Facebook: IESR Indonesia
Twitter: @IESR
e-mail: [email protected]
website: www.iesr.or.id
28
Download