UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN GURU DALAM PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMPN 2 WLINGI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Imam Sapingi Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Email : [email protected] Abstrak: Disiplin guru mempunyai peran penting dalam prestasi belajar siswa. Efek dari ketertiban guru dalam pembelajaran mempengaruhi capaian kinerja sekolah secara efektif dan optimal. Kondisi yang ditemukan di SMPN 2 Wlingi pada akhir semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 adalah tingkat disiplin guru dalam proses pembelajaran masih rendah sehingga kontribusi capaian prestasi siswa dalam pembelajaran atau akademik belum optimal. Keterbatasan sarana, prasarana, iklim-budaya, keterlambatan dalam kehadiran dinas, dan interaksi sosial warga sekolah yang kurang kondusif menjadi masalah dalam pencapaian prestasi belajar. Untuk itulah diperlukan layanan bantuan profesional dengan supervisi klinis. Dari hasil analisis data dan berdasarkan refleksi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I, dengan tindakan keteladanan kepala sekolah, pemantauan ke seluruh kelas, pemantauan presensi dinas harian, dan kunjungan kelas diperoleh peningkatan kehadiran dinas dan kelengkapan administrasi pembelajaran. Sedangkan dari hasil analisis dan refleksi pada siklus II, dengan hasil tindakan pada siklus I yang ditingkatkan dengan tindakan kunjungan rumah, dialog curah pendapat, pembinaan kolektif dalam rapat, pembinaan khusus pada rapat bidang-bidang tertentu, motivasi kepangkatan, penghargaan pada guru yang berprestasi dan pemberian ucapan serta hadiah ulang tahun pada setiap guru dan karyawan yang berulang tahun pada bulan berjalan di acara rapat dinas dan pembinaan bulanan, diperoleh hasil peningkatan disiplin kerja dari angka penyimpangan disiplin 20% menjadi 0,6%. Peningkatan prosentase kelulusan dan rata-rata nilai hasil UN dari prosentase kelulusan 99,15% dengan rata-rata 6,95 menjadi lulus 100% dengan rata-rata 7,25. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMPN 2 Wlingi pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 memberikan kontribusi yang signifikan dalam peningkatan disiplin dan kinerja guru dalam pembelajaran. Kata Kunci: Peningkatan Disiplin Guru, Supervisi Klinis. PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran merupakan layanan utama dalam pengelolaan satuan penyelenggaraan pendidikan. Pembelajaran adalah bentuk aktivitas nyata dari implementasi dan aplikasi kurikulum. Pembelajaran dijadwalkan secara reguler dalam program kerja di suatu sekolah. Pembelajaran merupakan media dan strategi pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu faktor pendukung keberhasilan pendidikan ditentukan oleh efektivitas pengelolaan proses pembelajaran. Guru merupakan kunci utama terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran yang efektif terwujud jika terdapat interaksi dan komunikasi langsung antara guru dan siswa dalam melakukan pembahasan materi esensial yang terpilih, terorganisasi, dan terprogram dengan alokasi waktu dalam kegiatan belajar mengajar yang telah ditentukan. Interaksi dan komunikasi atau kontak langsung antara guru dan siswa atau peserta didik dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sangat ditentukan oleh kedisiplinan guru dan komitmennya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Indikasi kedisiplinan guru dalam pengelolaan proses pembelajaran yang efektif tampak dari ketepatan waktu seorang guru dalam memasuki kelas yang menjadi tangggung jawabnya. Sebagian besar guru di SMPN 2 Wlingi teridentifikasi hadir tepat waktu dan lebih awal dari ketentuan jam masuk sekolah. Dari yang hadir tepat waktu terindikasi ada beberapa orang yang tidak dengan segera masuk ke kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan hasil pengamatan, pemantauan dan kajian dokumen buku pikit, daftar hadir dan jurnal kelas dapat didiskripsikan bahwa terdapat beberapa guru (lebih kurang 20% guru) di SMPN 2 Wlingi yang memiliki kecenderungan kurang disiplin hadir tepat waktu, baik hadir di sekolah maupun hadir di kelas untuk mengelola proses pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu diperlukan supervisi klinis untuk meningkatkan disiplin guru dalam pengelolaan proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan kinerja layanan dan hasil belajar yang berkualitas dan berdaya saing. Bertolak dari kondisi riel yang didiskripsikan di atas disimpulkan ada masalah kurang disiplinnya guru dalam kehadiran di sekolah dan kelemahan proses pembelajaran yang disebabkan oleh seringnya keterlambatan guru masuk ke kelas. Untuk memperbaiki kondisi kedisiplinan guru dan meningkatkan kinerja dan produktivitas proses dan hasil pembelajaran yang bermakna dan berkualitas dalam pencapaian standar prestasi belajar siswa di SMPN 2 Wlingi diperlukan kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) tentang upaya peningkatan disiplin guru dalam pembelajaran melalui supervisi klinis pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Hasil observasi kedisiplinan guru dan pemantauan pembelajaan di kelas dapat dideskripsikan bahwa ada temuan masalah yang memperkuat perlunya tindakan supervisi klinis dan mendorong adanya Penelitian Tindakan Sekolah. Temuan masalah yang ada, yaitu: 1) adanya guru yang terlambat datang ke sekolah, menyimpang dari jadwal pelajaran yang telah ditetapkan untuk diberlakukan secara efektif, 2) adanya guru yang kurang disiplin masuk di ruang kelas menurut jadwal yang berlaku, 3) masih guru yang terlambat hadir pada jam-jam pembelajaran hari efektif sekolah, 4) masih terdapat guru yang hadir di sekolah tidak terlambat, tetapi masih sering terlambat masuk kelas yang menjadi tanggung jawabnya sesuai jadwal yang berlaku. Untuk mengatasi masalah keterlambatan hadir di sekolah dan masuk ke kelas diperlukan tindakan cepat dan tepat. Kegiatan penelitian tindakan yang dilakukan diharapkan dapat: 1) menemukan solusi untuk meningkatkan disiplin guru dalam pengelolaan proses pembelajaran yang efektif dengan tindakan supervisi klinis, 2) menemukan strategi tindakan supervisi klinis yang tepat untuk meningkatkan disiplin guru dalam pengelolaan proses pembelajaran yang efektif, 3) melakukan evaluasi apakah disiplin guru dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan dengan supervisi klinis. Out come yang diharapkan dari tindakan supervisi klinis sebagai upaya peningkatan disiplin guru SMPN 2 Wlingi dalam pengelolaan pembelajaran yang efektif di semester 2 tahun 2014/2015 akan memberikan manfaat: 1) siswa mendapatkan layanan prima dan perhatian yang besar dalam fasilitasi pembelajaran, meningkatkan terciptanya interaksi dan komunikasi yang dimungkinkan mampu memberikan kontribusi peningkatan prestasi sebagai dampak positif meningkatnya disiplin kehadiran guru dalam pengelolaan proses pembelajaran yang dijadikan obyek penelitian tindakan sekolah; 2) guru dapat meningkatkan pelaksanaan tugas dan kewajiban di atas standar yang ditetapkan dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS, peningkatan layanan pembelajaran, pemecahan kesulitan pengelolaan proses pembelajaran, dan peningkatan disiplin kerja dalam pelaksanaan tugas sesuai standar yang ada dalam ketetapan PP Nomor 19 Tahun 2005, tentang SNP, membantu peningkatan wawasan dan kompetensi tugas pokok dan fungsi guru dalam peningkatan kinerja dan pengembangan profesionalisme; 3) bagi sekolah dan stake holders, penelitian tindakan yang dilakukan dapat menambah referensi, dokumen kepustakaan, perbendaharaan ilmu pengetahuan, dan sumber belajar bidang pendidikan dalam pengelolaan kelas dan manajemen sekolah, menemukan formula dan strategi yang tepat untuk meningkatkan prestasi melalui pengelolaan proses pembelajaran yang efektif dengan tindakan supervisi klinis terhadap peningkatan disiplin kehadiran guru pada pembelajaran di kelas, meningkatnya layanan dan capaian prestasi belajar siswa, akuntabilitas publik dan kinerja sekolah, keprofesionalan guru dalam pembinaan karir pangkat, jabatan, dan kesejahteraan serta kepuasan layanan masyarakat dari dampak meningkatnya kedisiplinan kehadiran guru dalam pengelolaan proses pembelajaran melalui tindakan atau layanan bantuan supervisi klinis. Efektivitas peningkatan disiplin guru dalam pengelolaan pembelajaran di SMPN 2 Wlingi dengan tindakan supervisi klinis pada semester genap tahun 2014/2015 apabila pada akhir tahun pelajaran 2014/2015 ditemukan indikasi keberhasilan yang berupa: 1) adanya peningkatan disiplin guru dalam kehadiran di sekolah; 2) adanya peningkatan efektifitas kegiatan pembelajaran di kelas; 3) menurunnya jumlah frekuensi angka keterlambatan guru di sekolah maupun dalam mengawali kegiatan pembelajaran di kelas; 4) meningkatnya keikutsertaan dan partisipasi guru dalam kegiatan upacara bendera, rapat dinas, dan pelaksanaan pembimbingan, fasilitasi dan pendampingan pembinaan prestasi siswa pada kegiatan kurikuler, reguler, ekstra kurikuler, dan pengelolaan hasil penugasan siswa; 5) meningkatnya prosentase kelulusan dan rerata nilai hasil UN kelulusan kelas IX; 6) meningkatnya jumlah siswa dan cabang perlombaan dalam OSN, O2SN, FLS2N, dan kompetesi lain di tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional; 7) meningkatnya jumlah angka kenaikan kelas bagi siswa kelas VII dan VIII sebagai indikasi meningkatnya pencapaian KKM, menurunnya pelanggaran normatif, dan efektifnya pengelolaan kelas dari para guru; dan 8) meningkatnya nilai rata-rata kelas tiap mata pelajaran berdasarkan laporan Target Kurikulum dan Daya Serap Siswa (TKDS). Disiplin yaitu sikap patuh penuh kerelaan pada semua aturan dan norma dalam menjalankan tugas, kewajiban dan tanggung jawab (kamus Bahasa Indonesia). Kedisiplinan guru dalam kedinasan yaitu ketaatan perilaku guru dalam menjalankan tugas pokok kedinasan dengan penuh rasa tanggung jawab dan tunduk pada aturan dan semua ketetapan yang mengaturnya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU Nomor 14 Tahun 2005). Dengan demikian guru dituntut memiliki kompetensi profesi dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang strategis dalam sistem pendidikan. Dalam menjalankan tugas pembelajaran, guru dituntut memiliki kompetensi: 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional. Keempat kompetensi itu akan selalu tercermin pada implementasi tugas pokok dan fungsi guru dalam konsep: 1) tugas manusiawi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, 2) tugas kemasyarakatan yaitu menjadi teladan yang digugu dan ditiru dalam menjalankan keyakinan beragama dan norma kemasyarakatan, 3) tugas profesional yaitu mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, mengajar, dan mengevaluasi keberhasilan tugas profesi dan peserta didiknya, dan 4) tugas manajerial yaitu mengelola sumber belajar dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mewujudkan visi-misi sekolah serta tujuan pendidikan nasional. Tugas professional guru tidak terlepas dari konsep menciptakan komunitas belajar dan menciptakan pembelajaran efektif. Belajar adalah perubahan tingkah laku atau perubahan sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang berdasarkan nilai-nilai yang ditentukan oleh agama, adat, dan ilmu pengetahuan. Jadi seseorang dikatakan belajar apabila telah menglami perubahan tertentu. Misalnya semula tidak mampu berbahasa inggris menjadi mahir berbahasa inggris. Teori Conectionism dengan pelopornya Thonrdike berpendapat bahwa belajar adalah membentuk hubungan komunikasi antara rangsangan dan reaksi dengan cara mencoba-coba (Trial and Error). Dengan adanya perbuatan Trial and Error itu, maka proses belajar dapat dilukiskan sebagai berikut: P-----R.1, P------R2, P -----R3, Pn-----Rn P adalah orang belajar karena menghadapai masalah, untuk mengatasi masalah itu ia mengadakan reaksi (R1). Bila reaksi pertama tidak berhasail, maka ia mengadakan raksi kedua (R2). Dan bila reaksi kedua tidak berhasil maka ia mengadakan reaksi ketiga (R3). Demikian seterusnya sampai akhirnya ia mendapatkan reaksi yang benar-benar cocok dengan masalahnya (P). Jadi menurut teori ini orang belajar kaerena menghadapi suatu masalah dan masalah itu merupakan stimulus terhadap individu, kemudian individu itu mengadakan reaksi terhadap stimulus. Bila reaksi itu berhasil maka terjadi hubungan anatara reaksi dan stimulus, maka terjadilah peristiwa belajar. Adakah faktor yang mempengaruhi efektivitas belajar? Faktor yang dimaksud mempengaruhi efektivitas belajar dalam pembahasan ini adalah situasi dan kondisi yang sengaja diciptakan atau tidak oleh lembaga pendidikan atau sekolah, sehingga dapat mempengaruhi siswa terhadap prestasi belajarnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas pembelajaran, yaitu: a) kematangan dan kesiapan siswa, b) pendidik, c) peralatan pembelajaran dan daya dukung lainnya. Jenis pembelajaran dilihat dari tempat atau lokasi pelaksanaan dibagi menjadi indoor learning dan outdoor learning. Jika dilihat dari materi kajian dan bentuk kegiatan, jenis pembelajaran dibagi menjadi teori dan praktek. Berdasarkan data empiris ada banyak faktor dan komponen sistem yang memiliki intervensi dan keberhasilan pembelajaran. Komponen sistem yang dimaksud yaitu: 1) peserta didik, 2) guru, 3) materi (content), 4) media, 5) metode, 6) kurikulum, 7) visi dan misi sekolah, 8) sarana dan prasarana, 9) dana, serta 10) budaya dan iklim sekolah. Suatu sekolah dikatakan efektif dan kondusif jika terindikasi adanya capaian standar budaya mutu, kepuasan stake holders, lingkungan sosial sekolah yang demokratis, lingkungan fisik sekolah yang bersih, indah, sejuk, aman dan menyenangkan. Budaya dan iklim sekolah yang efektif dan kondusif akan memberikan kontribusi yang positif dan signifikan dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Sekolah efektif yang berprestasi dan memiliki standar budaya mutu akan terpenuhi dengan prinsip dan azas pengelolaan sekolah yang: 1) bertumpu pada visi dan misi sekolah, 2) penciptaan komunikasi formal dan non formal, 3) inovatif dan berani mengambil resiko, 4) berorientasi pada kinerja, 5) memiliki komitmen yang kuat, 6) evaluatif berkesinambungan, 7) menyelenggarakan sistem imbalan jelas, 8) memiliki tim kerja yang solid, 9) memiliki kemampuan dan keinginan, 10) tercipta suasana kegembiraan dan kehormatan, 11) terbangun budaya jujur dan disiplin, dan 12) mempuyai empati dan akuntabel. Budaya jujur dan disiplin harus diciptakan. Salah satu upaya penciptaan kondisinya yaitu dengan supervise klinis sebagai metode terpilih. Supervisi klinis, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Cogan, Goldhammer, dan Weller di Universitas Harvard. Ada dua asumsi yang mendasari praktik supervisi klinik: (1) pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara berhati-hati, melalui pengamatan dan analisis ini supervisor pengajaran akan mudah mengembangkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran, (2) guruguru yang kompetensi profesional ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yang kolegial dari pada cara yang outoritarian (Sergiovanni, 1987). Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Sedangkan menurut Cogan (1973), kegiatan pembinaan performansi guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Menurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan profesional & motivasi kerja guru; dan memperbaiki proses pembelajaran yang kurang efektif. Tujuan khusus supervisi klinis adalah sebagai berikut: 1) menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya, 2) mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran, 3) membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan strategi pengajaran, 4) mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya, dan 5) membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan profesional yang berkesinambungan. Langkah-langkah supervisi klinis terdiri dari tiga tahap esensial yang berbentuk siklus, yaitu: (1) tahap pertemuan awal, (2) tahap observasi mengajar, dan (3) tahap pertemuan balikan. Hal ini dikemukakan oleh Alexander Mackie College of advanced Education (1981) dan Mantja (1984) bahwa pelaksanaan supervisi klinis seperti Gambar 1. Gambar 1. Pelaksanaan Supervisi Klinis Pendekatan supervisi klinis terdiri dari: 1) direktif yaitu tanggung jawab lebih banyak pada supervisor, 2) kolaboratif yaitu tanggung Jawab terbagi relatif sama antara supervisor dan guru, dan 3) non-direktif yaitu tanggung jawab lebih banyak pada guru. Agar tindakan yang direncanakan dalam supervisi klinis dapat mencapai sasaran dan menghasilkan peningkatan kinerja yang signifikan harus dipilih pendekatan yang tepat. Dengan berpedoman pada tabel perilaku supervisi klinis diharapkan upaya peningkatan disiplin guru di SMPN 2 Wlingi pada semesrter genap tahun pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran dapat diwujudkan dengan efektif dan berkesinambungan dengan metode pada Tabel 1. Keterkaitan supervisi klinis dengan karakteristik guru atau perilaku guru dalam proses pembelajaran diuraikan pada kerangka berpikir (mind map) pada Gambar 2, 3a, 3b, 4a, dan 4b. Tabel 1. Perilaku Perilaku dalam Supervisi Klinis Gambar 2. Karakteristik Guru Gambar 3a. Karakteristik Guru Drop-Out Gambar 3b. Karakteristik Guru Unfocuced Worker Gambar 4a. Karakteristik Guru Analytical Observer Gambar 4b. Karakteristik Guru Profesional Teknik yang digunakan untuk penyelesaian masalah dalam penelitian ini yaitu 1) mencari dan mengumpulkan data, menganalisis data, melakukan kajian berdasarkan pendekatan konsep teori dan temuan hasil penelitian dari tindakantindakan efektif supervisi klinis dalam pembelajaran, 2) menetapkan kerangka berpikir analisis dan langkah-langkah praktis yang dilakukan dalam supervisi klinis untuk meningkatkan disiplin guru dalam pembelajaran yang efektif menurut pendekatan teori dan temuan hasil penelitian masa lalu yang relevan. Teknik penyelesaian masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Mekanesme Tindakan Supervise Klinis METODE Sasaran dalam penelitian ini yaitu tenaga pendidik atau guru yang telah ditemukan dalam pengamatan pelaksanaan tugas kedinasan kurang disiplin dan sering terlambat datang di sekolah maupun hadir di kelas dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dilaksanakan mengambil situs di SMP Negeri 2 Wlingi Kabupaten Blitar. PTS dilaksanakan pada rentang waktu 3 bulan yaitu tanggal 9 Januari 2015 sampai dengan 9 April 2015 pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Kegiatan PTS direncanakan dalam susunan proposal kegiatan pada akhir semester GanjilTahun Pelajaaran 2014/2015 pada saat liburan semester yaitu dalam rentang waktu tanggal 26 Desember 2014 sampai 2 Januari 2015. Kegiatan penelitian ini dilakukan setiap hari pada jam kerja yaitu sejak pukul 06.30 – 13.30 WIB selama 3 bulan, yaitu tanggal 9 Januari – 9 April 2015 dengan cara pengamatan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, diskusi dan refleksi hasil penelitihan serta pelaporan. Data diperoleh dengan berbagai teknik, yaitu pengamatan/observasi, kajian dokumen, kunjungan kelas, dialog formal dan non formal, hasil supervisi, dengar pendapat dengan siswa dan pengisian angket dalam rentang waktu 3 bulan, yaitu tanggal 9 Januari – 9 April 2015. Data yang terakumulasi di peneliti diklasifikasi, diverifikasi, diolah, dieditorial dalam entri dan pengolahan data pada media komputer sekaligus dianalisis sesuai teknik pada setiap siklus kegiatan tindakaan berdasarkan ketentuan dan instrumen yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Tindak lanjut dari pengolahan dan analisis data, yaitu melakukan kegiatan refleksi hasil penelitian tindakan. Kegiatan ini dilakukan tanggal 10 – 12 April 2015. Pada kegiatan ini peneliti melakukan; Evaluasi, pemantapan persepsi, Interpretasi, Prediksi, Solusi, dan proyeksi, sehingga didapatkan rumusan dan pola masukan dari hasil kegiatan penelitian tindakan yang manfaat untuk meningkatkan kinerja dan profesinalisme guru dalam layanan pembelajaran dan pembinaan prestasi siswa. Hasil pengolahan dan analisis data yang telah didiskusikan dengan konsep dasar teori dan melalui proses refleksi yang meliputi tahap evaluasi, persepsi, interpretasi, prediksi, solusi dan proyeksi untuk selanjutnya disusun dalam kaidah pelaporan hasil PTS, yaitu pada minggu akhir bulan April 2015. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif, sehingga data primer diperoleh sebagian bersumber dari hasil observasi, kajian dokumen, hasil wawancara, dan isian angket. Data sekunder diperoleh dari dokumen pelaksanaan tata tertib sekolah, tata tertib pegawai, buku piket, jurnal kelas, dan dokumen rekapitulasi daftar hadir guru dan karyawan. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah menggunakan model penelitian tindakan sekolah yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (2000), dimana pada prinsipnya ada empat tahap kegiatan yaitu; perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi dan evaluasi proses tindakan (observation and evaluation) dan melakukan refleksi (reflecting). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi awal, ketidakhadiran Dinas Harian dari 69 guru PNS pada semester Ganjil Tahun 2014/2015 ada 37 orang guru yang absensi dinas dengan keterangan (ijin, sakit, dan alpa) lebih dari 5 kali, sumber: Rekapitulasi Daftar Hadir Guru Semester I Tahun 2014/2015 SMPN 2 Wlingi . Ketidakhadiran Dalam Kegiatan Upacara dari 69 guru dalam satu semester ada 29 orang yang tidak ikut dalam kegiatan upacara lebih dari 2 kali sebulan, sumber: Administrasi Wakasek Bidang Humas. Ketidak Hadiran Dalam Rapat Dinas dan Rapat Khusus dari 69 guru dalam satu semester ada 23 orang yang absensi lebih dari 3 kali, Sumber: Administrasi Wakasek Bidang Humas. KKM ditetapkan merata, tanpa proses dan dasar penetapan sesuai petunjuk dalam standar SKL dengan ketetapan sama yaitu 76, sumber: Domumen I Kurikulum SMPN 2 Wlingi Tahun 2014/2015, Wakasek Bidang Kurikulum. Tingkat kelululusan siswa kelas 9 adalah 99,15% dengan rata-rata 6,95, sumber Aministrasi Wakasek Bidang Kurikulum. Angka ketidak naikkan kelas pada jenjang kelas 7 adalah 13 siswa dari 288 siswa, berarti ada 4,50% siswa tinggal kelas, sumber: Buku Notulen Rapat Dinas Pleno Kenaikan Kelas, dan Administrasi Wakasek Bidang Kurikulum. Angka ketidak naikan kelas 8 adalah 9 siswa dari 288 siswa, artinya ada 3,13% siswa tinggal kelas, sumber: Buku Notulen Rapat Dinas Pleno Kenaikan Kelas, dan Administrasi Wakasek Bidang Kurikulum. Angka putus sekolah ada 8 orang dalam satu tahun terakhir, artinya prosentase dropout mencapai 0,93%, sumber: Administrasi BK dan buku mutasi siswa Kejuaraan pada bidang OSN, O2SN, FLS2N, dan sejenisnya belum memuaskan, artinya masih perlu prioritas pembinaan untuk mencapai prestasi yang maksimal dan mencapai juara umum di tingkat kabupaten, sumber: Administrasi Wakasek Bidang Kesiswaan. Keterlambatan guru dalam dinas lebih dari 20 menit sejak dimulainya pelajaran dalam setiap harinya mencapai 5-8 orang, sumber: Buku catatan Guru Piket. Dalam satu tahun terakhir tidak dilaksanakan supervisi akademik, sumber responden hasil wawancara dengan para guru. Hasil pada siklus I: Hasil diskusi, dengar pendapat, refleksi dan konfirmasi peneliti menerima tanggapan dan masukan impek tindakan supervise klinis dari siklus I diperoleh umpan balik dari responden yaitu siswa dan guru dengan simpulan hasil dan progress; 1) ada peningkatan kehadiran, 2) ketersediaan instrumen pembelajaran sebagai panduan kegiatan pembelajaran yang lebih lengkap dan implementatif, 3) KBM berjalan lebih kondusif dari waktu sebelumnya, 4) komunikasi sosial lebih mencair, dan 4) prestasi bergerak meningkat untuk semua segmen. Hasil tindakan dan refleksi siklus II; Dari hasil diskusi, refleksi dan konfirmasi pada tahap siklus II diperoleh capaian; 1) penurunan ketidakhadiran guru 0,4% tidak ada 1 guru per bulan, 2) indek keterlambatan guru masuk kelas 0,2% tidak ada 1 guru per bulan, 3) tumbuhnya gairah kerja dan semangat pelayanan pembelajran dan pendampingan aksi siswa, 4) diperoleh banyak capaian prestasi. Pretasi pada cabang olah raga selalu pada posisi juara I, II, III dan harapan I atau harapan II pada Tingkat Kabupaten/Provinsi bahkan Nasional, 5) Juara Adi Wiyata Nasional, 6) Juara I dan Juara Umum Kejurda Drumband Jatim, 7) Peringkat 3 hasin UN tahun 2015. Dengan demikian tindakan supervisi klinis mampu mengatasi keterlambatan guru dalam pembelajaran dan mampu meningkatkan disiplin kehadiran guru dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan kondusif. Berdasarkan data dalam penelitian tindakan ini, bahwa pada pengamatan awal terdapat temuan ada beberapa guru yang datang terlambat, sering meninggalkan kelas dengan berbagai alasan tanpa tugas dan keterangan yang jelas, kurang disiplin, dan perhatian guru pada siswa secara keseluruhan belum optimal, hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian, penghargaan, motivasi, supervisi, monitoring, evaluasi, keteladanan dan iklim sosial sekolah yang kurang kondusif, sehingga mempengaruhi kejenuhan guru dalam melaksanakan tugas kedinasan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, disamping juga ada penyebab lain yaitu kondisi sosial ekonomi yang kurang kondusif. Setelah dilakukan tindakan Siklus I ada hasil yang belum memuaskan, maka pada siklus II lebih ditekankan pada pembinaan, motivasi, dan pengakuan dengan penghargaan yang manusiawi secara berkesinambungan, maka menghasilkan perubahan dedikasi, integritas dan kedisiplinan yang siqnifikan dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan penyelenggaraan pengelolaan pembelajaran dan bahkan pada berbagai prestasi akademik UN dan non akademik baik pada event OSN, O2SN, FLS2N, Kejurprov, Kejurda, dan competisi yang lainnya SMPN 2 Wlingi selalu mendapat tempat yang patut dibanggakan oleh praktisi pendidikan dan stake holders yang ada. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I dan II dapat disimpulkan: 1) supervisi klinis dapat meningkatkan disiplin guru dalam kegiatan pembelajaran yang efektif, 2) supervisi klinis dapat meningkatkan kehadiran guru dan karyawan dan dapat mengurangi keterlambatannya dalam melaksanakan tugas kedinasan, sehingga pengelolaan kelas lebih kondusif dan meningkatkan capaian prestasi siswa dan kinerja sekolah. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, disarankan kepada pimpinan sekolah dalam hal ini kepala sekolah, selalu memperhatikan kebutuhan para guru, misalnya: menyediakan fasilitas, media/peralatan pembelajaran yang memadai, selalu memberikan motivasi kerja tanpa tekanan dan penuh dengan keteladanan, memberikan penghargaan pada yang berprestasi dan tetap memperhatikan pada yang lemah, serta sebaiknya juga tetap membangun dan menciptakan hubungan komunikasi timbal balik yang sehat, segar, dan harmonis dengan guru dan karyawan secara merata, adil, dan bijaksana melalui supervisi klinis yang terencana, implementatif, dan berkesinambungan. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Sudrajadt. 2011. Manfaat Prinsip dan Azas Pengembangan Budaya Sekolah. (online), (http://akhmadsudrajad.wordpress.com/ 2011/03/04, manfaat-prinsip-dan-asaspengembangan-budaya-sekolah/), diakses 6 Oktober 2011. Aunurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. 2008. Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. 2010. Jakarta. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. 2007. Jakarta. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian. 2007. Jakarta. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. 2007. Jakarta. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 2007. Jakarta. Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta. Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Kepala Sekolah. 2007. Jakarta. Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2005. Jakarta.