1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila melihat dunia pendidikan secara umum saat ini, dimana mutu pendidikan di Indonesia bisa dikatakan rendah. Namun bila kita telaah lebih jauh mengenai penyebab dari kurangnya mutu pendidikan adalah kurangnya kualitas guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru (kurang profesional) dan juga kurangnya penghargaan terhadap guru. Penghargaan ini sangat penting untuk memotivasi guru untuk lebih mengembangkan dirinya. Penghargaan ini dapat berupa pujian atau pembinaan kepada para guru yang pada akhirnya akan menumbuhkan semangat para guru dalam pembelajaran dan yang pasti dapat meningkatkan kualitas seorang guru yang pada muaranya akan meningkatkan kualitas siswa/out put/sekolah secara umum. Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu kepala sekolah yang berhasil yaitu tercapainya tujuan sekolah serta tercapainya tujuan individu yang ada dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah harus memahami dan menguasai peranan organisasi dan hubungan kerja sama antara individu. Kompetensi, profesionalisme, dan etos kerja tenaga kependidikan merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan institusi pendidikan dalam melakukan transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta internalisasi etika dan moral bagi peserta didiknya. Tentu saja, karena mereka bersentuhan langsung dengan semua 1 2 aspek penyelenggaraan dan pertanggung jawaban pendidikan, karena keberhasilan siswa terletak dipundak para guru. Kepala Sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah menjadi sekolah yang berkualitas memenuhi apa yang diinginkan oleh pelanggannya. Untuk menciptakan hal ini, diperlukan sosok Kepala Sekolah yang berkualitas pula. la harus memiliki berbagai keterampilan yang diperlukan sebagai bekal, pola atau strategi dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, termasuk pembinaan terhadap guru-gurunya agar tetap menjaga kelestarian lingkungan sekolah, memperbaiki yang kurang serta meningkatkan dan mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik menuju pada tujuan institusional yang telah ditetapkan. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan semangat kerja dan kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan dunia pendidikan, perkembangan kualitas profesional guru-guru yang dipimpinnya, serta kualitas siswa atau sekolah secara umum banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin sekolah (Kepala Sekolah). Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk memberikan kinerja yang baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dengan melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis terhadap para personilnya. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat 1, bahwa: 3 ”Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan”.1 Guru juga dikatakan sebagai tiang utama keberhasilan pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, kemampuan (kualitas) guru sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya dan tujuan sekolah pada khusunya. Namun, untuk mendapatkan guru yang berkualitas/profesional untuk mencapai tujuan pendidikan khusunya di sekolah tidak terlepas dari ujung tombak lembaga pendidikan/sekolah tersebut, yaitu kepala sekolah dalam melakukan pembinaan terhadap para guru, yang nantinya juga akan bermuara pada anak didik/output yang berkualitas. Maka dari itu, pembinaan oleh kepala sekolah sangat menentukan kualitas guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kepala sekolah minimal harus mempunyai kemampuan memberikan bimbingan, mengarahkan, mengatur serta memotivasi guru agar mereka bisa berbuat sesuai dengan tujuan lembaga pendidikan/sekolah. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan. Tidak semua guru yang mendidik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik. Potensi sumber daya guru perlu terus menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus 1 Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 27 4 menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (guru harus memiliki kualitas dalam pembelajaran dan pengajaran).2 Dengan demikian, guru selain harus profesional juga harus memiliki kualifikasi akademik serta memiliki kecakapan hidup untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan/sekolah khususya dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya. Guru yang bekualitas adalah guru yang mampu membuat perangkat pembelajaran (Prota, Prosem, Silabus, Rencana Pembelajaran (RPP), mengelola pembelajaran, mampu mengembangkan dirinya sendiri atau mengikuti perkembangan dunia pendidikan agar tidak ketinggalan informasi/zaman serta mengauasai materi ajar sesuai dengan bidang yang digelutinya. Dalam artian seorang guru harus mempunyai kompetensi pedagogig, profesional, kepribadian dan sosial. Dengan kompetensi yang demikian seorang guru akan mudah dalam menyampaikan materi ajar khususnya materi Pendidikan Agama Islam dan siswa akan mudah menyerap materi yang diperolehnya. 2 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Cemerlang, 2005), h. 2-3. 5 Berdasarkan pengamatan awal bahwa peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru belum optimal disebabkan oleh keterbatasan dana, waktu dan juga pengelolaan, serta mengingat kesibukan kepala sekolah juga sebagai tenaga pengajar di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto, peran kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan arahan, motivasi dan bimbingan kepada guru, memberikan bantuan kepada guru dalam membuat dan menyusun program pembelajaran, memberikan pengawasan kepada guru dalam menjalankan kinerjanya sebagai guru, dengan harapan agar kinerja guru semakin hari semakin membaik.3 Kinerja guru di sekolah masih rendah, hal ini disebabkan kurangnya sarana dan prasaana pembelajaran yang masih sangat minim. Olehnya itu amatlah penting para guru memiliki profesionalisme sebagai penunjang utama dalam proses belajar mangajar agar para siswa mampu menghadapi tantangan dimasa yang akan datang. Melihat peran seorang kepala sekolah yang begitu urgen dalam sebuah lembaga pendidikan, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai “peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe”. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini di fokuskan pada peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. 3 Hasil pengamatan, MAS Al-Irsyad Lalonggasumeeto, 10 Juni 2013 6 C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kinerja tenaga pendidik di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe ? 2. Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe ? D. Definisi Operasional 1. Peranan kepala sekolah disini adalah segala kegiatan yang dilakukan sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab serta fungsi seorang pemimpin sebuah lembaga pendidikan/sekolah (kepala sekolah) dalam memberikan pengarahan kepada tenaga pendidik dalam menjalankan tugasnya, peran yang dimaksud adalah peran kepala sekolah sebagai manajer, administrator dan supervisor. 2. Kinerja tenaga pendidik merupakan kemampuan guru dalam menjalankan tugas mengajarnya di sekolah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki agar tenaga pendidik mampu mengelola pembelajaran dengan baik. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik Yang dimaksud disini adalah bagaimana seorang kepala sekolah mampu meningkatkan kualitas dan mengembangkan sebuah lembaga pendidikan/sekolah yang dipimpinnya. Namun dalam skripsi ini, penulis lebih menitikberatkan pada 7 usaha kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik melalui perannya sebagai pemimpin, administrator dan supervisor. E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. 2. Untuk mengetahui kinerja tenaga pendidik di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya bagi guru. 2. Bagi kepala sekolah Menjadi masukan untuk selalu melakukan pembinaan terhadap guru serta mencari inovasi-inovasi untuk perkembangan, kemajuan dan kualitas sekolah agar tercapai tujuan sekolah secara khusus dan tujuan pendidikan secara umum. 8 3. Bagi para guru Dapat dijadikan evaluasi untuk selalu berusaha mengembangkan diri sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta untuk mencapai kualitas/ profesionalitas dalam pembelajaran. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Kepala Sekolah 1. Definisi Kepala Sekolah Kepala sekolah bersal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Atau dengan kata lain dapat diartikan bahwa: Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kedudukan kepala sekolah adalah kedudukan yang cukup sulit pada satu pihak kepala sekolah adalah batasan karena beliau diangkat oleh atasan tetapi pada lain pihak beliau adalah wakil guru-guru dan stafnya. Kepala sekolah adalah pemimpin pendidiknya yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Keberhasilan sekolah tergntung kepala sekolahnya, sebagaimana yang di ungkapkan oleh 9 Muhammad Arsyad “kepala 10 sekoah merupakan tokoh kunci keberhasilan suatu sekolah”1. Sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah harus mampu menolong stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan dicapai. Kepala sekolah harus memberikan kesempatan kepada stafnya untuk saling bertukar pendapat dan gagasan sebelum menetapkan tujuan. Disamping itu kepala sekolah juga harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi, kepala sekolah harus mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat. Kepala sekolah merupakan personil sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah, kepala sekolah mempunyai tangung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar Pancasila sebagaimana diungkapkan oleh Daryanto yang bertujuan untuk : 1. 2. 3. 4. 5. Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan Mempertinggi budi pekerti Memperkuat kepribadian Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.2 Kepala sekolah tidak saja bertanggung jawab atas kelancaran jalannya secara tekhnis akademik saja, akan tetapi segalah kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawabnya. 1 Muhammad Arsyad, Kepemimpinan Kepala Sekolah, http://www.tendik.org/ diakses tanggal, 8 November 2012. 2 H.M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Solo: Rineka Cipta, 1996), h. 80. 11 2. Fungsi Kepala Sekolah Sepanjang sejarah militer, peraturan-peraturan ini dikenal sebagai prinsip- prinsip kepemimpinan yang dalam beberapa tingkat telah mempengaruhi tindakantindakan setiap pemimpin yang sukses. Pada kenyataannya, tidak semua pemimpin telah menggunakan prinsip-prinsip sepenuhnya. Walaupun penggunaan dapat disesuaikan dengan situasi. Fungsi kepemimpinan yang pada dasarnya dapat dibagi atas dua macam, oleh Soekarto Indra Fachrudi diungkapkan yaitu : 1. 2. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya.3 1. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu : a. Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskannya supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan itu b. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik c. Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat d. Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok 3 Soekarto Indra Fachrudi, Pengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta: Bina Aksara, 1993), h. 13. 12 e. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memili buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok 2. Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan yaitu : a. Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan didalam kelompok b. Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas. c. Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok. d. Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang terdapat pada pemimpin bukan untuk berkuasa atau mendominasi melainkan untuk memberi sumbangan kepada kelompok menuju pencapaian tujuan bersama. 3. Peran Kepala Sekolah a. Peran Kepala Sekolah sebagai Manajer Pada dasarnya manajer merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan dan mengawasi usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 13 Ada tiga hal penting dari pernyataan tersebut, yaitu : Proses, pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. a. Proses Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinaya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan, sebagaimana George A. Terry mengatakan bahwa kegiatan manajemen terdiri dari 4 (empat) fungsi pokok yaitu : 1) Perencanaan (Planning), 2) Pengorganisasian (Organizing), 3) Penggerak (Actuating), 4) Pengawasan (Controling).4 Keempat fungsi-fungsi pokok ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan administrasi. Tanpa perencanaan atau planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalamai kesulitan bahkan mungkin akan mengalami kegagalan. 2. Pengorganisasian (Organizing) Organisasi sebagai alat juga dipandang sebagai wadah atau struktur dan sebagai proses. Sebagai proses merupakan kegiatan menyusun dan membentuk hubungan kerja antara personil. 4 George A. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 17 – 18. 14 Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan perlu menyusun organisasi sekolah dan melaksanakan pembagian tugas serta wewenang kepada guru-guru dan pegawai sesuai dengan organisasi sekolah yang telah disusun dan disepakati bersama. 3. Penggerak (Actuating) Actuating atau gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. 4. Pengawasan (Controling) Pengawasan merupakan salah satu fungsi yang harus dilakukan seorang manajer agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja sesuai dengan perintah dan petunjuk atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Apabila kelima konsep tersebut dapat dilaksanakan oleh seorang manajer maka tidak menutup kemungkinan sekolah yang dikelolahnya menjadi sekolah efektif. b. Sumber daya organisasi Sumber daya organisasi sekolah meliputin dana, perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia (SDM) yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan. c. Pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan organisasi Kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat khusus (spescific ends).tujuan akhir yang spesifik ini berbeda-beda antara organisasi yang 15 satu dengan yang lain. Namun apa pun tujuan spesifik dari organisasi tertentu, manajemen adalah proses, dimana melalui manajemen tujuan dapat dicapai. Menurut Stoner dalam buku Wahjo Sumidjo ada delapan fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi yakni bahwa para manajer : 1. Bekerja dengan, dan melalui orang lain 2. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan 3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan 4. Berpikir realistik dan konseptual 5. Adalah juru penengah 6. Adalah seorang politisi 7. Adalah seorang diplomat, dan 8. Pengambilan keputusan yang sulit.5 Kedelapan fungsi tersebut berlaku bagi semua manajer termasuk kepala sekolah. Walaupun pada pelaksanaannya nanti dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia, seperti guru, staf, siswa dan orang tua siswa, dana, sarana serta suasana dan faktor dimana sekolah itu berada. b. Peran Kepala Sekola Sebagai Administrator Purwanto mengemukakan asal muasal kata administrasi (etimologi) tersebut sebagai berikut: Kata “administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata ad dan ministrare, kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti “melayani”, “membantu”, atau 5 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah:Tinjauan Teoritik dan Permasalahan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), h. 96. 16 mengarahkan”. Dalam bahasa Inggris to administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan mengarahkan6. Dalam buku Siagian sebagaimana dikutip Pidarta merumuskan: “Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan rasionalitas tertentu untuk menapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.7 Sedangkan menurut Nawawi bahwa: Administrasi pendidikan adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal.8 Mengacu pada pengertian administrasi secara umum dan administrasi pendidikan pada khususnya, dalam kajian ini yang dimaksud dengan peranan kepala sekolah sebagai administrator adalah kedudukan yang dimiliki kepala sekolah untuk merangkai kegiatan dan sejumlah orang dalam lembaga pendidikan formal untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis. Manajemen sekolah tidak lain berarti pendayagunaan dan penggunaan sumber daya yang ada dan yang dapat diadakan secara efisien dan efektif untuk mencapa visi dan misi sekolah. Kepala sekolah bertanggung jawab atas jalannya lembaga sekolah dan kegiatannya. Kepala sekolah berada di garda terdepan dan dapat diukur keberhasilannya. 6 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2007), h.2 7 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 2. 8 http://indonesiaberitachoice.blogspot.com, diakses, 22 Maret 2013. 17 Tujuh kegiatan pokok yang harus diemban kepala sekolah yakni merencanakan, mengorganisasi, mengadakan stafmengarahkan/orientasi sasaran, mengkoordinasi, memantau serta menilai/evaluasi. Melalui kegiatan perencanaan terjawablah beberapa pertanyaan: Apa yang akan, apa yang seharusnya dan apa yang sebaiknya?. Hal ini tentu berkaitan dengan perencanaan reguler, teknis-opersional dan perencanaan strategis (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang). Kepala sekolah mulai menggarap bidang sasaran yang mungkin sebelumnya sudah dikaji secara bersama-sama. c. Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Kepala sekolah sebagai supervisor dituntut untuk mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan, pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan prepentif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Sebagaimana Mulyasa mengemukakan bahwa : Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif.9 9 h. 112. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), 18 Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada ditangan tenaga kependidikan 2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama Kepala Sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan 3. Instrumen dan metode observasi di kembangkan bersama oleh guru dan kepala Sekolah 4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interprestasi guru 5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru dari pada memberi salah dan pengarahan. 6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu : Pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik. 7. Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala Sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku yang positif sebagai hasil pembinaan 8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.10 Kepala Sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisor pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya, kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk kinerja tenaga kependidikan dalam hal ini hasil “peningkatan kinerja guru” dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah kearah yang lebih berkualitas. Dalam pelaksanaannya, 10 Ibid, h. 112. 19 Kepala Sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis Dilaksanakan secara demokratis, Berpusat pada tenaga kependidikan (guru), Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru) Merupakan bantuan profesional.11 Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat dikemukakan secara sederhana bahwa supervisi pada dasarnya upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah, ia berintikan program pengajaran dengan ditunjang oleh unsurunsur lain, dan penilaian, supervisi bertugas dan bertanggung jawab memperhatikan perkembangan unsur-unsur tersebut secara berkelanjutan. Pusat perhatian supervisor adalah perkembangan dan kemajuan siswa, karena itu usahanya, seperti perbaikan pendekatan metode dan tekhnik mengajar, pengembangan kurikulum, penggunaan alat peraga/alat bantu pengajaran, perbaikan cara dan prosedur penilaian/penciptaan kondisi yang kondusif di sekolah dan sebagainya. B. Deskripsi Kinerja Tenaga Pendidik 1. Definisi Kinerja Tenaga Pendidik Kinerja merupakan perilaku atau respon yang menghasilkan sesuatu, artinya, munculnya kinerja merupakan akibat, dari adanya suatu pekerja yang dilakukan 11 Ibid, h, 113. 20 seseorang. Dalam hal ini kinerja lebih menekankan pada kegiatan yang dapat disaksikan berupa hasil atau produk sesuai tujuan yang ditetapkan dalam bentuk nyata dan dapat dilihat. August W. Smith menyatakan kinerja adalah “.....Output drive from processes, human or otherwise”, jadi kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses”12. Sedangkan menurut Mathis, mengungkapkan bahwa “kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan” 13. Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan, kinerja adalah suatu hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai oleh pekerja dalam bidang pekerjaannya, menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu dan di evaluasi oleh orang-orang tertentu. Sosok guru merupakan pribadi yang ideal dan layak ditiru tidak saja bagi peserta didik tetapi pada masyarakat secara umum. Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, “Tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang khusus dengan tugas mengajar, yang pada jenjang pendidikan dan menengah”.14 Menurut bahasa kata profesi berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu profesional yang artinya menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu, sedangkan menurut istilah profesi dapat diartikan sebagai suatu 12 Sedarmayanti, SDM dan Produktivitas Kerja, (Bandung: Mandar Maju, 2001), h. 50 13 Robert L Mathis dan Jackson, John H, Manajemen SDM, ( Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 78 14 Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Fokus Media, 2006), h.5 21 pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental bukan pekerjaan manual.15 Guru harus memiliki berbagai keterampilan yang dibutuhkan selaku penasehat dan orang tua bagi muridnya. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah : Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.16 Menurut Oemar Hamalik bahwa : “Guru mengemban tugas-tugas sosial kultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa. Demikian pula masalah guru di negeri kita dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pendidikan”17. Dalam Q.S. al-Baqaah/2 : 151 bahwa. Terjemahannya : Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.18 15 Nurdin Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 20-21. 16 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Bp. Panca Bhakti, 2006), h. 3. 17 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasakan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 19. 22 Ayat di atas menjelaskan bahwa tugas seorang pendidik adalah mengajakan ayat-ayat Allah, mengajarkan al-Qur’qn dan hikmah, Mendidik anak didik agar memiliki kesucian jiwa dan Mempersiapakan anak didik agar memiliki masa depan yang cemerlang. Kinerja guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya. Dalam penelitian ini, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh seorang guru berdasarkan kemampuannya mengelola kegiatan belajar mengajar dari mulai membuka pelajaran sampai menutup pelajaran. Kinerja guru sebenarnya tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi lebih luas lagi mencakup hak dan wewenang guru yang dimiliki. Namun demikian proses belajar mengajar dipandang sebagai sebuah posisi dimana muara segala kinerja guru tertampung didalamnya. Kinerja guru dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan serangkaian tugas yang memiliki keterkaitan sehingga tujuan pendidikan akan tercapaisecara efektif jika ketiganya mampu memberikan kontribusi yang nyata. “Fungsi guru adalah mengajar dan membantu siswa memecahkan masalah pendidikan”19. Kepala sekolah memimpin guru serta siswa dalam proses belajar mengajar dan membantu memecahkan masalah yang dihadapi guru dan siswa. Pengawas sebagai sepervisor yang memberikan 18 19 Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Jakata: Depag, 1971), h. 38 Bedjo Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja : Ancangan Dalam Pendayagunaan dan Pengembangan Unsur Tenaga Kerja, (Bandung: Penerbitan Sinar Baru, t.th),h. 75 23 bantuan dan layananuntuk memecahkan masalah pendidikan yang di hadapi kepala sekolah, guru dan siswa di sekolah bersangkutan. 2. Indikator Kinerja Tenaga Pendidik Kinerja guru adalah intensitas guru dalam melaksanakan mengajar baik dalam kegiatan intra kurikuler maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi kegiatan perencanaan pembelajaran, proses belajar pengajar, evaluasi dan kegiatan dalam rangka peningkatan mengajar guru untuk mencapai daya serap yang tinggi atau meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam kinerja, mengarah kepada kapabilitas, berdasarkan tahapan pelaksanaan, aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dikelompokkan dalam tiga kapabilitas yaitu : “Merencanakan kegiatan pembelajaran, Melaksanakan pembelajaran, dan Mengevaluasi kegiatan pembelajara”20. Sedangkan secara khusus tugas guru di lembaga pendidikan adalah: 1. Perencana: mempersiapkan bahan, metode dan fasilitas pengajaran serta mental untuk mengajar. 2. Pelaksana: pemimpin dalam proses pembelajaran. 3. Penilai: mengumpulkan data, mengklasifikasi, menganalisa dan menilai keberhasilan proses belajar mengajar. 4. Pembimbing: membimbing, menggali serta mengembangkan potensi murid/peserta didik ke arah yang lebih baik”.21 20 Ibid, h. 196 21 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 155 24 Kinerja guru dan pengawas kepala sekolah merupakan serangkaian tugas yang memiliki keterkaitan sehingga tujuan pendidikan akan tercapaisecara efektif jika ketiganya mampu memberikan kontribusi yang nyata. Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah tugas, tanggung jawab dan wewenang guru sudah dilaksanakan atau belum maka perlu adanya penilaian objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan pekerjaan ini adalah suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Berbicara tentang kinerja guru erat kaitannya dengan standar kinerja yang dijadikan ukuran dalam mengadakan pertanggungjawaban. Penilaian kinerja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai dengan standar yang dibakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi pekerja sendiri untuk dapat mengetahui kelemahan, kekurangannya sehingga dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kinerjanya. Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan proses 25 belajar mengajar. Adapun standar kinerja guru, dan secara garis besar masih mengacu pada rumusan 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki guru yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Menyusun rencana pembelajaran; Melaksanakan pembelajaran; Menilai prestasi belajar; Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik; Memahami landasan kependidikan; Memahami kebijakan pendidikan; Memahami tingkat perkembangan siswa; Memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajaran; Menerapkan kerjasama dalam pekerjaan; Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam pendidikan; Menguasai keilmuan dan keterampilan sesuai materi pembelajaran; dan Mengembangkan profesi. 22 Adapun ciri-ciri guru profesional berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1 sebagai berikut : 1. Mempunyai kompetensi pedagogic Yaitu meyangkut kemampuan mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut : Merencanakan Pembelajaran, Melaksanakan Pembelajaran dan Menilai Hasil Pembelajaran. Selain tugas pokok dalam pengelolaan pembelajaran, guru juga melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga pendidikan. 2. Mempunyai kompetensi kepribadian Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berahlaq mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik. 3. Mempunyai kompetensi profesi Yaitu menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila seorang guru tidak menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana 22 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), h. 7 26 mungkin mampu memahami persoalan pembelajaran yang dihadapi disekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi profesional dalam bidang tugas yang diampu harus mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut. 4. Mempunyai kompetensi sosial Yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki keterbukaan dengan gurunya.23 Aspek-aspek kegiatan guru secara umum dapat dikelompokkan kedalam tiga kemampuan, yaitu : (1). Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pengajaran, yang meliputi: perencanaan pengorganisasian bahan pengajaran, perencanaan pengelolahan kegiatan belajar mengajar, perencanaan pengelolaan kelas, perencanaan pengelolaan media dan sumber, perencanaan penilaian hasil belajar siswa; (2). Kemampuan guru dalam mengajar di kelas, yang meliputi: menggunakan metode, media dan bahan latihan, berkomunikasi dengan siswa, mendemonstrasikan khasanah metode mengajar, mendorong mengadakan keterlibatan siswa dalam pengajaran, mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran, mengorganisasikan waktu, ruang, bahan dan perlengkapan, dan evaluasi hasil belajar; (3). Kemampuan guru dalam mengadakan hubungan antar pribadi, yang meliputi: membantu mengembangkan sikap positif pada diri siswa, bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa dan orang lain. Menurut E. Mulyasa, “guru sebagai agen pembelajaran” memiliki tugas-tugas: 23 UU RI No. 14 Tahun 2005, UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Cemerlang, 2005), h. 8. 27 1. 2. 3. 4. Guru sebagai fasilitator bertugas memberikan kemudahan belajar siswa. Guru sebagai motivator: mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru sebagai pemacu: mampu melipat gandakan potensi siswa. Guru sebagai pemberi inspirasi: memberikan inspirasi bagi siswa.24 3. Efektivitas Kinerja Tenaga Pendidik Menurut Mathis, mengungkapkan bahwa “kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan” 25 . Kinerja guru atau prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, kemudian pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang tediri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar. Berkaitan dengan hal ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/anak didik ketaraf yang lebih baik. Pembahasan tentang kinerja guru diarahkan pada kinerja seorang guru yang karena profesinya memegang peranan yang strategis di sekolah maupun di masyarakat. Kinerja guru adalah suatu hal yang spesifik dalam situasi kerja dan sangat tergantung pada kemampuan guru, konteks dimana guru bekerja dan kemampuannya menerapkan kompetensinya pada waktu tertentu. Untuk melaksanakan tugas tersebut, 24 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.53 25 h. 78 Robert L Mathis dan Jackson, John H, Manajemen SDM, ( Jakarta: Salemba Empat, 2002), 28 agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, setiap guru dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai mengenai proses pembelajaran, pengetahuan tersebut antara lain tentang bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran atau yang lain disebut sebagai disain instruksional. Ada 2 hal penting yang harus diperhatikan pada kegiatan pembelajaran yaitu : 1). Apa yang diajarkan dan, 2). Bagaimana kondisi pengajarannya, kondisi pengajaran tidak selalu sampai karena setiap materi yang diajarkan harus berorientasi pada tujuan pengajaran yaitu optimalisasi hasil belajar siswa. Kinerja guru dapat diukur dari beberapa indikator yaitu : (1) Kemampuan membuat rencana pembelajaran, (2) Kemampuan melaksanakan program pembelajaran, dan (3) Kemampuan melaksanakan evaluasi dan menerapkan hasil evaluasi. Guru hendaknya mampu melaksanakan peranannya sebagai pendidik secara optimal. Guru juga dituntut melakukan perubahan-perubahan terhadap dirinya maupun peserta didiknya. Guru adalah figur pemimpin sebagai arsitek yang memiliki tanggung jawab membentuk kepribadian dan daya intelektual murid-muridnya. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, guru senantiasa diperhadapkan pada masalah pengelolan pengajaran, terutama dalam pengelolaan kelas. Sebagaimana Abdurrahman mengungkapkan bahwa : Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan pengajaran antara lain hubungan interpersonal dan fungsional komponen pendidikan, tersedianya fasilitas, sarana 29 dan prasarana pendidikan dan pengajaran, sistem pendidikan yang berlaku, dan kualitas guru atau pengelola.26 Guru sebagai pengemban tugas mulia yaitu melatih, mengajar dan mendidik murid-murid, selain itu guru mempunyai tugas yang banyak. Tugas guru sebenarnya bukan di sekolah saja, tetapi bisa dikatakan dimana saja mereka berada. Dirumah guru sebagai orang tua atau ayah, ibu sebagai pendidik bagi putera-puterinya, dimana dimasyarakat dipandang sebagai tokoh teladan baik dalam sikap maupun perbuatan. Sebagaimana dinyatakan oleh Tim Didaktik Kurikulum Institut Kependidikan bahwa: Dalam hubungannya dengan tugas di sekolah, guru dalam tugas mendidik dan mengajar murid-murid adalah berupaya membimbing, memberikan petunjuk, teladan, bantuan, penerangan, pengetahuan, pengertian, kecakapan, keterampilan, nilai-nilai, norma-norma, kesusilaan, kebenaran, kejujuran, sikapsikap dan sifat-sifat yang baik.27 Dari hal tersebut di atas dapat dipahami dengan jelas tentang masalah tersebut. Guru bukan hanya bertugas di sekolah tetapi di masyarakat dan dimana saja mereka berada. Sejalan dengan itu, Uzer Usman mengemukakan bahwa : Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid diruangan kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya, bahkan pada hakekatnya, guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan seorang guru merupakan faktor condissio sinequanon yang tidak mungkin digantikan 26 H. Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Cet. VII, (Ujung Pandang: Bintang Selatan, 1994), h. 124. 27 Tim Dikdaktik Metodik Kurikulum, IKP, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 11. 30 komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih dahulu dalam era kontemporer ini.28 Dalam melaksanakan tugasnya guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Sehubungan dengan itu, Mulyasa mengemukakan bahwa : Untuk kepentingan melaksanakan fungsinya, setidaknya guru melaksanakan 19 peran guru yakni sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong, motivator, aktor, emansipator, evaluator (penilai), pengawet dan sebagai kulminator.29 Posisi guru menjadi sangat strategis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, maka guru dituntut untuk memiliki kompetensi tentang pengelolaan pengajaran. Jadi peranan guru adalah perwujudan tugas, fungsi dan kedudukannya dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas secara khusus dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara umum. Dalam Q.S. al-Mudatsir : 38 dijelaskan bahwa. Terjemahannya : Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah diperbuatnya.30 28 Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h. 11. 29 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptalajaran Yang Kreatif Dan Menyenangkan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 36-37. 30 Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya , h. 995 31 Dari kontek ayat ini, kita tahu bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan segala potensinya memiliki “tugas” untuk tunduk dan patuh terhadap hukumhukum Allah SWT dan suatu saat nanti pada saat yang ditentukan oleh Allah semua manusia akan diminta pertanggung jawabannya sebagai bukti bahwa manusia sebagai pengemban amanah Allah SWT. 4. Peran Tenaga Pendidik Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia, kehadiran guru sebagai peserta didik ibarat sebuah lilin yang menjadi penerang tanpa batas tanpa membedakan siapa yang diterangi nya demikian pula terhadap peserta didik. Tetapi, dalam mengemban amanah sebagai seorang guru, perlu kiranya tampil sebagai sosok profesional. Sosok yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan, sosok yang dapat memberi contoh teladan dan sosok yang selalu berusaha untuk maju, terdepan dan mengembangkan diri untuk mendapatkan inovasi yang bermanfaat sebagai bahan pengajaran kepada anak didik. Peran guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya berhenti sebagai pemegang tonggak peradaban saja, melainkan juga sebagai rahim peradaban bagi kemajuan zaman. Karena dialah sosok yang berperan aktif dalam pertransferan ilmu dan pengetahuan bagi anak didiknya untuk dijadikan bekal yang sangat vital bagi dirinya kelak. Bahkan yang lebih penting di samping itu, mereka mampu mengembangkan dan memberdayakan manusia, untuk dicetak menjadi seorang yang berkarakter dan bermental baja, agar mereka tidak minder dalam menghadapai masalah dan dapat bersikap layaknya seorang ksatria 32 Profesional guru mengandung unsur kepribadian, unsur keilmuan dan usur keterampilan, hal ini berarti pula bahwa kompetensi profesional guru, meliputi ketiga unsure tersebut, walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsure keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakannya. Peranan yang dimaksudkan meliputi: “1).Guru sebagai pengajar, 2).Guru sebagai pembimbing, 3). Guru sebagai administrator”.31 a. Guru sebagai Pendidik dan Pengajar Peranan ini akan dapat dilaksanakan juka guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan mengajar secara baik apabila memiliki kestabilan emosi, idealisme guru, responsibility terhadap kemajuan peserta didik, bersikap realistis, jujur, terbuka dan peka terhadap perkembangan terutama terhadap inovasi pendidikan.32 Sehubungan dengan penguasaan ilmu, maka guru harus mempunyai pengetahuan yang luas terhadap ilmu yang bertalian dengan mata pelajaran yang diajarkannya, serta mempunyai pengetahuan dasar tentang teori dan praktek mendidik, kurikulum pendidikan, teknologipendidikan, teori evaluasi, psikologi belajar dan sebagainya. b. Guru sebagai Pembimbing dan Pemimpin Peranan ini akan berhasil dilaksanakan apabila guru memiliki kepribadian seperti kondisi fisik yang sehat, percaya pada diri sendiri, memiliki daya kerja yang besar dan antusias, gemar berkreasi, cepat dan tepat dalam mengambil keputusan, 31 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, Cet. IV 1998), h. 15 32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Dirjen Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 1992), h. 14 33 memahami dasar-dasar pengetahuan bimbingan dan konseling, bersikap obyektif, mampu menguasai emosi serta bertindak adil. Selain itu guru juga kompoten dibidang dinamika kelompok, prinsip-prinsip hubungan antara personal, teknik berkomunikasi dan bergaul serta teknik pengelolaan. Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi belajar mengajar. Berdasarkan studi literature terhadap pandangan Adams & Dickey dalam bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas. tiap peranan menuntut beberapa kompetensi atau keterampilan mengajar. Dalam tulisan ini hanya akan menyebut salah satu kompetensi yang dipandang “inti” untuk masing-masing peranan tersebut, yaitu: a. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki kompetensi memberikan informasi kepada siswa di kelas. b. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki kompetensi cara memimpin kelompok-kelompok murid. c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki kompetensi cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar murid.. d. Guru sebgaai pengatur lingkungan, perlu memiliki kompetensi cara mempersiapkan dan menyediakan alat atau bahan pelajaran. e. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki kompetensi cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan penjelasan. f. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki kompetensi cara menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan. g. Guru sebagai perencana, perlu memiliki kompetensi cara memilih dan meramu bahan pelajaran secara profesional. h. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki kompetensi cara mengawasi ketertiban kelas dan kegiatan anak. i. Guru sebgaai motivator, perlu memiliki kompetensi cara mendorong motivasi belajar kelas. 34 j. Guru sebagai penanya, perlu memiliki kompetensi cara bertanya yang merangsang kelas untuk berfikir dan cara memecahkan masalah. k. Guru sebagai pengajar, perlu memiliki kompetensi cara memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi. l. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki kompetensi cara menilai anak-anak secara obyektif, kontinu dan komprehensif. m. Guru sebagai konselor, perlu memiliki kompetensi cara membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu.33 Guna terpenuhinya karakteristik guru sebagaimana yang diharapkan maka pembinaan kualitas dan profesionalisme guru menjadi kebutuhan mendasar dalam mengembangkan pendidikan ditanah air. C. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Berhadasarkan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya a.n. Nuriani, dengan judul penelitian : Pengaruh pelaksanaan supervisi kepala sekolah terhadap peningkatan kinerja guru pada SMA Satria Kendari. Dari hasil penelitian diketahui bahwa : (1) Pelaksanaan supervisi kepala sekolah cukup bagus dengan melihat pada dokumen-dokumen yang ada pada obyek penelitian dan nampak pada hasil angket yang mencapai 37,5 %, (2) Kinerja guru juga cukup bagus dengan hasil mencapai 45,93 %, (3) Sedangkan pengaruh pelaksanaan supervisi kepala sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja guru pada SMA Satria Kendari dimana hasil yang diperoleh hanya mencapai 0,23 % dan sisanya 33 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 49 35 77,99 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.34 Setyoningtyas, pada taun 2009, dengan Kemudian a.n. Evi judul penelitian: Hubungan aktivitas supervisi pendidikan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru SMP Negeri Se-Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Dengan hasil analisis data menunjukkan bahwa untuk tingkat aktivitas supervisi kepalasekolah termasuk pada kategori tinggi, dan kepuasan kerja berada pada tingkat cukup. Hasil analisis product moment pada taraf 5% menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan aktivitas supervisi pendidikan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru.35 Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti sebelumnya menjadi bahan yang amat berharga bagi peneliti, terutama untuk menjadi bahan yang sangat berguna sehingga peneliti memberikan apresiasi yang setinggitingginya. Hasil penelitian tersebut memiliki perbedaan dan persamaa dengan penelitian ini diantara perbedaanya adalah selain lokasi dan waktu penelitiannya yang berbeda juga pendekatan yang digunakan juga berbeda dimana hasil penelitian di atas menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga hasil penelitian yang diperoleh juga memiliki perbedaan, sedangkan persamaanya adalah variabel kepala sekolah dan guru, dengan sama-sama mengangkat permasalahan tentang bagaimana kepala sekolah dapat 34 Nuraini, Pengaruh pelaksanaan supervisi kepala sekolah terhadap peningkatan kinerja guru pada SMA Satria Kendari, skripsi: STAIN Kendari, 2010, tidak dipublikasikan. 35 Evi Setyoningtyas, Hubungan aktivitas supervisi pendidikan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru SMPN Se Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, 2009, tidak dipublikasikan. 36 meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian penelitian ini lebih difokuskan pada peranan kepala sekolah sebagai manager, administrator dan supervisi pendidikan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni menggambarkan sekaligus mengkaji kondisi riil obyek penelitian berdasarkan data otentik yang dikumpulkan untuk mengkaji masalah peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe, maka haruslah dikaji berdasarkan kondisi riil dilapangan, sehingga dapat diperoleh data yang bersifat deskriptif yang berupa katakata tertulis atau lisan. Sebagaimana dikatakan Moleong bahwa : Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang dilakukan berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku serta keadaan yang dapat diamati.1 1 h.3. Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 37 B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAS Al-Irsyad Desa Lalonggasumeeto Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, sejak bulan Juli s/d September 2013. C. Sumber Data Data dalam penelitian adalah gejalah-gejalah sebagaimana adanya berupa pendapat-pendapat dari guru serta unsur yang berkaitan dengan tema penelitian. 36 Sedangkan sumber data diperoleh dalam situasi yang wajar/alami (Natural Setting), informan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa orang yang dianggap menguasai informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji, informan kunci adalah kepala sekolah dan guru. Dalam pemilihan informan akan digunakan purposive sampling. Berdasarkan pemikiran di atas maka sumber data penelitian ini terdiri dari 2 (dua) yaitu : 1. Data primer atau data utama diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan penelitian. Informan penelitian ini terdiri dari informan kunci yaitu kepala sekolah dan guru. 2. Data skunder atau data pendukung diperoleh dari hasil observasi lapangan bahkan dokumen sekolah dan bahan-bahan atau referensi kepustakaan yang relevan dengan judul penelitian. 38 D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik observasi (pengamatan langsung), dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap beberapa obyek yang akan diteliti yaitu peran kepala sekolah dan kemampuan tenaga pendidik. Hasil pengamatan ini diakumulasi sebagai data pelengkap kemudian diredaksikan dalam skripsi. 2. Teknik wawancara yaitu mengadakan wawancara mendalam terhadap kepala sekolah dan guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban yang berupa informasi, untuk mengetahui secara mendalam tentang berbagai informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti agar lebih terarah. 3. Teknik dokumentasi, disamping wawancara dan observasi, penelitian ini juga menggunakan teknik dokumentasi sebagai pelengkap data, yang sesuai permasalahan, berupa profil sekolah, data-data guru dan siswa. E. Teknik Analisis Data Pengolahan data merupakan proses akhir dari penelitian yang dilakukan, sehingga pengelolaan data dilakukan setelah memperoleh data dilapangan. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, sebagaimana Sugiyono mengungkapkan “Aktifitas dalam analisis data yaitu reduction, data display, conclusion drawing/verification”.2 39 Dalam metode analisis data di atas dapat dijelaskan bahwa : 1. Data reduction (reduksi data) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu, maksud dari data reduction adalah setelah penelitian turun kelapangan dan banyak mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan bingun halhal yang mana ingin dimaksudkan sehingga peneliti menggunakan reduksi data. 2. Data display yaitu penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dengan menggunakan teks yang bersifat naratif. Maksud dari data display adalah dimana peneliti apabila memperoleh data yang jumlahnya banyak dapat dikuasai dengan cara membuat uraian singkat atau bagan. Sehingga dapat dianalisis dan mudah dipahami. 3. Conclusion drawing/verification yaitu penarikan kesimpulan awal yang masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat sampai ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten. Maksudnya adalah penelitian melakukan analisa dalam mencari makna data dengan mencoba menyimpulkan semua data, kemudian diolah sehingga data-data yang awalnya belum lengkap akan tertutupi oleh data-data dan informasi baru sebagai pelengkap untuk disimpulkan dan menjadi pemikiran baru yang valid dan konsisten. F. Pengecekan Keabsahan Data 2 Sugiyono, Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 337. 40 Keabsahan data dicek dengan beberapa metode, sebagaimana diungkapkan Sugiyono bahwa : Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check.3 Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu : 1. Perpanjangan pengamatan yaitu peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru sehingga terbentuk rapport, yaitu semakin akrap semakin terbuka dan saling mempercayai 2. Peningkatan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis 3. Trianggulasi yaitu pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu sehingga trianggulasi ini dibagi menjadi trianggulasi sumber, trianggulasi tekhnik pengumpulan data dan waktu 4. Analisis kasus negatif yaitu peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan sampai tidak ada lagi data yang bertentangan dan dapat dipercaya 3 Ibid., h. 368. 41 5. Member chek yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.