Kondisi kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di

advertisement
Implementasi Pelaksanaan Supervisi terhadap Kinerja Guru Pendikan Jasmani
Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan
Sunarno Basuki
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Jl. H. Hasan Basry Banjarmasin Kalimantan Selatan
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Kinerja guru pendidikan jasmani yang baik merupakan salah satu kebutuhan yang harus
dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan jasmani di Indonesia.
Peningkatan kinerja guru pendidikan jasmani dapat dilakukan melalui beberapa cara
antara lain dengan melaksanakan supervisi. Penelitian ini mengkaji dan meneliti tentang
kinerja guru pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan dan variabel yang diduga dapat mempengaruhi adalah pelaksanaan
supervisi. Adapun tujuan untuk mendeskripsikan persepsi guru-guru pendidikan jasmani
Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan terhadap pelaksanaan
supervisi dan kinerja. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru pendidikan jasmani Sekolah
Dasar Negeri di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan yang berjumlah 109 orang dan
sampel sebanyak 95 yang dihitung berdasarkan rumus Solvin dan ditetapkan secara
proporsional random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen berupa
kuesioner dengan skala likert untuk semua variabel pelaksanaan supervisi dan kinerja
guru. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik diskriptif dan
inferential. Hasil uji hipotesis penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kinerja guru
pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan
berdasarkan pelaksanaan supervisi kepala sekolah.
Pendahuluan
Dalam rangka mendorong kinerja guru pendidikan jasmasi beberapa faktor yang dapat diajukan
adalah pelaksanaan supervisi yang dapat dijadikan penjelas dari kinerja guru pendidikan jasmani (penjas)
di Kota Banjarbaru. Hasil studi Saputra (2011:475-487) menunjukkan bahwa kinerja guru pendidikan
jasmani dipengaruhi oleh model supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Studi lain dilakukan
oleh Alviah (2012:40-47) memperkuat temuan Saputra (2011:487), dimana supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Penelitian Alviah (2012:40-47)
terhadap supervisi kepala sekolah TK Dharma Wanita Karangwaru Tulungagung menghasilkan
kesimpulan tersebut. Dalam hal ini, Alviah (2012:40-47) menekankan pada intensitas supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini diajukan variabel
pelaksanaan supervisi yang dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani
di Kota Banjarbaru. Untuk itu peneliti menetapkan judul “Implementasi Pelaksanaan Supervisi dan
Kinerja Guru Pendikan Jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan”. Oleh
karena itu rumusan masalahnya adalah bagaimana kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri
di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan berdasarkan pelaksanaan supervisi.
Tinjauan Pustaka
Kinerja Guru Pendidikan Jasmani
1
Guru merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan seluruh potensi yang dimilikinya baik ranah afektif, kognitif, maupun fisik dan
psikomotorik. Guru juga orang yang paling bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta
didiknya dalam pertumbuhan dan perkembangan afektif, kognitif, dan psikomotoriknya agar dapat
mencapai tingkat kedewasaan serta mampu mandiri dalam memenuhi tugas sebagai manusia.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 39 dikemukakan bahwa tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifiaksi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong beiajar, widyaiswara, tutor, instruktur. fasilitator, dan sebutan
lainnya yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Undang-Undang yang sama pasal 37 disebutkan bahwa salah satu yang harus termuat dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah adalah pendidikan jasmani dan olah raga. Selanjutnya dalam Kurikulum
2013 diatur mengenai Kompetensi Inti (KI) dari Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan (PJOK)
Sekolah Dasar adalah (Kemendikbud, 2013:125): “mampu menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia”.
Gambaran mengenai Kompetensi Inti tersebut menunjukkan bahwa pendidikan jasmani di
Sekolah Dasar dapat menumbuhkan minat pada olah raga, kesehatan, kebugaran jasmani, dan
mengembangkan sikap fisik dan mental untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Disamping itu,
pendidikan jasmani tidak hanya berkaitan erat dengan masalah fisik, tetapi juga menyangkut akhlak dan
keimanan. Oleh karena itu model pembelajaran yang dilakukan dapat terintegrasi dengan pelajaran lain
seperti agama atau budi pekerti.
Guru pendidikan jasmani mempunyai tugas yang cukup berat dalam pembelajarannya. Guru
pendidikan jasmani harus dapat mengelola pembelajaran pendidikan jasmani sebaik-baiknya. Secara
umum tujuan pendidikan jasmnai di Sekolah Dasar adalah memacu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani, mental, emosional, dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan
kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap, dan membiasakan hidup sehat (Subagyo, dkk,
2008:107). Tujuan pendidikan jasmani harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Salah satu tujuan
pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam UUD 1945 adalah untuk membentuk manusia Indonesia
yang sehat jasmani dan rohani. Sehingga mata pelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga
(penjasorkes atau pendidikan jasmani) adalah salah satu mata pelajaran mempunyai peran utama untuk
membentuk dan meningkatkan kesegaran jasmani peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Guru berhadapan dengan siswa adalah pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik terutama pada saat proses belajar berlangsung. Guru
diharapkan memiliki ilmu yang cukup sesuai bidangnya, pandai berkomunikasi mengasuh dan menjadi
pembelajar yang baik bagi siswanya untuk tubuh dan berkembang menjadi dewasa.
Menurut Sukadi (2001:26) sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok,
merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, menindaklanjuti
hasil pembelajaran, serta melakukan bim-bingan dan konseling.
Keberhasilan guru seseorang bisa dilihat apabila kriteria-kriteria yang ada telah mencapai secara
keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berarti pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas
kerja yang baik.
Menurut Deroche (1987:68), tugas dan tanggung jawab guru terdiri : (1) guru sebagai pengajar,
(2) guru sebagai pembimbing, dan (3) guru sebagai administrator kelas. Sahertian (2000:29) menyebutkan
bahwa kinerja mengajar guru harus meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Memelihara suasana yang ramah dan bersahabat, meliputi:
a) Menggunakan sebuah pendekatan yang positif dengan kelompok sebagai satu keseluruhan
b) Memberikan pujian, dorongan, semangat, pengakuan dan perhatan pada individu-individu
c) Mendengarkan keluhan dan aspirasi para siswa
d) Menunjukkan ketegasan dan membagi kehangatan dalam suasana santai
e) Memberikan balikan yang positif dan batuan dalam kaitannya dengan usaha akademis
2
2) Memanfaatkan teknik yang kreatif dan merangsang, meliputi:
a) Menggunakan berbagai bentuk pengelompokan untuk memenuhi kebutuhan
b) Membimbing para siswa di dalam mengajukan dan membahas berbagai alternatif
c) Menunjukkan antusiasme
d) Menciptakan berbagai pengalaman belajar yang menantang dan menarik
e) Menyajikan berbagai materi pelajaran
3) Memberikan penguat/ganjaran, meliputi:
a) Menerima atau menggunakan gagasan atau pemikiran para siswa
b) Memberikan penguatan yang segera bagi kinerja yang berhubungan dengan akademis dan
perilaku yang positif
c) Menggunakan sebuah sistem pemberian penghargaan yang intrinsik dan ekstrinsik
d) Menyusun kegiatan pemberian atau ganjaran yang berhubungan dengan pelajaran dalam sekuensi
instruksional
e) Memanfaatkan sistem penilaian yang jelas dengan standar fleksibel serta nilai yang sifatnya tidak
menghukum
4) Mendorong kebebasan dan tanggung jawab, meliputi :
a) Melibatkan siswa dalam pembuatan keputusan dan pengembangan rencana
b) Menciptakan situasi belajaran mandiri
c) Menciptakan mobilitas siswa di dalam kelas
d) Membimbing para siswa untuk menentukan pola belajar yang paling efektif
e) Membuat berbagai materi dan sumber daya yang tersedia untuk pilihan bagi para siswa
f) Membangkitkan semangat para siswa ke arah displin dan ekspresi diri
g) Memperkuat inisiatif dan evaluasi diri siswa
5) Mengorganisir pembelajaran, meliputi :
a) Mendiagnosis kebutuhan belajar siswa
b) Mengelompokkan siswa atas dasar data diagnostik
c) Membuat tujuan yang khusus bagi pelajaran, aktivitas dan unit
d) Membedakan aktivitas belajar yang sesuai kebutuhan individu siswa
e) Memilih materi dan sumber daya yang tersedia dan menggunakan secara sistematis
f) Memanfaatkan berbagai teknik dan metode mengajar
g) Membangkitkan semangat para siswa untuk mencari berbagai generalisasi
h) Memberikan evaluasi foratif dan sumatif
i) Memanfaatkan data evaluasi dalam membuat perubahan penting dalam pembelajaran
Berdasarkan uraian tentang kinerja di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud kinerja
adalah pencapaian yang dihasilkan dari pekerjaan seseorang.
Pelaksanaan Supervisi
Burton dan Bruceckner (1955:13) mengemukakan: “Supervision is an ex-pert technical service
primarily aimed at studying and improving cooperatively all factors which affect child growth and
develompment“. Sementara Sergiovanni
dan
Starratt (1993:267), secara umum menyatakan:
“supervision is a process designed to help teachers and supervisors learn more about their prac-tice; to
be better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the
school a more effective learning community”.
Uraian beberapa pendapat diatas menegaskan bahwa supervisi adalah layanan dan bantuan yang
terencana diberikan supervisor kepada guru-guru dan para staf sekolah lainnya agar mereka dapat
meningkatkan kemampuannya untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuanpendidikan yang lebih efektif dan efisien.
Karakteristik supervisi pengajaran, berbeda dengan supervisi pada industri manufaktur atau jenis
pekerjaan lainnya.Perbedaan pertama adalah dari segi karakteristik pekerjaan yang disupervisi. Pekerjaan
mengajar tentu tidak dapat disamakan dengan pekerjaan manual di perusahaan, karena mengajar yang
dihadapi adalah peserta didik, melibatkan unsur intelektual dan emosional, sehingga sifat pekerjaannya
3
tidak rutin.Kata kunci dalam supervisi pengajaran bukanlah pengawasan, namun bantuan pada guru untuk
meningkatkan pembelajaran (Oliva, 1984:9).
Supervisi Pengajaran
Sergiovanni (1982:67-80), mengemukakan berbagai pendekatan supervisi, antara lain (a)
supervisi ilmiah (scientific supervision), (b) supervisi klinis (clinical supervision), (c) supervisi artistik,
(d) integrasi di antara ketiga pendekatan tersebut.
Supervisi klinis dikembangkan pertama kali berdasarkan gagasan diagnosis dan perlakuan di
bidang medis oleh Morris Cogan tahun 1950 di sebuah sekolah laboratorium di Universitas Harvard.
Pendekatan ini dipengaruhi oleh teori behavioristik.
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: tahap pertemuan pendahuluan,
tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Rangkaian tahapan-tahapan tersebut berbentuk siklus.
Pada tahap pertama, yaitu menyangkut pra-observasi diperlukan adanya komunikasi dan
kesepakatan. Dalam proses ini adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan guru,
serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan keterampilan pembelajaran guru.
Tahap selanjutnya adalah melakukan observasi atau kunjungan langsung. Dalam hal ini perlu
memperhatikan berbagai aspek yang perlu dilakukan dalam observasi, seperti observasi kelas dan
pertemuan individual tatap muka dengan guru. Dalam melaksanakan tahap ini dapat dilihat pada
instrumen yang digunakan dan intensitas observasi itu sendiri.
Kunjungan kelas adalah observasi mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga
memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Pada tahap ini, supervisor bersama
guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, sedangkan tahap terakhir adalah
tahap tindak lanjut. Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan
tertentu; (2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan
instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan data yang obyektif; (4) terjadi interaksi antara pembina
dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak
menganggu proses belajar mengajar; (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
Selain observasi tersebut adalah observasi kelas. Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan
melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik
observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi
belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar
mengajar. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung
adalah: 1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, 2) cara penggunaan media
pengajaran, 3) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar, 4) keadaan media pengajaran
yang dipakai dari segi materialnya (Depdiknas, 2008:18-21).
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan observasi kelas; (2)
pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan pelaksanaan observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan
(5) tindak lanjut. Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen
observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity check-list.
Tahap selanjutnya adalah analisis bersama, dimana diskusi dan evaluasi menjadi aspek utamanya.
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement
keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan
hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan
secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan
guru.
Sebagai langkah terakhir dalam supervisi adalah rencana tindakan perbaikan atau revisi. Revisi
ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya
adalah (1) Menanyakan perasaan guru pada saat mengajar; (2) Mereviu keterampilan guru saat
mengajar; (3) Menanyakan perasaan guru saat mengajar; (4) Menunjukkan data hasil rekaman dan
memberikan kesempatan kepada guru untuk menafsirkan data tersebut; (5) Supervisor bersama guru
4
menginterpretasi data rekaman; (6) Menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut;
(7) Menyimpulkan hasil yang sebenarnya berdasarkan rekaman data; dan (8) Supervisor dan guru
bersama-sama menentukan dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu diperbaiki
pada kesempatan berikutnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di
Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan yang merupakan guru tetap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan
jumlah 109 orang dan sampel sebanyak 95 orang sesuai ketentuan Slovin yang pengambilannya dengan
teknik random sampling.
Instrumen penelitian ini berupa angket yang digunakan untuk menggali data karena informasi
yang akan diperoleh berkaitan dengan pelaksanaan supervisi dan kinerja sebagaimana dipersepsikan oleh
para guru pendidikan jasmani dengan kisi-kisi seperti pada tabel berikut.
Tabel 1. Variabel, Sub Variabel, Indikator, Jumlah Butir Pertanyaan.
Variabel
Kinerja
Sub Variabel
Hasil
Perilaku
Sifat
Pelaksanaan Pra-Observasi
Supervisi
Observasi
Analisis
Bersama
Perbaikan
Indikator
Kehadiran
Dokumen/perangkat
pembelajaran
Media pembelajaran
Prestasi belajar siswa
Prestasi olahraga
Pengelolaan kelas
Pemanfaatan waktu
Tingkat ketuntasan
Perhatian terhadap siswa
Ramah
Adil
Kesepakatan
Komunikasi
Instrumen
Intensitas
Diskusi
Evaluasi
Perencanaan tindakan
Jumlah Butir Pernyataan
2
2
3
3
2
2
5
2
3
1
3
3
1
2
1
4
3
4
Skor dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan skala likert yaitu suatu cara yang lebih
sistematis untuk memberikan skor pada indeks (Sugiyono. 2005). Dalam merespon item skala likert ini,
responden diminta untuk menunjukkan kesukaannya dengan cara memilih sistem rating kategori yang
merentang dari sangat setuju sampai terendah sangat tidak setuju. Penskoran dilakukan dengan
memberikan skor tertinggi pada pilihan sangat setuju dan terendah untuk pilihan sangat tidak setuju.
Instrumen penelitian sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 30 responden yang
menunjukkan kesemua item adalah valid dan instrumen reliabel. Data dari hasil penelitian yang telah
dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu statistik diskriptif
dan inferential yaitu uji ANOVA untuk mengetahui perbedaan kinerja guru berdasarkan supervisi kepala
sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Supervisi Kepala Sekolah
5
Hasil pengolahan data untuk supervisi dengan cara yang diberikan pada bagian metodologi yang
selanjutnya dapat diketahui masing-masing gambaran data supervisi untuk masing-masing pendekatan
yaitu Direktif, Kolaboratif, dan Non Direktif, dengan menggunakan fasilitas komputer program SPSS
dapat diketahui mean dan standar deviasi serta histogram supurvisi dengan hasil seperti diberikan pada
table dan gambar berikut.
Pendekatan Direktif
Gambaran data pendekatan direktif supervisi kepala sekolah dengan menggunakan fasilitas
komputer program SPSS dapat diketahui mean dan standar deviasi serta histogram yang diberikan sebagai
berikut.
Tabel 2. Desktiptif Pendekatan Direktif
Gambar 1. Histogram Pendekatan Direktif
Berdasarkan Tabel 2 di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seberan data jawaban
responden untuk pendekatan direktif menunjukkan rata-rata 34.141 dan selanjutnya gambar 1 di atas
dapat diketahui sebaran data pendekatan direktif mengikuti pola kurva normal.
Pendekatan Kolaboratif
Gambaran data pendekatan kolaboratif supervisi kepala sekolah dengan menggunakan fasilitas
komputer program SPSS dapat diketahui mean dan standar deviasi serta histogram yang diberikan sebagai
berikut.
Tabel 3. Desktiptif Pendekatan Kolaboratif
6
Gambar 2. Histogram Pendekatan Kolaboratif
Berdasarkan Tabel 3 di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seberan data jawaban responden untuk
pendekatan kolaboratif menunjukkan rata-rata 26.567 dan selanjutnya gambar 2 di atas dapat diketahui
sebaran data pendekatan kolaboratif mengikuti pola kurva normal.
Pendekatan Non Direktif
Gambaran data pendekatan non direktif supervisi kepala sekolah dengan menggunakan fasilitas
komputer program SPSS dapat diketahui mean dan standar deviasi serta histogram yang diberikan sebagai
berikut.
7
Tabel 4. Desktiptif Pendekatan Non Direktif
Gambar 3. Histogram Pendekatan Non Direktif
Berdasarkan Tabel 4 di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seberan data jawaban responden untuk
pendekatan direktif menunjukkan rata-rata 39.189 dan selanjutnya gambar 3 di atas dapat diketahui
sebaran data pendekatan non direktif mengikuti pola kurva normal.
Pendekatan Supervisi Kepala Sekolah
Selanjutnya berdasarkan ketiga pendekatan sperti yang telah dipaparkan di atas maka data
pendekatan supervisi dapat diketahui untuk masing-masing guru dengan distribusi dan histogram seperti
berikut.
Tabel 5. Distribusi Pendekatan Supervisi
8
Gambar 4 Histogram Pendekatan Supervisi
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan supervisi yang paling
mendominasi adalah pendekatan Non Direktif disusul dengan pendekatan Direktif dan Kolaboratif. Selain
itu, pola distribusi data untuk ketiga pendekatan supervisi menunjukkan distribusi normal.
Deskripsi Kinerja
Gambaran data kinerja dengan menggunakan fasilitas komputer program IBM SPSS 20 dapat
diketahui nilai minimum, nilai minimum, mean, standar deviasi dan histogram data seperti terlihat pada
tabel dan gambar histogram berikut.
Tabel 6. Deskriptif Variabel Kinerja
Gambar 5. Histogram Kinerja Guru
9
Selanjutnya berdasarkan deskriftip kinerja guru diatas, maka data kinerja guru dikelompokkan ke
dalam kelompok tinggi, sedang, dan rendah dengan menggunakan mean ideal yang merupakan
transforamasi data interval ke dalam data nominal. Rata-rata ideal (Mi) adalah jumlah skor tertinggi yang
mungkin terjadi dikurangi dengan jumlah skor terendah yang mungkin terjadi kemudian dibagi dua. Atau
dengan rumus Mi=½(skor tertinggi + skor terendah)= 1/2(70+94)=82. Sedangkan simpangan baku ideal
(Sdi) adalah skor tertinggi yang mungkin dikurangi dengan skor terendah yang mungkin kemudian
dibagi enam. Atau dengan rumus Sdi=1/6 (skor tertinggi – skor terendah)=1/6 (94-70)=4. Hasil
pengolahan data kinerja guru diberikan pada tabel berikut.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Guru
Kelas Interval
Frekuensi
Persen
Kategori
Kurang dari 78
78 s.d 86
Lebih dari 86
37
31
27
95
38.9
32.6
28.4
100.0
Rendah
Sedang
Tinggi
Berdasarkan pengelompokan pada Tabel 7 di atas dapat disimpulkan kelompok data yang
mendominasi adalah kelompok kurang dari 78.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji one way ANOVA (Tabel 8) yang telah dilakukan
mengindikasikan bahwa nilai uji-F signifikan pada kelompok uji ini ditunjukkan oleh nilai F hitung
sebesar 1.986 dengan nilai p = 0,024 lebih kecil dari nilai kritik α=0.05. Oleh karena angka Sig = 0.02 <
0.05, maka hipotesis yang menyatakan “tidak ada perbedaan kinerja guru penjaskes berdasarkan supervisi
kepalas sekolah SD Negeri di Kota Banjarbaru” di tolak dengan kata lain terdapat perbedaan kinerja guru
penjaskes di Kota Banjarbaru.
Tabel. 8 Hasil Uji ANOVA
Pembahasan Temuan Penelitian
Kondisi kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan ditunjukkan oleh hasil analisis statistik deskriptif berada pada kategori
rendah (38,9%). Temuan statistik deskriptif terhadap variabel kinerja guru ini menunjukkan
bahwa sebagian besar guru-guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan memiliki kinerja guru yang rendah. (Stinnent, 1968:59) menyatakan bahwa
kinerja merupakan pencapaian aktual yang berbeda dengan potensi kemampuan, kecakapan dan
bakat. Jadi kinerja guru bisa diartikan sebagai prestasi yang nampak sebagai bentuk
keberhasilan kerja pada diri seseorang. Kinerja diartikan sebagai prestasi kerja, pencapaian
10
kerja, hasil kerja, unjuk kerja dan penampilan kerja (Lardy dan Fan, 1983:22). Kondisi kinerja
guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan yang
berada pada kategori rendah diduga ada hubunganya dengan pelaksanaan supervisi oleh
pengawas selama ini. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dikarenakan supervisor tidak memiliki latar
belakang pendidikan jasmani sehingga supervisor dalam melaksanakan tugas supervisinya tidak
menyentuh substansi yang diperlukan guru pendidikan jasmani dalam rangka meningkatkan
kinerjanya seperti: 1) membantu guru untuk membuat perencanaan pembelajaran, 2) membantu
guru untuk menyajikan pembelajaran, 3) membantu guru untuk me-ngevaluasi pembelajaran, 4)
membantu guru untuk mengelola kelas, dan 5) membantu guru dalam mengembangkan
kurikulum.
Pelaksanaan supervisi oleh pengawas yang ditujukan pada guru pendidikan jasmani
selama ini hanya bersifat administratif yang substansinya belum menyentuh kebutuhan untuk
peningkatan mutu pendidikan secara komprehensif dan kinerja guru. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mantja (1990) yang menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi di sekolah yang dalam
kaitannya dengan penilaian dan kurikulum yang sifatnya komprehensif menemukan sejumlah
kendala, yaitu: 1) kurang memadainya supervisor sehingga pelaksanaan supervisi menjadi tidak
maksimal dan tidak lebih dari kegiatan administrasi rutin, 2) kurang lancarnya komunikasi dan
transportasi akibat kondisi geografis, 3) sistem birokrasi dan loyalitas supervisi, dan 4) sikap
para supervisor dan guru terhadap pembaharuan pendidikan (pengajaran).
Seorang kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor memiliki peran dan tanggung
jawab untuk memantau, membina, dan memperbaiki proses belajar mengajar di kelas dan di
lapangan serta sebagai penanggung jawab yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Sebagai
pimpinan dalam sistem organisasi persekolahan, kepala sekolah berhadapan langsung dengan
unsur pelaksana proses belajar mengajar yaitu guru dan kinerjanya. Supervisi sebagai proses
membantu guru memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dan kurikulum (Oliva, 1984),
terkandung makna bahwa kepala sekolah adalah petugas pimpinan atau supervisor yang
membantu guru, secara individual atau kelompok, untuk memperbaiki kualitas pengajaran, dan
memperbaiki kinerja guru. Jika supervisor yang melaksanakan tugas supervisi tersebut tidak
memiliki kemampuan dalam bidang pendidikan jasmani, sedangkan sasaran supervisinya adalah
guru pendidikan jasmani, maka supervisor tersebut tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik
sehingga tidak bisa diharapkan untuk membantu guru pendidikan jasmani meningkatkan
kinerjanya.
Kegiatan supervisor di sekolah selama ini yang dirasakan oleh guru hanya sebagai
pelaksana administrasi bukan sebagai fasilitator atau pendorong peningkatan kinerja guru.
Kehadiran supervisor dirasakan sebagai pembimbing yang bertugas memberikan bimbingan
untuk meningkatkan semangat kerja dan moti-vasi guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar
Negeri di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Bimbingan yang dirasakan guru pendidikan
jasmani berdampak positif bagi semangat kerja dan motivasi guru, yang pada akhirnya apabila
semangat kerja dan motivasinya baik maka kinerja guru juga akan baik. Jadi kegitan supervisor
11
di sekolah selama ini yang dirasakan oleh guru hanya sebagai pendorong bagi guru untuk
meningkatkan semangat kerja dan motivasinya.
Kondisi variabel pelaksanaan supervisi pada guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri
di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan secara umum responden mendapatkan supervisi dari kepala
sekolah atau pengawas pada jenis Non Direktif dan selebihnya adalah jenis Direktif dan Kolaboratif.
Kondsisi ini tidak sesuai dengan pendapat Purwanto (1998:76) yang menyatakan bahwa supervisi adalah
suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya
dalam melakukan tugas mereka secara efektif. Sementara itu menurut Sergiovani dan Starratt (1993:267)
menyatakan: supervisi adalah suatu proses yang dirancang untuk membantu para guru dan pengawas
mempelajari lebih lanjut tentang praktik mereka, untuk menjadi lebih mampu menggunakan pengetahuan
dan keterampilan mereka untuk lebih melayani orang tua dan sekolah, dan membuat sekolah komunitas
belajar yang lebih efektif. Selain itu, Temuan statistik deskriptif terhadap variabel supervisi ini
menunjukkan bahwa sebagian besar guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan merasa bahwa pelaksanaan supervisi adalah bentuk bimbingan dari supervisor
(pengawas atau kepala sekolah) yang bertujuan meningkatkan kinerja guru dirasa kurang penting yang
harus diterima oleh seorang guru. Rendahnya persepsi tentang pelaksanaan supervisi dari pengawas atau
kepala sekolah ini diduga tidak dapat meningkatkan kinerja guru.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan supervisi bahwa kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Ngeri
di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan berada pada kategori rendah sampai sedang. Berdasarkan
hasil uji ANOVA, diartikan bahwa terdapat perbedaan kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah
Dasar Negeri di Kota Banjarbaru, dan terdapat hubungan langsung yang signifikan pelaksanan
supervisi dengan kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan. Hal ini berarti pula bahwa semakin baik/tinggi pelaksanaan supervisi yang
dialami seorang guru akan memperbaiki kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Ngeri di
Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Rekomendasi
Saran-saran yang peneliti kemukakan kepada pihak yang memanfaatkan hasil penelitian ini
adalah. 1) Disarankan kepada Menteri Pendidikan Nasional di Jakarta untuk membuat
peraturan persyaratan pengawas di lingkungan Sekolah Dasar Negeri yaitu bahwa untuk
mengangkat pengawas hendaknya mensyaratkan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
studi ruang lingkup kerjanya. Kondisi di lapangan menuntut bahwa yang diperlukan guru untuk
meningkatkan kinerjanya adalah pengawas bidang studi bukan pengawas rumpun studi. 2)
Disarankan kepada Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan
untuk dapat membuat program pembinaan kompetensi pengawas sesuai dengan bidang studi
yang disupervisi, agar supervisor dapat maksimal dalam melaksanakan tugasnya, dan hasilnya
benar-benar dibutuhkan guru dalam rangka meningkatkan kinerjanya. 3) Disarankan kepada
12
Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan untuk membuat
program pembinaan bagi guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri yang berorientasi pada
peningkatan kinerja mereka. Program pembinaan diarahkan pada bantuan kepada guru dalam
hal: membuat perencanaan pembelajaran, penyajikan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran,
mengelola kelas, mengembangkan kurikulum, mengevaluasi kurikulum, dan membantu guru
untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Karena program-program pembinaan yang diterima oleh
supervisor selama ini dirasakan belum menyentuh hal-hal yang dibutuhkan guru dalam
meningkatkan kinerjanya. 4) Disarankan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan, untuk merekrut atau mengangkat supervisor yang berlatar belakang pendidikan guru pendidikan jasmani dalam rangka menjalankan tugas supervisi yaitu membantu guru
mengembangkan kemampuannya untuk mengelola proses belajar mengajar demi tercapainya
tujuan pengajaran. 6) Disarankan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru Kalimantan
Selatan, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan yang tepat terkait pemenuhan dan penempatan pengawas sesuai kompetensi dan
kualifikasinya. Karena dirasakan selama ini seorang pengawas bidang studi tertentu
membimbing guru bidang studi lain.
DAFTAR RUJUKAN
Alviah, R. 2012. Pengaruh Motivasi dan Supervisi Terhadap Kinerja Guru TK Dharmawanita
Karangwaru Tulungagung. Jurnal Otonom, 12 (2).
Burton, W.H., & Bruckner, L.J. 1955. Supervision: A Sosial Process. New York: AppletonCentury Crofts.
Deroche, E.F. 1987 An Administrator's Guide for Evaluating Programs and Personel: An
Effective School Approach (2nd ed). Boston: Allyn and
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Kurikulum 2013. Jakarta.
Lardy, F.J., & Fan, J.L. 1983. The Measurement of Work Performance: Methods, Theory and
Applications. San Diego: Academic Prcss. Inc.
Mantja, W. 1990. Supervisi Pengajaran, Kasus Pembinaan Profesionalisme Guru Sekolah
Dasar Negeri Kelompok Etnis Madura di Kraton. Disertasi, Tidak Diterbitkan, Malang:
IKIP.
Oliva, P. F. 1984. Supervison for Today’s School (2nd ed). New York: Longman.
Purwanto, N. 1998. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
13
Saputra, Y.M. 2011. Model Pengawasan Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SD. Cakrawala
Pendidikan, 3.
Sergiovanni, T.J. . 1982, Supervision of Teaching. Association for Supervision and Curriculum
Development. Alexandria.
Sergiovanni, T.J., & Starratt, R.J. 1993. Supervision: A Redefinition. New York: McGraw Hill
Inc.
Subagyo, dkk. 2008. Panduan PPL Program Studi PGSD Penjas. Yogyakarta: FIK UNY.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sukadi. 2001. Guru Powerfull Guru Masa Depan. Bandung: Kholbu.
14
Download