EVALUASI SUPERVISI AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SMK DI KABUPATEN KULON PROGO Nama : WAHYU IMAWATI NPM : 20121010085 ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan evaluasi model CIPP (konteks, input, proses, produk) yang dikembangkan Stufflebeam (1985). Subjek dalam penelitian ini adalah pengawas PAI dan guru PAI SMK di kabupaten Kulon progo. Pengambilan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa supervisi akademik dikategorikan baik dengan indikator pengawas mengidentifikasi masalah masalah guru.Sumber Daya Manusia yang kompeten. Proses supervisi akademik dikategorikan baik pengawas menggunakan teknik-teknik supervisi dan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan kurikulum PAI, penyelenggaraan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar. Kata Kunci : Evaluasi, Supervisi Akademik, Kompetensi Pedagogik A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan dapat dijamin kualitasnya, maka perlu ada pengawasan yang memadai dilakukan oleh pengawas. Ditegaskan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 66 mengatur sebagai berikut “Pemerintah, pemerintah daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing”.1 1 Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ,Cet.IX ( Bandung; Citra Umbara; 2013), 42. Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 sebagai seorang guru yang profesional harus memiliki 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional.2 Guru sebagai tenaga pengajar disekolah merupakan komponen utama sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Supervisi diperlukan untuk mengawasi dan memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru. Dengan kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru, proses pembelajaran yang disajikan tentu tidak akan membosankan bagi siswa, karena media dan metode pendekatan yang digunakan relevan dengan materi pembelajaran yang diberikan dan kondisi psikis siswa. Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek nilai-nilai kepribadian dan akhlak mulia peserta didik memerlukan layanan pembelajaran yang mampu menyentuh aspek afeksi dan sikap tidak hanya kognitif. Agar layanan PAI dapat berjalan secara berkualitas, maka diperlukan sistem supervisi yang mampu membina, membimbing dan mengarahkan guru PAI agar selalu memperbaiki kualitas pengelolaan pembelajaran PAI di sekolah masingmasing. Peran pengawas PAI sangat strategis dalam mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI. Dengan kualitas 2 Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan,( Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI Tahun 2007), 78. penguasaan kompetensi pedagogik guru yang baik, maka akan sangat berpengaruh signifikan terhadap terwujudnya pembelajaran yang efektif, kreatif, inovatif, interaktif dan menyenangkan. Kaitannya dengan supervisi dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, maka evaluasi supervisi akademik sangat dibutuhkan oleh pengawas PAI. Evaluasi dalam konteks ini adalah sebuah kegiatan pengumpulan data atau informasi, untuk dibandingkan dengan kriteria, kemudian diambil kesimpulan. Tujuan daripada penelitian evaluasi adalah untuk mencari keterlaksanaan kebijakan/tindakan, bukan hanya sekedar pada kesimpulan sudah terlaksana dengan baik atau tidaknya, tetapi ingin mengetahui kalau belum baik implementasinya, apa yang telah menyebabkan, di mana letak kelemahannya, dan kalau lemah apa sebabnya.3 Berdasarkan survey awal bahwa pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas PAI di Kulon Progo ada yang telah melaksanakan supervisi akademik sesuai dengan fungsinya tetapi lebih menekankan aspek administrasi, kurang maksimal dalam melaksanakan kegiatan supervisi yang berkaitan dengan kebutuhan guru mengatasi problem di kelas atau aspek pedagogik. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 36-37. 2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Peneliti mengidentifikasi ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan, yaitu: a. Bagaimanakan perencanaan program supervisi akademik pengawas dalam meningkatkan ketrampilan mengajar guru PAI SMK ? b. Bagaimana teknik supervisi akademik pengawas PAI terhadap guru PAI dalam pengelolaan pembelajaran? c. Apakah pelaksanaan supervisi akademik sudah terukur secara baik sesuai dengan rencana program ? d. Apakah supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI SMK di Kulon Progo? Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ; a. Bagaimanakah konteks supervisi akademik dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI SMK di Kulon Progo? b. Bagaimanakah input supervisi akademik yang dilakukan pengawas untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI SMK di Kulon Progo? c. Bagaimanakan proses supervisi akademik pengawas dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI SMK di Kulon Progo? d. Bagaimanakah hasil pelaksanaan supervisi akademik pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI SMK di Kabupaten Kulon Progo? 3. Metodologi Penelitian a. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualiatif dengan pendekatan evaluasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan evaluasi dengan model CIPP dikembangkan oleh Stufflebeam. Adapun langkah-langkah dalam penelitian evaluatif sebagai berikut: (1) Identifikasi komponen; (2) Identifikasi indikator; (3) Identifikasi bukti-bukti; (4) Menentukan sumber data; (5) Menentukan metode pengumpulan data; dan (6) Menentukan instrumen pengumpulan data.4 b. Sumber Data Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari arsip- arsip, dokumen-dokumen, atau literatur yang relevan dari pengawas PAI, dokumen guru PAI. c. Setting Penelitian Lokasi penelitian di kantor kelompok kerja pengawas Kementrian Agama Kabupaten Kulon Progo dan SMK di Kabupaten Kulon Progo. Waktu penelitian mulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Juni 2014. Dan Subjek dalam penelitian ini adalah 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian....43. pengawas PAI tingkat menengah di Kabupaten Kulon Progo dan guru PAI SMK di Kulon Progo. d. Kriteria Evaluasi Penelitian Kriteria evaluasi diperlukan sebagai penentuan keberhasilan program. Setiap variabel program dianggap baik jika memenuhi syarat-syarat yang mencakup kawasan indikator-indikator dalam kegiatan supervisi akademik dalam meningkatkan kompetensi guru PAI SMK. e. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu : 1. Wawancara Pada saat wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur. 2. Observasi Metode observasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data langsung. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi untuk mendapatkan data baik berupa tulisan atau dokumen-dokumen penting yang bersifat dokumentatif . f. Keabsahan Data, Penelitian ini dalam pemerikasaan data dengan menggunakan teknik triangulasi.5 untuk menguji keabsahan data maka penulis menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. g. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah analisis deskriptif, yaitu mendiskripsikan dan memaknai data dari masing-masing aspek yang dievaluasi. Pengolahan data secara umum mempunyai tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi data.6 B. Landasan Teori 1. Evaluasi a. Pengertian Evaluasi Program Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.7 Stufflebeam & Shinkfield menyatakan bahwa: Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for 5 Sukardi, Penelitian Kualitatif Naturalistik dalam Pendidikan, (Yogyakarta:Usaha keluarga, 2006), 106. 6 M.B Miles & A.M.Huberman, terjemaham Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis data kualitatif, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1992), 20. 7Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 1 accountability, and promote understanding of the involved phenomena.8 Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan yang dicapai, desain, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban, dan meningkatkan pemahaman tentang fenomena. Menurut rumusan tersebut, maka inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. b. Tujuan Evaluasi Program Evaluasi pada umumnya mengacu pada upaya pengumpulan dan menyajikan data keputusan. Weis sebagai masukan untuk pengambilan berpendapat the purpose of evaluation is to measure the effects of a program against the goals it set out to accomlish as a means of contributing to subquent decision making abaout the program and improving future programming.9 Tujuan evaluasi adalah untuk mengukur efek/dampak dari suatu program dengan membandingkan anatar hasil dengan tujuan yang telah ditetapkan sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan dan perencanaan program yang akan datang. 8 Stuffle Beam, DL, The CIPP Model Evaluation, the article presented a t the 2003 annual conference of the Oregon Program Evaluator Network (OPEN). Di unduh dari http. Wmic.edu/avalctr/cippmodel, 18 Desember 2013, 59. 9 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran....5 c. Model Evaluasi CIPP (Conteks, Input, process, product) Pandangan konsep CIPP bahwa tujuan penting evaluasi bukan membuktikan tetapi memperbaiki. Stufflebeam membagi evaluasi menjadi 4 (empat) macam yaitu:10 1. Contect evaluation ( evalusi konteks). Evaluasi konteks bermaksud merasionalkan suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. 2. Input Evaluation (Evaluasi Masukan). Evaluasi masukan meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunakan sumber-sumber yang tersedia. 3. Process Evaluation (Evaluasi Proses). Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan, mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tatalaksana kejadian maupun aktifitas. Setiap aktifitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. 4. Product Evaluation (Evaluasi Hasil). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. 10 2013. http://eprints.uny.ac.id/1446/1/model-model_evaluasi.pdf diunduh tanggal 3Desember 2. Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran. Secara konseptual Glickman11 menjelaskan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Suhardan supervisi akademik merupakan bentuk pembinaan untuk peningkatan mutu akademik yang berhubungan dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik, yang berupa aspek akademis bukan masalah fisik material.12 3. Kompetensi Pedagogik Guru Kompetensi pedagogik sesuai dengan UU RI Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 adalah merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan mengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.13 Artinya bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan pembelajaran yang membawa peserta didik menjadi lebih baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengembangan Standar Nasional PAI kompetensi inti pedagogik guru PAI, meliputi: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek 11 Modul Supervisi Akademik, Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah,Direktorat Tenaga Kependidikan (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010),7. 12 Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, (Bandung: AlfaBeta, 2010), 54. 13 UU RI Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 dan PP Nomor 19 Tahun 2005. fisik, akhlak, spiritual, sosial, budaya, emosional dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan pengembangan PAI; (4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; (5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelengaraan dan pengembangan PAI; (6) Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik; (8) Penyelenggaraan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi PAI untuk kepentingan pembelajaran; (10) Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran 14 C. Hasil dan Pembahasan 1. Konteks Konteks supervisi akademik merupakan kesesuaian antara tujuan yang diharapakan pengawas dalam proses supervisi dengan kebutuhan guru dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Hal ini diwujudkan dalam bentuk perencanaan program supervisi. Konteks tersebut meliputi: (1) indikator tujuan supervisi akademik; (2) identifikasi masalah guru; (3) guru mengkomunikasikan masalah kepada pengawas; (4) harapan guru dengan adanya supervisi; dan (5) perencanaan program supervisi. 14 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional Konsep, Startegi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu pendidikan di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), 107. Konteks supervisi akademik dikategorikan baik dalam indikator pengawas mengidentifikasi masalah masalah guru. Pengawas telah melakukannya dengan cara melakukan supervisi kunjungan kelas, diskusi dengan guru dalam hal ini pengawas langsung menindak lanjuti permasalahan guru. pengawas memberikan masukan-masukan dan solusi dari permasalahan guru dan mengidentifikasi masalah guru dari hasil supervisi tahun sebelumnya. Konteks supervisi akademik dikategorikan cukup baik pada indikator tujuan supervisi akademik yang dilakukan pengawas. pengawas dalam melakukan supervisi akademik bertujuan untuk membina, membimbing dan menilai proses dan hasil pembelajaran guru. Supervisi akademik yang dilakukan terhadap guru bersifat umum. Pengawas belum memiliki target khusus atau spesifik dengan menetapkan kriteria supervisi akademik tertentu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Supervisi yang dilakukan pengawas PAI dalam proses pembelajaran adalah supervisi secara umum sehingga supervisi yang dilakukan pengawas mengulang supervisi yang telah dilakukan tahun sebelumnya. Pengawas perlu menetapkan supervisi akademik yang lebih spesifik untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk menghindari supervisi akademik mengulang supervisi yang telah dilakukan. Konteks supervisi dikategorikan belum baik pada indikator guru mengkomunikasikan permasalahnya dan perencanaan program pengawas. Belum semua guru menganggap pengawas sebagai mitra guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran tetapi masih mengangap pengawas adalah atasan sehingga perasaan kurang terbuka untuk menyampaikan masalah. Begitu juga dalam kehadiran pengawas guru sangat berharap pengawas lebih spesifik dalam supervisinya untuk mengatasi masalah-masalah guru, membimbing dengan memberikan langkah-langkah konkritnya untuk menjadi guru profesional. Dalam perencanaan program supervisi akademik pengawas kurang mengidentifikasi masalah masalah yang paling krusial dihadapi guru, bimbingan yang paling dibutuhkan guru dalam mengelola pembelajaran. Alangkah baiknya jika programnya di desain bersama oleh pengawas dan guru. melibatkan guru dalam mengidentifikasi masalah dari guru pengawas akan benar-benar sesuai yang dibutuhkan guru dan masalah yang dihadapi dapat teratasi. 1. Input Input supervisi akademik merupakan kesiapan pengawas untuk melakukan supervisi akademik dan kesiapan guru untuk dilakukan supervisi. Evaluasi input meliputi: (1) indikator SDM pengawas: (2) sosialisasi program supervisi; (3) materi-materi yang disiapkan pengawas untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru; dan (5) karakteristik guru PAI SMK di Kulon Progo. Berdasarkan hasil penelitian terhadap indikator-indikator komponen input pada indikator SDM, sarana dan prasarana dikategorikan baik. Pengawas PAI tingkat menengah di Kulon Progo pengawasnya kompeten dibuktikan dengan tingkat pendidikan, pengalaman masa kerja sebelum diangkat menjadi pengawas dan diklat-diklat kepengawasan yang diikuti. Input dikategorikan cukup baik pada indikator materi-materi kepengawasan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Pengawas telah membuat RKA untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam bentuk pembinaan, pemantauan dan penilaian terhadap guru. Pengawas belum RKA dengan desain yang spesifik. Input dengan indikator sosialisasi program dan pemetaan kebutuhan guru dikategorikan belum baik. Pengawas belum pernah mensosialisasikan program-program supervisi akademik yang akan dilakukan dalam tahun ini dan Pengawas perlu membuat rancangan program sekolah mana yang akan dikunjungi, waktunya kapan, alat pengumpul data atau instrumen, teknik analisis data, substansi atau objek yang diawasi, pendekatan dan metode. 3. Proses Evaluasi untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI SMK di Kulon Progo meliputi: (1) indikator cara mensupervisi; (2) frekwensi supervisi; (3) metode supervisi; (4) tindak lanjut; (5) dan hubungan dengan guru. Berdasarkan hasil penelitian terhadap indikator-indikator komponen proses indikator teknik mensupervisi, cara mensupervisi, hubungan dengan guru dikategorikan baik. teknik mensupervisi yang dilakukan pengawas telah menggunakan teknik supervisi individu dengan supervisi administrasi, wawancara, diskusi dan supervisi kelompok dengan melakukan pembinaan, pembimbingan dalam MGMP dengan mengadakan peer teching. Hubungan pengawas dengan guru lebih komunikatif pengawas jauh lebih ramah, lebih inspiratif. Hal ini sesuai dengan pendapat para guru bahwa pengawas selalu memotivasi guru untuk mengembangkan pembelajaran. Pengawas dalam melakukan supervisi dengan mencermati kelengkapan administrasi, observasi pelaksanaan PBM. Dalam supervisi kelompok dengan sarana MGMP pengawas membimbing guru praktek mengelola pembelajaran dengan peer teaching. Proses dikategorikan cukup baik dalam indikator frekuensi dan tindak lanjut. Pengawas telah melakukan supervisi ke masing masing sekolah satu bulan satu kali untuk sekolah yang diprioritaskan tetapi untuk sekolah yang tidak menjadi prioritas tiga bulan satu kali mengingat kurang idealnya jumlah pengawas. Pengawas belum melakukan hasil tindak lanjut supervisi dengan menindak lanjuti supervisi berikutnya untuk memperbaiki kekurangan guru, pengawas belum mengkroscek solusi yang ditawarkan dilaksanakan oleh guru dengan melakukan supervisi KBM kembali. Jadi tindak lanjut pengawas baru sampai pada memberikan solusi-solusi terhadap permasalahan guru. 4. Produk Evaluasi produk adalah adanya peningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI SMK di Kulon Progo setelah pengawas PAI melakukan supervisi akademik. Indikator kompetensi pedagogik sesuai Peraturan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pengembangan Standar Nasional PAI kompetensi inti pedagogik GPAI. Berdasarkan hasil penelitian terhadap indikator-indikator komponen produk sebagaimana diuraikan diatas, indikator mengembangkan kurikulum PAI dan penyelenggaraan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar dikategorikan baik. Pengawas telah membimbing guru dalam mengembangkan kurikulum dalam membuat RPP dan pengembangan silabus melalui MGMP. Pengawas juga telah membimbing guru dalam menilai hasil pembelajaran dengan cara mencermati penilaian yang ada dan memberi masukan, memberi contoh instrumen. Produk dengan indikator menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik dikategorikan cukup baik. Dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik pengawas melakukan supervisi kegiatan extra dengan memantau program menilai kegiatan ektra kurikuler. Indikator untuk meningkatkan kemampuan guru berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dengan bentuk memberi pembinaan guru untuk menjadi teladan bagi peserta didik dan menilai sikap kepribadian guru dengan instrumen. Dalam indikator kemampuan guru dalam menggunakan media, sumber belajar pengawas membina guru dengan memotivasi dan menggunakan strategi pembelajaran pengawas telah melakukan simulasi strategi pembelajaran atau peer teaching satu kali pada supervisi kelompok melalui MGMP. Komponen produk dengan indikator menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, akhlak, spiritual, sosial, budaya, emosional dan intelektual, Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelengaraan dan pengembangan PAI, tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran dikategorikan belum baik. Pengawas dalam meningkatkan guru dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelengaraan dan pengembangan PAI dalam bentuk motivasi. pengawas memotivasi guru agar pembelajaran berbasis IT. Pengawas belum membimbing guru dalam hal memfasilitasi dalam pembelajaran berbasis IT, melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan membuat penelitian tindakan kelas. D. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: Pengawas PAI dalam mengidentifikasi masalah-masalah guru dikategorikan baik dengan melakukan supervisi administrasi, supervisi kunjungan kelas. Tetapi pengawas perlu memiliki target khusus atau spesifik dengan menetapkan kriteria supervisi akademik tertentu dan perlu membuat perencanaan program supervisi akademik dengan melibatkan guru dalam mengidentifikasi masalah masalah yang paling krusial yang paling dibutuhkan guru. Pengawas PAI tingkat menengah di kabupaten kulon Progo dikategorikan pengawas yang professional. Tetapi Pengawas perlu membuat RKA dengan desain yang spesifik, mensosialisasikan program untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas PAI dikategorikan baik pada indikator teknik mensupervisi, cara supervisi dan hubungan dengan guru. Pengawas telah menggunakan teknik supervisi individu dan supervisi kelompok. Supervisi akademik yang dilakukan pengawas PAI mampu meningkatkan dengan baik dalam mengembangkan kurikulum PAI, penyelenggaraan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar. Pengawas telah membimbing guru dalam mengembangkan kurikulum, membuat RPP dan menilai hasil pembelajaran. Pengawas menfasilitasi perlu meningkatkan pengembangan mengaktualisasikan kemampuan potensi potensinya dan peserta guru dalam didik untuk menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran atau dalam membuat karya ilmiyah dan PTK. Secara keseluruhan supervisi akademik pengawas PAI tingkat menengah di kabupaten Kulon Progo dalam pelaksanaan sudah baik. Pengawas telah menggunakan teknik supervisi individual dan kelompok. Tetapi dalam perencanaan program pengawas perlu melibatkan guru sehingga supervisi yang dilakukan pengawas tidak mengulang supervisisupervisi sebelumnya sehingga mampu meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran guru PAI. 2. Rekomendasi a. Pengawas, perlu melibatkan guru dalam merencanakan program supervisi dalam mengidentifikasi kebutuhan guru dan perlu mendesain lebih spesifik materi-materi supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru. b. Bagi guru-guru PAI perlu mengembangkan potensi dirinya untuk menjadi guru yang profesional dengan bersikap proaktif dan menjadikan pengawas sebagai gurunya guru untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam mengelola pembelajaran. E. Daftar Pustaka Arikunto, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010. Arikunto, Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, cet ke10, Jakarta: Bumi Aksara, 1993. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang pendidikan, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2007. http://eprints.uny.ac.id/1446/1/model-model_evaluasi.pdf 3Desember 2013. diunduh tanggal Mudlofir, Ali, Pendidik Profesional Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesi, Jakarta: RajaGrafindo, 2013. Modul Supervisi akademik, PPTK Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, 2011. Matthew Miles B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press, 2002. Oregon Program Evaluator Network (OPEN), Wmic.edu/avalctr/cippmodel, 18 Desember 2013. 2003. http. Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . Cet.IV, Sinar Grafika, 2003. Suhardan, Dadang, Supervisi Proesional dan Layanan dalam Meningkatkan mutu Pembelajaran Pembelajaran di Era Otonomi, Cet III, Bandung: Alfabeta, 2010. Sukardi, Penelitian Kualitatif Naturalistik dalam Pendidikan, Yogyakarta: Usaha Keluarga, 2006. Widoyoko, Putro Eko S, Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.