ANALISIS SITUASI STRATEGIS PEMASARAN-1 M. Suyanto www.msuyanto.com 1.1. Sistem Informasi Pemasaran dan Riset Pemasaran Informasi pemasaran merupakan elemen kritis dalam pemasaran yang efektif. Hal ini disebabkan kecenderungan yang semakin meningkat dari pemasaran lokal ke skala nasional dan bahkan ke skala internasional. Juga disebabkan oleh transisi dari kebutuhan pembeli ke keinginan pembeli dan transisi dari persaingan harga ke persaingan non harga. Memang semua perusahaan memiliki sistem informasi pemasaran yang menghubungkan dunia luar dengan para eksekutif di dalam perusahaan, namun berbagai sistem itu berbeda dalam hal kerumitan dan kompleksnya. Dalam banyak hal, informasi sering tidak tersedia, atau datang terlambat atau tidak bisa dipercaya kebenarannya. Dan semakin banyak saja perusahaan yang tidak berusaha menyempurnakan sistem informasi pemasarannya. Pada gambar 3.1. ditunjukkan mengenai sistem informasi tersebut. Sistem Intelejen pemasaran Sistem Database Internal Sistem Riset pemasaran Sistem Database Eksternal Perangkat keras dan Perasngkat lunak Komputer Informasi untuk Pengambilan Keputusan Pemasaran Gambar 2.1. Sistem Informasi Pemasaran Sistem informasi pemasaran yang direncanakan dengan matang akan terdiri dari beberapa elemen. Elemen pertama ialah sistem database internal yang menyediakan data terakhir mengenai penjualan, biaya, persediaan, arus kas dan hutang-piutang serta data dari bagian riset dan pengembangan. Selama ini, sudah banyak perusahaan yang mengembangkan sistem pelaporan intern yang mapan dengan dukungan komputer, sehingga informasi yang lebih cepat dan lebih terpadu bisa diperoleh. Perusahaan yang memanfaatkan data riset dan pengembangan dari internal adalah Procter & Gamble (P&G). Dari data riset internal dengan mengolaborasikan data eksternal dapat menghasilkan ide produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Elemen kedua adalah sistem intelijen pemasaran yang menyiapkan bagi eksekutif pemasaran informasi harian mengenai perkembangan dunia pemasaran ekstern. Dalam subsistem ini, tenaga penjual yang terlatih, petugas intelijen khusus, membeli data dari sumber-sumber profesional, dan suatu pusat intelijen akan mampu meningkatkan daya intelijen pemasaran bagi keperluan analisis para eksekutif perusahaan. Unilever dan Procter & Gamble menggunakan intelijen pemasaran dengan baik. Elemen ketiga adalah riset pemasaran, yang mencakup kegiatan menghimpun informasi yang relevan bagi masalah pemasaran tertentu yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Ada lima langkah dalam proses riset pemasaran, yaitu menetapkan masalah dan tujuan riset; mengembangkan perencanaan riset; mengumpulkan informasi, menganalisis informasi dan kemudian menyajikan penemuan. Sebuah riset pemasaran dapat dikatakan baik apabila melibatkan metode ilmiah, kreativitas, berbagai metodologi, penyusunan model dan pengukuran nilai informasi dari segi biaya dan manfaatnya. Hasil dari riset pemasaran terhadap promosi yang paling disukai menurut AC Nielsen untuk konsumen Indonesia adalah harga diskon (76 %), hadiah langsung (18 %), produk bermerek (4 %), imbalan point (1 %) dan kupon undian (1 %). Elemen keempat adalah sistem database eksternal yang terdiri dari sejumlah besar informasi yang dapat digunakan dalam membuat keputusan pemasaran yang tersedia dalam bentuk database eksternal. Perusahaan membutuhkan database dari berbagai sumber eksternal, misalnya database pemerintah, database dari perusahaan lain yang menawarkan data pelanggan dan database lainnya. Perusahaan perbankan, pembiayaan, asuransi, hotel, lasing, ritel dengan keanggotaan dan properti dapat dipakai sebagai dasar untuk menyusun strategi loyalitas pelanggan. PT. Pembangunan Jaya Ancol sukses memasarkan Marina Coast dengan harga yang tinggi salah satunya menggunakan database yang lengkap dari para pemilik uang di negeri ini. 1.2. Lingkungan Pemasaran Lingkungan pemasaran adalah tempat di mana perusahaan harus memulai usahanya dalam mencari berbagai peluang dan memonitor ancaman-ancamannya. Lingkungan pemasaran terdiri dari semua pelaku dan kekuatan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melakukan transaksi secara efektif dengan pasar sasaran. Kita dapat menggolongkan menjadi lingkungan mikro dan lingkungan makro perusahaan. Lihat gambar 2.2. Ekonomi Ekologi Pesaing Politik/ Hukum Pemasok-PerusahaanPerantara-Pelanggan Pemasaran Teknologi Masyarakat Sosial / Budaya Demografi Gambar 2.2. Para Pelaku Utama dan Kekuatan yang terlibat dalam Lingkungan Pemasaran Lingkungan mikro suatu perusahaan terdiri dari beberapa pelaku dalam lingkungan yang berhubungan dekat dengan perusahaan dan mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar pada khususnya yaitu perusahaan itu sendiri, para pemasok, para perantara-pasar, para pelanggan, dan para pesaing, serta masyarakat umum. Perusahaan itu sendiri terdiri dari beberapa bagian yang memegang peranan. Semuanya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan manajemen pemasaran. Pemasok, melalui pengaruh mereka terhadap biaya dan pengadaan bahan yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh terhadap keputusankeputusan pemasaran. Perusahaan mengubah bahan-bahan yang disediakan menjadi produk dan jasa yang bermanfaat dan mempergunakan para perantara pemasaran (perantara biasa atau pedagang perantara, perusahaan untuk mendistribusi barangbarang produk, agen jasa pemasaran, para perantara keuangan) guna membantu mereka menemukan pembeli dan mengirimkan barang-barang produk itu. Pasar sasaran itu sendiri mungkin terdiri dari pembeli, produsen, penjual kembali, atau lembaga pemerintah, dalam negeri atau luar negeri. Menurut majalah Marketing Edisi Khusus 2007, konsumen Indonesia mempunyai 10 karakter unik, yaitu berpikir jangka pendek, tidak terencana, suka berkumpul, gagap teknologi, berorientasi pada konteks, suka merek luar negeri, relegius, gengsi, kuat di subkultur dan kurang peduli lingkungan. Dalam rangka menjalankan tugas pemasarannya, perusahaan menghadapi beberapa tipe pesaing : macam-macam, dan memiliki kepentingan nyata atau minat yang masih terpendam, ayang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya : yaitu, keuangan, media, pemerintah umum dan masyarakat di lingkungan perusahaan itu sendiri. Semua pelaku ini membentuk lingkungan mikro perusahaan. Lingkungan makro perusahaan terdiri dari enam kekuatan utama yang berpengaruh terhadap perusahaan : demografis, fisik, teknologis, politik/hukum, dan sosial/budaya. Lingkungan demografis menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sekitar 220 juta, 80 % lebih beragama Islam, maka konsumen terbesar di Indonesia beragama Islam. Konsumen yang beragama Islam, pada umumnya sangat sensitif terhadap yang dilarang agama, misalnya makanan yang mengandung babi, maka akan mempunyai masalah di Indonesia. Kasus yang pernah terjadi pada produk Ajinomoto dan Dancow, meskipun akhirnya dapat diterima kembali oleh konsumen. Riset dari Frontier pada 2001, menyatakan bahwa 57,9 % konsumen selalu memperhatikan label halal. Perkembangan perbankan syariah juga cukup menjanjikan, yang pada 1992 baru ada satu bank, tetapi pada akhir 2005, telah mencapai 3 bank umum syariah, 19 unit usaha syariah dan 596 kantor perbankan syariah. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kelahiran bayi setiap tahun di Indonesia mencapai sekitar 4,3 juta. Pasar bayi cukup besar, tidak saja susu dan makanan, tetapi juga perawatan bayi, perlengkapan bayi, kesehatan bayi, kecerdasan bayi sampai asuransi pendidikan. Menurut majalah Marketing diperkirakan pasarnya mencapai Rp. 28 triliun. Lingkungan ekonomik menunjukkan pertumbuhan ekonomi rata-rata dari 1999 – 2005 mencapai 4,13 %. Sedangkan pada kwartal II 2006 mencapai 4,96 % dan pada kwartal I 2007 mencapai 5,98 %. pendapatan nyata, tekanan inflasi yang berkelanjutan, perubahan pola tabungan dan utang, perubahan pola belanja pelanggan. Lingkungan fisik menunjukkan kelangkaan bahan mentah tertentu, peningkatan biaya energi, peningkatan angka pencemaran, dan peningkatan campur tangan pemerintah dalam pengelolaan sumber-sumber daya alam. Lingkungan teknologis menunjukkan peningkatan kecepatan perubahan teknologis, kesempatan pembaharuan yang tak terbatas, biaya penelitian & pengembangan yang tinggi, perhatian yang lebih banyak tertuju pada penyempurnaan bagian kecil produk daripada penemuan yang besar, dan semakin banyaknya peraturan yang besar, dan semakin banyaknya peraturan yang berkenaan dengan perubahan teknologis. Pelanggan seluler di Indonesia meningkat tajam, dari 1997 belum mencapai 1000 pelanggan, pada akhir 2007 diperkirakan 76 juta pelanggan dengan pertumbuhan rata-rata 20 % - 30 %. Menurut Depkoinfo pada 2010 diperkirakan 100 juta pelanggan seluler dan 80,2 juta pengguna internet. Pertumbuhan pengguna internet diperkirakan sekitar 30 %. Teknologi yang memberikan peluang di Indonesia adalah yang mudah digunakan. Nokia sukses, salah satunya karena kemudahan dalam penggunaan. Lingkungan politik/hukum menunjukkan peningkatan yang berarti dalam jumlah dan macam peraturan yang berkenaan perubahan teknologis, pengawasan yang lebih ketat dari lembaga pemerintah, dan pertumbuhan kelompok-kelompok kepentingan dari masyarakat. Lingkungan sosial/budaya menunjukkan kecenderungan jangka panjang ke arah pemenuhan kepuasaan pribadi, pemuasan langsung hidup santai, hubungan lebih terbuka dan tidak resmi, dan orientasi yang lebih duniawi. Interaksi antara lingkungan pemasaran dengan sistem pemasaran dan strategi perusahaan itu digambarkan dengan mempergunakan contoh sebuah perusahaan gula-gula terkemuka yang menghasilkan gula-gula berbentuk batangan untuk pasar yang luas. 1.3. Menganalisis Pasar Konsumen dan Perilaku Pembeli Perilaku pasar konsumen dan barang yang dibeli konsumen perlu dipahami sebelum rencana pemasaran dapat dikembangkan. Pasar konsumen membeli barang-barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Pasar konsumen adalah sasaran akhir, dan untuk itulah kegiatan ekonomi di lakukan. Pasar terdiri dari beberapa bagian, seperti konsumen orang kulit hitam, konsumen orang dewasa muda, dan konsumen yang sudah berusia lanjut. Dalam menganalisis pasar konsumen, beberapa faktor perlu dipahami yaitu ;penghuni sasaran, dan tujuan pembeli, organisasi, operasi, kesempatan, dan tempat penjualan. Perilaku pembeli dipengaruhi oleh empat faktor utama : kebudayaan (budaya, sub-budaya, dan kelas sosial), sosial (kelom- pok referensi, keluarga, peranan dan status), pribadi (usia, dan tahap perjalanan hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian serta konsep-diri), dan psikologis (motivasi, persepsi, belajar dan kepercayaan serta sikap). Kesemuanya ini memberikan petunjuk berkenaan dengan bagaimana menjangkau dan melayani pembeli secara efektif. Sebelum Memorandum merencanakan pemasarannya, sebuah perusahaan perlu mengenal konsumen sasarannya dan tipe daripada proses keputusan yang dilalui mereka. semnetara sebagian keputusan membeli melibatkan hanya seorang pembuat keputusan, keputusan membeli lainnya mungkin melibatkan ebberapa peserta, yang memainkan peranan seperti pengambil prakarsa, orang yang mempengaruhi, pembuat keputusan, pembeli, dan pemakai. Tugas para pemasar adalah untuk mengenal peserta-peserta kegiatan membeli lainnya, kriteria mereka membeli sesuatu, dan kadar pengaruh yang mereka berikan terhadap pembeli. Program pemasaran perlu dirancang untuk memikat dan menjangkau pihak-pihak lain yang ikut menentukan dalam membeli sesuatu, sebagaimana halnya program untuk para pembeli. Jumlah kegiatan pembeli secara sengaja dan berencana dan jumlah peserta dalam membeli suatu produk meningkat seiring dengan rumitnya situasi membeli. Para pemasar harus merencanakan secara berbeda kegiatan untuk keempat tipe tingkah laku membeli konsumen, yaitu tingkah laku membeli yang kompleks, tingkah laku membeli mengurangi ketidakcocokan, tingkah laku membeli sebagai kebiasaan, dan tingkah laku membeli mencari keragaman. Keempat tipe ini didasarkan pada masalah : apakah konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi atau rendah dalam membeli dan apakah terdapat perbedaan yang banyak atau sedikit di antara merek-merek. Dalam tingkah laku membeli yang kompleks, pembeli akan berjalan melalui sebuah proses keputusan yang terdiri dari pengenalan masalah, pencarian informasi, menilai alternatif, keputusan adalah untuk memahami tingkah laku pembeli pada setiap tahap dan faktor apakah yang mempengaruhi tingkah laku itu. Pemahaman terhadap kesemua hal itu memungkinkan pemasar untuk mengembangkan sebuah program pemasaran yang efektif dan penting artinya bagi pasar sasaran. Pengenalan masalah Pencarian informasi Penilaian alternatif Keputusan membeli Perilaku setelah membeli Gambar 2.3. Model Lima Tahap Proses Membeli 1.4.Menganalisis Pasar Organisasi dan Perilaku Pembeli Pasar organisasi terdiri dari semua perorangan dan organisasi yang membeli barang dengan tujuan untuk diproses kembali, dijual atau didstribusikan kembali. Organisasi merupakan pasar bagi bahan baku, barang jadi, suku cadang, instalasi, perlatan, perbekalan dan juga jasa. Produsen membeli barang dan jasa dengan tujuan meningkatkan penjualan, menekan biaya atau memenuhi tuntutan sosial dan legal. Bila dibandingkan dengan pasar konsumsi, pasar produsen melibatkan jumlah pembeli yang lebih sedikit, dengan skala pembelian yang lebih banyak dan yang secara geografis lebih terpusat; jenis permintaannya adalah "turunan" (derived demand) dan relatif inelastis, serta lebih berfluktuasi; proses pembeliannya juga lebih profesional. Pembeli industri mengambil keputusan yang lebih bervariasi menurut situasi pembelian atau kelasa pembelian ulang dengan penyesuaian dan tugas baru. Unit pengambil keputusan dalam suatu organisasi pembelian, yang dinamakan pusat pembelian, terdiri dari semua anggota organisasi tersebut yang berperan dalam salah satu dari lima peran ini : pemakai, pendorong, pembeli, penentu dan penjaga gerbang. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang pemasar industri adalah : Siapa yang berperan pokok ? Dalam keputusan apa pengaruh mereka berperan besar ? Berapa besarkah peran mereka ? dan Kriteria penilaian apa saja yang digunakan oleh masing-masing pemeran tersebut ? Seorang pemasar industri perlu juga memahami pengaruh lingkungan, pengaruh organisasi, antar pribadi dan juga pengaruh perorangan yang sangat berperan sepanjang proses pembelian. Proses pembeliannya sendiri melalui delapan tahap yang disebut dengan fase pembelian. Fase pembelian tersebut adalah : pengenalan masalah, deskripsi kebutuhan umum, spesifikasi produk, penelitian atas pembekal, permintaan usulan, pemilihan pembekal, spesifikasi prosedure pesanan dan terakhir, peninjauan prestasi. Begitu pembeli industri berkembang menjadi lebih canggih, pemasar industripun haruslah meningkatkan kemampuan mereka. Pasar penjual kembali terdiri dari perorangan atau organisasi yang membeli dan menjual kembali barang-barang yang sudah diproduksi oleh pihak lain. Penjual-kembali ini harus menetapkan jenis produk yang akan dibelinya, siapa pembekalnya berapa harganya dan apa saja persyaratannya. Mereka menghadapi tiga jenis situasi pembelian, yaitu situasi barang-baru, pembekal-baru dan persyaratan-baru. Pada pedagang atau pengecer kecil, proses pembelian dapat ditangani oleh satu atau sedikit orang, tetapi dalam situasi pedagang besar, proses itu dilakukan oleh seluruh departemen pembelian dapat terdiri dari pembeli di kantor pusat,tim pembelian tingkat toko dan para manajer toko. Bila melakukan pembelian dalam situasi barang-baru, pembeli akan melewati proses pembelian yang mirip dengan yang dilakukan oleh pembeli industri. Terhadap barang standar, proses pembelian meliputi prosedure kontrak pemesan kembali dan perundingan kembali. Pasar pemerintah merupakan pasar dengan skala raksasa, yang meliputi bidang-bidang pertahanan, pendidikan, kesejahteraan umum, dan kepentingan-kepentingan masyarakat lainnya. Praktek-praktek pembelian pemerintah sangat khusus dan diatur tersendiri. Pembelian pemerintah ini berlangsung di bawah pengamatan dan pengawasan badan-badan resmi dan beberapa kelompok pengawas swasta. Dalam proses pembeliannya, lebih banyak formulir harus dilengkapi, diperlukan lebih banyak tanda tangan dan pemesanan datangnya lebih lambat. 1.5. Analisis Terhadap Pesaing Untuk menyiapkan strategi pemasaran yang efektif, perusahaan harus memperhatikan pesaing selain juga pelanggan aktual dan potensinya. Ini terutama penting di pasar yang pertumbuhannya lamban karena penjualan hanya dapat ditingkatkan dengan merebutnya dari pesaing. Pesaing suatu perusahaan meliputi mereka yang berusaha memuaskan pelanggan dan kebutuhan pelanggan yang sama dan menyediakan penawaran yang serupa kepada pelanggan itu. Tetapi, perusahaan juga harus menaruh perhatian kepada pesaing latennya yang mungkin menawarkan cara baru atau cara lain guna memuaskan kebutuhan yang sama. Perusahaan harus berusaha mengidentifikasi para pesaingnya dengan menggunakan baik analis industri maupun pasar. Dalam industri manapun, apakah industri domistik atau internasional, apakah menghasilkan barang atau jasa, aturan persaingan tercakup dalam lima faktor persaingan, yaitu masuknya pendatang baru, ancaman produk substitusi, daya tawar-menawar pembeli, daya tawar-menawar pemasok dan persaingan di antara para pesaing yang ada (Porter,1985)., dapat dilihat pada gambar 1.1. Pendatang Baru Ancaman pendatang baru Daya tawar pemasok Daya tawar pembeli . Pemasok Pesaing Industri Persaingan di antara perusahaan yang ada Pembeli Ancaman produk / jasa substitusi Produk Substitusi Gambar 2.4. Kekuatan Persaingan Perintang masuk meliputi skala ekonomi, diferensiasi produk, identitas merek, biaya beralih pemasok, kebutuhan modal, akses ke jaringan distribusi, keunggulan biaya mutlak, kebijakan pemerintah dan perlawanan dari perusahaan yang ada. Kekuatan pemasok ditentukan oleh deferensiasi masukan, biaya beralih pemasok dari pemasok dan perusahaan dalam industri, adanya masukan substitusi, konsentrasi pemasok, pentingnya volume penjualan bagi pemasok, biaya relatif terhadap pembelian total dalam industri, dampak masukan terhadap biaya atau dferensiasi dan ancaman integrasi ke depan relatif terhadap ancaman integrasi ke belakang oleh perusahaan dalam industri. Faktor penentu ancaman produk substitusi terdiri dari harga dan kinerja produk substitusi, biaya beralih pemasok dan kecenderungan pembeli terhadap produk substitusi. Faktor penentu kekuatan pembeli mencakup konsentrasi pembeli dibandingkan dengan konsentrasi perusahaan, volume pembelian, biaya beralih pemasok dari pembeli relatif terhadap biaya beralih pemasok dari perusahaan, informasi pembeli, kemampuan melakukan integrasi balik, produk substitusi, harga pembelian, diferensiasi produk, identitas merek, dampak atas kualitas, laba pembeli dan insentif pengambil keputusan. Sedangkan faktor penentu persaingan di antara perusahaan yang ada adalah pertumbuhan industri, biaya tetap, kelebihan kapasitas, diferensiasi produk, identitas merek, biaya beralih pemasok, konsentrasi dan keseimbangan, ragam pesaing, taruhan korporasi dan hambatan keluar. Jika kelima kekuatan dan faktor penentu mereka semata-mata hanya fungsi dari karakteristik industri instrinsik, strategi bersaing tentunya akan sangat tergantung pada pemilihan indistri yang tepat dan pemahaman tentang kelima factor ini secara lebih baik daripada para pesaing. Dengan demikian keunggulan bersaing tidak dapat difahami jika kita tidak melihat suatu perusahaan sebagai suatu keseluruhan. Keunggulan bersaing bersumber dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam merancang, membuat, mendistribusikan, mendukung dan memasarkan produknya. Pada setiap kegiatan tersebut dapat mempengaruhi posisi biaya relatif perusahaan dan menciptakan landasan diferensiasi. Strategi keunggulan biaya dan strategi diferensiasi mencari keunggulan bersaing dalam beragam industri yang luas, sedangkan strategi fokus mengejar keunggulan biaya (fokus biaya) atau diferensiasi (fokus diferensiasi) dalam segmen yang sempit. Sedangkan Gambar 2.5. merupakan contoh analisis pasar untuk pasta gigi. Pasta gigi biasa Pepsodent Switzal Pasta gigi dengan Flouride Pepsodent Switzal Dee-dee Pasta gigi yang menghilangkan plag Anak Pepsodent Close-Up Colgate Pepsodent Close-Up Enzim Colgate Pepsodent Sensodyne Enzim Pepsodent Close-Up Colgate Pepsodent Close-Up Enzim Colgate Pepsodent Sensodyne Enzim Remaja Orang tua Gambar 2.6. Perusahaan perlu mengumpulkan informasi tentang strategi, sasaran, kekuatan/kelemahan serta pola reaksi pesaing. Perusahaan perlu mengetahui strategi masing-masing pesaing guna mengidentifikasi pesaing terdekatnya serta guna mengambil langkah yang tepat. Perusahaan harus mengetahui sasaran pesaingnya guna mengantisipasi gerakan dan reaksi mereka lebih lanjut. Mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing akan memungkinkan perusahaan untuk mempertajam strateginya sendiri guna memanfatkan keterbatasan pesaing sambil menghindarkan kemungkinan benturan di mana pesaing dirasakan kuat. Mengetahui pola reaksi pesaing akan membantu perusahaan untuk memilih jenis dan saat tindakan tertentu. Sekelompok perusahaan yang mempunyai strategi yang sama dalam membidik target pasarnya disebut kelompok strategisi, ditunjukkan pada Gambar 2.7. T i n g g i Kelompok A Lini terbatas Biaya produksi yang rendah Harga sedang Kelompok C Lini moderat Biaya produksi sedang Pelayanan yang sedang Harga sedang Mutu R e n d a h Kelompok B Lini lengkap Biaya produksi rendah Pelayanan yang baik Harga sedang Kelompok D Lini luas Biaya produksi sedang Pelayanan yang rendah Harga rendah Sangat terintegrasi vertikal Integrasi vertikal rendah Gambar 2.7. Pesaing perlu dikumpulkan, ditafsirkan dan disebar luaskan secara kontinyu. Eksekutif pemasaran perusahaan harus mampu mendapatkan informasi yang lengkap dan dapat diandalkan mengenai setiap pesaing yang mempunyai pengaruh terhadap suatu keputusan. Betapapun pentingnya orientasi kepada pesaing dalam pasar masa kini, perusahaan tidak boleh terlalu berlebihan dalam memusatkan perhatiannya kepada pesaing. Perusahaan lebih mungkin mengalami kesulitan karena munculnya kebutuhan pelanggan yang baru serta pesaing yang laten ketimbang karena pesaing mereka yang sudah ada. Perusahaan yang mampu menyeimbangkan perhatiannya baik kepada pelanggan maupun pesaing adalah perusahaan yang benar-benar menerapkan orientasi pemasaran. 1.6. Mengukur dan Meramal Pasar Dalam mengemban tugas dan kewajibannya, setiap manajer pemasaran membutuhkan berbagai perkiraan atau ramalan mengenai permintaan saat ini atau yang akan datang. Cara penghitungan kuantitatif sangat berperan penting dalam analisis tentang peluang pasar, perencanaan program pemasaran dan pengendalian kegiatan pemasarannya. Perusahaan dapat menyiapkan beberapa ramalan permintaan dari segi jumlah kesatuan produk, dimensi waktu dan dimensi tempat. Suatu pasar merupakan kumpulan konsumen baik yang sesungguhnya maupun yang potensial atas suatu tawaran produk atau jasa tertentu. Besarnya suatu pasar akan tergantung pada beberapa jumlah orang yang berminat, memiliki pendapatan dan akses/kemampuan mengambil rawaran tersebut. Dari segi pemasar sendiri, mereka harus memahami metode-metode yang membedakan antara pasar potensial, pasar yang sudah dilayani dan pasar yang diterobos. Begitu juga para pemasar seharusnya mampu membedakan dengan jelas antara permintaan pasar dan permintaan perusahaan dan pada masing-masing permintaan tersebut dibedakan lagi antara potensi dan ramalan. Permintaan pasar bukanlah suatu angka tertentu tetapi merupakan suatu fungsi yang sangat bergantung pada beberapa variabel lain. Satu tugas pokok seorang pemasar adalah memperkirakan dan menghitung jumlah permintaan yang ada pada saat ini. Jumlah seluruh permintaan dapat dihitung dengan metode rasio berantai yang dilakukan dengan mengalikan suatu angka dasar dengan banyak angka persentase sebagai penyesuai. Potensi pasar wilayah dapat diramalkan dengan menggunakan metode pembinaan pasar dan/atau metode indeks faktor ganda. Sedangkan untuk meramalkan jumlah penjualan yang sesungguhnya, diperlukan lebih dahulu identifikasi mengenai siapa dan berapa jumlah pedaing, serta berapa tingkat penjualan mereka. Yang terakhir perusahaan perlu juga menghitung berapa pangsa pasar para pesaingnya, agar dengan demikian dapat diketahui prestasi relatif mereka. Dalam proses meramal permintaan masa depan, perusahaan dapat menggunakan enam metode peramalan utama yaitu, survai mengenai pamrih dan tujuan pembeli, gabungan armada tenaga penjualan, pendapat para pakar, pengujian pasar, analisis deret berkala dan analisis permintaan statist. Semua metode akan memadai dalam suaatu keadaan tertentu dan kurang memadai untuk digunakan dalam situasi yang lain lagi. Hal ini tergantung pada tujuan ramalan, jenis produk dan apakah data dapat tersedia dan dapat diandalkan. DAFTAR PUSTAKA Alsem, Karl Jan. 2007. Strategic Marketing : An Applied Perspective. New York : McGraw-Hill. Arens, William F. 2002. Contemporary Advertising. New York : McGraw-Hill Bearden, W.O., Ingram, T. N. and LaForge, R. W. 2007. Marketing : Principles and Perspectives. Fifth Edition. New York : McGraw-Hill. Cateora, Philip R. and Graham, John L. 2002. International Marketing, Eleventh Edition. New York : McGraw-Hill Cravens, David W. and Piercy, Nigel F. 2006. Strategic Marketing. Eighth Edition. New York : McGraw-Hill Cristine Y. Chen. 2002. The Wold’s Most Admired Companies 2002. March 11. Fortune. David Martin, Marc Ryan. 2002. Fortune 500 Companies Grow Fonder of Internet Advertising. Jupiter Media Metrix David Miller. 1996. Web Multimedia Development. New Riders.. Dooly, Michael. 1992. Kicking Up A Little Dust: Print, September. Seventh Edition. New York : McGraw-Hill Dwyer, F. Robert and Tanner, John F. 2006. Business Marketing : Connecting Strategy, Relationship and Learning. Third Edition. New York : McGraw-Hill. Elliot, Stuart. 1996. Big, Bold, Outside and in Fashion. The New York time, 11 Juli, C1. Elsom Cook. 2001. Principles of Interactive Multimedia. New York : McGrawHill. England, E. and Finney. A. 2002. Managing Multimedia : Project Management for Web and Convergent Media. Addison Wesley Publishers. Etzel, M. J., Walker, B. J. and Stanton, W. J. 2007. Marketing. Fourteenth Edition. New York : McGraw-Hill. Ferrell, O.C. and Hartline, Michael D. 2005. Marketing Strategy. Fourth Edition. Natorp Boulevard Mason : Thomson SouthWestern. Fisher, Christy. 1995. King of Road : American Demographics. Agustus, hal.55 Friedman, Mildred,. 1989. Graphic Design In America : A Visual History. Mineapolis, MN, Walker Art Center and New York, Harry N. Abrams. Fred T. Hofstetter. 2001. Multimedia Literacy. Third Edition. McGrawHill Goldfarb, Roz. 1997. Careers by Design : A Headhunter’s Secrets for Succes and Survival in Graphic Design. New York, Allworth. George E. Belch, Michael A. Belch. 2004. Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communications Perspective, Fourth Edition. New York : McGraw-Hill Goldman, Kevin. 1994. Spending On Billboards Is Rising: Video Tool Makes Buying Easier. Wall Street Journal, 27 Juni. B6. Gonnella, Rose, Anderson, Landa. 2000. Creative Jolt Inspirations. Cincinnati, OH, North Light Books. Grover, Ronald. 1998. Billboard Aren’t Boring Anymore. Business Week 21 September, hal. 88-89 Heller, Steven. 1993. Graphic Design, New York, Rockport, Allworth Press Holland, Bierut, Drenttel. 1993. Graphic Design : America, New York, Rockport, Allworth Press Jeff Foster. 1997. Photoshop Web Magic. Hayden Books. Johansson, Johny K. 2006. Global Marketing : Foreign Entry, Local Marketing & Global Management. Fourth Edition. New York : McGraw-Hill Keegan, Warren J. And Green, Mark S. 2000. Global Marketing. Second Edition. New Jersey : Printice-Hall. Keyes, J. 1990. Multimedia Offers Managers Multiple Business Solutions. Computer World. Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane. 2006. Marketing Management. 12th Edition. New Jersey : Pearson Education. Labuz, Ronald. 1991. Contemporary Graphic Design, New York, Van Nostrand Reinhold Landa, Robin, 1998. Thinking Creatively, Cincinnati, North Light Books. Landa, Robin, 2001. Graphic Design Solutios, Cincinnati, North Light Books Majalah Marketing. 2004. Majalah Pemasaran dan Penjualan, No.1-12. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero. Majalah Marketing. 2005. Inspiring The Leadership, No.1-12. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero. Majalah Marketing. 2006. Inspiring The Leadership, No.1-12. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero. Majalah Marketing. 2007. Inspiring The Leadership, No.1-8. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero. Majalah Marketing. 2007. Top Brand 2000-2007, Edisi Khusus No.1. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero. Majalah Marketing. 2007. 10 Karakter Unik Konsumen Indonesia, Edisi Khusus. Jakarta: PT. Info Cahaya Hero. Majalah Swa Sembada. 2004. No.1-24. Jakarta: Yayasan Sembada Swakarya. Majalah Swa Sembada. 2005. No.1-24. Jakarta: Yayasan Sembada Swakarya. Majalah Swa Sembada. 2006. No.1-24. Jakarta: Yayasan Sembada Swakarya. Majalah Swa Sembada. 2007. No.1-15. Jakarta: Yayasan Sembada Swakarya. Meggs, Philip B. 1983. A History of Graphic Design. New York, Van Nostrand Reinhold Michael E. Porter, 1985. Competitive Advantages. Free Press. Miller, Cyndee. 1995. Outdoor Gets a Makeover. Marketing News, 10 April, hal. 26. Nichols, John. 1995. Outdoor New York Tops Ideas, Gannetteer, September, hal.8 Nielson, J. 1995. Multimedia and Hypertext : The Internet and Beyond. New York. Harcourt Braco. Neubourne, Ellen. 2000. Road Show : The New Face of Billboards. Business Week, 8 Mei hal.75 OAAA. 2005. Introduce Yourself to Outdoor Advertising. OAAA. New York OAAA. 2000. Creating Award Winning Outdoor. OAAA. New York Peter, J. Paul and Donnelly, James H. 2006. A Preface to Marketing Management.Tenth Edition. New York:McGrawHill Richardson, Margaret. 1993. Best Selling Design : Book Jackets andCovers, Three Case Study, U&lc, Vol.20, No.2, Summer / Fall Robert Levering, Milton Moskowitz. 2002. The 100 Best Companies To Work For . March 11. Fortune Ries, Al dan Jack Trout. 2001. Positioning : The Battle for Your Mind. New York : McGraw-Hill. Ries, Al and Jack Trout. 1993. The 22 Immutable Laws of Marketing, New York, Harper Business. Robisn Landa. 2001. Graphic Design Solutions. Second Edition. OnwordPress-Thomson Learning Richard Raysman & Jeffrey D. Neuburger. 2003. Multi-media Publishing: Legal Issues To Consider. Published in MusiCopyright Intelligence Shamms Moprtier. 2001. Flash 5 : Weekend Crash Shimp,Terence A. 2000. Advertising and Promotion : Supplemental Aspects of Integrated Marketing Communications, Fifth Edition. The Dryden Press Sloane, A. 1996. Multimedia Communication. . New York : McGraw-Hill Publishing. Suyanto, M.. 2007. Strategic Management : The Most Admired Companies. Andi Yogyakarta Suyanto, M.. 2005. Strategi Periklanan Televisi Perusahaan Top Dunia. Andi Yogyakarta Suyanto, M.. 2003. Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan. Andi Yogyakarta Suyanto, M.. 2003. Strategi Periklanan pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia. Andi Yogyakarta Suyanto, M. 2003. Multimedia alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Andi Yogyakarta Suyanto, M.. 2002. Strategi Pemasaran Global Berbasis Internet. Jurnal DASI Vol. III No. 1. AMIKOM Yogyakarta. Suyanto, M.. 2002. Evaluasi Efektivitas Periklanan Berbasis Internet. Jurnal DASI Vol. III. No. 2. AMIKOM Yogyakarta Suyanto, M.. 2001. Manajemen Periklanan. Jurnal DASI Vol. II No. 4. Desember. AMIKOM Yogyakarta The Editors of PC Magazine. 2002. Top 100 Undiscovered Web Sites. PC Magazine The Editors of PC Magazine. 2002. The Best Product for 2002. PC Magazine The Editors of PC Magazine. 2002. The Eighteenth Annual Awards for Technical Excellence. PC Magazine. Thomas J. Kueglen, Jr. 2000. Web Advertising and Marketing : Make The Web Work for You. Third Edition. A Devision of Prima Publishing Thomas Russel, W. Ronald Lane. 1999. Kleppner’s Advertising Procedure, Fourteenth Edition. Prentice-Hall Walker, O. C., Mullins, J. W., Boyd, H. W. and Larreche, J. L. 2006. Marketing Strategy. Fifth Edition. New York : McGrawHill Ward Hanson. 2000. Principles of Internet Marketing. South Western College Publishing. White, Roderick. 2005. Best Practice – Outdoor Advertising : Solus or Support ?. Admap. Mei. Hal.12-14. Williams, Roy H. 2003. Outdoor Ads That Get Results. Sales & Marketing. 4 Agustus. Wong, Wucius, Benjamin, 1994. Visual Design on the Computer. New York, Design Books WWW.CAKRAM.CO.ID Yin, Sandra. 2002. Counting Eyes On Billboards. American Demographic. Desember