BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies merupakan penyakit jaringan keras pada gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme penyebab karies dalam suatu karbohidrat yang diragikan (Kidd dan Bechal, 2012). Karies juga merupakan hasil interaksi dari bakteri yang ada di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet (karbohidrat) dan karbohidrat tersebut difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam (asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras pada gigi dan memerlukan waktu yang cukup untuk kejadiannya (Putri, dkk., 2011). Tanda karies gigi adalah demineralisasi jaringan keras pada gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya, akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Karies gigi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan. Karies terjadi karena karbohidrat pada makanan contohnya sukrosa dan glukosa yang menempel di permukaan gigi diragikan oleh mikroorganisme tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak menjadi turun sampai di bawah 5 dalam kurun waktu sekitar 1-3 menit. 1 2 Penurunan pH yang berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan proses karies dimulai. Karies baru akan timbul jika keempat faktor penyebab tersebut bekerja secara simultan (Kidd dan Bechal, 2012). Prevalensi karies gigi pada anak kelompok usia 12 tahun dilaporkan cenderung meningkat dari 69,74% menjadi 76,92% tahun 2007, sedangkan prevalensi penyakit gigi dan mulut tertinggi meliputi 72,1% penduduk, 46,6% merupakan karies aktif (Anonim, 2007). Karies pada anak yang dibiarkan menimbulkan masalah seperti premature loss atau tanggalnya gigi desidui sebelum waktunya. Umumnya mayoritas penyebab hilangnya gigi pada anak disebabkan karena karies. Adanya premature loss gigi desidui dapat mengakibatkan keadaan berikut : 1. Penyempitan ruangan yang dapat berlanjut menjadi penutupan ruangan (space closure) sehingga dapat mengakibatkan malposisi gigi pengganti yang akan erupsi. Penutupan ruangan akibat premature loss gigi desidui ini dapat terjadi selama 6 bulan setelahnya, tetapi dapat juga terjadi dalam hitungan minggu; 2. Apabila gigi anterior yang hilang akan mengakibatkan gangguan bicara dan estetik, sedangkan bila gigi kaninus desidui yang hilang akan dapat menyebabkan crowding anterior serta bila yang hilang gigi molar desidui akan mengakibatkan malalignment gigi tetap; 3. Adanya perkembangan kebiasaan buruk, karena lidah akan bergerak menuju ruang 3 kosong yang apabila tidak dilakukan perawatan maka akan mengakibatkan maloklusi. Studi Miyamoto dalam Mc Donald (2011) pada 255 anak dengan usia 11 tahun dengan premature loss 1 atau lebih gigi sampai usia 9 tahun menunjukkan kecenderungan mengalami perawatan maloklusi; 4. Trauma psikis sehubungan dengan benturan yang dapat mengakibatkan hilangnya gigi anterior sehingga anak mengalami gangguan estetik dan rendah diri atau minder (Syarif, 2011). Gangguan estetik pada gigi anak akan membuat anak menjadi rendah diri atau minder. Estetik dalam kedokteran gigi sendiri dapat diartikan sebagai integritas yang harmonis dari beberapa fungsi fisiologis oral dengan penekanan yang sama sehingga didapatkan atau dihasilkan gigi geligi yang ideal melalui restorasi dengan warna, bentuk, struktur dan fungsi untuk mencapai kesehatan dan daya tahan yang optimal. Gigi yang putih merupakan salah satu penilaian estetik standar untuk kecantikan. Gigi tersebut tidak hanya dianggap menarik, tetapi juga menunjukkan kesehatan gizi dan status ekonomi (Ventakataraghavan, 2014). Berdasarkan penelitian, karies adalah penyebab paling umum terjadinya premature loss pada gigi desidui yaitu sebesar 96,1% (Mehdi dkk, 2013). Salah satu perawatan untuk mencegah terjadinya premature loss gigi anak yang mengalami karies luas adalah dengan restorasi. Sebaiknya, restorasi yang tepat untuk karies gigi yang meluas pada gigi anterior anak 4 adalah restorasi yang sewarna dengan gigi berupa restorasi PCC (Poly Carbonate Crown). PCC (Poly Carbonate Crown) merupakan restorasi untuk gigi anterior desidui, bila dengan resin tidak ada retensi (Kuswandari dkk, 2009) . PCC (Poly Carbonate Crown) juga merupakan resin akrilik yang dibentuk secara panas yang beradaptasi di mulut dengan resin akrilik self cure (Schwartz, 2012). PCC (Poly Carbonate Crown) mulai dikenal sejak tahun 1970 (Schwartz, 2012). Keuntungan dari Poly Carbonate Crown adalah estetik baik, peningkatan retensi, fleksibel, adaptasi lebih baik. Kekurangan dari Poly Carbonate Crown adalah perubahan warna gigi (diskolorisasi gigi), kerapuhan gigi, letak tumbuh kembang gigi tidak pada gusi yang tepat (Venkataraghavan, 2014) Menurut Mathew Renu Ann (2013) Poly Carbonate Crown baik untuk restorasi gigi anterior anak karena estetiknya yang bagus, serta teknik dalam mengaplikasiannya yang mudah seperti mudah dipegang dengan plier dan mudah dalam memangkasnya, tetapi Poly Carbonate Crown ini tidak terlalu kuat pada tekanan abrasi dan merupakan kontraindikasi untuk pasien bruxism dan deep bite serta penggunaan PCC (Poly Carbonate Crown) yang dianjurkan untuk mendukung fungsi utama dari tujuan restorasi PCC (Poly Carbonate Crown) pada anak harus memperhatikan beberapa aspek yaitu kemampuan artistik, kondisi gigi pasien dan teknik restorasi yang kompeten. 5 Menurut Steven Schwartz (2012) Poly Carbonate Crown memiliki nilai estetik lebih tinggi daripada Stainless Steel Crowns, walaupun dilihat dari segi kekuatan. Poly Carbonate Crown memiliki kekuatan lebih rendah dibanding dengan Stainless Steel Crowns, seperti mudah rapuh. Teknik restorasi PCC (Poly Carbonate Crown) untuk gigi anak juga harus memperhatikan fungsi dan estetik pada gigi yang dianjurkan untuk restorasi PCC (Poly Carbonate Crown) sehingga hal ini mendukung suatu tingkat kualitas kedokteran gigi. Penilaian tingkat keberhasilan restorasi PCC (Poly Carbonate Crown) pada gigi anterior anak usia 4-12 tahun di RSGM (Rumah Sakit Gigi dan Mulut) UMY belum pernah dilakukan. Penelitian tentang tingkat keberhasilan restorasi PCC (Poly Carbonate Crown) pada gigi anterior anak usia 4-12 tahun di RSGM (Rumah Sakit Gigi dan Mulut) UMY mengacu pada : QS. Yunus (10): 57- 58), Allah berfirman : َ اس قَ ْد َجا َءتْ ُك ْم َم ْو ِع صد ُو ِر ُّ ظةٌ ِم ْن َر ِب ُك ْم َو ِشفَا ٌء ِل َما فِي ال ُ َّيَا أَيُّ َها الن َّ ض ِل اَّللِ َو ِب َر ْح َم ِت ِه فَ ِبذَ ِل َك ْ َ) قُ ْل ِبف57( ََو ُهدًى َو َر ْح َمةٌ ِل ْل ُمؤْ ِم ِنين )58( َفَ ْليَ ْف َر ُحوا ُه َو َخي ٌْر ِم َّما يَ ْج َمعُون 6 Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (10: 57) Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (10: 58) Menurut Hadits Abu Hurairah r.a. berkata: Artinya : “Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Andaikan aku tidak memberatkan pada umatku (atau pada orang-orang) pasti aku perintahkan (wajibkan) atas mereka bersiwak (gosok gigi) tiap akan sembahyang. ” (HR. Bukhari Muslim) 7 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana tingkat keberhasilan restorasi mahkota jaket akrilik (acrylic crown) sebagai pengganti PCC (Poly Carbonate Crown) pada gigi anterior anak usia 4-12 tahun di RSGM UMY. C. Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian ini meliputi : 1. Tujuan Umum : Mengetahui tingkat keberhasilan restorasi mahkota jaket akrilik (acrylic crown) sebagai pengganti PCC (Poly Carbonate Crown) pada gigi anterior anak usia 4-12 tahun di RSGM UMY. 2. Tujuan Khusus : a. Memberikan umpan balik pada RSGM UMY terkait evaluasi pembelajaran klinis pada Pendidikan Profesi Dokter Gigi UMY. b. Menunjukkan evaluasi restorasi mahkota jaket akrilik (acrylic crown) sebagai pengganti PCC (Poly Carbonate Crown) pada gigi anterior anak. 8 D. Manfaat Penelitian 1. Ilmu Kedokteran Gigi Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang tingkat keberhasilan restorasi mahkota jaket akrilik (acrylic crown) sebagai pengganti PCC (Poly Carbonate Crown) pada gigi anterior anak usia 4-12 tahun. 2. RSGM UMY Sebagai informasi tentang tingkat keberhasilan restorasi mahkota jaket akrilik (acrylic crown) sebagai pengganti PCC (Poly Carbonate Crown) pada gigi anterior anak usia 4-12 tahun dan dapat digunakan sebagai materi penyuluhan di masyarakat. 3. Masyarakat Menambah wawasan tentang tingkat keberhasilan restorasi mahkota jaket akrilik (acrylic crown) sebagai pengganti PCC (Poly Carbonate Crown) pada gigi anterior anak usia 4-12 tahun. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini mengacu pada studi kasus yang pernah diteliti oleh : 1. Venkataraghavan, 2014 dkk yang berjudul “Poly Carbonate Crowns for Primary teeth Revisited-Restorative options, Technique & Case reports”. Hasil penelitian ini berdasarkan laporan kasus. PCC (Poly Carbonate Crown) terbukti mempunyai nilai estetika tinggi untuk gigi anterior dan 9 ideal untuk gigi primer. Perbedaan dengan penelitian saya yaitu terletak pada variabelnya. Pada penelitian di atas variabel yang digunakan adalah teknik pemasangan, sedangkan pada penelitian saya variabel yang digunakan adalah tingkat keberhasilan restorasi PCC (Poly Carbonate Crown). 2. Schwartz, 2012 yang berjudul “Full Coverage Aesthetic Restoration of Anterior Primary Teeth”. Hasil penelitian ini berdasarkan data klinis. PCC (Poly Carbonate Crown) terbukti dapat mengembalikan fungsi estetis gigi anterior primer. Dalam hal ini, terdapat perbedaan variabel yang digunakan. Pada jurnal ini variabel yang digunakan lebih menjelaskan tentang teknik yang sesuai untuk mengembalikan fungsi dan estetik gigi anterior, sedangkan pada penelitian saya, variabel yang digunakan adalah tingkat keberhasilan restorasi PCC (Poly Carbonate Crown).