BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Inovasi 2.1.1.1. Definisi dan Pengertian Inovasi Inovasi adalah salah satu pilihan korporasi dalam menghadapi persaingan pasar dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman (2004) menganggap inovasi sebagai upaya dari perusahaan melalui penggunaan teknologi dan informasi untuk mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk yang baru untuk industri. Dengan kata lain inovasi adalah modifikasi atau penemuan ide untuk perbaikan secara terus-menerus serta pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pervaiz K. Ahmed and Charles D. Shepherd (2010) inovasi perusahaan dapat menghasilkan R&D (Research and Development), produksi serta pendekatan pemasaran dan akhirnya mengarah kepada komersialisasi inovasi tersebut. Dengan kata lain inovasi adalah proses mewujudkan ide baru, yang berbeda dengan yang dulu, dengan cara produksi atau dengan membuatnya menjadi nyata, dimana inovasi termasuk generasi evaluasi, konsep baru dan implementasi. Dimana penggunaan metode baru dan berbeda serta teknologi untuk meningkatkan kualitas biaya atau lebih rendah, untuk memenuhi atau melampaui target perusahaan. Pervaiz K. Ahmed and Charles D. Shepherd (2010) inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi, secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang 8 9 belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. 2.1.1.2. Karateristik Inovasi Cepat atau lambat penerimaan inovasi oleh masyarakat sangan tergantung pada karakteristik inovasi itu sendiri. Karakteristik inovasi yang mempengaruhi cepat lambat penerimaan informasi Everett M. Rogers (2003), sebagai berikut: 1. Keunggulan relatif (relative advantage) – Keunggulan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat di ukur berdasarkan nilai ekonominya, atau dari faktor status sosial, kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi. 2. Kompatibilitas (compatibility) - Kompatibel ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. 3. Kerumitan (complexity) - Kompleksitas ialah, tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. 10 4. Kemampuan diujicobakan (triability) – Kemampuan untuk diujicobakan adalah di mana suatu inovasi dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Jadi agar dapat dengan cepat di adopsi, suatu inovasi harus mampu mengemukakan keunggulanya. 5. Kemampuan untuk diamati (observability) - Yang dimaksud dengan dapat diamati ialah mudah atau tidaknya pengamatan suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya bila sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat. 2.1.1.3. Faktor Penunjang Serta Manfaat Inovasi Everett M. Rogers (2003) Inovasi tidak hanya berurusan dengan pengetahuan baru dan cara-cara baru, tetapi juga dengan nilai-nilai,karena harus bisa membawa hasil yang lebih baik, jadi selain melibatkan iptek baru, inovasi juga melibatkan cara pandang dan perubahan sosial. Inovasi dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: (1).Peningkatan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru yang membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia. (2).Memungkinkan suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan yang dapat diperolehnya. (3).Adanya peningkatan dalam kemampuan mendistribusikan kreativitas kedalam wadah penciptaan sesuatu hal yang baru. (4). Adanya keanekaragaman produk dan jenisnya didalam pasar, Everett M. Rogers (2003). Inovasi dapat ditunjang oleh beberapa factor pendukung seperti : (1). Adanya keinginan untuk merubah diri, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari tidak tahu menjadi tahu. (2).Adanya kebebasan untuk berekspresi. (3).Adanya pembimbing yang berwawasan luas dan kreaktif (4). 11 Tersedianya sarana dan prasarana. (5). Kondisi lingkungan yang harmonis, baik lingkungan keluarga, pergaulan, maupun sekolah. 2.1.2. Kinerja 2.1.2.1. Pengertian Kinerja Sampurno (2010: 248) Kinerja adalah hasil akhir dari aktivitas dan kinerja perusahaan adalah akumulasi hasil akhir dari seluruh aktivitas dan proses kerja dari perusahaan. Atau kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Sampurno (2010: 248) mengatakan pengukuran kinerja perusahaan mempunyai manfaat antara lain: (1) meningkatkan kemampuan untuk kepuasan customer, (2) dampak terhadap reputasi perusahaan, dan (3) pengetahuan atau kemampuan organisasi. Kinerja perusahaan penting untuk diukur karena manajemen perlu memahami faktor-faktor apa saja yang mempunyai kontribusi terhadap kinerja perusahaan yang tinggi atau sebaliknya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kinerja perusahaan rendah. Perusahaan akan tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan bila perusahaan tersebut memiliki manajemen kinerja yang baik dengan sistem kontrol yang efektif. 2.1.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan Kinerja organisasi yang baik merupakan tujuan dari setiap perusahaan. Menurut Wirawan (2009,p7), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja 12 organisasi dapat digambarkan sebagai berikut : Lingkungan Eksternal Perusahaan - Kehidupan ekonomi - Kehidupan politik - Kehidupan sosial - Budaya dan agama - Kompetitor Faktor Internal Karyawan - Bakat dan sifat pribadi - Kreativitas - Pengetahuan - Keterampilan - Pengalaman kerja - Keadaan fisik - Keadaan psikologi - Prilaku kerja karyawan Lingkungan Internal Perusahaan - Visi, misi dan tujuan organisasi - Kebijakan organisasi - Bahan mentah - Teknologi - Strategi organisasi - Sistem manajemen - Kompensasi - Kepemimpinan - Modal - Budaya organisasi - Iklim organisasi - Teman sekerja Kinerja Karyawan Kinerja Perusahaan Gambar 2.1 Sumber Wirawan,2009,p7 1. Faktor internal karyawan yaitu faktor-faktor dari dalam diri karyawan yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor-faktor bawaan misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik serta kejiwaan. Sementara itu, faktor-faktor yang diperoleh misalnya keterampilan, pengetahuan, dan etos kerja, pengalaman dan motivasi kerja setelah dipengaruhi oleh 13 lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. Faktor internal karyawan ini menentukan kinerja pegawai. 2. Faktor lingkungan internal perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya karyawan memerlukan dukungan perusahaan tempat mereka bekerja. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan. Misalnya kompensasi, visi dan misi perusahaan dan modal. 3. Faktor lingkungan eksternal perusahaan adalah keadaan, kejadian atau situasi yang terjadi dilingkungan eksternal perusahaan yang mempengaruhi kinerja. Misalnya krisis ekonomi, budaya masyarakat dan lain halnya. Faktor faktor internal besinergi dengan faktor-faktor lingkungan internal perusahaan dan faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan. Sinergi ini mempengaruhi perilaku kerja karyawan yang kemudian mempengaruhi kinerja karyawan. Kinerja karyawan kemudian menetukan kinerja perusahaan. 2.1.2.3. Manfaat Penerapan Kinerja Menurut Wirawan (2009,p7), kinerja merupakan sistem yang memuat pengelolaan kinerja satuan kerja hingga ke individu dalam suatu organisasi atau institusi. Proses ini bertujuan untuk menggambarkan dan menilai kinerja setiap bagian dalam mencapai target yang ditetapkan untuk setiap tahun berjalan. Penerapan kinerja yang biasanya dapat dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan, yaitu : 1. Sebagai kumpulan jabaran tugas strategis di masing-masing satuan kerja / unit bisnis untuk mengukur kinerja setiap satuan kerja / unit. 2. Merupakan alat team manajemen / Direksi untuk memantau kinerja secara korporasi / institusi dan kinerja setiap satuan kerja/ unit untuk Mendukung prinsip 14 GCG (Good Corporate Governance) untuk upaya mencapai tujuan jangka panjang perusahaan/institusi. 3. Sebagai sarana untuk menilai kemampuan setiap satuan kerja/unit bahkan individu dalam organisasi untuk sebagai hasil pencapaian target yang ditetapkan. 4. Sebagai alat manajemen untuk mengambil keputusan secara terintegrasi untuk tujuan strategis perusahaan. 5. Dapat memperoleh data yang langsung terhubung dengan pelaporan dalam lingkup organisasi perusahaan. 2.1.2.4. Penilaian Kinerja Perusahaan Terdapat berbagai teknik analisa, yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa teknik yang berbeda akan sesuai dengan tujuan yang berbeda. Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1996) Balanced Scorecard merupakan suatu metode penilaian kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu: (1). perspektif keuangan (financial perspective), (2). perspektif pelanggan (customers perspective), (3). perspektif proses bisnis internal (internal business process perspective), serta (4). perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective). Dari keempat perspektif tersebut dapat dilihat bahwa balanced scorecard menekankan perspektif keuangan dan non keuangan dimana keunggulan Balanced Scorecard dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja berdasarkan perspektif keuangan. Tolak Ukur dalam Balance Scorecard, melalui 4 (empat) dimensi utama, yaitu : 15 1. Perspektif Keuangan (financial perspective) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh setiap organisasi bisnis. Sasaran perspektif keuangan dibedakan dalam masing-masing tahap dalam siklus bisnis yaitu : growth (berkembang), sustain stage (bertahan) dan harvest (panen). 2. Perspektif Pelanggan (customers perspective) Merupakan tonggak penting untuk mencapai kejayaan dalam aspek keuangan. Sebab tanpa pelanggan, sebuah organisasi bisnis tak lagi punya alasan untuk meneruskan nafasnya. Demikianlah untuk mencapai kesuksesan, perusahaan juga mesti memetakan sejumlah ukuran keberhasilan dalam dimensi pelanggan. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal (internal business process perspective) Fokus dalam perspektif ini adalah proses internal dari manajemen perusahaan yang harus dilakukan. Proses internal yang harus dilakukan adalah proses yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa sehingga dapat menarik dan mempertahankan pelanggan di pasar yang akhirnya dapat memuaskan ekspektasi pemegang saham. Perbedaan fundamental antara pendekatan tradisional dan Balanced scorecard sebagai berikut pendekatan tradisional bertujuan untuk memantau dan meningkatkan proses bisnis yang telah ada. Sementara pendekatan Balanced scorecard akan selalu mengindentifikasi keseluruhan proses yang baru dimana perusahaan harus memenuhi tujuan keuangan dan pelanggannya. Sasaran strategic dari perspektif proses bisnis ini adalah organizational capital seperti meningkatnya kualitas proses layanan kepada customer, komputerisasi proses layanan kepada customer, dan penerapan insfrastruktur teknologi yang memudahkan pelayanan kepada customer. 16 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (learning and growth perspective) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini mengindentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan perusahaan di jangka panjang. Betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif di atas dan tujuan perusahaan. Intinya akan berfokus pada pengembangan kapabilitas SDM, potensi kepemimpinan dan kekuatan kultur organisasi untuk terus dikembangkan ke titik yang optimal. Dengan kata lain, perspektif ini akan meletakkan sebuah pondasi yang kokoh agar sebuah organisasi bisnis terus bisa unggul. 2.1.3. Proses Inovasi 2.1.3.1. Pengertian Proses Inovasi Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai dari sadar atau tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi. Inovasi sebagai suatu proses digambarkan sebagai proses yang siklus dan berlangsung terus menerus, meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi De Jong & Den Hartog (2003). Proses inovasi (http;//infomgt.bi.no/euram/material/p-luno.doc), terdiri atas: 1. mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan rancangan teknis dan desain. 2. resolusi masalah yaitu meliputi mengambil keputusan dan memecah ide ke dalam komponen yang lebih kecil, menentukan prioritas untuk tiap komponen atau elemen, membagi alternatif masalah, dan menilai desain alternatif menggunakan kriteria yang 17 telah dipaparkan dalam tahap pertama fase yang menciptakan penemuan dalam proses inovasi adalah adopsi dan implementasi. Proses inovasi (http:/faculty.babson.edu/gordon/ manuscript/ECIS05.doc) adalah sebagai berikut: a. Inisiasi yaitu, kegiatan yang mencakup keputusan dalam organisasi untuk mengadopsi inovasi b. Pengembangan yaitu, kegiatan yang meliputi desain dan pengembangan produk dan perencanaan proses inovasi dalam fase inovasi jadi fase ini meliputi mengeluarkan ide dan pemecahan masalah c. Implementasi yaitu, kegiatan ini meliputi penerapan desain inovasi yang telah dibuat sebelumnya dalam fase pengembangan Bharawaj & Menon pada tahun 2000 melakukan survey lebih dari 600 unit bisnis mendapatkan hasil bahwa yang menentukan inovasi pada level organisasi adalah: (a) mekanisme kreativitas individual, (b) mekanisme kreativitas organisasi, dan (c) ke dua faktor secara bersama-sama (Hyland & Beckett, 2004). Ulrich (dalam Hyland & Beckett, 2004) mengatakan bahwa ada 3 premis yang berkaitan dengan inovasi yaitu persoalan inovasi, inovasi itu multifaceted, dan inovasi sebuah budaya. Hickman & Raia (dalam Hyland & Beckett, 2004) mengatakan bahwa inovasi dapat terjadi dalam lingkungan yang berfikir divergen, imajinasi, ketidakaturan, uncertainty, dan toleransi terhadap ambigiusitas. Bukan dalam sistem berfikir konvergen yang mempertahankan aturan organisasi. Strategi apa yang perlu diperhatikan dalam memunculkan inovasi? Pertama, perlu mempertimbangkan pertambahan keuntungan yang akan dicapai. Hal ini dapat 18 dilakukan melalui pengukuran sampai sejauh mana kompetitor akan sulit mengikuti langkah yang diambil. Kedua apakah ada kemungkinan untuk memperluas keuntungan yang akan diperoleh (Hussey, 2003). Dengan demikian, bagian akhir dari sebuah inovasi adalah sejauh mana langkah yang diambil dapat menguntungkan dan tidak diambil keuntungannya oleh pesaing dan mendapatkan keuntungan. 2.1.3.2. Tahapan dalam Proses Inovasi De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap sebagai berikut: 1. Melihat peluang. Peluang muncul ketika ada persoalan yang muncul atau dipersepsikan sebagai suatu kesenjangan antara yang seharusnya dan realitanya. Oleh karenanya, perilaku inovatif dimulai dari ketrampilan melihat peluang. 2. Mengeluarkan ide. Ketika dihadapkan suatu masalah atau dipersepsikan sebagai masalah maka gaya berfikir konvergen yang digunakan yaitu mengeluarkan ide yang sebanyak-banyaknya terhadap masalah yang ada. Dalam tahap ini kreativitas sangat diperlukan. 3. Mengkaji ide. Tidak Semua ide dapat dipakai, maka dilakukan kajian terhadap ide yang muncul. Gaya berfikir divergen atau mengerucut mulai diterapkan. Salah satu dasar pertimbangan adalah seberapa besar ide tersebut mendatangkan kerugian dan keuntungan. Ide yang realistic yang diterima, sementara ide yang kurang realistic dibuang. Kajian dilakukan terus menerus sampai ditemukan alternatif yang paling mempunyai probabilitas sukses yang paling besar. 4. Implementasi. Dalam tahap ini, keberanian mengambil resiko sangat diperlukan. Resiko berkaitan dengan probabilitas kesuksesan dan kegagalan, oleh karenanya David Mc Clelland menyarankan pengambilan resiko sebaiknya dalam taraf sedang. 19 Hal ini berakaitan dengan probabilitas untuk sukses yang disebabkan oleh kemampuan pengontrolan perilaku untuk mencapai tujuan atau berinovasi. Hussey (2003) berupaya membentuknya dalam tahapan dan dibuat dengan akronim EASIER yaitu: 1. Envisioning yaitu proses ini meliputi penyamaan pandangan mengenai masa depan untuk membentuk tujuan berinovasi. Visi ini harus meliputi ukuran, inovasi apa yang dilakukan untuk organisasi, ruang lingkup inovasi, dan bagaimana visi tersebut sesuai dengan visi organisasi. 2. Activating yaitu penyampaian visi ke publik agar tercapai sebuah komitmen terhadap visi sehingga strategi akan relevan dengan visi begitupula dengan implementasi visi. 3. Supporting yaitu tahapan ini merupakan upaya seorang pemimpin tidak hanya di dalam memberikan perintah dan instruksi kepada bawahan, namun juga keterampilan di dalam menginspirasi bawahannya untuk bertindak inovatif. Dalam hal ini diperlukan kepekaan pemimpin dalam memahami bawahannya. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya bersikap emphatik. 4. Installing yaitu pada tahapan ini merupakan tahapan implementasi. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kompleksitas strategi yang diperlukan dalam berinovasi dan konsekuensi yang diterima. Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu seseorang di dalam memberikan masukan dalam implementasi sebuah inovasi sebagai berikut: a. meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat dipahami kemudian, b. mengidentifikasi apakah tindakan yang dilakukan membawa perubahan, c. mengalokasikan tanggung jawab dari berbagai tindakan yang diterima, 20 d. memprioritaskan tindakan yang diterima, e. memberikan anggaran yang sesuai, mengatur tim kerja dan struktur yang dibutuhkan. f. mengalokasikan orang-orang yang tepat, g. dan menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk memperlancar implementasi inovasi. 5. Ensuring yaitu kegiatan yang meliputi monitoring dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan sudah tepat waktu dan sesuai rencana. Apabila tidak sesuai dengan rencana maka rencana alternative apa yang dapat diambil. Selain itu, tahapan ini juga dipergunakan untuk memantau apakah hasil sesuai dengan yang diharapkan sehingga apabila tidak, maka akan dibuat langkah penyesuaian. 6. Recognizing yaitu tahapan ini meliputi segala macam bentuk penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal tidak hanya meliputi reward dalam bentuk finansial tapi dapat juga berbentuk kepercayaan, ucapan terima kasih yang tulus, serta bentuk promosi. 2.1.3.3. Elemen-Elemen Proses Inovasi Pervaiz K. Ahmed and Charles D. Shepherd (2010), dalam bukunya “Innovation Management, context, strategies, system and process” Pearson, hal 711, mengatakan bahwa inovasi proses sering melibatkan baik perubahan adaptif yang signifikan dalam model organisasi bisnis saat ini atau adopsi dari model bisnis baru. Dalam hal ini pergeseran proses didorong oleh inovasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri, seperti inovasi produk dan strategi, atau mungkin 21 didorong oleh inovasi eksternal. Hal ini dapat dilihat pada format sebagaimana pada gambar 2.2 Gambar 2.2 Elemen Proses Inovasi Sumber : Innovation Management, Context, Strategies, Systems and Process, Pervaiz K. Ahmed and Charles D. Shepherd, 2010. Dari gambar di atas inovasi yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri, yaitu : (1) inovasi produk, (2) inovasi proses dan (3) inovasi strategi. Sementara inovasi yang terjadi di luar organisasi, yaitu : (1) inovasi politik, (2) inovasi sosial dan (3) inovasi filosofi. Pervaiz K. Ahmed and Charles D. Shepherd (2010), mengklasifikasikan Proses inovasi terbagi atas tiga bagian, antara lain: a) Inovasi Administrasi (administrative innovation), berhubungan dengan struktur organisasi dan proses administrasi yang secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas dasar pekerjaan dari sebuah organisasi dan berhubungan secara langsung dengan manajemen Perusahaan. 22 b) Inovasi Teknologi(technology innovation), berhubungan dengan teknologi produk, jasa, dan proses produksi. c) Inovasi Proses/Operasional (process innovation), adalah elemen baru yang diperkenalkan pada sebuah produksi perusahaan atau operasi jasa, input bahan baku, spesifikasi tugas, pekerjaan dan informasi, dan peralatan yang digunakan, untuk produksi sebuah produk atau membuat jasa pelayan. 2.1.4. Struktur Organisasi 2.1.4.1. Definisi dan Pengertian Struktur Organisasi Struktur organisasi mempunyai peranan penting dalam perusahaan. Pertumbuhan perusahaan tidak terlepas dari adanya struktur organisasi yang baik dan efektif. Agar visi dan misinya tercapai, setiap organisasi wajib mempunyai strategi dan struktur yang tepat, orang-orang yang kompeten, kepemimpinan yang unggul, dan budaya yang sesuai. Dengan melakukan pemilihan serta penentuan struktur organisasi yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam perusahaan maka pencapaian tujuan perusahan akan lebih terarah. Selain itu dengan struktur organisasi yang jelas dan baik maka akan dapat diketahui sampai dimana wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugasnya. Adanya struktur organisasi yang jelas akan memudahkan para anggota organisasi melihat bagaimana organisasi disusun, sehingga masing-masing mengetahui tugasnya secara jelas serta jika terdapat persoalan yang ingin dipecahkan penyelesaiannya lebih mudah didapat (Husein Umar:2005:392). Dari definisi dan pengertian struktur organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi adalah sebagai mekanisme formal di mana organisasi 23 dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan tugas dan wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. 2.1.4.2. Elemen-Elemen Struktur Organisasi Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge (2011), Organizational Behavior, Edisi 14, Pearson, Hal : 522-528, mengatakan ada enam elemen kunci yang diperhatikan oleh para pemimpin ketika hendak mendesain struktur di dalam organisasi, antara lain: 1. Spesialisasi Pekerjaan (work specialization) - Dalam hal ini sejauh mana tugastugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa pekerjaan sendiri. 2. Departementalisasi (departementtalization) - Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama. Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan, dengan kata lain menentukan bagaimana karyawan dan kegiatan mereka dikelompokkan bersama-sama. 3. Rantai komando (chain command) - Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke level paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa. 4. Rentang kendali (span of control) - Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif. 5. Sentralisasi dan Desentralisasi (centralization and decentralization) - Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan dari sentralisasi. Organisasi 24 yang lebih besar cenderung desentralisasi, yaitu mereka menyebar otoritas pengambilan keputusan dan kekuasaan di seluruh organisasi. 6. Formalisasi (formalization) - Sejauh mana standarisasi prilaku organisasi melalui aturan, prosedural serta mekanisme terkait. Dengan kata lain, formalisasi merupakan pembentukan standarisasi sebagai mekanisme koordinasi. Steven L. McShane dan Mary Ann Von Glinow (2003:510) dalam bukunya Organizational Behavior, second edition, mengatakan ada empat elemen dasar struktur organisasi, yaitu: 1. Span of Control (Rentang Kendali), Rentang kendali mengacu pada jumlah orang yang melaporkan langsung ke tingkat berikutnya dalam hirarki. 2. Centralization and Decentralization ( Sentralisasi dan Desentralisasi), Sentralisasi berarti bahwa secara formal pengambilan keputusan dipegang oleh sekelompok kecil orang, biasanya yang di puncak hirarki organisasi. Organisasi yang lebih besar cenderung desentralisasi yaitu mereka menyebar otoritas pengambilan keputusan dan kekuasaan di seluruh organisasi. 3. Formalization (Formalisasi), Formalisasi adalah sejauh mana standarisasi prilaku organisasi melalui aturan, mekanisme terkait. Dengan kata prosedural, lain, formalisasi pelatihan merupakan formal, dan pembentukan standarisasi sebagai mekanisme koordinasi. 4. Departmentalization (Departementalisasi), menentukan bagaimana karyawan dan kegiatan mereka dikelompokkan bersama-sama. Ini adalah strategi fundamental untuk mengkordinasikan kegiatan organisasi karena mempengaruhi perilaku organisasi. 25 2.1.4.3. Menyesuaikan Struktur Organisasi dengan Proses Inovasi Perubahan dalam strategi menyebabkan perubahan dalam struktur organisasi. Struktur seharusnya dirancang untuk memfasilitasi upaya-upaya strategis sebuah perusahaan dan karenanya mengikuti strategi tersebut (Fred R. David, p. 397, 2009). Fred R. David (2009) menyatakan ada dua alasan utama perubahan strategi sering kali mengharuskan adanya perubahan dalam struktur :1). Struktur sangat menentukan bagaimana tujuan dan kebijakan ditetapkan. Bentuk struktural untuk pengembangan tujuan dan kebijakan bisa secara signifikan mempengaruhi semua aktivitas penerapan strategi yang lain. 2). Struktur mendikte bagaimana sumber daya akan dialokasikan. Jika struktur organisasi didasarkan pada kelompok konsumen, maka sumber daya akan dialokasikan dengan cara itu. Jika struktur organisasi ditetapkan menurut fungsional bisnis, maka sumber daya dialokasikan menurut fungsi-fungsi bisnis, rangkaian ini digambarkan pada gambar 2.3, sebagai berikut : Inovasi baru dijalankan Persoalan administrative baru muncul Kinerja organisasi membaik Kinerja organisasi menurun Sebuah struktur organisasi yang baru ditetapkan Gambar 2.3 Hubungan Proses Inovasi– Struktur Organisasi Sumber : Alfred Chandler (1962), Fred R. David(2009) 26 2.1.4.4. Model Desain Struktur Organisasi Steven L. McShane dan Mary Ann Von Glinow (2003) Ketika jumlah, ukuran dan keberagaman divisi di suatu organisasi meningkat, pengendalian dan pengevaluasian operasi divisional menjadi semakin sulit bagi para penyusun strategi. Ketika struktur organisasi divisional menjadi sulit diterapkan karena CEO mempunyai terlalu banyak divisi yang harus diurus, maka salah satu solusinya adalah perusahaan mengubah struktur organisasinya dalam bentuk strategic business unit (SBU) atau strategic groups. Struktur SBU ini mengelompokkan sejumlah divisi berdasarkan pada beberapa aspek seperti lini produk atau pasar. Dari sekian jenis struktur organisasi dasar yang ada, fungsional, divisional,unit bisnis strategis, matrik dan team, penulis hanya berfokus pada jenis struktur organisasi unit bisnis strategis (strategic business unit – SBU). Hal ini dikarenakan organisasi yang akan diteliti telah menerapkan model SBU. Adapun kelebihan struktur SBU antara lain: Tanggung jawab setiap SBU jelas. Meperbaiki koordinasi. Sistem pengawasan untuk organisasi yang terdiversifikasi menjadi lebih mudah. Masing-masing SBU lebih memahami lingkungan khususnya. Sedangkan kekurangan stuktur SBU antara lain: Struktur lebih tinggi. Biaya lebih tinggi. Berpotensi menimbulkan persaingan sumberdaya. antar SBU dalam memperebutkan 27 Perubahan dalam struktur ini bisa memfasilitasi penerapan strategi dengan cara memperbaiki koordinasi antara divisi-divisi yang sama dan menyalurkan tanggung jawab ke unit-unit bisnis yang berbeda. Bagan organisasi SBU seperti Gambar 2.4 di bawah ini : Direktur Eksekutif Direktur Keuangan Direktur Operasional SBU Product A Divisi 1 Divisi 2 Direktur Strategi Direktur SDM SBU Product B Divisi 3 Divisi 1 Divisi 2 Divisi 3 Gambar 2.4 Bagan Organisasi SBU Sumber : (Fred R. David, 2009, p.406) 2.1.4.5. Faktor Penentu Struktur Organisasi Steven L. McShane dan Mary Ann Von Glinow (2003:527) dalam bukunya Organizational Behavior, second edition, mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi desain optimal struktur suatu organisasi, yaitu: 1. Ukuran Organisasi, Organisasi yang lebih besar memiliki struktur jauh berbeda dari organisasi yang lebih kecil. Karena jumlah karyawan meningkat, spesialisasi pekerjaan menigkat sebagai akibat dari pembagian kerja lebih besar. Perusahaan 28 besar juga memiliki mekanisme koordinasi yang lebih rumit untuk mengatur pembagian kerja lebih besar. Mereka lebih cendrung untuk menggunakan standarisasi proses kerja dan output untuk mengkoordinasikan aktivitas kerja. 2. Teknologi. Istilah teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output. Setiap organisasi paling tidak memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa. 3. Lingkungan. Lingkungan sebuah organisasi terbentuk dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di luar organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Kekuatan-kekuatan ini biasanya meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah, kelompok-kelompok tekanan publik, dan sebagainya. Struktur organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah. 4. Strategi. Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi secara keseluruhan, logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat, tepatnya, struktur harus mengikuti strategi. Jika manajemen melakukan perubahan signifikan dalam strategi organisasinya, struktur pun perlu dimodifikasi untuk menampung dan mendukung perubahan ini. 29 2.1.5. Kualitas 2.1.5.1. Definisi dan Pengertian Kualitas Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapanya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut (Scherkenbach, 2000). Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan (Elliot, 2003). Pengertian kualiatas atau mutu secara umum adalah suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen internal dan eksternal. Produk atau jasa yang berkualitas adalah : Bila produk atau jasa tersebut memenuhi atau bahkan melampaui harapan konsumen bukan saja satu kali tapi berulang kali. Memberikan kepuasaan kepada pelanggan. Mengapa kualitas dibutuhkan ? Konsumen menjadi lebih canggih dalam selera dan pilihan. Kompetisi persaingan menjadi lebih ketat dan canggih. Kenaikan biaya yang hanya dapat diatasi lewat perbaikan kualitas proses dan peningkatan produktivitas tanpa henti. Krisis Ada beberapa faktor cara memuaskan pelanggan yakni dengan ; (1) Produk bermutu (Quality Product)- Q, (2) Biaya yang lebih rendah (Lower Cost)-C (3) Tepat waktu (On Time Delivery)- D. 30 2.1.5.2. Dimensi Kualitas Berdasarkan perspektif kualitas, David Garvin dalam Harner (2002) mengembangkan dimensi kualitas kedalam 8 dimensi yang dapat digunakan sebagai perencanaan strategis terutama bagi perusahaan yang menghasilkan barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Peformance (kinerja) - hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut, (kekuatan/keutamaan dari produk). 2. Features (ciri-ciri atau keistimewaan) - karakteristik sekunder atau pelengkap performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihanpilihan produk dan pengembangannya. 3. Realibility (keandalan) - Hal ini yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula. 4. Conformance (kesesuaian), hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 5. Durability (daya tahan) yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang. 6. Service ability (pelayanan), berkaitan dengan penanganan pelayanan purna jual, seperti penanganan keluhan yang ditujukan oleh pelanggan. 7. Aesthetics (estetik), merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual. 31 8. Perceived Quality (kualitas yang di persepsikan), berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas. 2.1.6. Kualitas Inovasi 2.1.6.1. Definisi dan Pengertian Kualitas Inovasi Harner (2002) menunjukkan bahwa kualitas inovasi sebenarnya adalah gabungan dari semua hasil inovasi. Hal ini mencakup kualitas produk dan layanan , kualiatas operasi perusahaan yang sebenarnya, serta kualiatas manajemen di perusahaan tingkat tertinggi. Kualitas Inovasi menunjukkan kapan suatu upaya perusahaan dalam mengejar inovasi melalui penciptaan produk baru, proses atau mode manajemen, dan apakah inovasi tersebut dapat memenuhi kepentingan pihakpihak seperti pelanggan, karyawan dan pemasok. Jika jawabannya adalah ya, maka itu berarti inovasi memang memiliki “kualitas”. Kualitas inovasi dapat dinilai sesuai dengan tujuan perusahaan dan hasil kegiatan organisasi. Misalnya, produk baru R&D, rantai kerja dan pembaharuan pendekatan kerja semua wilayah perusahaan yang inovatif. Ahmed dan Zairi (2000) mengemukakan bahwa kualitas inovasi harus mencakup 1) Produk/Jasa kualitas : Peningkatan nilai pelanggan, kebutuhan konsumen, kualitas produk, peningkatan pengembalian investasi produk, dan kinerja produk. 2) Proses Kualitas Operasi : Waktu rilis yang tepat, upgrade (proses) produktifitas , penataan personil dan produk pembangunan, dan target kontrol serta fleksibilitas. 3) Mutu Manajemen : Penerimaan karyawan, memahami kebutuhan pelanggan, penjualan produk-produk inovatif dan tingkat keberhasilan inovasi. 32 Dari penjelasan di atas, dapat diperhitungkan sementara bahwa dalam melaksanakan inovasi, perusahaan manajer harus mengambil kualitas menjadi pertimbangan. Hal ini dapat ditinjau dari tiga aspek utama, yaitu : 1. Products or Services (produk atau pelayanan) - Tingkat kualitas produk baru atau jasa perusahaan berkembang melalui penerapan teknologi baru. 2. Operation Process (operasi proses) - Produktivitas secara efektif ditingkatkan serta pengurangan biaya yang dicapai dalam proses produksi. 3. Quality Management (kualitas manajemen) - Kepemimpinan, konsep manajemen, inovasi dan strategi pengendalian memiliki tingkat tertentu langsung dan signifikan terhadap manajemen bisnis. 2.1.7. Penelitian Terdahulu Mengenai pengaruh proses inovasi, struktur organisasi, terhadap kualitas inovasi serta dampaknya terhadap kinerja perusahaan seperti dijelaskan pada tabel 2.1 menunjukkan ringkasan penelitian terdahulu yang menjadi landasan penelitian ini. Berikut ini adalah penelitian terdahulu : 33 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Innovation Strategy/Process and Firm Performance : an empirical study of computer spare parts business in Thailand. International Journal of Strategic Management (Aug. 2010) The Influence Of Innovation Strategy And Organizational Innovation On Innovation Quality And Performance. International Journal Of Organizational Innovation, Vol-3.No.4, (Spring 2011) Peneliti Limpsurapong, Chattawat Ussahawanitchakit, Phapruke Shwu-Ing Wu, Ms. Chiao-Ling Lin Strategy/Process/Structure Fit and Firm Performance Gieger, Scott W, Organization Ritchie, William J, Development Journal Marlin Dan (Oct. 2011) Teknis Analisis Hasil Penelitian The Ordinary Least Square Reggressiion Strategi/proses inovasi organisasi memiliki dampak terhadap kinerja perusahaan SEM Analysis And Path Analysis Strategi inovasi organisasi serta kualitas inovasi memiliki dampak terhadap kinerja perusahaan Regresi Linier Penelitian atas perusahaan industry ada kesesuaian antara strategi/Proses/ struktur dan kinerja perusahaan 2.2. Hubungan Proses, Kualitas dan Kinerja Inovasi dianggap sebagai sumber utama kompetitif keuntungan, inovasi dan kualitas adalah salah satu faktor dari unsur keberhasilan perusahaan, dikarenakan inovasi dianggap sebagai kekuatan pendorong dalam meningkatkan kualitas ke 34 tingkat yang lebih tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara inovasi dan kualitas. (Lyu & Chen, 2005). Banyak penelitian membuktikan bahwa inovasi terbukti dapat menyebabkan kinerja yang lebih baik dalam setiap produksi. Hartini (2012), mengatakan bahwa inovasi pada produk industri dan barang-barang konsumen dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu proses kualitas inovasi mengarah kepada beberapa kegiatan, seperti pemasaran eksekusi rencana, produk reformasi dan penggunaan produk baru, yang akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan dimana kualitas inovasi yang tinggi dapat mempercepat pelepasan produk baru serta membantu dalam mencapai kinerja keberhasilan suatu perusahaan yang akan menghasilkan profitabilitas. Hal ini terbukti bawha proses inovasi serta kualitas inovasi penting untuk mencapai kinerja yang lebih baik dan kompetitif bagi perusahaan. Hal ini digambarkan pada gambar 2.5 sebagai berikut : Inovasi baru dijalankan Kinerja Organisasi membaik Peningkatan Kualitas Pertumbuhan Produktifitas Peningkatan Pendapatan (Grower Investment ) Gambar 2.5 Hubungan Proses-Kualitas-Kinerja Sumber : Geiger, Scott W., Ritchie, William J., and Marlin, Dan. (2011). “Process/Structure Fit and Firm Performance”, Journal Article; Organization Development Journal, Vol. 24 35 2.3. Hubungan Proses, Struktur, Kualitas dan Kinerja Setelah menjelaskan hubungan variabel-variabel sebelumnya, yaitu hubungan proses dan struktur serta kinerja pada gambar 2.3 yang bersumber dari Alfred Chandler, dikutip oleh Fred R. David (2009), serta pada gambar 2.5 yang menjelaskan hubungan proses, kualitas dan kinerja yang bersumber dari ”, Journal Article; Organization Development Journal (2011), maka dari itu ingin menjabarkan hubungan keseluruhuan variabel melalui sumber-sumber yang sudah ada dan dikembangkan dalam bentuk gambar 2.6 sebagai berikut : Inovasi baru dijalankan Persoalan administrative baru muncul Kinerja Organisasi membaik Kinerja organisasi menurun Sebuah struktur organisasi yang baru ditetapkan Peningkatan Pendapatan (Grower Investment ) Pertumbuhan Produktifitas Peningkatan Kualitas (Improving Quality) Gambar 2.6 Hubungan Proses, Struktur, Kualitas serta Kinerja 2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Berdasarkan telaah pustaka di atas mengenai stategi inovasi, struktur organisasi, kualitas inovasi dan kinerja perusahaan, maka dikembangkanlah model suatu pemikiran yang ter-integrasi. Model pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 2.7 berikut : 36 Proses Inovasi (X1) Inovasi Administrasi Inovasi Operasional Inovasi Teknologi Kualitas Inovasi (Y) Kinerja Perusahaan (Z) Produk atau Jasa Lingkungan Eksternal Perusahaan Struktur Organisasi (X2) Proses Operasi Internal Karyawan Rentang Kendali Kualitas Manajemen Lingkungan Internal Perusahaan Sentralisasi & Desentralisasi Formalisasi Departementalisasi Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis Sumber : Penulis, 2013