TEORI BELAJAR BEHAVIORISME CLARK LEONARD HULL Belajar merupakan sebuah kewajiban bagi manusia. Belajar telah dimulai dari dalam kandungan hingga akhir hayat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek yang ada pada individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Sudjana, 2000). Menurut Parwira (2012) belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Jadi, belajar merupakan sebuah proses perubahan pada diri manusia yang dapat dapat dilihat dari tingkah lakunya yang merupakan hasil dari pengalaman. Kegiatan pembelajaran memiliki berbagai masalah-masalah yang memerlukan solusi. Permasalahan belajar ini dapat diselesaikan dengan pendekatan secara psikologi. Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia (Ahmad & Supriyono, 2008). Menurut Iskandar (2012), psikologi adalah “ilmu mengenai perilaku”, tetapi hal yang menarik pengertian “perilaku” yang telah mengalami perkembangan sehingga sekarang ikut menangani hal yang pada masa lampau disebut pengalaman. Jadi, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang nampak. Cabang psikologi yang memgkaji belajar adalah psikologi pendidikan. psikologi pendidikan memiliki beberapa pendekatan behaviorisme, kognitifisme, dan humanisme. Kajian pada makalah ini hanya berfokus pada pendekatan behaviorisme. Pendekatan behavior menitikberatkan pandangannya pada aspek tingkah laku lahiriah manusia dan hewan, pendekatan ini melahirkan beberapa teori–teori belajar. Salah satu teori belajar behaviorisme adalah Systematic behavior theory yang diperkenalkan oleh Clark Leonard Hull. Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah apa saja teori behaviorisme menurut Hull dan bagaimana aplikasinya dalam pendidikan? Tujuannya adalah untuk mengetahui teori behaviorisme menurut Hull dan aplikasinya dalam pendidikan. Biografi Clark Leonard Hull Clark Leonard Hull dilahirkan di Akron, New York pada 24 Mei 1884. Ia dibesarkan di Michigan, dan mendiami satu kelas selama bertahun-tahun. Hull mempunyai masalah kesehatan di mata, mempunyai orang tua yang miskin, dan pernah menderita polio. Pendidikan yang ditempuhnya beberapa kali terputus karena sakit dan masalah keuangan. Tetapi setelah lulus, dia memenuhi syarat sebagai guru dan menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar di sekolah yang kecil (Cherry, 2011). Setelah memperoleh bachelor dan gelar master di Universitas Michigan, ia beralih ke psikologi, dan menerima Ph.D. psikologi di tahun 1918 dari University of Wisconsin, dimana dia tinggal selama sepuluh tahun sebagai instruktur. Penelitian doktornya pada "Aspek kuantitatif dari Evolution of Concepts" telah diterbitkan dalam Psychological Monographs (Cherry, 2011). Teori Behavioristik Menurut Hull Sepanjang karirnya, Hull mengembangkan ide di berbagai bidang psikologi, terutama psikologi belajar, hipnotis, teknik sugesti. Metode yang paling sering digunakan adalah eksperimental laboratorium. Teori belajar Hull berpusat pada perlunya memperkuat suatu pengetahuan yang sudah ada. Inti tingkat analisis psikologis adalah gagasan mengenai "variabel intervensi," yang dijelaskan sebagai "unobservable perilaku." Hull sangat berkeras dan taat pada metode ilmiah, yaitu dengan rancangan percobaan yang dikontrol dan analisis data yang diperoleh. Perumusan deduktif dari teori belajar melibatkan serangkaian postulat yang akhirnya harus diuji oleh eksperimen (Parwira, 2012). Salah satu aspek dari pekerjaan Hull adalah pada tes bakat yang akan membuktikan instrumental dalam perkembangan behaviorismenya. Untuk memfasilitasi penghitungan dari correlations antara berbagai tes, ia membangun sebuah mesin untuk melakukan perhitungan, menyelesaikan proyek pada tahun 1925 dengan dukungan dari National Research Council. Selain dari mesin praktis manfaat, keberhasilan proyek Hull yang bersifat fisik dengan perangkat yang tepat, susunan komponen yang mampu melakukan operasi karakteristik dari proses mental tingkat tinggi (Parwira, 2012). Prinsip-prinsip utama teorinya (Parwira, 2012): 1. Reinforcement adalah faktor penting dalam belajar yang harus ada. Namun fungsi reinforcement bagi Hull lebih sebagai drive reduction daripada satisfied factor. 2. Dalam mempelajari hubungan S - R yang diperlu dikaji adalah peranan dari intervening variable (atau yang juga dikenal sebagai unsur O (organisma). Faktor O adalah kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (inferred), efeknya dapat dilihat pada faktor R yang berupa output. 3. Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi. Di sini tampak pengaruh teori Darwin yang mementingkan adaptasi biologis organisma. Hypothetico- deductive theory adalah teori belajar yang dikembangkan Hull dengan menggunakan metode deduktif. Hull percaya bahwa pengembangan ilmu psikologi harus didasarkan pada teori dan tidak semata-mata berdasarkan fenomena individual (induktif). Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak, reinforcement, habit, reaksi potensial, dan lain sebagainya (Iskandar, 2012). Teori Hull mengandung struktur postulat dan teorema yang logis mirip seperti geometri Euclid. Postulat itu adalah pernyataan umum tentang perilaku yang tidak dapat diverifikasi secara langsung, meskipun teorema yang secara logis berasal dari postulat itu dapat diuji. Hull mengajukan enam belas postulat dalam cakupan enam hal yakni sebagai berikut: 1. Tanda-tanda luar yang mendorong atau membimbing tingkah laku dan representasi neuralnya atau saraf Postulat 1Impuls saraf afferent dan bekas lanjutannya Jika suatu perangsang mengenai reseptor, maka timbullah impuls saraf afferent dengan cepat mencapai puncak intensitasnya dan kemudian berkurang secara berangsur-angsur. Sesaat saraf afferent berisi impuls dan diteruskan kepada saraf sentral dalam beberapa detik dan seterusnya timbul respon. S-R diubah menjadi S-s-R atau S-s-r-R. Simbol s adalah impuls atau stimulus trace dalam saraf sensoris, dan simbol r adalah impuls respon yang masih dalam saraf afferent. Postulat 2: Interaksi saraf afferent Impuls dalam suatu saraf afferent dapat diteruskan ke satu atau lebih saraf afferent lainnya. R timbul tidak hanya karena satu stimulus, tetapi lebih dari satu S yang lalu terjadi kombinasi berbagai stimulus. Rumusnya akan berubah menjadi S-r-R. 2. Respon terhadap kebutuhan, hadiah, dan kekuatan kebiasaan Postulat 3: Respon-respon bawaan terhadap kebutuhan (tingkah laku yang tidak dipelajari) Sejak lahir organisme mempunyai hierarki respon penentu kebutuhannya yang timbul karena ada rangsangan-rangsangan dan dorongan. Respon terhadap kebutuhan tertentu bukan merupakan respon pilihan secara random, tetapi respon yang memang ditentukan oleh kebutuhannya, misalnya mata kena debu maka secara otomatis mata berkedip dan keluar air mata. Jika pola respons bawaan pertama tidak memenuhi kebutuhan, maka akan muncul pola lainnya. Jika tidak ada satupun pola-pola perilaku bawaan itu yang efektif dalam memenuhi kebutuhan, maka organisme harus mempelajari pola respons baru. Postulat 4: Hadiah dan kekuatan kebiasaan; kontiguitas dan reduksi dorongan sebagai kondisikondisi untuk belajar Kekuatan kebiasaan akan bertambah jika kegiatan-kegiatan reseptor dan efektor terjadi dalam persamaan waktu yang menyebabkan hubungan kontiguitif dengan hadiah pertama dan hadiah kedua. Jika satu stimulus diikuti dengan satu respons yang kemudian diikuti dengan penguatan, maka asosiasi antara stimulus dan respons itu akan semakin kuat yang disebut dengan habit strength (kekuatan kebiasaan) [SHR]. Rumusan matematis yang mendeskripsikan hubungan antara SHR dan jumlah pasangan S dan R yang diperkuat adalah : SHR = 1 – 10 -0.0305N N adalah jumlah pemasangan antara S dan R yag diperkuat. Rumusan ini menghasilkan kurva belajar yang terakselerasi secara negatif, yang berarti bahwa pasangan yang lebih dahulu diperkuat memiliki lebih banyak efek terhadap belajar ketimbang pasangan selanjutnya. 3. Stimulus pengganti (ekuaivalen) Postulat 5: Generalisasi (penyamarataan) Kekuatan kebiasaan yang efektif timbul karena stimulus lain daripada stimulus pertama yang menjadi persyaratan bergantung kepada penindakan stimulus kedua dari yang pertama dalam kesatuan yang terus menerus dari ambang perbedaan, dengan kata lain yang ingin dibentuk merupakan hasil rata-rata persyaratan stimulus berikutnya. Generalisasi stimulus ini juga mengindikasikan bahwa pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi proses belajar yang sekarang. Hull menyebutnya sebagai generalized habit strength (kekuatan kebiasaan yang digeneralisasikan). 4. Dorongan-dorongan sebagai akitivator respon Postulat 6: Stimulus dorongan Hubungan dengan tiap-tiap dorongan adalah stimulus dorongan karakteristik yang intensitasnya meningkat dengan kekuatan dorongan. Contohnya bibir dan tenggorokan kering mengiringi dorongan haus. Postulat 7: Potensi reaksi yang ditimbulkan oleh dorongan yang Kekuatan kebiasaan disintesiskan kedalam potensi reaksi dengan dorongan-dorongan primer yang timbul pada saat tertentu. Rumusannya adalah : Potensi reaksi = SER = SHR x D Jadi, potensi reaksi adalah fungsi dari seberapa sering respons diperkuat dalam situasi itu dan sejauh mana dorongannya ada. 5. Faktor-faktor yang melawan respon-respon Postulat 8: Pengekangan reaksi Respon memerlukan kerja, dan kerja menyebabkan keletihan yang pada akhirnya akan menghambat respons. Reactive inhibiton (hambatan reaktif) [IR] disebabkan kelelahan, tetapi secara otomatis akan hilang jika organisme berhenti beraktivitas. Timbulnya suatu reaksi menyebabkan pengekangan reaksi yang lain. Suatu kejemuan untuk mengulangi respon. Pengekangan reaksi adalah penghamburan waktu yang spontan. Postulat 9: Pengekangan yang dikondisikan (diisyaratkan) Stimuli yang dihubungkan dengan penghentian respon menjadi pengekangan yang dikondisikan. Respon untuk tidak merespon dinamakan conditioned inhibition (SIR) (hambatan yang dikondisikan). Baik itu IR maupun SIR beroperasi melawan munculnya respons yang telah dipelajari dan karenanya merupakan pengurangan dari potensi reaksi (SER). Ketika IR dan SIR dikurangkan dari SER, hasilnya adalah potensi reaksi efektif (SER). Potensi reaksi efektif = SER = SHR x D – (IR+ SIR) Postulat 10: Osilasi pengekangan Potensial pengekangan dihubungkan dengan potensial reaksi yang bergoyang terus menerus pada waktu itu. Potensi penghambat itu dinamakan efek guncangan (SOR) yang membahas sifat probabilistik dan prediksi perilaku. Potensi reaksi efektif sementara = SER = (SHR x D – [IR + SIR]) - SOR 6. Bangkitnya respon Postulat 11: Reaksi ambang perangsang Potensi reaksi efektif yang momentum harus melampaui reaksi ambang perangsang sebelum stimulus membangkitkan reaksi. Postulat 12: Kemungkinan reaksi diatas ambang perangsang Kemungkinan respon adalah fungsi normal dari potensi reaksi efektif melampaui reaksi ambang perangsang. Postulat 13: Latensi (keadaan diam atau berhenti) Latensi [STR] adalah waktu antara presentasi stimulus ke organisme dan respon yang dipelajarinya. Makin potensi reaksi efektif melampaui reaksi ambang perangsang makin pendek latensi respon, artinya respon makin cepat timbul. Postulat 14: Hambatan berhenti (ekstingsi) Makin besar potensi reaksi efektif, makin besar respon yang timbul tanpa perkuatan, sebelum berhenti atau ekstingsi. Postulat 15: Amplitudo respon (besarnya respon) Besarnya dorongan dilantari atau disebabkan oleh peningkatan kekuatan potensi efektif reaksi dalam sistem saraf otonom. Postulat 16: Respon-respon yang bertentangan Jika potensi-potensi reaksi kepada dua atau lebih respon-respon yang bertentangan terjadi dalam organisme pada waktu yang sama, maka hanya reaksi yang mempunyai potensi reaksi yang lebih besar akan terjadi responnya (Parwira, 2012). Aplikasi Teori Behavioristik Menurut Hull dalam Pendidikan Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar (Jarvis, 2012). Teori belajar Hull adalah teori reduksi dorongan atau reduksi stimulus dorngan. Mengenai soal spesiafibilitas tujuan, keterlibatan kelas, dan proses belajar dari yang sederhana ke yang kompleks, Hull sepakat dengan Thorndike. Menurutnya belajar melibatkan dorongan yang dapat direduksi. Sulit membayangkan bagaimana reduksi dorongan primer dapat berperan dalam belajar di kelas, tetapi, beberapa pangikut Hull (misalnya, Janet Taylor Spence) menekankan kecemasan sebagai sebentuk dorongan dalam proses belajar manusia. Berdasarkan penalaran ini, maka mereduksi kecemasan murid adalah syarat yang diperlukan untuk belajar di kelas. Tetapi, terlalu sedikit kecemasan tidak akan menimbulkan proses (karena tidak ada dorongan yang akan direduksi), dan terlalu banyak kecemasan akan mengganggu. Karenanya, siswa yang merasakan kecemasan ringan ada dalam posisi terbaik untuk belajar dan karenanya lebih mudah untuk diajari. Latihan harus didistribusikan dengan cermat agar hambatan tidak muncul. Guru Hullian akan membagi topik–topik yang diajarkan sehingga pembelajaran (siswa) tidak akan kelelahan yang bisa mengganggu proses belajar. Topik – topik itu juga diaturkan sedemikian rupa sehingga topik yang berbeda – beda akan saling berurutan. Misalnya, urutan pelajaran yang baik adalah matematika, pendidikan olahraga, bahasa Inggris, seni, dan sejarah (Jarvis, 2012). Miller dan Dollard (1941) meringkaskan aplikasi teori Hull untuk pendidikan sebagai berikut: Driver: Pembelajaran harus menginginkan sesuatu. Cue: Pembelajaran harus memerhatikan sesuatu.Response: Pembelajaran harus melakukan sesuatu. Reinforcement: Respons pembelajaran harus membuatnya mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Menurut teori Hull, kondisi yang disusun secara optimal akan mempermudah siswa untuk belajar. Belajar di kelas dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe yaitu: stimulus discrimination, respon differentions, dan reward/punishment konsequences. Proses belajar dibedakan menjadi belajar tentang kebiasaan dan belajar tentang incentiv (Parwira, 2012). Terdapat dua motivasi terhadap belajar siswa yaitu dorongan atau kebutuhan siswa terhadap situasi belajar dan harapan murid terhadap konsekuensi belajar. Adanya dorongan belajar, maka belajar merupakan penguatan. Makin banyak belajar, makin banyak reinforcement (penguatan) menjuadi makin besar motivasi untuk menggunakan respon yang menuju keberhasilan belajar. Oleh karena itu guru atau kepala sekolah harus merencanakan kegiatan belajar berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap dorongan yang mendasari siswa. Belajar dipandang sangat erat dengan adaptasi survival. Beberapa pertanyaan dasar yang menurut teori Hull sangat berperan dalam proses pembelajaran di kelas adalah: Bagaimana menyediakan stimuli di kelas dalam usaha membantu kegiatan belajar siswa ke arah pencapaian tujuan pendidikan dan tujuan-tujuan pengajaran? Apa kebutuhan yang paling penting dari setiap siswa? Penghargaan apa yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa? Bagaimana cara untuk meningkatkan dorongan belajar pada siswa? Bagaimana merencanakan kegiatan belajar dengan memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan siswa dan penghargaan-penghargaan yang diperlukan? Bagaimana cara meningkatkan kebutuhan membuat kegiatan di kelas agar lebih sesuai dan lebih tepat dengan kebutuhan siswa? (Ahmad & Supriyono, 2008) Pertanyaan-pertanyaan tersebut apabila dikaji secara seksama akan memberikan arah dan rambu-rambu bagaimana pengajaran di kelas harus dilakukan. Arah dan rambu-rambu tersebut adalah : Pentingnya tujuan bagi siswa, yang dirumuskan melalui tujuan-tujuan pembelajaran Pemberian stimulus oleh guru ditujukan pada pencapaian tujuan pengajaran Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh ada tidaknya kebutuhan belajar pada diri siswa Motivasi sangat penting dalam pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Program belajar-mengajar harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan siswa. Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dijadikan dasar dalam menyusun teori pengajaran.