Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Manajemen
Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan organisasi, agar
tujuan organisasi dapat terlaksana dengan baik maka setiap organisasi harus
memiliki peraturan manajemen yang efektif dan efisien. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa teori manajemen berdasarkan pendapat para ahli, yaitu:
Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2) adalah:
”Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan
produk atau jasa secara efisien”.
Alma (2011:130), mendefinisikan manajemen sebagai berikut :
“Manajemen sebagai suatu kepandaian manusia menganalisa,
merencanakan, memotivasi, menilai dan mengawasi penggunaan secara
efektif sumber-sumber manusia dan bahan yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu”
Stoner dalam Handoko (2011:3), menyatakan :
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan usaha-usaha dari para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
ditetapkan”.
Berdasarkan definisi di atas, manajemen merupakan kegiatan untuk
mengatur suatu perencanaan supaya tujuan organisasi tercapai dengan baik.
9
10
Kegiatan manajemen, terdiri dari adanya proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, penempatan, dan motivasi, sehingga tercipta
koordinasi yang baik sesama anggota yang melaksanakan organisasi tersebut.
2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia atau MSDM adalah bagian dari fungsi
manajemen, manajemen sumber daya manusia lebih memfokuskan diri kepada
unsur manusia dimana unsur manusia merupakan aset utama organisasi yang
harus dipelihara dengan baik dan dimanfaatlan secara produktif. MSDM
Memfokuskan diri kepada individu baik sebagai subjek atau pelaku dan sekaligus
sebagai objek dari pelaku.
Dessler (2006:4) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia, yaitu :
“Sebagai kebijakan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan karyawan atau
aspek-aspek yang terdapat dalam sumber daya manusia seperti posisi
manajemen, pengadaan karyawan atau rekrutmen, penyaringan, pelatihan,
kompensasi, dan penilaian prestasi kerja karyawan”.
Cascio (2009:10) mengemukakan bahwa :
“Human resources management is art and science arrange relation and
role of kabour to be efficient on effective assist its from of organization,
employees and society”.
Mangkunegara (2011:2) mengemukakan bahwa :
“Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balasa jasa,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka
mencapai tujuan organisasi”
.
11
Berdasarkan definisi di atas sangatlah jelas bahwa manajemen sumber
daya manusia pada intinya adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia
dan bukan pada sumber daya lainnya. Pengelolaan tersebut mempunyai maksud
agar tujuan individu maupun tujuan organisasi dapat tercapai.
2.1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Rivai (2011:13) bahwa fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
meliputi :
1. Fungsi-Fungsi Manajerial meliputi :
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien
agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya
tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, delegasi wewenang, integrasi dan
koordinasi dalam bagan organisasi. organisasi hanya merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu
terwujudnya tujuan secara efektif.
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah kegiatan yang mengarahkan semua karyawan, agar
mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan
12
dilakukan oelha pimpinan perusahaan dengan memberikan tugas kepada
bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar
menaati peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila
terdapat kesalahan, diadakan tindakan perbaikan rencana. Pengendalian
karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama,
pelaksanaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2. Fungsi – Fungsi Operasional
a. Pengadaan (Procurement)
Pengadaan
adalah
proses
penarikan,
seleksi,
penempatan
untuk
mendapatkan karyawan yang sesuai yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Pengadaan yang baik akan membantu mewujudkan tujuan perusahaan.
b. Pengembangan (Development)
Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,
konseptual dan moral pegawai melalui pendidikan pelatihan. Pendidikan
dan pelatihan yang di berikan kepada pegawai, harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan untuk masa kini maupun masa yang akan datang.
c. Kompensasi (Compensation)
Kompensasi adalah pemberian balas jasa secara langsung atau tidak
langsung. Uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan balas jasa
yang di berikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan
layak, adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat
13
memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah
minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal.
d. Pengintegrasian (Integration)
Pengintegrasian adalah menyangkut kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan pegawai, agar terciptanya kerja sama yang
serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan
dapat memenuhi kebutuhannya dari hasil pekerjaanya di perusahaan.
Pengintegrasian penting dan sulit dalam manajemen sumber daya manusia,
karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.
e. Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan untuk memelihara meningkatkan
kondisi fisik, mental dan loyalitas seorang pegawai agar mereka mau
mengabdi pada pekerjaan sampai mereka pensiun nanti. Pemeliharaan
yang baik dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian pegawai serta berpedoman pada internal dan eksternal
konsistensi.
f. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud yang
maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati
peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.
g. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang
14
dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan
pegawai, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pension, dan
sebab-sebab lainnya.
2.1.3
Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia
Hasibuan (2012:14) mengatakan bahwa peranan manajemen sumber daya
manusia adalah mengatur dan menetapkan kepegawaian yang mencakup masalah:
1. Menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan tenaga kerja yang efektif
sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job
specification, job requirement and job evaluation.
2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan
asas the right man on the right place and on the right job.
3. Menetapkan
program
kesejahteraan,
pengembangan,
promosi,
dan
pemberhentian.
4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa
yang akan datang.
5. Memperkirakan
kesadaran
perekonomian
pada
umumnya
dan
perkembangan perusahaan kita pada khususnya.
6. Memonitor dengan cerdas undang-undang perburuan dan kebijakan
pemberian balas jasa perusahaan kita pada khususnya.
7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penilaian prestasi kerja.
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
15
10. Mengatur pension, pemberitahuan dan pesangonnya
2.1.4 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tiap organisasi, termasuk perusahaan, menetapkan tujuan-tujuan tertentu
yang ingin mereka capai dalam memanajemini setiap sumber dayanya termasuk
sumber daya manusia.Tujuan MSDM secara tepat sangatlah sulit untuk
dirumuskan karena sifatnya bervariasi dan tergantung pada penahapan
perkembangan yang terjadi pada masing-masing organisasi.
Menurut Cushway yang dikutip oleh Sutrisno (2011:7), tujuan MSDM
meliputi :
1. Mempertimbangan manajemen dalam membuat kebijakan SDM untuk
memastikan bahwa organisasi memiliki pekerjaan yang bermotivasi dan
berkinerja yang tinggi, memiliki pekerja yang selalu siap mengatasi
perubahan dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.
2. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur SDM
yang memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.
3. Membantu dalam pengembangan arah keseluruhan organisasi dan strategi,
khususnya yang berkaitan dengan implikasi SDM.
4. Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lini mencapai
tujuannya
2.2
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu hal yang penting dan utama dalam
pembahasan mengenai kemajuan suatu kelompok, organisasi, atau bangsa dan
16
negara, dari tangan pemimpin itulah suatu kelompok, organisasi atau bangsa akan
terlihat arah, dinamika dan kemajuan-kemajuan yang dihasilkannya karena
pemimpin adalah sosok yang memberikan instruksi kepada bawahan agar dapat
mengerti atas apa yang harus dilakukan.
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Berikut ini dikemukakan mengenai pendapat beberapa ahli tentang
kepemimpinan:
Yukl yang dialihbahasakan oleh Supriyanto (2009:8), menyatakan :
“Proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju
dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara
efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk
mencapai tujuan bersama.”
Menurut Thoha (2010:15) kepemimpinan adalah :
“Kepemimpinan adalah sifat, karakter, atau cara seseorang dalam upaya
membina dan menggerakkan seseorang atau sekelompok orang agar
mereka bersedia, komitmen dan setia untuk melaksanakan kegiatan sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Robbins (2009:36), mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
“Sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah
tercapainya tujuan”.
Berdasarkan kutipan di atas, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
dalam menggerakan dan memanfaatkan sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
17
2.2.2 Fungsi Kepemimpinan
Menurut Thoha (2010:52), fungsi kepemimpinan dalam hubungannya
dengan peningkatan aktivitas dan efisiensi organisasi atau perusahaan menyatakan
sebagai berikut :
a) Fungsi kepemimpinan sebagai inovator
Sebagai inovator, pemimpin mampu mengadakan berbagai inovasi-inovasi
baik yang menyangkut pengembangan produk, sistem manajemen yang efektif
dan efisien, maupun dibidang konseptual yang keseluruhannya dilaksanakan
dalam upaya mempertahankan dan atau meningkatkan kinerja perusahaan.
b) Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator
Sebagai komunikator, maka pimpinan harus mampu menyampaikan maksud
dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau
sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.
Mampu menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara
baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga timbul
pengertian di kalangan mereka. Pemimpin harus mampu memahami, mengerti
dan mengambil intisari pembicaraan-pembicaraan orang lain.
c) Fungsi kepemimpinan sebagai motivator
Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan melaksanakan berbagai
kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong karyawan untuk
melaksanakan
sesuatu
tanggungjawabnya
yang
kegiatan
mampu
tertentu
sesuai
memberikan
keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.
dengan
tugas
sumbangan
dan
terhadap
18
d) Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler
Sebagai kontroler (pengendali) pemimpin melaksanakan fungsi pengawasan
terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar terhindar dari penyimpangan baik
terhadap pemakaian sumber daya maupun didalam pelaksanaan rencana dan
atau program kerja perusahaan sehingga pencapaian tujuan menjadi efektif
dan efisien.
2.2.3 Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi
karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan organisasi. Jika
seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain, maka orang
tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah
bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan
bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang
mungkin sedang mengamati dari luar.
Tampubolon (2011:69), mengemukakan gaya kepemimpinan adalah
perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat,
sikap,
yang
sering
diterapkan
seorang
pemimpin
ketika
ia
mencoba
mempengaruhi kinerja bawahannya.
Berdasarkan definisi gaya kepemimpinan di atas dapat dinyatakan bahwa
kepemimpinan
adalah
kemampuan
seseorang
dalam
mengarahkan,
mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang lain atau bawahan untuk
bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela dalam
19
mencapai suatu tujuan tertentu.
Robinss (2009:127) mengidentifikasi empat jenis gaya kepemimpinan
antara lain:
1. Gaya kepemimpinan kharismatik
Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar
biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka.
Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin kharismatik:
a) Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal
yang berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu
mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang lain.
b) Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko
personal tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam
pengorbanan diri untuk meraih visi.
c) Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis
kendala lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat
perubahan.
d) Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif
(sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsif
terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.
e) Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam
perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.
2. Gaya kepemimpinan transaksional
Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau
memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan
20
memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional
lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk
menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat karakteristik
pemimpin transaksional:
a) Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang
dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian.
b) Manajemen berdasar pengecualian (aktif): melihat dean mencari
penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan.
c) Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi hanya jika
standar tidak dipenuhi
d) Laissez-Faire: melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan
keputusan.
3. Gaya kepemimpinan transformasional
Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan
kebutuhan
pengembangan
dari
masing-masing
pengikut,
Pemimpin
transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalanpersoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan caracara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan
mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai
sasaran kelompok. Model kepemimpinan yang berkembang pesat pada dua
dekade terakhir ini lebih didasarkan pada upaya pemimpin mengubah
berbagai nilai, keyakinan, dan kebutuhan para bawahan. Menurut Tjiptono
(2011:27),
21
“Kepemimpinan transformasional adalah perspektif jangka panjang,
dimana tidak hanya menekankan perhatian pada situasi sekarang tetapi
juga memperhatikan situasi masa yang akan datang”.
Kepemimpinan transformasional dapat didefinisikan sebagai kepemimpinan
yang mampu membuat perubahan organisasi. Menurut Pawar dan Eastman
dalam Pareke (2011:45), pemimpin transformasional menciptakan suatu visi
organisasional yang dinamis yang sering dibutuhkan untuk menciptakan
inovasi.
Terdapat empat karakteristik pemimpin transformasional:
a) Kharisma:
memberikan
visi
dan rasa atas
misi, menanamkan
kebanggaan, meraih penghormatan dan kepercayaan.
b) Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan symbol
untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara
sederhana.
c) Stimulasi
intelektual:
mendorong
intelegensia,
rasionalitas,
dan
pemecahan masalah secara hati-hati.
d) Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani
karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati.
4. Gaya kepemimpinan visioner
Kemamuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel,
dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang
tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan
diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa
22
mengakibatkan
membangkitkan
terjadinya
lompatan
keterampilan,
awal
bakat,
ke
dan
masa
sumber
depan
dengan
daya
untuk
mewujudkannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan
salah satu dari empat gaya di atas dan dengan memperhitungkan faktor-faktor
seperti yang diuraikan tersebut, seorang pemimpin harus berusaha untuk
mempengaruhi persepsi para karyawan atau bawahannya dan mampu memberikan
motivasi kepada mereka, dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugastugasnya, pencapaian tujuan, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif.
.
2.2.4 Dimensi dan Indikator Kepemimpinan
Dimensi dan indicator kepemimpinan dalam penelitian ini mengacu pada
pendapat dari Thoha (2010:52), yaitu sebagai berikut :
a) Inovator dengan indikator, yaitu kemampuan inovasi dan kemampuan
konseptual
b) Komunikator dengan indikator, yaitu kemampuan pimpinan menyampaikan
maksud dan tujuan komunikasi serta kemampuan pemimpin memahami,
mengerti dan mengambil intisari pembicaraan-pembicaraan orang lain.
c) Motivator dengan indicator, yaitu kemampuan pimpinan mendorong pegawi
untuk
bekerja
sesuai
tanggungjawabnya
dan
kemampuan
pimpinan
memberikan sumbangan keberhasilan
d) Kontroler dengan indikator, yaitu kemampuan pimpinan dalam melakukan
pengawasan dan kemampuan pimpinan dalam pemakaian sumber daya.
23
2.3
Motivasi Kerja
Motivasi kerja merupakan suatu dorongan agar pegawai dapat bekerja
sesuai dengan apa yang diharapkan institusi atau perusahaan. Pemberian motivasi
kepada pegawai dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Tumbuhnya motivasi yang
terjadi pada diri seorang pegawai menjadi suatu proses kearah pencapaian tujuan
pengelolaan sumber daya manusia. Untuk keberhasilan pengelolaan, perlu
pemahaman terhadap keinginan pegawai sebagai manusia yang memiliki harapan
dan perlu pemahaman terhadap kebutuhan setiap individu yang terlibat di
dalamnya yang dapat mendorong atau memotivasi kegiatan kerja mereka.
2.3.1 Pengertian Motivasi Kerja
Robbins (2009:198) mendefinisikan motivasi sebagai kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan organisasi yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan
individual. Menurut Rivai (2011:457) pengertian motivasi adalah :
(1) Sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu
tujuan tertentu. (2) Suatu kehlian dalam mengarahkan karyawan dan
perusahaan agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan
karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai. (3) Sebagai inisiasi
dan pengarahan tingkah laku. Pelajaran motivasi sebenarnya merupakan
pelajaran tingkah laku. (4) Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan
dalam diri. (5) Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja.
Motivasi menurut Hasibuan (2011:141). adalah :
“Kemauan untuk berjuang atau berusaha ketingkat yang lebih tinggi
menuju tercapainya tujuan organisasi dengan syarat tidak mengabaikan
kemampuannya untuk memperoleh kepuasan dalam pemenuhan
kebutuhan- kebutuhan pribadi”.
24
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan merupakan komponen
penting dalam meraih keberhasilan suatu proses kerja, karena memuat unsure
pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan sendiri maupun
berkelompok.
2.3.2 Manfaat dan Tujuan Motivasi Kerja
Arep Ishak & Tanjung Hendri (2009:16-17) menyatakan bahwa :
“Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh
karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan
dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai
standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta
orang senang melakukan pekerjaannya”.
Pemberian motivasi kerja di setiap organisasi pada dasarnya mempunyai
kesamaan tujuan untuk merangsang dan mendorong individu agar bekerja lebih
giat, efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Ada beberapa
tujuan yang dapat diperoleh dari pemberian motivasi menurut Hasibuan (2011:27)
yaitu:
a) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja
b) Meningkatkan prestasi kerja
c) Meningkatkan kedisiplinan
d) Mempertahankan kestabilan
e) Mengefektifkan pengadaan pegawai
f) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
g) Meningkatkan loyalitas, kreatifitas dan partisipasi
25
h) Meningkatkan tingkat kesejahteraan
i) Meningkatkan rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas
j) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
Menyelaraskan hubungan antara pimpinan dengan bawahan dalam suatu
organisasi perlu dipertimbangkan rasa ketentraman dan ketenangan yang
mendasar. Dengan adanya rasa tentram dan tenang ini, maka setiap pegawai akan
dapat mewujudkan hubungan kerja sama yang harmonis yang selanjutnya akan
mempengaruhi hasil kerja mereka.
2.3.3 Teori Motivasi
Menurut Mangkunegara (2011:56), ada banyak teori motivasi dan hasil
riset yang berusaha menjelaskan tentang hubungan antara perilaku dan hasilnya.
Teori-teori yang menyangkut motivasi antara lain:
1.
Teori Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow adalah seorang psikologi klinik. Pada tahun 1954 Ia
menyatakan bahwa manusia mempunyai pelbagai keperluan dan mencoba
mendorong untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut. Keperluan itu wujud
dalam beberapa tahap kepentingan. Setiap manusia mempunyai keperluan untuk
memenuhi kepuasan diri dan bergerak memenuhi keperluan tersebut. Lima
hierarki keperluan/kebutuhan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)
Kebutuhan fisiologi (fisiological needs). Kebutuhan dasar untuk
menunjang kehidupan manusia, yaitu: pangan, sandang, papan, dan seks.
Apabila kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi secukupnya, maka
26
kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia
b)
Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan akan terbebaskannya dari
bahaya fisik, rasa takut kehilangan pekerjaan dan materi.
c)
Kebutuhan akan sosialisasi (social needs or affiliation). Sebagai makhluk
sosial manusia membutuhkan pergaulan dengan sesamanya dan sebagai
bagian dari kelompok.
d)
Kebutuhan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan merasa dirinya
berharga dan dihargai oleh orang lain
e)
Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), Kebutuhan untuk
mengembangkan diri dan menjadi orang sesuai dengan yang dicitacitakannya.
Robbins (2009:168) menjelaskan bahwa Maslow memisahkan kelima
kebutuhan sebagai order tinggi dan order-rendah, Kebutuhan fisiologi, kebutuhan
keamanan dan kebutuhan social digambarkan sebagai kebutuhan order-rendah.
Kebutuhan akan penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan order tinggi.
Pembedaan antara kedua order ini berdasarkan alasan bahwa kebutuhan order
tinggi dipenuhi secara internal (di dalam diri orang itu). sedangkan kebutuhan
order rendah terutama dipenuhi secara eksternal (dengan upah, kontrak serikat
buruh, dan masa kerja, misalnya). Memang, kesimpulan yang wajar yang ditarik
dari klasifikasi Maslow adalah dalam masa-masa kemakmuran ekonomi, hampir
semua pekerja yang dipekerjakan secara permanen telah dipenuhi sebagian besar
kebutuhan order rendahnya.
Kesimpulannya bahwa teori Maslow menganggap motivasi manusia
27
berawal dari kebutuhan dasar dan kebutuhan keselamatan dalam kerja. Setelah hal
itu tercapai barulah meningkat berusaha untuk mencapai tahap yang lebih tinggi.
2.
Teori Motivasi Mc. Clelland.
Rivai (2011:840) menyebutkan bahwa teori Mc. Clelland yaitu Mc.
Clelland’s Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi Mc.
Clelland. Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi
potensial . Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan
dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan
dimanfaatkan oleh karyawan karena dorongan oleh : (1) kekuatan motif dan
kekuatan dasar yang terlibat, (2) harapan keberhasilannya, dan (3) nilai insentif
yang terlekat pada tujuan. Hal-hal yang memotivasi seseorang adalah :
a) Kebutuhan akan prestasi (need for achievement=n Ach), merupakan daya
penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang. Karena itu, n Ach
akan
mendorong
seseorang
untuk
mengembangkan
kreativitas
dan
mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi
mencapai prestasi kerja yang maksimal. Karyawan akan antusias untuk
berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk itu diberi kesempatan.
Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi kerja yang
tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan
yang besar akhirnya memiliki serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b) Kebutuhan akan afiliasi (need for Affiliation=n. Af) menjadi daya penggerak
yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Oleh karena itu, n. Af ini
merangsang gairah bekerja karyawan karena setiap orang menginginkan hal-
28
hal : kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia
tinggal dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati,
karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance),
kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement), dan
kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation). Seseorang karena
kebutuhan n Af akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta
memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugastugasnya.
c) Kebutuhan akan kekuasaan (need for Power = n Pow). Merupakan daya
penggerak yang memotivasi semangat kerja karyawan. N Pow akan
merangsang dan memotivasi gairah kerja karyawan serta mengarahkan semua
kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Ego
manusia ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya akan menimbulkan
persaingan. Persaingan ditumbuhkan secara sehat oleh manajer dalam
memotivasi bawahannya, supaya mereka termotivasi untuk bekerja giat.
Kesimpulannya dari teori Mc. Clelland menyatakan bahwa ada tiga type
dasar kebutuhan motivasi yaitu kebutuhan untuk prestasi (need for Achievement),
kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need
for power). Dalam memotivasi bawahan maka hendaknya pimpinan dapat
menyediakan peralatan, membuat suasana pekerjaan yang kondusif, dan
kesempatan promosi bagi bawahan, agar bawahan dapat bersemangat untuk
mencapai n Ach, n Af, dan n Pow yang merupakan sarana untuk memotivasi
bawahan dalam mencapai tujuan.
29
3.
Teori Harapan
Vroom (1964) dalam kutipan Mangkunegara (2011:57) mengembangkan
sebuah teori motivasi berdasarkan jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai
tujuan, alih-alih berdasarkan kebutuhan internal. Teori harapan (expectancy
theory) memiliki tiga asumsi pokok:
a) Setiap individu percaya bahwa biar ia berperilaku dengan cara tertentu ia
akan memperoleh hal tententu. Ini disebut harapan hasil
b) Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut
valensi (valence),
c) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit
mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy).
Motivasi orang dapat dijelaskan dari ketiga kombinasi ini bahwa:
a) Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu,
b) Hasil tertentu punya nilai positif baginya,
c) Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.
Kesimpulannya dari teori harapan adalah bahwa anggota organisasi akan
termotivasi bila orang-orang percaya mengenai tindakan mereka akan
menghasilkan yang diinginkan, hasil mempunyai nilai positif dan usaha yang
dicurahkan akan menuai hasil.
2.3.4 Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja
Dimensi motivasi kerja dalam penelitian mengacu pada pendapat dari
30
Rivai (2011:840), yaitu :
a) Kebutuhan akan prestasi
Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang
dengan indikator, yaitu berusaha melakukan sesuatu dan kreatif, memilih
risiko dan mengambil tanggungjawab.
b) Kebutuhan akan afiliasi
Merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja
seseorang dengan indikator, yaitu : menyukai persahabatan, bekerjasama dan
menghindari konflik pekerjaan.
d) Kebutuhan akan kekuasaan
Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja karyawan
dengan indikator, yaitu : menyukai pekerjaan dan aktif dalam menentukan
arah kegiatan
2.4
Kerangka Pemikiran
Motivasi merupakan komponen penting dalam meraih keberhasilan suatu
proses kerja, karena memuat unsur pendorong bagi seseorang untuk melakukan
suatu pekerjaan sendiri maupun berkelompok. Menurut Marrison (2007:241),
motivasi adalah kecenderungan seseorang untuk melibatkan diri dalam kegiatan
yang mengarah sasaran. Jika perilaku seseorang mengarah pada sasaran, maka
dengan motivasi tersebut akan diperoleh pencapaian target yang besar sehingga
pelaksanaan tugas dapat dikerjakan dengan efektif dan mencapai hasil.
31
Menurut Herzberg dalam Winardi (2010:24) cara terbaik untuk
memotivasi karyawan adalah dengan memasukkan unsur tantangan dan
kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam pekerjaan karyawan. Teori
motivasi dari Mc. Clelland yaitu Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory
atau Teori Motivasi Berprestasi Mc. Clelland menunjukkan bahwa karyawan
mempunyai cadangan energi potensial yang dapat dilihat dari :.
1. Kebutuhan akan prestasi
2. Kebutuhan akan afiliasi
3. Kebutuhan akan kekuasaan
Motivasi terbentuk dari sikap (attitue) aparatur dalam menghadapi situasi
(situation) kerja di lingkungan pekerjaannya. Motivasi selain berkaitan dengan
tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan,
motivasi juga berkaitan erat dengan
faktor ekstrinsik lainnya
seperti
kepemimpinan. Widjaya (2010:27) menyatakan bahwa pemimpin mempunyai
tugas utama untuk mengetahui pengaruh mana yang dapat mendorong orangorang yang dimpin agar bersedia bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Apabila mengetahui pengaruh-pengaruh itu, maka para
pemimpin itu dapat menerapkannya pada orang-orang yang dipimpinnya atau
pengikutnya, sebab salah satu tugas pokok seorang pemimpin adalah
menggerakkan atau mendorong orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai
tujuan organisasi.
Menurut Thoha (2010:52), fungsi kepemimpinan dalam hubungannya
dengan peningkatan aktivitas dan efisiensi agar tujuan organisasi atau perusahaan
32
dapat tercapai ditunjukkan oleh fungsi kepemimpinan sebagai :
1. Inovator
2. Komunikator
3. Motivator
4. Kontroler
Hubungan kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
motivasi, seorang pemimpin dalam menggerakan orang lain untuk mencapai suatu
tujuan tergantung pada bagaimana pemimpin itu menciptakan motivasi didalam
diri
setiap
karyawan. Pemimpin berusaha mempengaruhi atau memotivasi
bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan pemimpin.
Motivasi kerja yang tinggi dapat didukung oleh gaya kepemimpinan yang tepat,
sehingga gaya kepemimpinan yang kurang tepat
dalam
penerapannya
akan
kurang memotivasi bawahannya dalam melakukan aktivitas-aktivitanya.
Tugas seorang pemimpin yang utama dalam perusahaan memberikan
tenaga dan pikiran terhadap perusahaannya agar tujuan perusahaan dapat
tercapai.Tidak setiap orang dapat mengimplementasikan kepemimpinan dengan
baik,karena tugas-tugas dalam strategi kepemimpinan menuntut suatu tanggung
jawab yang besar.Selain daripada itu, untuk menumbuhkan motivasi kerja yang
tinggi dibutuhkan satu tindakan yang dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan pada satu perusahaan.
Kepemimpinan sangatlah berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan,
karena didalam motivasi kerja karyawan sangat membutuhkan dukungan dari
seorang pemimpin, karena itu setiap pemimpin harus mengetahui secara jelas
33
tentang apa yang dibutuhkan oleh karyawan dan perusahaan agar mereka bisa
bekerjasama secara efektif. Dengan demikian kepemimpinan yang efektif
memberikan motivasi, memperhatikan lingkungan kerja dan memberdayakan
mereka sesuai dengan tugas masing-masing untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian ada hubungan yang kuat antara kepemimpinan dan motivasi kerja
karyawan. Hubungan antara kepemimpinan dan motivasi kerja dapat digambarkan
dalam paradigma penelitian sebagai berikut :
Motivasi
Kepemimpin
1.
2.
3.
4.
Inovator
Komunikator
Motivator
Kontroler
Thoha (2010:52)
1. Kebutuhan
prestasi
2. Kebutuhan
afiliasi
3. Kebutuhan
kekuasaan
akan
akan
akan
Rivai (2011:840)
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Keterangan
X= Kepemimpinan
Y = Motivasi Kerja
= Garis yang Menyatahan Hubungan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian
adalah : “Terdapat hubungan yang signifikan dari kepemimpinan terhadap
motivasi kerja”.
Download