KOMUNIKASI ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH PADA ERA

advertisement
KOMUNIKASI ORGANISASI
PEMERINTAH DAERAH PADA ERA REFORMASI
(Studi Kasus Komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah
Kabupaten Bantul Sebelum dan Era Reformasi)
Kelompok I: Ahmad Jamil, Anthoni, Eriyanto, Hifni Alifahmi, Irwa
Rochimah, Murti Kusuma Wirasti, Naniek Setijadi
Tujuan Penelitian
• Bagaimanakah perbandingan pola komunikasi
organisasi Pemda Bantul sebelum dan pada
era reformasi?
• Adakah kecenderungan praktik komunikasi
organisasi pada Pemkab Bantul mengalami
perubahan dari pola komunikasi organisasi
paradigma objektif (scientific management)
menuju budaya komunikasi organisasi
paradigma transisional pada era reformasi.
Alasan Perubahan Tujuan Penelitian
• Tujuan penelitian awal (Megandaru) mengasumsikan
bahwa komunikasi organisasi di Kabupaten Bantul dan
Kulonprogo berbeda, dimana Kabupaten Bantul
menjalankan komunikasi organisasi transisional,
sementara Kulonprogo menjalankan komunikasi
organisasi objektif. Padahal, bisa jadi komunikasi
organisasi di antara kedua pemerintah daerah itu tidak
berbeda. Atau mungkin juga yang terjadi sebaliknya,
Kabupaten Bantul menjalankan komunikasi organisasi
objektif, sementara Kulonprogo menjalankan komunikasi
organisasi transisional.
• Ketidakjelasan asumsi itu karena belum ada penelitian
awal (penelitian terdahulu yang dilakukan oleh ahli lain)
yang menunjukkan dengan tegas adanya pola
komunikasi yang berbeda diantara dua pemerintah
daerah tersebut.
Alasan Perubahan Tujuan Penelitian
(lanjutan)
• Berdasarkan hal itu, tujuan penelitian diubah dengan
lebih memfokusan pada apakah ada perbedaan pola
komunikasi organisasi antara masa sebelum dan saat
reformasi di Kabupaten Bantul (tidak menyertakan
Kabupaten Kulonpropro). Apakah perubahan rezim dari
otoriter ke demokratis dibarengi dengan perubahan pada
komunikasi organisasi di pemerintah daerah ke arah
yang lebih memperhatikan suara publik.
• Tujuan penelitian (item no 3) in bisa dilanjutkan dengan
tujuan penelitian lain, misalnya untuk menggambarkan
kesulitan dan hambatan yang terjadi dari perubahan pola
komunikasi organisasi dari objektif ke transisional.
Komunikasi & Teori Organisasi
•
•
Pola komunikasi organisasi yang akan diteliti di Pemda
Bantul (sesuai Research Design awal Megandaru)
mengacu pada teori organisasi yang berkembang.
Bila ditinjau secara historis, perkembagan teori
organisasi berawal dari pandangan klasik manajemen
ilmiah (scientific management) yang dipelopori oleh
James Taylor dan Henry Fayol yang mengalogikan
kerja manusia secara mekanistis, serta teori birokrasi
Max Weber. Sementara aliran lain yang berkembang
kemudiana dalah gerakan humanis/hubungan antarmanusia (human relations movement) yang dipelopori
oleh Elton Mayo seperti pada skema berikut.
Perkembangan Teori Organisasi
James
Taylor Weber
CLASSICAL
SCIENTIFIC
MANAGEMENT
McGregor Likert
Theory X System 4
Fayol
Quality
Circles
Likert
System 3
Burns &
Stalker
HUMAN
RESOURCE
MANAGEMENT
Likert
System 2
March &
Simon
McGregor
Theory Y
Maslow
Ouchi
Theory Z
Laurence &
Lorsch
Total Quality
Management
Katz & Kahn
HUMAN
RELATIONS
Elton
Mayo
Pre 1940
Hezberg
1950
Likert
System 1
1960
1970
1980
Source: Gerald M. Goldhaber, Organizational Communication (1993).
1990
Three Orientations to Inquiry in
Organizational Communication 1970s-1980s
MODERNIST
NATURALISTIC
CRITICAL
Prediction and
Control
Understanding and
anticipation
Consciousness raising
and emancipation
Objective reality
as given
Reality as socially
constructed
Material interest as
determinant
Logical positivism
Language & other form
of symbolic action
Dialectical materialism
Machine
Organism
Conflict/struggle
ORGANIZATIONS
Purposive, goalseeking
Culture, language
communities
Instrument of
oppression
COMMUNICATION
Tool
Negotiated Order
Distortion
GOAL
ONTOLOGY
EPISTEMOLOGY
ROOT METHAPOR
Source: Gerald M. Goldhaber & George A. Barnett, eds, Handbook of
Organizational Communication (1995).
Individualistik vs Kolektivistik
• Hofstede (1991) melakukan riset terhadap MNC AS
yang memiliki cabang di 50 negara di tiga kawasan
(Barat, Arab, dan Afrika Timur).
• Nilai individualisme dan kolektivisme adalah dimensi
utama yang diteliti dengan hasil seperti terangkum
pada Tabel berikut ini. Indonesia dan sejumlah negara
di Asia, Afrika dan Amerika Latin termasuk dalam
kelompok budaya kolektivistik.
• Beberapa nilai tersebut relevan untuk diteliti dalam
menelaah pola komunikasi organisasi Pemda Bantul.
INDIVIDUALISTIC & COLLECTIVISTIC
CULTURES (Hofstede, 1991)
Individualistic cultures
Collectivistic culture
“I” identity
“We” identity
Individual goals
Group goals
Interindividual emphasis
Ingroup emphasis
Voluntary reciprocity
Obligatory reciprocity
Management of individuals
Management of groups
Examples
Australia, Canada, France,
Ecuador, China/Taiwan,
Germany, United Kingdom,
Guatemala, Indonesia, Japan,
Netherlands, New Zealand,
Panama, Pakistan, Thailand,
Norway, Sweden, United
Venezuela, West/East African
States
Source: Stlella Ting-Toomey (1999), Communicating Across Cultures.
Small vs Large Power Distance
• Hofstede (1991) juga mengungkapkan dimensi lain
yakni Jarak Kekuasaan (Power Distance) yang dapat
diteliti untuk komunikasi organisasi Pemda Bantul.
• Jarak kekuasaan merujuk pada ada atau tidaknya
kekuasaan anggota sebuah institusi. Dimensi ini
menempatkan suatu wilayah/negara dengan indeks
kekuasaan kecil (Small Power Distance) yang
menekankan kesetaraan dan informal, serta indeks
kekuasaan besar (Large Power Distance) yang
menekankan penggunaan kekuasaan dan sifat formal
seperti terangkum pada Tabel berikut.
SMALL & LARGE POWER DISTANCE
CULTURES (Hofstede, 1991)
Small Power Distance Cultures Large Power Distance Cultures
Emphasis equal distance
Individual credibility
Symmetrical interaction
Emphasis informality
Subordinates expect consultation
Emphasis power distance
Seniority, age, rank, title
Asymmetrical interaction
Emphasis formality
Expect directions
Examples
Austria, Canada, Denmark,
Germany, Israel, Ireland, Norway,
New Zealand, Sweden, United
States
Arab countries, Guatemala,
Malaysia, Panama, Philippines,
India, Singapore, West African
countries
Source: Stlella Ting-Toomey (1999), Communicating Across Cultures.
Teknik Pengumpulan Data
•
•
Untuk menjawab tujuan
penelitian digunakan dua
teknik pengumpulan data,
yakni analisis dokumen dan
wawancara mendalam.
Baik analisis dokumen
maupun wawancara
mendalam dipakai untuk
mengidentifikasi perbedaan
komunikasi organisasi di era
sebelum dan saat reformasi.
Wawacara dan analisis
dokumen diturunkan dari
perbedaan antara komunikasi
organisasi obyektif dan
transisional seperti dalam
tabel.
ELEMEN
OBYEKTIF
TRANSISIONAL
Asumsi/perlakuan
terhadap manusia
Mekanistis
Humanistis
Gaya
kepemimpinan
Cenderung
totaliter
Partisipatif
Iklim Komunikasi
Instruktif
Saling Percaya
Alur komunikasi
Satu arah/
Instruktif
Dua arah/
dialogis
Media Komunikasi
Satu arah/
Monologis
Dua arah/
dialogis
Pengambilan
keputusan
Top down
Buttom up
Budaya organisasi
Individualistik
Kolektivistik
Jarak kekuasaan
Small Power
Distance
Large Power
Distance
Pedoman Penyusunan Instrumen
Elemen
Sumber Informasi
Point Pertanyaan
Asumsi/perlaku
an tentang
manusia
Dokumen
Melihat karyawan dan masyarakat sebagai mekanis ataukah humanis
Gaya
kepemimpinan
Dokumen
Cara Bupati/Sekda memberi instruksi kepada bawahan
Iklim
Komunikasi
Bupati/Pejabat
Memungkinkan kritik / partisipasi dari masyarakat atau tidak
Pihak yang berperan dalam pembuatan keputusan
Kerelaan mendengar aspirasi bawahan dan rasa saling percaya
Upaya mengatasi konflik dalam kelembagaan dan kemasyarakatan
Karyawan
Partisipasi dalam pembuatan keputusan
Rasa saling percaya dengan atasan dan antar karyawan
Upaya mengatasi konflik dalam kelembagaan
Pengambilan
keputusan
Bupati/Pejabat
Kecenderungan pengambilan keputusan dalam rapat resmi
Pelibatan bawahan dalam penyusunan strategi dan program (bottomup)
Budaya
organisasi
Bupati/Pejabat
Kecenderungan individualistik atau kolektivistik
Jarak
kekuasaan
Bupati/Pejabat
Menekankan kesetaraan dan informal, atau penggunaan kekuasaan
dan sifat formal
Pedoman Penyusunan Instrumen
Elemen
Alur komunikasi
Sumber
Informasi
Bupati/Pejabat
Point Pertanyaan
Alur informasi rutin
Alur informasi penting
Karyawan
Kemudahan memperoleh informasi
Kemudahan penyampaian informasi
Media Komunikasi
Tokoh
Masyarakat
Kemudahan memperoleh informasi
Bupati/Pejabat
Media komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
staf dan masyarakat
Karyawan
Media komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
bupati/pejabat kabupaten, antar staf dan masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi
Tokoh
Masyarakat
Media komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
bupati/pejabat kabupaten, staf dan antar masyarakatuntuk
menyampaikan aspirasi
Kemudahan penyampaian informasi
Instrumen Penelitian:
Analisis Dokumen
• Mengumpulkan bahan-bahan / dokumen yang terkait dan
relevan (Undang-Undang, Peraturan Daerah, Petunjuk
dsb). Dokumen-dokumen tersebut kemudian diklasifikasi
apakah lahir pada masa sebelum reformasi (sebelum
1998) atau saat reformasi (setelah 1998 hingga
sekarang).
• Peneliti akan mengidentifikasi masing-masing dokumen
atas sejumlah aspek. Selanjutnya, dari identifikasi
dokumen pada masa sebelum dan saat reformasi itu,
akan dibuat pembedaan aspek komunikasi organisasi.
• Panduan analisis dokumen yang ingin dilihat adalah
seperti pada halaman berikut:
Instrumen Penelitian:
Analisis Dokumen (lanjutan)
• Alur informasi dari atasan ke bawahan.
Prosedur penyampaian informasi dari atasan ke
bawahan (penerapan dibandingkan Tupoksi).
• Alur informasi dari bawahan ke atasan.
Prosedur penyampaian informasi dari bawahan
ke atasan (penerapan dibandingkan Tupoksi).
• Proses pembuatan keputusan. Prosedur dalam
pembuatan keputusan.
• Proses dan prosedur penilaian kinerja pegawai.
Instrumen Penelitian:
Panduan Wawancara
• Wawancara dilakukan kepada pejabat
pemerintah daerah (bupati, kepala dinas),
wartawan dan tokoh masyarakat.
• Karena penelitian ini membandingkan antara
pemerintah daerah masa sebelum dan saat
reformasi, maka narasumber yang diwawancarai
adalah narasumber yang relevan untuk dua
masa tersebut. Misalnya, untuk bupati akan
diwawancarai bupati di masa reformasi dan di
masa sebelum reformasi. Dst.
Instrumen Penelitian: Panduan Wawancara –
Bupati/Sekda/Kadinas
Elemen
Iklim
Komunikasi
Point Pertanyaan
Pihak yang berperan dalam pembuatan keputusan
Kerelaan mendengar aspirasi bawahan dan rasa saling percaya
Upaya mengatasi konflik dalam kelembagaan dan kemasyarakatan
Pengambilan
keputusan
Kecenderungan pengambilan keputusan dalam rapat resmi
Budaya
organisasi
Kecenderungan individualistik atau kolektivistik
Jarak kekuasaan
Menekankan kesetaraan dan informal, atau penggunaan kekuasaan dan
sifat formal
Alur komunikasi
Alur informasi rutin secara vertikal, horisontal, diagonal
Pelibatan staf dalam penyusunan strategi dan program (bottom-up)
Alur informasi penting
Media
Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan staf dan
masyarakat
Instrumen Penelitian: Panduan Wawancara –
Staf/Karyawan Pemkab
Elemen
Iklim
Komunikasi
Point Pertanyaan
Partisipasi dalam pembuatan keputusan
Rasa saling percaya dengan atasan dan antar karyawan
Upaya mengatasi konflik dalam kelembagaan
Kesediaan atasan untuk terbuka pada gagasan, mau mendengarkan saran
dan kritik dari bawahan
Alur komunikasi
Kemudahan memperoleh informasi
Kemudahan penyampaian informasi
Media
Komunikasi
Medium komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
bupati/pejabat kabupaten, antar staf dan masyarakat untuk menyampaikan
aspirasi
Panduan Wawancara:
Tokoh Masyarakat
Elemen
Alur komunikasi
Point Pertanyaan
Kemudahan memperoleh informasi
Kemudahan penyampaian informasi
Media Komunikasi
Media komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan
bupati/pejabat
kabupaten,
staf
dan
antar
masyarakatuntuk menyampaikan aspirasi
Instrumen Penelitian: Panduan Wawancara
(lanjutan)
• Pengambilan keputusan. Siapa yang lebih berperan dalam pengambilan
keputusan.
• Suasana umum diantara karyawan, antara atasan dan bawahan. Apakah
dipenuhi keterusterangan jika ada masalah
• Kepercayaan di antara sesama karyawan. Antara atasan dan bawahan.
• Konflik. Konflik antar karyawan, antara atasan dan bawahan. Upaya yang
dilakukan untuk mengatasi konflik.
• Apakah semua karyawan dapat mengatakan isi pikiran mereka. Medium apa
yang dipakai untuk mengungkapkan pendapat.
• Partisipasi. Apakah ada medium bawahan / karyawan mengungkapkan usul
dan saran. Jika ada, bagaimana bentuknya.
• Semua personel menerima informasi yang meningkatkan kemampuan
mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan personel atau
dengan bagaian lainnya, dan informasi yang berhubungan luas dengan
perusahaan, organisasinya, para pemimpinnya, dan rencana-rencananya
• Kesediaan atasan untuk terbuka pada gagasan, mau mendengarkan saran
dan kritik dari bawahan.
Instrumen Penelitian: Panduan
Wawancara (lanjutan)
• Budaya organisasi. Jika ada masalah, apakah atasan mencoba
mengajak seluruh karyawan untuk memikirkan secara bersamasama masalah tersebut.
• Medium komunikasi antara atasan dan bawah di pemerintah
daerah.
• Kemudahan karyawan (bawahan) dalam memperoleh informasi
mengenai pemerintah daerah.
• Medium komunikasi antara pemerintah daerah dan masyarakat.
Dalam bentuk apa.
• Apakah ada medium masyarakat menyampaikan usul, saran dan
keluhan kepada pemerintah daerah. Dalam bentuk apa.
• Bagaimana kemudahan masyarakat memperoleh informasi
mengenai pemerintah daerah.
• Bagaimana kemudahan masyarakat dalam menyampaikan usul,
saran dan keluhan kepada pemerintah daerah
TERIMA KASIH
Download