Pertemuan 5 ANALISIS FUNDAMENTAL

advertisement
1
Pertemuan 5
ANALISIS FUNDAMENTAL
Dalam menentukan nilai saham, investor perlu memperhatikan dividen dan earning yang
diharapkan dari suatu perusahaan di masa datang. Besarnya dividen dan earning yang
diharapkan dari suatu perusahaan akan tergantung dari prospek keuntungan yang dimilik
perusahaan. Prospek keuntungan perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara
keseluruhan. Oleh karena itu dalam melakukan analisis penilaian saham, investor harus juga
memperhitungkan beberapa faktor ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba.
Dalam melakukan analisis penilaian saham, investor bisa melakukan analisis
fundamental secara “top-down” untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu
dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh
perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan
analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas untuk menilai apakah sekuritas
yang dikeluarkan menguntungkan atau merugikan bagi investor. Proses analisis penilaian
saham secara “top-down” bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar: Proses Analisis Penilaian Saham Secara “top-down”
Analisis Ekonomi dan Pasar Modal
Tujuan: membuat keputusan alokasi penginvestasian
dana di beberapa negara dan atau dalam negeri dalam
bentuk saham, obligasi ataupun kas
Analisis Industri
Tujuan : berdasarkan analisis ekonomi dan pasar,
tentukan jenis-jenis industri mana saja yang
menguntungkan dan mana yang tidak berprospek baik
Analisis Perusahaan
Tujuan : berdasarkan hasil analisis industri, tentukan
perusahaan-perusahaan mana dalam industri terpilih yang
ber-prospek baik
Pada tahap analisis ekonomi dan pasar modal, investor melakukan analisis terhadap
berbagai alternatif keputusan tentang dimana alokasi investasi akan dilakukan (dalam negeri
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
2
dan atau luar negeri), serta dalam bentuk apa investasi tersebut dilakukan (saham, obligasi,
kas, property, dan lainnya). Tahap berikutnya yaitu analisis industri meliputi analisis yang
berdasarkan hasil analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis industri mana saja
yang akan dipilih. Tahap ketiga yang didasari tahap sebelumnya bertujuan untuk menentukan
perusahaan-perusahaan atau saham mana saja yang menguntungkan sehingga layak dijadikan
pilihan investasi.
A. Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara
apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dengan kinerja suatu pasar modal. Pasar
modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi
ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas
investasi, dan kedua faktor tersebut (aliran kas dan tingkat return) sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan ekonomi makro.
Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang berjadi
pada berbagai variabel ekonomi makro. Misal, harga obligasi akan sangat tergantung dari
tingkat bunga yang berlaku, dan tingkat bunga akan dipengaruhi oleh perubahan ekonomi
makro ataupun kebijakan ekonomi makro yang ditentukan pemerintah. Disisi lainnya, harga
saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran
kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga
sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro.
Variabel Ekonomi Makro
Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan
sehari-hari. Seorang investor harus memperhatikan beberapa indikator ekonomi makro yang
bisa membantu dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro. Beberapa
variabel ekonomi makro yang perlu diperhatikan investor adalah sebagai berikut:
1. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu
negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan
ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat akan
meningkat, dan hal ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk
meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka
kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan akan semakin meningkat.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
3
2. Tingkat Pengangguran ditunjukkan oleh persentase dari total jumlah tenaga kerja yang
masih belum bekerja (meliputi pengangguran tak kentara dan pengangguran kentara).
Tingkat pengangguran mencerminkan sejauhmana kapasitas operasi ekonomi suatu
negara bisa dijalankan. Semakin besar tingkat pengangguran di suatu negara, berarti
semakin besar kapasitas operasi ekonomi yang belum dimanfaatkan secara penuh. Jika
hal ini terjadi maka tenaga kerja sebagai salah faktor produksi utama tidak termanfaatkan
secara penuh.
3. Inflasi adalah kecendurungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara
keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang
terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk
yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung
mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya
beli uang (purchasing power of money). Selain itu, inflasi yang tinggi juga bisa
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.1 Sebaliknya
jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini merupakan sinyal
yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko
penurunan pendapatan riil.
4. Tingkat Bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value)
aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan
menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus
ditanggung perusahaan. Selain itu, tingkat bunga yang tinggi akan menyebabkan return
yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.
Tabel berikut ini memperlihatkan hubungan beberapa variabel ekonomi makro yang secara
empiris telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap perkembangan investasi di suatu
negara.
1
Konsep pendapatan riil dalam perekonomian yang mengalami inflasi berkaitan dengan konsep tingkat bunga
riil. Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga yang sudah disesuaikan terhadap risiko penurunan daya beli sebagai
akibat inflasi. Dengan kata lain, jika inflasi tinggi, pendapatan riil justru akan mengalami penurunan, karena
berkurang secara riil akibat penyesuaian dengan dampak penurunan daya beli uang.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
4
Tabel: Matriks Hubungan Beberapa Variabel Ekonomi Makro Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Indikator
Ekonomi
PDB
Inflasi
Pengaruh
Penjelasan
Meningkatnya PDB merupakan
sinyal yang baik (positif) untuk
investasi dan sebaliknya jika PDB
menurun
Peningkatan inflasi secara relatif
merupakan sinyal negatif bagi
pemodal di pasar modal
Meningkatnya PDB mempunyai pengaruh
positif terhadap daya beli konsumen sehingga
dapat meningkatkan permintaan terhadap
produk perusahaan
Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya
perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi
lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat
dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun
Tingkat suku bunga yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan suku bunga yang
diisyaratkan atas investasi pada suatu saham.
Disamping itu tingkat suku bunga yang
meningkat bisa juga menyebabkan investor
menarik investasinya pada saham dan
memindahkannya pada investasi berupa
tabungan atau deposito
Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang
asing akan menurunkan biaya impor bahan baku
untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat
suku bunga yang berlaku
Anggaran defisit akan mendorong konsumsi dan
investasi pemerintah, sehingga dapat
meningkatkan permintaan terhadap produk
perusahaan. Akan tetapi, anggara defisit di sisi
lain justru akan meningkatkan jumlah uang
beredar dan akibatnya akan mendorong inflasi
Meningkatnya investasi swasta akan
meningkatkan PDB sehingga dapat
meningkatkan pendapatan konsumen
Defisit neraca perdagangan dan pembayaran
harus dibiayai dengan menarik modal asing.
Untuk melakukan hal ini, suku bunga harus
dinaikkan
Tingkat
Bunga
Tingkat bunga yang tinggi
merupakan sinyal negatif terhadap
harga saham
Kurs Rupiah
Menguatnya kurs rupiah terhadap
mata uang asing merupakan sinyal
positif bagi perekonomian yang
mengalami inflasi
Anggaran yang defisit merupakan
sinyal positif bagi ekonomi yang
sedang mengalami resesi, tetapi
merupakan sinyal negatif bagi
ekonomi yang mengalami inflasi
Anggaran
Defisit
Investasi
Swasta
Meningkatnya investasi swasta
adalah sinyal positif bagi pemodal
Neraca
Perdagangan
dan
Pembayaran
Defisit neraca perdagangan dan
pembayaran merupakan sinyal
negatif bagi pemodal
Sumber: Dikutip dari Harianto, F. dkk., 1998, “Perangkat dan Teknik Analisis di Pasar Modal Indonesia”, PT. Bursa Efek
Jakarta, Jakarta, hal 158.
Meramal Perubahan Pasar Modal
Investor berkepentingan untuk melakukan peramalan terhadap perubahan yang akan terjadi di
pasar modal. Belumlah cukup bagi investor jika hanya sekedar mengetahui apa yang sedang
terjadi di pasar modal saat ini dan mengapa hal itu bisa terjadi. Investor juga perlu tahu apa
yang akan terjadi di pasar modal di masa yang akan datang. Untuk itulah investor perlu
melakukan peramalan terhadap perubahan pasar modal, dan dalam melakukan proses
peramalan tersebut investor perlu menganalisis perubahan ekonomi makro yang sedang dan
akan terjadi.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
5
Untuk meramalkan perubahan pasar modal, ada dua faktor yang bisa dijadikan dasar
peramalan, yaitu:
1. Perubahan Siklis Ekonomi. Perubahan harga saham akan merefleksikan perubahan
siklis ekonomi yang akan terjadi. Meskipun demikian, tetap akan sulit bagi investor untuk
menentukan kapan harus bereaksi terhadap kemungkinan perubahan pasar yang akan
terjadi. Salah satu pendekatan yang mungkin dilakukan adalah investor harus mencoba
belajar dari pola perubahan-perubahan yang pernah terjadi sebagai salah satu dasar
penentuan keputusan membeli atau menjual saham sesuai dengan harapan tentang
perubahan siklis ekonomi yang akan terjadi.
Yang bisa dilakukan investor dalam memanfaatkan perubahan siklis ekonomi untuk
meramalkan perubahan pasar modal adalah ketika ekonomi memasuki siklis yang
cenderung menurun menuju titik terendah (atau disebut resesi), maka harga saham
biasanya akan turun. Pada situasi demikian, investor harus melakukan peramalan tentang
kapan saatnya siklis ekonomi menemui titik baliknya dan mulai memasuk siklis yang
membaik. Jika siklis ekonomi diramalkan membaik, maka harga saham menjelang titik
balik siklis ekonomi (sebelum mencapai titik terendah) maka akan membaik mendahului
membaiknya siklis ekonomi.
Sebaliknya, ketika ekonomi memasuki siklis yang cenderung membaik menuju titik
puncak, maka harga saham cenderung stabil. Pada situasi demikian, investor harus
melakukan peramalan tentang kapan saatnya siklis ekonomi akan mencapai titik
puncaknya, sehingga investor bisa membuat keputusan tentang harga saham yang tepat,
serta tindakan yang akan dilakukan terhadap saham tersebut.
2. Perubahan Variabel-Variabel Ekonomi Makro. Pengamatan terhadap perubahan
beberapa variabel ekonomi makro dipercaya bisa membantu investor dalam meramalkan
apa yang akan terjadi pada perubahan pasar modal. Misalnya, variabel tingkat bunga bisa
dipakai dalam meramalkan harga saham atau obligasi yang akan terjadi. Jika investor
meramalkan tingkat suku bunga akan meningkat, maka investor akan bisa memperkirakan
bahwa harga saham maupun harga obligasi akan cenderung turun.
B. Analisis Industri
Dalam analisis industri, investor mencoba membandingkan kinerja dari berbagai industri,
untuk mengetahui jenis industri apa saja yang akan memberikan prospek paling menjanjikan
ataupun sebaliknya. Setelah melakukan analisis industri, investor akan dapat menggunakan
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
6
informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-saham dari kelompok
industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuk.
Salah satu standar yang dipakai untuk pengelompokkan industri bagi perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah Jakarta Stock Exchange Sectoral
Industry Classification (JASICA). Klasifikasi JASICA terdiri dari 9 divisi, dan masingmasing divisi dibagi menjadi kelompok industri utama dan diberi kode dua digit. Contoh
klasifikasi industri JASICA di BEI adalah sebagai berikut:
Tabel: Klasifikasi Industri di Indonesia
1.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
PERTANIAN
Pertanian
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
Lain-lain yang belum terklasifikasi
PERTAMBANGAN
Pertambangan batu bara
Pertambangan minyak dan gas bumi
Pertambangan logan dan mineral lainnya
Penggalian batu atau tanah
Lain-lain yang belum terklasifikasi
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
INDUSTRI DASAR DAN KIMIA
Semen
Keramik, gelas, porselen
Produk logam dan sejenisnya
Kimia
Plastik
Pakan ternak
Industri kayu dan pengolahannya
Pulp dan kertas
Lain-lain yang belum terklasifikasi
ANEKA INDUSTRI
Mesin dan alat berat
Otomotif dan komponennya
Tekstil dan garmen
Alas kaki
Kabel
Elektronik
Lain-lain yang belum terklasifikasi
6.
6.1.
6.2.
6.3.
7.
KONSTRUKSI, PROPERTI DAN
REAL ESTAT
Konstruksi
Property dan real estat
Lain-lain yang belum terklasifikasi
7.3.
7.4.
7.5.
8.
8.1.
8.2.
8.3.
8.4.
8.5.
8.6
INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN
TRANSPORTASI
Energi
Jalan tol, bandaran, pelabuhan dan
sejenisnya
Telekomunikasi
Transportasi
Lain-lain yang belum terklasifikasi
KEUANGAN
Bank
Lembaga pembiayaan
Perusahaan efek
Asuransi
Reksadana
Lain-lain yang belum terklasifikasi
9.
9.1.
9.2.
9.3.
9.4.
9.5.
9.6.
9.7.
9.8.
PERDAGANGAN DAN JASA
Perdagangan besar barang industri
Perdagangan besar barang konsumsi
Perdagangan eceran
Hotel dan restoran
Pariwisata dan hiburan
Periklanan dan media massa
Jasa komputer dan perangkatnya
Lain-lain yang belum terklasifikasi
7.1.
7.2.
5.
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
INDUSTRI BARANG KONSUMSI
Makanan dan minuman
Industri tembakau
Farmasi
Kosmetik dan barang keperluan rumah
tangga
5.5.
Lain-lain yang belum terklasifikasi
Sumber: Laporan mingguan BEI
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
7
Analisis industri perlu dilakukan investor, karena analisis industri dipercaya bisa
membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industri yang
mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor. Selain itu,
analisis industri akan membantu investor dalam menentukan saham-saham perusahaan mana
saja dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.
Estimasi Tingkat Keuntungan Industri
Dalam melakukan analisis industri, investor perlu menilai suatu industri dan menentukan
return yang diharapkan dari suatu industri yang akan dianalisis. Untuk menilai suatu industri,
ada dua langkah yang perlu dilakukan, yaitu: (1)mengestimasi earning per share (EPS) yang
diharapkan dari suatu industri; (2)mengestimasi Price Earnig Ratio (P/E) yang diharapkan
dari suatu industri. Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan
diperoleh nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending
value of industry), selanjutnya akan dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari
suatu industri. Caranya adalah dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu
industri (expected ending value of industry) ditambah dividen yang diharapkan dari suatu
industri, dengan nilai awal industri tersebut pada periode sebelumnya. Selanjutnya, dengan
membandingkan tingkat return yang diharapkan dari suatu industri terhadap tingkat return
yang disyaratkan oleh investor, investor akan dapat menentukan industri mana saja yang
layak dijadikan pilihan investasinya.
Estimasi Earning Per Share Industri
Untuk mengestimasi EPS perlu mengestimasi penjualan per lembar saham dari suatu industri
terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan tingkat
penjualan suatu industri, yaitu:
1. Daur Hidup Industri (industry life cycle). Tahap perkembangan industri dibagi menjadi
lima yaitu:
a. Tahap permulaan merupakan masa-masa awal perkembangan sebuah industri. Pada
tahap ini, pertumbuhan penjualan sangat kecil dan profit yang dihasilkan
kemungkinan
akan
menunjukkan
angka
negatif
karena
perusahaan
harus
mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutup biaya promosi dan
pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan industri.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
8
b. Tahap pertumbuhan. Pada tahap pertumbuhan, penjualan tumbuh sangat cepat.
Permintaan semakin meningkat, sedangkan persaingan belum begitu ketat, sehingga
profit pada tahap pertumbuhan akan tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan industri
pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
c. Tahap kedewasaan (mature). Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan mulai
menurun, karena banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan yang sudah
relatif stabil. Profit pada tahap ini akan mengalami pertumbuhan yang mulai menurun
dan menuju tingkat keuntungan yang normal. Pertumbuhan industri pada tahap ini
sedikit lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
d. Tahap stabil. Pada tahap ini, pertumbuhan industri akan cenderung sana dengan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada tahap ini investor dapat
mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena penjualan berkorelasi
tinggi dengan kondisi ekonomi. Meskipun demikian, besarnya pertumbuhan penjualan
masing-masing perusahaan secara individual dalam suatu industri akan berbeda-beda
satu dengan yang lain, tergantung dari kemampuan manajerial dari masing-masing
perusahaan.
e. Tahap penurunan. Pada tahap penurunan, tingkat penjualan dan profit industri
semakin menurun. Oleh karena itu, pada tahap ini ada perusahaan yang mulai keluar
dari industri dan investor pun mulai berpikir untuk mencari alternatif industri lain
yang lebih menguntungkan. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan jauh di bawah
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Dengan mengetahui tahap daur industri, secara umum investor dapat mengestimasi
tingkat pertumbuhan penjualan suatu industri.
2. Analisis input – output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui gambaran prospek
penjualan suatu industri di masa datang, dengan cara mengidentifikasi pemasok (supplier)
dan konsumen dari suatu industri. Dengan analisis input–output, investor dapat
mengestimasi permintaan konsumen di masa datang, serta kemampuan pemasok untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu industri.
3. Hubungan antara industri dengan ekonomi. Teknik ini dilakukan dengan cara
membandingkan tingkat penjualan industri dengan kondisi perekonomian secara
keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diproduksi oleh industri
tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi perekonomian dimana suatu
industri beroperasi akan terkait dengan penjualan dan keuntungan suatu industri.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
9
Persaingan dan Return Industri Yang Diharapkan
Intensitas persaingan dalam suatu industri akan menentukan kemampuan industri untuk tetap
memperoleh tingkat return di atas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran dari
lima faktor utama persaingan. Lima faktor utama persaingan akan menentukan profitabilitas
industri karena lima faktor tersebut berpengaruh terhadap komponen return on investment
(ROI) dalam suatu industri. Pengaruh masing-masing faktor utama persaingan tersebut untuk
masing-masing industri akan berbeda-beda. Lima faktor utama yang menentukan intensitas
persaingan dalam suatu industri adalah sebagai berikut:
Gambar: Lima Faktor Utama Persaingan yang Menentukan Profitabilitas Industri
Pemain Baru
Potensial
Ancaman pemain baru
Pesaing Industri
Bargaining power pemasok
Pemasok
Pembeli
Persaingan antara
perusahaan dalam
industri
Bargaining power pembeli
Ancaman produk substitusi
Produk
Substitusi
1. Persaingan antara perusahaan dalam industri. Persaingan dalam suatu industri akan
semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya relatif sama
bersaing dalam industri tersebut. Disamping itu, persaingan juga dipengaruhi oleh
pertumbuhan industri, biaya tetap, dan hambatan untuk keluar dari industri tersebut.
Pertumbuhan yang lambat akan membuat perusahaan semakin ketat bersaing
memperubutkan pangsa pasar yang relatif kecil. Tingginya biaya tetap akan mendorong
peningkatan persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan
perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal ini akan membuat
penawaran di pasar akan semakin meningkat yang kemudian akan menyebabkan harga
barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
10
2. Ancaman pemain baru. Meskipun sebuah industri mempunyai jumlah pesaing yang
sedikit, investor perlu mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial menjadi
pemain baru dalam industri. Besarnya ancaman pemain baru akan dipengaruhi oleh
adanya hambatan-hambatan masuk (barrier to entry) dalam suatu industri, seperti
tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah dan harga barang yang relatif kecil
dibandingkan dengan biaya produksi. Jika hambatan masuk suatu industri relatif tinggi
maka kemungkingan ancaman pemain baru yang masuk dalam industri tersebut akan
semakin kecil.
3. Ancaman produk substitusi. Produk substitusi akan membatasi profit potensial suatu
industri karena produk substitusi akan memunculkan alternatif bagi produk perusahaan.
Dalam kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan untuk menentukan harga produk akan
semakin berkurang. Artinya, jika harga produk perusahaan terlalu tinggi, konsumen akan
berpindah ke produk substitusi yang ditawarkan di pasar.
4. Bargaining power pembeli. Daya tawar pembeli di pasar yang kuat bisa mempengaruhi
profitabilitas industri. Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta
kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang diberikan oleh
pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih banyak dari jumlah industrinya maka
bargaining power konsumen akan rendah, sebaliknya jika jumlah industri lebih banyak
dari konsumennya maka bargaining power konsumen akan besar.
5. Bargaing power pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi return industri di masa yang
akan datang karena pemasok mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan kualitas
produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah industrinya,
maka pemasok memiliki bargaining power yang besar. Sebaliknya, jika pemasok lebih
banyak dari industrinya maka bargaining power pemasok akan berkurang.
C. Analisis Perusahaan
Analisis perusahaan terkait dengan pemilihan saham perusahaan dalam industri terpilih yang
paling menguntungkan bagi investor, atau pemilihan saham yang harga pasarnya lebih rendah
dari nilai intrinsiknya (undervalued) sehingga layak dibeli, serta pemilihan saham yang harga
pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya (overvalued) sehingga menguntungkan untuk
dijual.
Dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus mendasarkan pada dua
komponen utama yaitu: earning per share (EPS) dan price earning ratio (P/E) perusahaan.
Ada tiga alasan penggungaan dua komponen tersebut. Pertama, kedua komponen tersebut
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
11
bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Dalam kaitan tersebut, nilai
intrinsik suatu saham bisa dihitung dengan mengalikan kedua komponen tersebut.
Selanjutnya, nilai intrinsik saham yang telah dihitung tersebut, jika dibandingkan dengan
harga pasar saham bersangkutan akan berguna untuk menentukan keputusan membeli atau
menjual saham. Kedua, dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari
earning. Ketiga, adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.
Rasio Profitabilitas Perusahaan
Dari sudut pandang investor, salah satu indikator menilai prospek perusahaan di masa datang
adalah dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Pentingnya indikator
pertumbuhan profitabilitas perusahaan adalah untuk mengetahui sejauhmana investasi yang
akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan
tingkat yang disyaratkan investor. Pada umumnya digunakan dua rasio profitabilitas utama,
yaitu: (1) Return on Equity (ROE) yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham, dan (2) Return on Asset (ROA)
yang menggambarkan kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan
laba. Secara matematis, rumus untuk menghitung ROE dan ROA adalah sebagai berikut:
Laba bersih setelah bunga dan pajak
ROE = ----------------------------------------------Jumlah modal sendiri
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
ROA = -----------------------------------------------Jumlah aset
Memprediksi ROE dan ROA masa depan berdasarkan informasi ROE dan ROA masa
lalu memang bisa membantu investor, tapi disamping itu, informasi tentang ekspektasi
investor atas earning dan dividen perusahaan juga penting untuk menentukan nilai intrinsik
saham perusahaan, sehingga investor bisa mempuat keputusan investasi yang tepat.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
12
Earning Per Share (EPS)
Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu
perusahaan adalah sebagai berikut:
Laba bersih setelah bunga dan pajak
EPS = -----------------------------------------------Jumlah saham beredar
EPS suatu perusahaan juga bisa dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
EPS = ROE x Nilai buku per lembar saham
Laba bersih setelah bunga dan pajak
= ------------------------------------------------- x
Jumlah modal sendiri
Jumlah modal sendiri
------------------------------Jumlah saham berdar
Price Earning Ratio (PER)
Informasi PER menunjukkan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk
memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Disamping itu, PER juga merupakan ukuran
harga relatif dari sebuah saham perusahaan. Rumus untuk menghitung PER adalah sebagai
berikut:
D1 / E1
PER = -----------------k - g
di mana
D1 / E1 = tingkat dividend payout ratio yang diharapkan
k
= tingkat return yang disyaratkan
g
= tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan
Dari persamaan di atas, terlihat ada tiga komponen utama untuk menghitung PER suatu
perusahaa, yaitu dividend payout ratio (DPR) yang diharapkan, tingkat return yang
disyaratkan (k), dan tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g).
Komponen pertama yaitu DPR menunjukkan besarnya dividen yang akan dibayarkan
perusahaan dari total earning yang diperoleh perusahaan (DPR dihitung dalam bentuk rasio
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
13
atau persentase). DPR merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan perusahaan
dengan earning yang diperoleh perusahaan.
Komponen kedua adalah tingkat return yang disyaratkan (k), yang menunjukkan
tingkat return yang disyaratkan investor atas suatu saham, sebagai kompensasi atas risiko
yang harus ditanggung investor. Secara matematis, rumus untuk menentukan tingkat return
yang disyaratkan adalah sebagai berikut:
k = RF + RP
= tingkat return bebas risiko + premi risiko
Proksi untuk menentukan tingkat return bebas risiko untuk kasus di Indonesia berupa tingkat
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sedangkan, premi risiko diukur dari besarnya premi
(kompensasi tambahan) yang diminta investor atas risiko yang harus ditanggungnya.
Komponen ketiga yaitu tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g) merupakan
fungsi dari besarnya ROE dan tingkat laba ditahan perusahaan (retention rate). Secara
matematis rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
g = ROE x tingkat laba ditahan
laba bersih setelah bunga dan pajak
= ---------------------------------------------------- x (1 - DPR)
Jumlah modal sendiri
Estimasi Nilai Intrinsik Saham
Dalam analisis perusahaan, estimasi nilai intrinsik suatu saham merupakan fungsi dari EPS
yang diharapkan dan besarnya PER saham yang bersangkutan. Secara matematis, nilai
intrinsik saham perusahan diestimasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P0 = Estimasi EPS x PER
= E1 x PER
Jika nilai intrinsik saham sudah diestimasi, langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai
intrinsik saham dengan harga pasarnya. Jika nilai intrinsik suatu saham lebih tinggi
dibandingkan harga pasarnya, maka saham tersebut tergolong sebagai saham yang
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
14
undervalued, dan sebaiknya dibeli. Sebaliknya, jika nilai intrinsik suatu saham lebih rendah
dibandingka harga pasarnya, maka saham tersebut tergolong sebagai saham yang overvalued,
dan sebaiknya tidak dibeli, atau sebaiknya dijual jika sudah dimiliki.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan proses analisis penilaian saham secara “top-down”!
2. Jelaskan variabel ekonomi makro yang yang bisa membantu investor dalam memahami
dan meramalkan kondisi ekonomi makro!
3. Jelaskan faktor yang bisa dijadikan dasar investor untuk melakukan peramalan
perubahan yang akan terjadi di pasar modal!
4. Jelaskan mengapa analisis industri perlu dilakukan investor!
5. Jelaskan langkah yang perlu dilakukan investor dalam menilai suatu industri!
6. Jelaskan teknik-teknik yang dapat digunakan investor untuk mengestimasikan tingkat
penjualan suatu industri!
7. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri!
8. Jelaskan faktor-faktor yang digunakan investor untuk melakukan analisis perusahaan!
Berikan alasan kenapa faktor-faktor tersebut digunakan!
INSTRUKSI PENGERJAAN:
1. Mahasiswa ber-NIM ganjil, mengerjakan soal latihan nomor ganjil.
2. Mahasiswa ber-NIM genap, mengerjakan soal latihan nomor genap.
Pengantar Pasar Modal
Endang Sri Utami
Download